Anda di halaman 1dari 35

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Kesehatan gigi anak sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak, oleh karena itu kebersihan gigi dan mulut harus selalu diperhatikan oleh
orang tua, baik kebersihan botol atau dot susu dan lain-lain, jika tidak dibersihkan
akan menjadi sarang segala macam kuman dan bakteri (www.google.com.
andersont.2005). Dalam penggunaan susu botol anak sering diberikan susu botol
dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus, oleh karena itu banyak sisa
susu yang menempel pada sela-sela gigi dan akhirnya akan menjadi plak dan
membuat mulut menjadi asam sehingga mineral kalsium dan fosfor akan lepas
dari gigi sehingga gigi menjadi berlubang (karies) (www.geogle.com.wahyudi.
2001).
Prevalensi karies dan penyakit periodental diperkirakan mencapai 90% dari
jumlah anak usia pra sekolah di Indonesia (www.geogle.com.wahyudi.2001). Di
Kabupaten Lamongan jumlah anak usia pra sekolah yang menderita karies gigi
sebanyak 163 anak. Jumlah murid di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan sebanyak 52 (100%) murid dan yang
mengkonsumsi susu botol sebanyak 20 (66,7%) murid, sedangkan 16 (80%) anak
yang mengalami karies, dan dari TK MI terdapat 21 (100%) murid yang
mengkonsumsi susu botol sebanyak 10 (47,6%) anak dan mengalami karies
sebanyak 7 (33,3%) anak. Dari 52 responden peneliti melakukan studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Maret 2008 didapatkan pengetahuan
orang tua tentang karies cukup sebanyak 25% dan kurang sebanyak 75%.

Sebagian besar orang tua beranggapan bahwa gizi sangat penting bagi anak
salah satunya bisanya diberikan melalui susu, sayangnya orang tua lebih memilih
untuk memberikan anak dengan susu botol partikel makanan akan bertumpuk dan
akhirnya akan membentuk plak di dalam plak hidup berbagai macam bakteri
terutama jenis stresptococcus atau laktobasilus sehingga keadaan mulut akan
menjadi asam mineral, kalsium dan fosfat akan lepas dari gigi karena hilangnya
mineral, gigi menjadi rapuh dan akhirnya akan berlubang (karies). Karies bisa
menimbulkan rasa sakit yang hebat sehingga anak akan kehilangan selera makan,
proses mengunyah akan terganggu dan kemudian anak akan kurus karena
kekurangan

suplay

makanan,

dan

bisa

menyebabkan

demam

(www.geogle.com.wahyudi. 2001). Pekerjaan orang tua menjadi salah satu alasan


orang tua untuk memberikan susu botol serta pengetahuan orang tua dalam
menggunakan susu botol masih kurang terutama cara membersihkan botol susu.
Sehingga dapat menimbulkan plak yang didalamnya hidup berbagai bakteri
terutama jenis streptoccous atau laktobasilus. Hal ini dapat menyebabkan keadaan
mulut akan menjadi asam mineral, kalsium dan fosfat akan lepas dari gigi karena
hilangnya mineral gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan akhirnya akan berlubang
(karies) (www.google.com.andersont.2005).
Mulut sebenarnya sudah mempunyai sistem pembersihan sendiri yaitu air
ludah tapi dengan makanan modern kita sekarang pembersihan alam ini tidak akan
lagi berfungsi dengan baik, oleh karena itu perlu adanya alat bantu yaitu sikat gigi
dan pasta gigi, sikat gigi yang baik sebaiknya dilakukan pada malam hari karena
pada malam hari ludah dan air ludah menjadi diam. Tetapi menyimak
permasalahan tersebut diatas langkah yang bisa kita lakukan, sebagai tenaga
kesehatan ialah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua
anak tentang pengaruh susu botol terhadap karies, cara perawatan gigi yang baik

karena dapat mencegah penyakit gigi dan mulut akibat dari sisa makanan yang
tertinggal disela-sela gigi, orang tua anak juga harus memeriksakan gigi
kedokteran gigi paling tidak 6 bulan sekali selain untuk perawatan gigi juga untuk
memperoleh informasi tentang pertumbuhan gigi anak sehingga gigi yang mulai
rusak dapat segera di ketahui dan ditambal (Tarigan Rasmita, 1989 : 75).
Dengan adanya uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol
Dengan Terjadinya Karies Gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa
Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2008.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :


Apakah ada hubungan pengetahuan orang tua tentang pemberian susu botol
dengan terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa
Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2008 ?

1.3
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang pemberian susu botol

dengan terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK. Kamboja Desa
Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2008.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang pemberian susu botol


pada anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2008.

