Anda di halaman 1dari 12

Tugas 1 Etika

(Ra. 141382) 2014/2015

Anggota Kelompok :

Nurista Rizky Sagita

3212100046

Dwi Cahyo Husodo

3212100053

Yustisia Sekar Pratiwi

3212100085

Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS

BAB 1
PENDAHULUAN
Kronologi Peristiwa
Kasus Ratu Atut berawal dari peristiwa sengketa Pilkada
Lebak, Banten 2013. Pasangan calon bupati Iti Octavia JayabayaAde Sumardi memenangkan Pilkada Lebak. Namun hasil Pilkada
tersebut digugat oleh pasangan calon bupati Amir Hamzah-Kasmin
bin Saelan. Pada saat itu salah satu anggota tim sukses pasangan
calon Amir-Kasmin, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, adik
kandung gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, memberi uang

Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE.

sebesar Rp 1 miliar kepada mantan ketua Mahkamah Agung, Akil

(sumber: Wikipedia)

Muchtar, untuk menganulir kemenangan pasangan Iti Octavia


Jayabaya-Ade

Sumardi

dan

memenangkan

pasangan

Amir

Hamzah-Kasmin bin Saelan.


Pada tanggal 2 Oktober 2013, Akil Muchtar dan Wawan
ditangkap oleh KPK perihal kasus suap sengketa Pilkada Lebak.
Keesokan harinya pada tanggal 3 Oktober 2013, Wawan dijadikan
sebagai tersangka kasus suap. Pada saat itu Ratu Atut diduga

Dr. H. Akil Mochtar, SH., MH.

terlibat kasus suap, sehingga Ratu Atut dicekal pergi keluar

(sumber: Wikipedia)

negeri untuk jangka waktu enam bulan.


Pada tanggal 11 Oktober 2013, Ratu Atut diperiksa oleh
KPK sebagai saksi kasis dugaan suap Pilkada Lebak, Banten
2013. Dan pada tanggal 19 November 2013, Wawan menjadi
tersangka kasus korupsi Alat Kesehatan di Banten. Ratu Atut
kembali diperiksa mengenai hal ini, dan memberikan keterangan
terkait sarana dan prasarana di Pemerintah.

Tubagus Chaeri Wardana


(sumber: Wikipedia)

Pada tanggal 12 Desember 2013, Ratu Atut ditetapkan sebagai tersangka


sarana kasus korupsi pengadaan Alat Kesehatan di Pemerintahan Banten. Dan pada
tahun 16 Desember 2013 ketua KPK, Abraham Samad, menandatangani Surat
Perintah Penyidik (Sprindik) kasus dugaan suap sengketa Pilkada Lebak di Mahkamah
Agung dengan tersangka Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah.
Pada tanggal 17 Desember 2013 dini hari,
rumah Ratu Atut digeledah oleh KPK. Dan kemudian
Ratu

Atut

ditetapkan

sebagai

tersangka

kasus

penyuapan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Akil


Muchtar dalam perkara Pilkada Lebak. Dan pada
tanggal 20 Desember 2013 Ratu Atut diperiksa selama
enam jam oleh KPK dan langsung ditahan di Rutan

Penahanan Ratu Atut

Cabang KPK Pondok Bambu, Jakarta TImur.

(sumber: data.tribunnews.com)

Pada

tanggal

Mei

2014,

Presiden

Susilo

Bambang

Yudhoyono

menandatanganii surat pemberhentian sementara Gubernur Banten Ratu Atut. Selama


masa pemberhentian sementara, maka Wakil Gubernur Banten, Rano Karno akan
bertindak sebagai pelaksana tugas gubernur Banten. Sejak ditahan, Atut tak mau
melepaskan jabatannya sebagai gubernur. Hingga akhirnya diberhentikan secara resmi
oleh Presiden.

Solusi yang sudah pernah dibuat :


1.

