BAB I
PENDAHULUAN
1.1
masyarakat untuk
terapkan untuk meminimalkan terjadinya hal hal yang tidak di inginkan yaitu
dengan bertindak sesuai keinginan, mempertahankan diri tanpa harus merasa
cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, menggunakan hakhak kita tanpa melanggar hak orang lain. Dari pengertian tersebut, terlihat
penekanan bahwa perilaku asertif ini memberikan kepuasan baik pada diri sendiri
maupun orang lain dan mendukung terbentuknya hubungan interpersonal yang
positif dengan orang lain.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk lebih mengetahui
sikap asertif perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Sehingga sikap
asrtif perawat perlu di terpkan dalam upaya meminimalkan terjadinya masalah
yang mungkin muncul di masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana sikap asertif perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
1.3
Tujuan Penelitian
Mengetahui
sikap
asertif
perawat
dalam
memberikan
pelayanan
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti tentang
imajinasi terbimbing dalam menurunkan nyeri pada pasien selama
pemasangan infus.
1.4.2
Bagi pasien
Dengan adanya penelitian ini di harapkan pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal sehingga pasien bisa mendapatkan informasi
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
1.4.3
asuhan
keperawatan
guna
meningkatkan
pelayanan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian, diantaranya : konsep sikap asertif, konsep perawat, konsep pelayanan,
dan kerangka konseptual.
2.1
beralasan. Langsung artinya pernyataan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelitbelit dan dapat terfokus dengan benar. Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya
sesuai dengan apa yang diarahkannya. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku
tersebut juga memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak
melulu mementingkan dirinya sendiri (Corey, 2007).
Sikap asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan kenyataan dirinya,
yaitu kemampuan untuk mengatakan "tidak " atau "ya" sesuai dengan keadaan
sesungguhnya, untuk meminta dengan
5 ekspresi positif atau negatif (Onuoha dan
Manukata, 2005). Dari pengertian tersebut, terlihat penekanan bahwa perilaku
asertif ini memberikan kepuasan baik pada diri sendiri maupun orang lain dan
mendukung terbentuknya hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain.
Hal ini dikarenakan cara penyampaian pendapat/pikiran pada perilaku asertif turut
mempertimbangkan hak orang lain pula.
2.1.2 Ciri-ciri Sikap Asertif
1.
2.
3.
4.
5.
kemampuan untuk:
1.
Berkata tidak
2.
Meminta pertolongan
3.
4.
orang lain.
3. Berbicara dengan ramah (Make greeting talks) tersenyum ramah, menatap
langsung mata lawan bicara dan berbicara dengan nada yang menyenangkan,
ketika bercakap-cakap dengan orang lain
meledak-ledak
12. Menghindari pembenaran (Avoid justifying every opinion) mampu
membedakan hal-hal mana yang perlu direspon, dan hal-hal mana yang
seharusnya tidak perlu direspon. Untuk hal-hal yang menurutnya tidak
memerlukan respon, ia mampu untuk menolak atau menyatakan
ketidaksetujuannya
2.1.3
Pola Asuh
Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama: otoriter, disini orang tua
mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima
anak tetapi dipaksakan, penuh dengan larangan yang membatasi ruang
kehidupan anak. Anak yang diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh
menjadi anak yang merasa dirinya rendah (inferior). Kedua: pola asuh
demokratis, pada pola ini orang tua mengasuh anak mereka dengan penuh
kasih sayang tetapi tidak memanjakan, sehingga anak tumbuh menjadi
individu yang penuh percaya diri, mempunyai pengertian yang benar tentang
hak mereka, dapat mengkomunkasikan segala keinginan dengan wajar, dan
tidak memaksakan kehendak dengan cara menindas hak orang lain. Ketiga:
pola asuh permisif, orang tua mendidik anak tanpa adanya batasan/ aturan
yang bersifat mengikat, bahkan terkesan bebas. Anak-anak dengan pola asuh
permisif akan tumbuh menjadi remaja yang mudah kecewa dan mudah
10
b.
Kebudayaan
Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah faktor kebudayaan.