1.3.2.2 Mengidentifikasi terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK
Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan
tahun 2008.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan pengetahuan orang tua tentang pemberian susu
botol dengan terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK
Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan
tahun 2008.

1.4
1.4.1

Manfaat Penelitian
Bagi Responden
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang pengaruh

susu botol dengan karies gigi serta upaya pencegahannya salah satunya yaitu
dengan cara selalu menjaga kebersihan botol atau dot, sikat gigi sejak dini dan
oral hygiene.
1.4.2

Bagi Peneliti
Diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut

sehingga dapat mencapai hasil penelitian yang lebih maksimal.


1.4.3

Bagi Ilmu Keperawatan


Meningkatkan pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada

masalah kesehatan gigi terutama pada karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.
1.4.4

Bagi Instansi
Menambah pengetahuan tentang pemberian susu botol dengan terjadinya

karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian yang meliputi : konsep pengetahuan, konsep orang tua,
konsep susu botol, konsep karies gigi, konsep anak usia 4-6 tahun, kerangka
konseptual dan hipotesa.

2.1

Konsep Pengetahuan

2.1.1

Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui


pancaindra manusia, yakni : Indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseoramg (over behavior) (Notoatmodjo S, 2003 : 127).
2.1.2

Proses Adopsi Pengetahuan


Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3

Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

(Notoatmodjo S, 2003 : 128-130), yakni :


2.1.3.1 Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2.1.3.2 Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
2.1.3.3 Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

2.1.3.4 Analisis (Analysis)


Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
2.1.3.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dan formulasi-formulasi yang ada.
2.1.3.6 Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penelitian evaluasi bertujuan untuk menilai
sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan pola tolok ukur, sebuah
predikat pengetahuan menunjukkan pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas.
2.1.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

2.1.4.1 Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup
tinggi kedewasaannya. Semakin dewasa seseorang maka pengalaman akan
semakin bertambah (Nursalam, 2001 : 133).

2.1.4.2 Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi


sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat
pengetahuan yang dimiliki seseorang akan lebih luas dan mudah menerima segala
informasi (Nursalam, 2003 : 132).
2.1.4.3 Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan dan kehidupan keluarga, bekerja pada umumnya adalah kegiatan yang
nyata waktu bekerja mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga
(Nursalam, 2001 : 33).
2.1.4.4 Penghasilan
Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan keluarga mereka terhadap
gizi, perumahan dan lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Jelas semuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit
(Effendy N, 1998 : 40).

2.2
2.2.1

Konsep Dasar Orang Tua


Pengertian
Orang tua adalah sepasang ayah dan ibu yang hidup rukun dan sejahtera

menjadi pelindung anak yang memberi perasaan aman, perhatian dan pendidikan
(Suherman, 2000 : 11).

Orang tua adalah sepasang suami-istri sebagai ayah-ibu yang melakukan


peranannya dalam pandangan dan arah pendidikan dalam mewujudkan suasana
keluarga yang baik agar dapat menjadi wadah perkembangan anak yang sehat dan
wajar (Singgih D Gunarsa, 1991 : 31).
2.2.2

Peranan orang tua yang terdapat didalam keluarga

1. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dans ebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masayarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
(Nasrul Efendi, 1998 : 34).
2.2.3

Ada 3 fungsi pokok orang tua terhadap anggota keluarganya

1. Asih adalah memberikan kasih sayang perhatian, rasa aman kehangatan


kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

10

2. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar


kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental sosial dan spiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
(Nasrul Efendi, 1998 : 36).
2.2.4

Tugas orang tua

1. Mengasuh dan merawat anak-anaknya.


2. Membimbing dan mendidik.
3. Memberi penghidupan yang layak.
4. Membantu anak dalam menciptakan motivasi agar anak mereka kelak dapat
tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak dengan kepribadian kuat, optimis
dan kreatif (Jean Robb&Hillary Letts, 2004 : V).
5. Membangkitkan dorongan dan semangat anak.
6. Sosialisasi antara anggota keluarga.
7. Memelihara sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(Nasrul Efendi, 1998 : 37).

2.3
2.3.1

Konsep Susu Botol


Pengertian
Susu botol merupakan susu komersiil yang dijual dipasar atau ditoko yang

berbuat dari susu sapi atau kedelai (Husaini Yayah, 2001 : 22).
2.3.2

Masalah susu botol dimasyarakat

10

11

1. Bayi yang diberikan susu botol biasanya mendapat kalori lebih tinggi dari
pada bayi yang mendapat ASI, hal ini disebabkan :
1) Ibu-ibu yang memberikan susu botol kepada bayinya, juga memberikan
makanan campuran yang lebih cepat dari seharusnya.
2) Ibu sering menyiapkan susu botol lebih pekat.
2. Dalam pemberian susu botol kebanyakan ibu tidak memperhatikan label atau
tidak mengerti membaca label sehingga pemberian susu kepada bayi dalam
konsentrasi yang tidak tepat (Husaini Yahya, 2001 : 22).
2.3.3

