Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Pernikahan
dalam Islam dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Hafiddudin selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PNJ
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Konsep Pernikahan dalam Islam. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1. Pengertian Pernikahan....................................................................................................6
2.2. Anjuran Untuk Menikah.................................................................................................7
2.3. Tujuan Pernikahan..........................................................................................................8
2.3.1. Membentengi Martabat Manusia dari Perbuatan Kotor dan Keji............................9
2.3.2. Rumah Tangga Yang Islami.....................................................................................9
2.3.3. Karena Menikah itu Ibadah......................................................................................9
2.3.4. Mencari Keturunan Yang Shalih............................................................................10
2.4. Calon Pasangan Yang Ideal..........................................................................................10
2.4.1. Kafaah Menurut Konsep Islam.............................................................................10
2.4.2. Kriteria Memilih Calon Suami dan Istri Yang Salihah..........................................11
2.5. Proses Sebuah Pernikahan yang Berlandasakan Al-Quran dan As-Sunnah yang
Shahih...........................................................................................................................12
2.5.1. Mengenal calon pasangan hidup............................................................................12
2.5.2. Nazhar (Melihat Calon Pasangan Hidup)..............................................................13
2.5.3. Khithbah (peminangan).........................................................................................16
2.5.4. Akad Nikah............................................................................................................17
2.5.5. Walimatul urs........................................................................................................18
2.5.6. Setelah Akad..........................................................................................................18
2.6. Pernikahan yang Dilarang dalam Islam........................................................................20
2.6.1. Nikah Mutah.........................................................................................................20
2.6.2. Nikah Muhallil.......................................................................................................21
2.6.3. Pernikahan Silang ( Beda Agama )........................................................................21
2.6.4. Pernikahan Khadan................................................................................................22
2.7. Hikmah Pernikahan......................................................................................................22
2.7.1. Meninggikan Harkat dan Martabat Manusia.........................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep pernikahan pada umumnya hanya berkisar pada pernikahan Internasional
dan tradisional. Konsep nikah itu sendiri juga pastinya memilih tempat dan wedding
concept resepsi pernikahan yang tepat bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Pernikahan menurut Islam adalah sebuah kontrak yang serius dan juga
moment yang sangat membahagiakan dalam kehidupan seseorang maka dianjurkan
untuk mengadakan sebuah pesta perayaan pernikahan dan membagi kebahagiaan itu
dengan orang lain. Seperti dengan para kerabat, teman-teman atau pun bagi mereka
yang kurang mampu. Dan pesta perayaan pernikahan juga sebagai rasa syukur kepada
Allah SWT atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepada kita. Di samping itu
pernikahan-pernikahan juga memiliki fungsi lainnya yaitu mengumumkan kepada
khalayak ramai tentang pernikahan itu sendiri. Tidak ada cara lain yang lebih baik
untuk menghindari zina melainkan melalui pernikahan.
Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa sudah menjadi kewajiban seorang
muslim untuk menjawab undangan pernikahan dan bahkan Rasulullah SAW
menekankan untuk menghadiri undangan walimah. Maka para ulama berpendapat
bahwa seseorang boleh untuk tidak menghadiri pernikahan hanya dengan alasan-alasan
yang diperbolehkan menurut Islam. Salah satu alasan yang diperbolehkan itu adanya
musik. Adanya musik yang tidak Islam ketika berkumpul di saat pernikahan atau
seseorang masih harus menyesuaikan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan
agama yang jauh lebih penting.
1.3. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak
perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental),
pendidikan dan lain hal. Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang
amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui
agama, kerabat, dan masyarakat.
Aqad nikah dalam Islam berlangsung sangat sederhana, terdiri dari dua kalimat
"ijab dan qabul". Tapi dengan dua kalimat ini telah dapat menaikkan hubungan dua
makhluk Allah dari bumi yang rendah ke langit yang tinggi. Dengan dua kalimat ini
berubahlah kekotoran menjadi kesucian, maksiat menjadi ibadah, maupun dosa menjadi
amal sholeh. Aqad nikah bukan hanya perjanjian antara dua insan. Aqad nikah juga
merupakan perjanjian antara makhluk Allah dengan Al-Khaliq. Ketika dua tangan
diulurkan (antara wali nikah dengan mempelai pria), untuk mengucapkan kalimat baik
itu, diatasnya ada tangan Allah SWT, "Yadullahi fawqa aydihim". Begitu sakralnya
aqad nikah, sehingga Allah menyebutnya "Mitsaqon gholizho" atau perjanjian Allah
yang berat. Juga seperti perjanjian Allah dengan Bani Israil dan juga Perjanjian Allah
dengan para Nabi adalah perjanjian yang berat (Q.S Al-Ahzab : 7), Allah juga
menyebutkan aqad nikah antara dua orang anak manusia sebagai "Mitsaqon gholizho".
Karena janganlah pasangan suami istri dengan begitu mudahnya mengucapkan kata
cerai.