Rakos dalam Santosa (1999), memandang bahwa kebudayaan mempunyai
peran yang besar dalam mendidik perilaku asertif. Biasanya ini berhubungan
dengan norma-norma.
c.
Usia
Buhrnmester dalam Santosa (1999), berpendapat bahwa usia merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada
anak kecil perilaku asertif belum terbentuk, pada masa remaja dan dewasa
perilaku asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas
perkembangan atau penurunannya.
d.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertif
seseorang. Umumnya kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita
karena tuntutan masyarakat (Buhrnmester dalam Santosa :1999)
e.
Strategi Coping
Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur
kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang
pada dirinya. Strategi coping yang digunakan oleh remaja juga
11
Pengertian perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
Fungsi perawat
Fungsi perawat yaitu :
Ciri-ciri perawat
12
13
2.2.5
Pengertian keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. (http://syehaceh.wordpress.com).
Dari pengertian tersebut di atas ada 4 (empat) elemen utama (mayor element) yang
menjadi perhatian (concern). Yaitu : 1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat sains terapan
(applied science), 2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan helping
healt ilness problem. 3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas, dan 4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang
pelayanan
kesehatan
3th
level
preventions
dengan
metode
proskep
(http://syehaceh.wordpress.com).
Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan
pelayanan
sebagai
usaha
melayani
(www.damandiri.or.id/file/nurhasyim.bab.2.pdt).
kebutuhan
Sedangkan
orang
melayani
lain
adalah
14
Pelayanan Prima
Servis / pelayanan prima berasal dari orang-orang bukan dari perusahaan.
Tanpa memberi nilai pada diri sendiri, tidak akan mempunyai arti apa-apa.
Demikian halnya pada organisasi atau perusahaan yang secara esensial merupakan
kumpulan orang-orang. Oleh karena itu, harga diri yang tinggi adalah unsur yang
paling mendasar bagi keberhasilan organisasi yang menyediakan jasa pelayanan
yang prima.
Kata prima memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari
yang konvensional hingga yang lebih strategis. Definisi konvensional dari kualitas
biasanya
menggambarkan
karakteristik
suatu
produk
seperti
kinerja
15
16
pengawasan kualitas tidak dapat didelegasikan kepada satu orang, misalnya staf
pada sebuah kantor.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expective
service (pelayanan yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang
diterima) Parasuraman et.al (1985). Karena kualitas pelayanan berpusat pada
upaya pemenuhan dari keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk
mengimbangi harapan pelanggan, untuk itu maka, Zeitaml (1996 : 177)
mendefinisikan bahwa pelayanan adalah penyampaikan secara exellent atau
superior dibandingkan dengan harapan konsumen.
2.3.4
17
18
19
10. Tangible, yaitu bukti fisik dari jasa yang bisa berupa fasilitas fisik, peralatan
yang digunakan, dan representasi fisik dari jasa.
(Tjiptono 1991:61, www.damandiri.or.id/file/nurhasyim. bab.2.pdt)
20
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap asertif :
1. Pola Asuh
2. Kebudayaan
3. Usia
4. Jenis Kelamin
5. Strategi Coping
Dampak prilaku asrtif :
memberikan kepuasan baik pada diri
sendiri maupun orang lain dan
mendukung terbentuknya hubungan
interpersonal yang positif dengan orang
lain.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelayanan :
1. Reliability
2. Responsiveness,
3. Competence,
4. Acces,
5. Courtesy,
6. Communication,
7. Credibility,
8. Security,
9. Understanding knowing
the customer,
10. Tangible,
Tidak dilakukan
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep studi tentang sikap asertif perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan di Ruang Anyelir RSUD
dr.Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro Tahun 2009.
BAB 3
21
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang desain penelitian, kerangka kerja,
popluasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, teknik
pengumpulan data, etika penelitian dan keterbatasan penelitian.
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
Kerangka Kerja
20
22
Interpretasi hasil
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Kerja studi tentang sikap asertif perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan di Ruang Anyelir RSUD
dr.Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro Tahun 2009.