Jenis susu botol

2.3.3.1 Susu Cair (Liquid Milk)


Susu cair yang terbuat dari susu sapi dan susu kerbau asli (murni).
2.3.3.2 Tepung susu skim
Tepung susu skim terdapat dua pilihan yakni tanpa lemak atau kadar lemak
rendah dan yang berlemak.
2.3.3.3 Tepung susu (Milk powder)
Susu yang tahan lama tetapi dapat terkontaminasi jika penutup kalengnya
dibuka terlalu lama.
2.3.3.4 Susu kental
Air susu dimana sudah melalui proses penguapan sehingga sebagian airnya
sudah hilang.
2.3.3.5 Susu formula
Susu yang berupa tepung susu berasal dari susu sapi (Nano Sunartyo, 2007 :
147).

2.3.4

Cara pemberian susu botol

11

12

1. Tersedianya air yang cukup banyak dan sudah direbus.


2. Kemudian diperhatikan pula pemilihan botol dot yang cukup baik.
3. Lubang dot jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil.
4. Dot dan botol yang dipakai harus dibersihkan sampai bersih dan
diterilisasikan selama 5-10 menit.
5. Sebaiknya ibu memiliki 5-6 buah botol sehingga dapat dipakai secara
bergantian.
(Husaini Yayah, 2001 : 22).
2.3.5

Cara membersihkan botol susu

1. Jagalah selalu kebersihan peralatan anak seperti botol dan dot botol serta
peralatan makan anak.
2. Botol susu sangat mudah terkontaminasi, karena itu sebaiknya botol terbuat
dari bahan gelas, bukan plastik yang dapat berdiri tegak dan bermulut lebar
serta memiliki takaran yang jelas.
3. Seperti hal botol susu, dot botol juga mudah terkontaminasi. Oleh sebab itu
dot botol harus terbuat dari bahan yang bermutu tinggi dan tahan terhadap
panas. Lubang dot harus dapat mengeluarkan air susu dengan kecepatan tetap
bila botol dibalikkan.
4. Sedikitnya ibu harus memiliki dua botol susu dan beberapa dot untuk
persediaan, agar dapat dipakai secara bergantian.
5. Setelah peralatan makan atau minum digunakan, cucilah semua alat tersebut
menggunakan air dingin, sabun atau deterjen dengan memakai sikat botol.
Terutama dot botol, lumurilah dengan garam agar sisa-sisa susu dapat hilang.

12

13

6. Setelah itu alat-alat tersebut direndam dalam air mendidih untuk disterilkan.
Diamkan rata-rata 10-15 menit lamanya, lalu tiriskan dan simpan dalam
tempat yang bersih dan tertutup sampai saatnya digunakan.
7. Jika ibu tidak ingin repot, cucilah alat-alat tersebut dengan menggunakan air
panas sampai bersih, pastikan tidak ada sisa-sisa susu yang masih menempel
pada botol dan dot botol, lalu bilaslah dengan air matang setelah itu tiriskan
dan simpan alat-alat tersebut dalam keadaan tertutup.
(Nano Sunartyo, 2007 : 156).
Dalam penggunaan susu botol anak sering diberikan susu botol dalam
jangka waktu yang lama dan terus menerus, oleh karena itu banyak sisa susu yang
menempel pada sela-sela gigi dan akhirnya akan menjadi plak dan membuat mulut
menjadi asam sehingga mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi sehingga
gigi menjadi berlubang (karies) (www.geogle.com.wahyudi.2001).
2.3.6

Menghentikan ASI atau Susu Botol


Tidak semua ibu menyusui bayinya sendiri, kalaupun harus menyusui bayi

dengan susu botol maka harus diperhatikan bentuk dot untuk susu botol tersebut
karena sering pengaruh dot yang digunakan dapat merusakan karang gigi yang
akan tumbuh. Kecenderungan dari anak yang mendapat susu botol untuk terserang
bottle-caries sudah banyak dipublikasikan, menghentikan anak minum air susu
botol sebaiknya pada umur 2-3 tahun dan biasa diganti dengan menggunakan
gelas.