Allah SWT menegur suami-suami yang melanggar perjanjian, berbuat dzalim dan
merampas hak istrinya dengan firmannya: "Bagaimana kalian akan mengambilnya
kembali padahal kalian sudah berhubungan satu sama lain sebagai suami istri. Dan
para istri kalian sudah melakukan dengan kalian perjanjian yang berat "Mitsaqon
gholizho"." (Q.S An-Nisaa : 21). Aqad nikah dapat menjadi sunnah, wajib, makruh
ataupun haram, hal ini disebabkan karena:
1. Sunnah, untuk menikah bila yang bersangkutan :
a. Siap dan mampu menjalankan keinginan biologi,
b. Siap dan mampu melaksanakan tanggung jawab berumah tangga.
6
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan
As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang
sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam
terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding
dengan separuh agama. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (yang artinya): "Barangsiapa menikah, maka
ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
dalam memelihara yang separuhnya lagi". [Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim].
Sesungguhnya menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya
memerlukan perhitungan cermat dan persiapan matang saja, agar tidak menimbulkan
penyesalan. Sebagai risalah yang symil (menyeluruh) dan kmil (sempurna), Islam
telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harus dipahami oleh kaum
Muslim. Tujuannya adalah agar pernikahan itu berkah dan bernilai ibadah serta benarbenar memberikan ketenangan bagi suami-istri. Dengan itu akan terwujud keluarga
yang bahagia dan langgeng. Hal ini bisa diraih jika pernikahan itu dibangun atas dasar
pemahaman Islam yang benar.
Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah saw,
melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknya ditujukan
sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan. Pernikahan
merupakan sarana dakwah suami terhadap istri atau sebaliknya, juga dakwah terhadap
keluarga keduanya, karena pernikahan berarti pula mempertautkan hubungan dua
keluarga. Dengan begitu, jaringan persaudaraan dan kekerabatan pun semakin luas. Ini
berarti, sarana dakwah juga bertambah. Pada skala yang lebih luas, pernikahan islami
yang sukses tentu akan menjadi pilar penopang dan pengokoh perjuangan dakwah
Islam, sekaligus tempat bersemainya kader-kader perjuangan dakwah masa depan.
akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi
umat Islam.
Rasulullah
shallallahu
'alaihi
wasallam
bersabda
(yang
Tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan
syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga
berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan
muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami. Rumah tangga yang
islami adalah rumah tangga yang berdasarkan kepada ajaran-ajaran agama Islam
secara total (kaffah).
2.3.3. Karena Menikah itu Ibadah
Tujuan
perkawinan
di
antaranya
ialah
untuk
melestarikan
dan
mengembangkan bani Adam, Allah berfirman : "Allah telah menjadikan dari diridiri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu
itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah ?" [An-Nahl : 72].
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar
memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang
berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.
Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan
pendidikan Islam yang benar. Kita sebutkan demikian karena banyak "Lembaga
Pendidikan Islam", tetapi isi dan caranya tidak Islami. Sehingga banyak kita lihat
anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami, diakibatkan karena
pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik,
mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.
Harus Kafaah
Shalihah
orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari
keduanya melainkan derajat taqwanya (Al-Hujuraat : 13). Artinya : Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (AlHujuraat : 13).
Dan mereka tetap sekufu dan tidak ada halangan bagi mereka untuk
menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang
masih berfaham materialis dan mempertahankan adat istiadat wajib mereka
meninggalkannya dan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih.
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :Artinya :Wanita dikawini karena
empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan
karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keIslamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka. (Hadits
Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).
2.4.2. Kriteria Memilih Calon Suami dan Istri Yang Salihah
Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak baik insya Allah
Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda
yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara
keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
2.5. Proses Sebuah Pernikahan yang Berlandasakan Al-Quran dan AsSunnah yang Shahih.
2.5.1. Mengenal calon pasangan hidup
pembicaraan melalui telepon antara seorang pria dengan seorang wanita yang
telah dipinangnya, beliau menjawab, Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara
lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya, bila memang pinangannya
telah diterima dan pembicaraan yang dilakukan dalam rangka mencari
pemahaman sebatas kebutuhan yang ada, tanpa adanya fitnah. Namun bila hal itu
dilakukan lewat perantara wali si wanita maka lebih baik lagi dan lebih jauh dari
keraguan/fitnah. Adapun pembicaraan yang biasa dilakukan laki-laki dengan
wanita, antara pemuda dan pemudi, padahal belum berlangsung pelamaran di
antara mereka, namun tujuannya untuk saling mengenal, sebagaimana yang
mereka istilahkan, maka ini mungkar, haram, bisa mengarah kepada fitnah serta
menjerumuskan kepada perbuatan keji. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Artinya:Maka janganlah kalian tunduk (lembut mendayu-dayu) dalam
berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang di hatinya ada penyakit
dan ucapkanlah ucapan yang maruf. (Al-Ahzab: 32)
.