3.3
23
3.3.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
Sampel
Sampel adalah sebagian keseluruhan obyek yang akan diteliti dan
3.3.3
Besar Sampel
24
Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 66). Pada penelitian ini samplingnya adalah
non random non probability sampling tipe purposive sampling. Purposive
sampling adalah pengambilan sample yang didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri dan sifat sifat
populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Notoatmodjo S, 2002: 88).
3.4
Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (benda, orang, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Nursalam, 2003 : 101). Variabel dalam penelitian ini adalah
Sikap asertif perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di Ruang
Anyelir RSUD dr. Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro.
3.5
Definisi Operasional
25
Definisi
Operasional
sikap asertif Kemampuan
perawat
dalam
dalam
menyampaikan
memberikan hak, pikiran,
pelayanan
perasaan, dan
keperawatan kepercayaan
secara
langsung, jujur,
terhormat, dan
tidak
mengganggu
hak dari pasien
Variabel
3.6
Indikator
Alat Ukur
Skala
Skor
Sikap asertif
Cirri-ciri sikap asertif :
1.
Berbicara dengan
perasaan (Use feeling
talks)
2.
Membicarakan
tentang dirinya (Talks
about yourself)
3.
Berbicara dengan
ramah (Make greeting
talks)
4.
Menerima pujian
(Accept compliments)
5.
Berbicara dengan
ekspresi (Use appropriate
facial talks)
6.
Menolak dengan
lembut (Disagree mildly)
7.
Meminta penjelasan
(Ask for clarification)
8.
Menanyakan Alasan
(Ask why)
9.
Mengekspresikan
ketidaksetujuan (Express
active disagreement)
10. Merespon haknya
(Speak up for the rights)
11. Tetap tenang (Be
Persistent)
12.Menghindari pembenaran
(Avoid justifying every
opinion)
Kuesioner
nominal
Pernyataan 12 soal
dengan kriteria skor:
4 = Sangat setuju.
3 = Setuju.
2 = Tidak tahu
1 = Tidak setuju
0 = Sangat tidak
setuju.
Di hitung dengan
rumus: :
X X
T 50 10
Kode :
1 = Unfavorabel.
Bila T > mean T
2 = Favorabel
Bila T < mean T
26
3.6.1
Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
27
Penelitian dimulai bulan juni 2009 sampai dengan bulan juli 2009 di
Ruang Anyelir RSUD dr. Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro.
3.6.2
1. Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data
yang telah dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan
data yang dibutuhkan.
2. Coding
Setelah kuestioner diedit kemudian dilakukan coding pada setiap
pertanyaan. Memberi kode dimaksutkan untuk mempermudah waktu
mengadakan tabulasi dan analisa data, kode tersebut berupa angka yang
mengkiaskan jawaban, dalam penelitian ini menggunakan kode : 4 = Sangat
setuju, 3 = Setuju, 2 = Tidak tahu, 1 = Tidak setuju, dan 0 = Sangat tidak
setuju.
3. Scoring
Setelah dilakukan coding kemudian dilakukan scoring dengan cara
menentukan total skor dari 12 pertanyaan yang diajukan pada responden.
Untuk sikap dihitung dengan skor, dengan menggunakan skala Likert,
yaitu :
X X
T 50 10
Keterangan :
X
= Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T.
28
f ( x)
n
Keterangan : f = Frekuensi
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
s
S
Keterangan
fx
fx
n 1
f = Frekuensi
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
Mayoritas
: 90-100%.
Sebagian besar
: 70-89%.
: 51-69%.
29
Sebagian
: 50%.
Sebagian kecil
: < 30%.
3.7
Etika Penelitian
Peneliti melakukan penelitian mendapat rekomendasi dari Akademi
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika calon
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati hak-haknya.
3.7.2
3.7.3
Kerahasiaan (Confidentiality)
30
3.8
Keterbatasan Penelitian
Limitasi adalah keterbatasan dalam penelitian dan mungkin akan
atau
tidak
mengerti
pertanyaan
yang
dimaksud
sehingga
3.8.3