2.4

Konsep Karies

13

14

2.4.1

Pengertian karies
Karies adalah daerah yang rusak digigi dan membentuk lubang. Karies juga

disebut tooth decay, disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, diantaranya tidak
membersihkan gigi dengan baik, kebiasaan ngemil dan minum yang manis-manis.
Karies pada gigi adalah salah satu masalah kesehatan yang paling sering
dialami oleh manusia. Biasanya kasus ini akan mencapai puncak diusia anak-anak
hingga dewasa muda. Tapi, siapa pun yang memiliki gigi berpotensi terkerna
karies, termasuk bayi dan manula (www.geogle.com.wahyudi.2001).
2.4.2

Penyebab karies
Mulut sama dengan beberapa bagian tubuh lainnya, memiliki bakteri yang

tumbuh normal didalamnya. Beberapa jenis bakteri ini hidup dengan


mengandalkan makanan yang mengandung zat gula dan zat tepung atau golongan
karbohidrat. Ketika sisa-sisa karbohidrat ini tidak dibersihkan dari gigi, bakteri
tersebut akan mengubahnya menjadi asam dalam waktu hanya 20 menit. Bakteri,
asam, partikel makanan dan saliva akan membentuk plak. Jika anda memainkan
lidah disekitar gigi, plak bisa terasa beberapa jam setelah menyikat gigi. Plak
rasanya agak kasar dan banyak ditemukan didaerah belakang gigi, terutama
sepanjang batas gusi.
Asam didalam plak akan mengganggu mineral yang ada didalam gigi,
terutama yang terkandung dipermukaan terluar, yang disebut email. Erosi yang
disebabkan oleh asam ini akan menyebabkan lubang kecil yang terbentuk diemail
yang kemudian disebut sebagai kavitas. Ketika satu titik saja dari email sudah
hancur, bakteri bisa menyerang lapisan gigi selanjutnya, yaitu dentis. Lapisan ini
lebih lunak dan kurang tahan terhadap asam dibandingkan email. Jadi ketika
karies mencapai lapisan ini, karies akan segera menyebar dengan cepat.

14

15

Ketika karies berlanjut, bakteri dan asam akan menyerang lapisan gigi
selanjutnya, berlanjut ke pulpa yaitu bagian terdalam gigi. Pulpa ini berisi saraf
dan pembuluh darah. Pulpa akan teriritasi oleh bakteri. Akhirnya tulang
pendukung gigi juga terganggu. Ketika karies sudah mencapai tahap ini akan
merasa sakit yang cukup parah, sensitifitas gigi meningkat, rasa nyeri ketika
menggigit dan gejala lainnya. Tubuh juga akan bereaksi dengan mengirimkan sel
darah putih untuk melawan infeksi. Akhirnya terjadi abses (bernanah).
Proses karies ini makan waktu. Gigi tetap lebih kuat dibandingkan gigi
sulung dan mungkin bisa bertahan terhadap karies satu sampai dua tahun. Saliva
juga membantu membuang bakteri dan asam. Tapi, ketika kerusakan sudah
mencapi lapisan dalam gigi, prosesnya akan terus berlanjut dengan lebih cepat.
Kasus gigi berlubang paling banyak terjadi pada gigi belakang, yaitu
geraham dan geraham kecil (molar dan premolar). Gigi belakang ini memiliki
lekukan-lekukan sempit yang disebut sebagai groove dan pit. Meskipun groove
dan pit ini bermanfaat besar dalam penguyahan, tetapi bisa menyebabkan
tertinggalnya sisa-sisa makanan didalamnya. Disamping itu, gigi belakang juga
lebih sulit untuk dibersihkan dibanding gigi depan. Hal ini disebabkan posisinya
yang dibelakang dan agak sulit dijangkau atau diawasi kebersihannya dengan
sempurna. Hasilnya terbentuklah plak yang menjadi tempat yang nyaman bagi
perkembangbiakan

bakteri

yang

selanjutnya

menghasilkan

asam

yang

menghancurkan email gigi (www.geogle.com.wahyudi.2001).


2.4.3

Tanda dan gejala karies gigi


Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh karies amat bervariasi, tergantung

kepada keparahan dan lokasi karies. Beberapa tanda dan gejalanya antara lain :
1. Nyeri atau ngilu digigi.

15

16

2. Gigi lebih sensitif.


3. Rasa sakit yang menusuk ketika memakan atau minum sesuatu yang manis,
panas atau dingin.
4. Nyeri atau ngilu yang tidak hilang meskipun sesudah makan atau minum.
5. Nyeri ketika ada gigitan sesuatu.
6. Pus atau cairan asing (nanah) yang muncul disekitar gigi.
7. Adanya cekungan atau lubang yang terlihat dipermukaan gigi.
(www.google.com.wahyudi.2001).
2.4.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi

1. Makanan atau minuman manis


Beberapa makanan dan minuman manis meningkatkan resiko seseorang untuk
terkena penyakit berlubang, misalnya ; susu, gula, kue, buah-buahan dan
permen karamel.
2. Frekuensi
Dalam urusan gigi, jumlah guna yang anda konsumsi pengaruhnya sebanding
dengan kebutuhan gigi.
3. Kebersihan mulut
Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi secara rutin sehabis makan
dan sebelum tidur, plak akan muncul dengan subur dan memudahkan karies.
4. Konsumsi air dalam kemasan
Adanya kandungan fluoride di dalam air minum akan mengurangi resiko
terkena pada gigi.
5. Usia

16

17

Semakin bertambahnya usia, semua bagian tubuh akan mengalami penurunan


kemampuan, begitu juga dengan gigi, semakin tua seseorang semakin besar
pula resikonya terkena karies (www.google.com.wahyudi.2001).
2.4.5

Penatalaksanaan karies gigi

2.4.5.1 Perawatan dengan fluoride


Fluoride adalah mineral yang dapat membantu mencegah karies dan
membantu gigi memperbaiki dirinya sendiri. Ketika karies gigi baru terbentuk dan
belum parah pemberian fluoride bisa menjadi perawatan yang cukup membantu.
Fluoride ini bisa berbentuk cairan, gel, pelapisan langsung dan lain-lain.
2.4.5.2 Tambalan
Tambalan adalah penggantian atau pengisian jaringan yang sudah hilang
karena karies dengan bahan pengganti yang terbuat dari berbagai macam jenis
diantaranya amalgam (campuran 2 jenis logam atau lebih). Komposif dan logam
cor (www.google.com.wahyudi.2001).
2.4.5.3 Pengobatan lebih awal
Pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah, dibandingkan
perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk anestesi lokal, oksidanetro atau
onat dapat merendam nyeri (www.google.andersont.2005).

2.4.5.4 Pencabutan
Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies bila
gigi tersebut telah hancur karena proses berpelubangan (www.google.
andersont.2005).

17

18

2.4.6

Klasifikasi karies gigi

2.4.6.1 Lokasi
Secara umum ada 2 tipe karies gigi bila dibedakan. Lokasinya, yaitu karies
yang ditemukan dipermukaan halus dan karies dicelah atau visuran gigi.
1. Karies celah dan fisuren
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan sepenuhnya menyatu dan membuat suatu turunan
atau depresio yang khas pada struktur permukaan email. Tempat ini mudah
sekali menjadi lokasi karies gigi celah yang ada daerah pipi atau bukal
ditemukan digigi geraham.
2. Karies permukaan halus
Ada 3 macam karies permukaan halus. Karies proksimal atau dikenal juga
sebagai karies interproksimal terbentuk pada permukaan halus antara batas
gigi karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies ini
terbentuk pada permukaan lainnya. Pada radiografini, titik hitam pada batas
gigi menunjukkan sebuah karies proksimal. Karies proksimal adalah tipe yang
paling sulit untuk dideteksi tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual
atau manual dengan sebuah explores gigi. Karies proksimal ini memerlukan
pemeriksaan radiografi. Karies akan adalah tipe karies yang sering terjadi dan
biasanya terbentuk ketika permukaan akar lebih terbuka karena resesi gigi.
2.4.6.2 Karies di dekat leher gigi disbut karies servikal.
2.4.6.3 Laju penyakit

18

19

Laju karies dapat dibagi menjadi karies akut dan karies kronis. Karies
rekuren berarti karies yang yang terjadi pada bekas karies terdahulu. Jaringan
karies yang terpengaruh bergantung pada jaringan keras mana yang terpengaruh,
maka dapat dibedakan karies yang mempengaruhi enamol atau dentin, pada
awalya perkembangan karies hanya mungkin mempengaruhi enamol namun
ketika karies semakin luas dapat mempengaruhi dentin (www.google.com.
andersont.2005).
2.4.7

Pencegahan karies gigi

2.4.7.1 Kebersihan mulut


Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik, kebersihan
mulut yang baik diperlukan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulit
dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri dan karies dapat
dicegah dengan pembersigan dan memeriksakan gigi teratur.
2.4.7.2 Pengaturan makanan
Untuk kesehatan gigi pengaturan konsumsi gula perlu diperhatikan, gula
yang

tersisa

pada

mulut

dapat

memproduksi

asam

oleh

bakteri

(www.google.com.andersont.2005).

2.5
2.5.1

Konsep Anak Usia Pra Sekolah


Pengertian Anak Usia Pra Sekolah
Masa pra sekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dua dimensi

(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga dimensi.