Artinya: Wahai Rasulullah! Aku datang untuk menghibahkan diriku
kepadamu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun melihat ke arah
wanita tersebut. Beliau mengangkat dan menurunkan pandangannya kepada si
wanita. Kemudian beliau menundukkan kepalanya. (HR. Al-Bukhari no. 5087
dan Muslim no. 3472)
13
Hadits ini menunjukkan bila seorang lelaki ingin menikahi seorang wanita
maka dituntunkan baginya untuk terlebih dahulu melihat calonnya tersebut dan
mengamatinya. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/215-216)
Oleh karena itu, ketika seorang sahabat ingin menikahi wanita Anshar,
Rasulullah
Shallallahu
alaihi
wa
sallam
menasihatinya:
Artinya:Lihatlah wanita tersebut, karena pada mata orang-orang Anshar
ada sesuatu. Yang beliau maksudkan adalah mata mereka kecil. (HR. Muslim
no. 3470 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Artinya:Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan lebih
pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua (kelak). (HR.
An-Nasa`i no. 3235, At-Tirmidzi no.1087. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 96)
Artinya:Apabila Allah melemparkan di hati seorang lelaki (niat) untuk
meminang seorang wanita maka tidak apa-apa baginya melihat wanita
tersebut. (HR. Ibnu Majah no. 1864, dishahihkan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Ibni Majah dan Ash-Shahihah no. 98)
Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, Boleh melihat wanita yang
ingin dinikahi walaupun si wanita tidak mengetahuinya ataupun tidak
menyadarinya. Dalil dari hal ini sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
Artinya: Apabila seorang dari kalian ingin meminang seorang wanita, maka
tidak ada dosa baginya melihat si wanita apabila memang tujuan melihatnya
untuk meminangnya, walaupun si wanita tidak mengetahui (bahwa dirinya
sedang dilihat). (HR. Ath-Thahawi, Ahmad 5/424 dan Ath-Thabarani dalam AlMujamul Ausath 1/52/1/898, dengan sanad yang shahih, lihat Ash-Shahihah
1/200)
15
Al-Imam
Malik
rahimahullahu
dalam
satu
riwayat
darinya
menyatakan, Aku tidak menyukai bila si wanita dilihat dalam keadaan ia tidak
tahu karena khawatir pandangan kepada si wanita terarah kepada aurat. Dan
dinukilkan dari sekelompok ahlul ilmi bahwasanya tidak boleh melihat wanita
yang dipinang sebelum dilangsungkannya akad karena si wanita masih belum jadi
istrinya. (Al-Hawil Kabir 9/35, Syarhul Maanil Atsar 2/372, Al-Minhaj Syarhu
Shahih Muslim 9/214, Fathul Bari 9/158)
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita,
hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya. Apabila seorang lelaki
mengetahui wanita yang hendak dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh
lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya meminang wanita
tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
Artinya:Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah dipinang oleh
saudaranya hingga saudaranya itu menikahi si wanita atau meninggalkannya
(membatalkan pinangannya). (HR. Al-Bukhari no. 5144)
Dalam riwayat Muslim (no. 3449) disebutkan:
Artinya:Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain. Maka
tidaklah halal baginya menawar barang yang telah dibeli oleh saudaranya dan
16
tidak halal pula baginya meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya
hingga saudaranya meninggalkan pinangannya (membatalkan).
Perkara ini merugikan peminang yang pertama, di mana bisa jadi pihak
wanita meminta pembatalan pinangannya disebabkan si wanita lebih menyukai
peminang kedua. Akibatnya, terjadi permusuhan di antara sesama muslim dan
pelanggaran hak. Bila peminang pertama ternyata ditolak atau peminang pertama
mengizinkan peminang kedua untuk melamar si wanita, atau peminang pertama
membatalkan pinangannya maka boleh bagi peminang kedua untuk maju. (AlMulakhkhash Al-Fiqhi, 2/282)
Setelah pinangan diterima tentunya ada kelanjutan pembicaraan, kapan
akad nikad akan dilangsungkan. Namun tidak berarti setelah peminangan
tersebut, si lelaki bebas berduaan dan berhubungan dengan si wanita. Karena
selama belum akad keduanya tetap ajnabi, sehingga janganlah seorang muslim
bermudah-mudahan dalam hal ini. (Fiqhun Nisa fil Khithbah waz Zawaj, hal. 28)
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul.
Ijab adalah penyerahan dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah
penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan dengan
ucapannya, misalnya: Saya nikahkan anak saya yang bernama si A kepadamu
dengan mahar sebuah kitab Riyadhus Shalihin.
Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya, misalnya:
Saya terima nikahnya anak Bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab
Riyadhus Shalih. Sebelum dilangsungkannya akad nikah, disunnahkan untuk
menyampaikan khutbah yang dikenal dengan khutbatun nikah atau khutbatul
hajah. Lafadznya sebagai berikut:
.