19

20

Dengan perkataan lain, masa pra sekolah merupakan time for play (Hawadi Reni
Akbar, 2001 : 4).
2.5.2

Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah

2.5.2.1 Perkembangan fisik


Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan pada setiap anak, karena faktor
keturunan, efek dari pemberian nutrisi dan faktor lain yang dimiliki anak dalam
riwayat hidupnya. Otakpun telah berkembang sekitar 75% dari berat otak usia
dewasa. Gigi masih merupakan gigi susu dan akan berganti pada perkembangan
berikutnya dengan gigi tetap.
2.5.2.2 Perkembangan motorik
Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan, berlari, melompat,
naik sepeda roda tiga, mendorong, menarik, memutar dan berbagai aktivitas
koordinasi mata, tangan, namun juga melibatkan hal-hal seperti menggambar,
mengecat dan kegiatan lain. Ketrampilan motorik berkembang pesat pada usia ini.
2.5.2.3 Perkembangan intelektual
Usia 3-6 tahun merupakan usia yang sangat temperamental bagi anak. Rasa
ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada
anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal baru.
2.5.2.4 Perkembangan sosial
Pada usia 3-6 tahun, anak belajar menjalin kontak sosial dengan orang-orang
yang ada di luar rumah, terutama dengan anak sebayanya. Pada anak usia pra
sekolah, teman bermainnya seringkali orang-orang dewasa didalam keluarga

20

21

maupun saudara sekandungnya sendiri, baru kemudian ia bergaul dengan anak


lain.

2.6

Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
Susu Botol :
- Umur
- Pendidikan 1. Pengertian
- Pekerjaan 2. Masalah susu botol
dimasyarakat
- Penghasilan
3. Jenis susu botol
4. Cara memberi minum susu
Pengetahuan orang tua : botol
5.21 Cara membersihkan botol susu
- Tahu
6. Menghentikan ASI atau Susu
Kebersihan gigi dan
Botol.
mulut

22

Memahami.
Aplikasi.
Analisis.
Sintesis.
Evaluasi.

Baik

Cukup

Kurang

Keterangan :
Terjadinya karies pada
anak usia 4-6 tahun

: Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka konsep hubungan pengetahuan orang tua tentang


pemberian susu botol dengan terjadinya karies gigi pada anak usia
4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan Tahun 2008
2.7 Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil
sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo S, 2003 : 72).

22

23

Hipotesis dalam penelitian ini adalah H0 : tidak ada Hubungan Pengetahuan


Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol Dengan Terjadinya Karies Gigi pada
anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan Tahun 2008.

BAB 3
METODE PENELITIAN

23

24

Pada bab ini akan dibahas tentang desain penelitian, kerangka kerja,
populasi,

sampel,

sampling,

identifikasi

variabel,

definisi

operasional,

pengumpulan data, masalah etika dan keterbatasan penelitian.

3.1

Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin


timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2003 : 81).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti bertujuan mengungkapkan
hubungan antar variabel dan hubungan ini pada kecenderungan bahwa variasi
suatu variabel diikuti oleh variasi variabel (Nursalam, 2001).

24

25

3.2

Kerangka Kerja atau Frame Work


Kerangka kerja pentahapan (langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah) mulai

dari pentahapan populasinya sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awak
penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003 : 56).
Populasi : Seluruh murid TK Kamboja usia 4-6 tahun di Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2008 yang berjumlah 52 anak.

Sampel : Seluruh anak TK Kamboja usia 4-6 tahun di Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2008 yang memenuhi kriteria
inklusi, sebanyak 46 responden.
Tehnik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling
Identifikasi variabel

Variabel independent :
Pengetahuan orang tua tentang
pemberian susu botol

Variabel dependent :
Karies gigi

Pengumpulan data kuesioner


Tabulasi data :
Editing, Coding, Skoring, Tabulating
Analisa data : Uji Chi Square
Penyajian data
Desiminasi
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan pengetahuan orang tua tentang pemberian susu botol
dengan terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa
Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2008.

25

26

3.3

Populasi, Sampel, Sampling

3.3.1

Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang diharapkan

(Nursalam, 2003 : 93). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh murid TK
Kamboja usia 4-6 tahun di Desa Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten
Lamongan tahun 2008 yang berjumlah 52 anak.
3.3.2

Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003 : 95). Sampel terdiri dari
bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui
sampling (Nursalam, 2003 : 95). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak
TK Kamboja usia 4-6 tahun di Desa Maindu Kecamatan Kedungpring Kabupaten
Lamongan tahun 2008 yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 46 responden.
3.3.2.1 Kriteria sampel
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dengan suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96),
sedangkan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan.
2. Orang tua (ibu) anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan.
3. Orang tua (Ibu) yang bisa membaca dan menulis.

26

27

4. Orang tua (ibu) anak usia 4-6 tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan yang bersedia menandatangani informed
consent.
3.3.2.2 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota populasi yang akan dijadikan
sampel (Notoatmodjo S, 2002 : 92). Adapun perkiraan besar sampel dalam
penelitian ini tetapkan dengan rumus sebagai berikut :
n

N
2
1 Nd

Keterangan :
n

: Besar sampel

: Besar populasi

: Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (Notoatmodjo


Soekidjo, 2002 : 92).

52
2
1 52 0,05

52
1 0,13

52
1,13

= 46,0177
= 46 responden
Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, jadi besar sampel dalam
penelitian ini sebanyak 46 responden.

3.3.3

Sampling

27

28

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili suatu populasi (Nursalam, 2003 : 97). Tehnik pengambilan data
atau tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi
penelitian.

3.4

Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok (benda, orang, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Nursalam, 2003 : 101).
3.4.1

Variabel independent
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Pada penelitian ini variabel independentnya adalah pengetahuan orang


tua tentang pemberian susu botol pada anak usia 4-6 tahun.
3.4.2

Variabel dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independent. Dalam penelitian ini variabel dependent adalah karies gigi.

3.5

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari suatu yang didentifikasi tersebut (Nursalam, 2003 : 44). Definisi operasional
dalam penelitian ini akan diamati dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Definisi Operasional hubungan pengetahuan orang tua tentang
pemberian susu botol dengan terjadinya karies gigi pada anak usia 4-6
tahun di TK Kamboja Desa Maindu Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan Tahun 2008.

28

29

Variabel
Variabel
independent
Pengetahuan
orang tua
tentang
pemberian
susu botol
pada anak
usia 4-6
tahun.

Variabel
dependent
terjadinya
karies gigi

Definisi
operasional
Kemampuan
orang tua dalam
mengetahui cara
memberikan
susu botol pada
anak usia 4-6
tahun.

Karies gigi
adalah suatu
penyakit jaringan
gigi yaitu email,
dentis dan
sementum yang
disebabkan oleh
aktifitas jasad
renik dalam
suatu karbohidrat
yang dapat
diragikan, adalah
demi realisasi
jaringan keras
gigi yang
kemudian diikuti
kerusakan bahan
organiknya.

Indikator

Alat ukur

Skala

Susu botol :
1. Pengertian
2. Masalah susu
botol
dimasyarakat
3. Jenis susu botol
4. Carapemberian
minum susu
botol
5. Cara
membersihkan
botol susu
6. Menghentikan
ASI atau Susu
Botol.

Kuesioner

Ordinal

Tanda dan gejala


Observasi
karies gigi :
1. Nyeri atau
ngilu digigi.
2. Gigi lebih
sensitif.
3. Rasa sakit
yang menusuk
ketika
memakan atau
minum
sesuatu yang
manis, panas
atau dingin.
4. Nyeri atau
ngilu yang
tidak hilang
meskipun
sesudah
makan atau
minum.
5. Nyeri ketika

29

Nominal

Skor
Skor :
Benar = 1
Salah = 0
Dengan kriteria :
1. Baik bila responden
menjawab
pertanyaan benar
76-100%.
2. Cukup bila
responden
menjawab
pertanyaan benar
56-75%.
3. Kurang bila
responden
menjawab
pertanyaan benar
55%.
Kode :
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
1. Terjadi karies bila
terdapat 1-7 tanda
dan gejala karies
gigi.
2. Tidak terjadi karies
gigi bila tidak
terdapat tanda dan
gejala karies gigi.
Kode :
Terjadi karies gigi = 1
Tidak terjadi karies gigi
=0

30

Variabel

Definisi
operasional

Indikator

Alat ukur

Skala

Skor

saat menggigit
sesuatu.
6. Pus atau
cairan asing
(nanah) yang
muncul
disekitar gigi.
7. Adanya
cekungan atau
lubang yang
terlihat
dipermukaan
gigi.
3.6
3.6.1

Pengumpulan dan Teknik Analisa Data


Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian


(Nursalam, 2003 : 115).
3.6.1.1 Proses pengumpulan data
Setelah mendapatkan izin dari Direktur Akes Rajekwesi Bojonegoro peneliti
meminta izin dari Kepala Dinas Kesbanglinmas Kabupaten Lamongan, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, Kepala Puskesmas Kedungpring, Kepala
Sekolah TK Kamboja Desa Maindu kemudian proses pengumpulan data dimulai
yaitu dengan menyebarkan angket atau kuesioner dan melakukan observasi
kepada responden yang sebelumnya peneliti telah mengadakan pendekatan
dengan mengedepankan masalah etika.
3.6.1.2 Instrumen pengumpulan data

30

31

Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


(Notoatmodjo S, 2002 : 48). Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner pada variabel independent dan
observasi pada variabel dependent. Adapun yang dimaksud kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, jenis pertanyaan adalah
closed ended, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban
dengan memberikan dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo
Soekidjo, 2005 : 16). Dan observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti dan secara cermat mendifinisikan apa yang diamati melalui perencanaan
yang matang terhadap fakta-fakta yang ada pada subjek yang sudah disusun
sesuai pengelompokannya, pencatatan dan pemberian kode terhadap hal-hal yang
sudah ditetapkan (Nursalam, 2003 : 110).
1. Lokasi dan waktu penelitian
1) Lokasi penelitian
Di TK Kamboja Kecamatan Maindu Kabupaten Lamongan.
2) Waktu penelitian
Dimulai pada bulan .. sampai dengan bulan. 2008.
3.6.2

Teknik analisa data

3.6.2.1 Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang
telah dikumpulkan dan untuk memonitor jangan sampai terjadi kekosongan data
yang dibutuhkan.
3.6.2.2 Coding

31

32

Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut responden. Untuk
jawaban data variabel independent pengetahuan orang tua tentang pemberian susu
botol pada anak usia 4-6 tahun baik diberi kode 3, pengetahuan orang tua tentang
pemberian susu botol pada anak usia 4-6 tahun cukup diberi kode 2, pengetahuan
orang tua tentang pemberian susu botol pada anak usia 4-6 tahun kurang diberi
kode . Sedangkan variabel dependent jika terjadi karies gigi diberi kode 1 dan jika
tidak terjadi karies gigi diberi 0.
3.6.2.3 Skoring
Pada lembar kuesioner variabel independent pengetahuan baik bila
responden menjawab pertanyaan benar 76-100%, cukup bila responden menjawab
pertanyaan benar 56-75% dan kurang bila responden menjawab pertanyaan benar
55%, sedangkan variabel dependent jika terjadi karies gigi bila terdapat 1-7
tanda dan gejala karies gigi dan jika tidak terjadi karies gigi bila tidak terdapat
tanda dan gejala karies gigi. Dan penelitian tersebut hasilnya akan dijelaskan
dalam bentuk tabel dan diagram setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan

rumus: N

Sp
x100%
Sm

Keterangan : N

: Nilai yang didapat

Sp : Skor yang didapat.


Sm : Skor tertinggi/skor maksimal.
Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan data
kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk
prosentase dan narasi, kemudian dilakukan tabulasi silang untuk mengetahui
hubungan variabel independent dengan variabel dependent.

32

33

Interprestasi data adalah sebagai berikut :


1. 90%-100% : mayoritas.
2. 70%-89%

: sebagian besar.

3. 51%-69%

: lebih dari sebagian.

4. 50%

: sebagian.

5. < 50%

: kurang dari sebagian.

3.6.2.4 Tabulating
Setelah data terkumpul, tabulasi, kemudian dilakukan analisa deskriptif
untuk mengetahui mean, median, modus, nilai maksimum dan minimum,
distribusi normalitas data, selanjutnya dilakukan analisa data secara kuantitatif
dengan uji Chi-square dengan taraf signifikansi < 0,05, penyajian data
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 12. Dari hasil
penyajian tersebut dapat dibuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat.

3.7

Keterbatasan atau Limitasi


Limitasi adalah keterbatasan dalam suatu penelitian dan mungkin

mengurangi kesimpulan secara umum (Nursalam, 2003 : 45). Keterbatasan yang


dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah :
3.7.1

Adanya keterbatasan waktu sehingga peneliti tidak memiliki responden

atau obyek yang cukup banyak.


3.7.2

Pengumpulan data kuesioner atau angket memungkinkan reponden

menjawab dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud
sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda.

33

34

3.7.3

Kemampuan penulis masih kurng dalam melakukan penelitian karena

peneliti baru pertama kali membuat Karya Tulis Ilmiah.

3.8

Masalah Etik
Dalam melakukan penelitian peneliti mendpat rekomendasi dari Akademi

Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro dan mengajukan ijin kepada bagian pendidikan


dari Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro dan lahan yang akan diteliti untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian lembar observasi diberikan kepada subyek
yang telah diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
3.8.1

Lembar persetujuan penelitian atau Informent Consent


Lembar persetujuan diberikan pada responden, tujuan adalah subyek

mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama
pengumpulan data, jika responden tidak bersedia diteliti tidak akan memaksa dan
tetap mnghormati haknya.
3.8.2

Tanpa nama atau Annonimity


Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, pada lmbar pengumpulan

data atau observasi yang diisi adalah kode responden atau hanya nama inisialnya
saja dan lembar tersebut hanya diberi kode.

34

35

3.8.3

Kerahasiaan atau Confidentiality


Kerahasiaan informsi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin oleh

peneliti, data tersebut hanya akan disjikan atau dilaporkan kepada yang
berhubungan dengan penelitian ini.

35

Anda mungkin juga menyukai