Awalnya

jaksa

KPK

menuntut

hukuman selama 10 tahun penjara dan


denda Rp 250 juta subsider 5 bulan
kurungan serta pidana pencabutan hak
memilih dan dipilih dalam jabatan politik
untuk tersangka kasus suap mantan
ketua MK pada Pilkada Lebak, Ratu Atut

Sidang Ratu Atut


(sumber: merdeka.com)

Chosiyah. Namun pada sidang Tipikor, diputuskan hukuman yang harus diterima
oleh Ratu Atut adalah hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 5
bulan. Pada tanggal 23 Februari 2015, Mahkamah Agung menolak permohonan
kasasi yang diajukan oleh Ratu Atut dan menambah masa tahanan Ratu Atut
menjadi 7 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 5 bulan.
2. Pemerintah sebenarnya sudah mengajukan revisi Rancangan Undang-Undang
Pemilihan Kepala Daerah, yang layak diapresiasi. Dalam revisi, pasal 70 (p)
rancangan undang-undang ini menyebutkan warga negara yang dapat ditetapkan
jadi calon bupati/wali kota adalah yang tidak punya ikatan perkawinan atau garis
keturunan lurus ke atas, ke bawah, dan ke samping dengan gubernur atau
bupati/wali kota kecuali ada selang waktu minimal satu masa jabatan. Pasal 12 (p)
mengatur hal yang sama untuk calon gubernur. Dalam rancangan ini jelas kerabat
dekat bupati/wali kota dan gubernur tak diperbolehkan maju dalam pemilihan kepala
daerah di kabupaten/kota dan provinsi yang sama. Namun mereka tetap bisa
mencalonkan diri di daerah atau provinsi lain. Pemerintah hanya mengusulkan
adanya jeda pencalonan bagi keluarga kepala daerah.

BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam KBBI, kaidah berarti aturan yang sudah pasti sebagai suatu patokan dan
pedoman bagi manusia dalam bertindak. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila.
Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran atau pandanganpandangan moral.
Menurut Franz Magnis Suseno, Etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik
berkaitan dengan pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral. Dalam
arti yang lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan penelitian yang
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya
menjalankan kehidupannya.
Menurut Franz Magnis Suseno ada 4 fungsi etika, yaitu:
a) Membantu menggali rasionalitas moral agama,
b) Membantu menginterpretasikan ajaran agama yg saling berten-tangan;
c) Membantu menerapkan ajaran moral agama terhadap masalah-masalah baru dalam
kehidupan manusia
d) Membantu mengadakan dialog antar agama karena etika berdasarkan diri pada
argumentasi rasional belaka dan bukan pada wahyu.

Kaidah etika

Etika Deskriptif
Etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia
dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku
atau sikap yang mau diambil.
Etika deskriptif menurut pendapat Katt Soff bahwa etika bersangkutan dengan nilai dan
ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika normative
Tiap individu memiliki kebebasan, dan tiap kebebasan memiliki kewajiban moral.
Menurut Frans Magnis Suseno, kebebasan dibedakan menjadi kebebasan eksistensial
dan kebebasan sosial :
1. Kebebasan eksistensial
Pada hakikatnya berada dalam kemampuan manusia untuk menentukan tindakannya
sendiri, secara bebas.Kemampuan itu bersumber dari kemampuan manusia untuk
berfikir dan berkehendak untuk melakukan suatu tindakan.
5

2. Kebebasan sosial
Muncul dalam diri manusia karena keberadaannya sebagai mahluk yang

berada

ditengah-tengah manusia lainnya, sebagai mahluk sosial.


Kebebasan menurut Lorens Bagus dapat dibedakan sesuai dengan tidak adanya jenisjenis tekanan-tekanan, sebagai berikut:
1. Kebebasan Fisik
Makhluk-makhluk yang berjuang secara sadar (manusia dan binatang) dan bahkan
tumbuh-tumbuhan, meskipun dalam derajat yang lebih rendah, menikmati kebebasan
fisik sejauh rintangan-rintangan eksternal, yang bersifat fisik atau material tidak
menghalangi mahluk-mahluk tersebut.
2. Kebebasan Moral
Kebebasan moral dalam arti luas tercapai karena kemampuan untuk menentukan
sendiri sesuatu tanpa dihambat oleh sebab-sebab luar yang bertindak secara batin
pada pikiran. Kebebasan dalam arti sempit tercapai karena kemampuan untuk
memutuskan sendiri sesuatu tanpa berpapasan dengan kewajiban yang bertentangan.
3. Kebebasan Psikologis
Tidak mengecualikan tetapi sesungguhnya mengadaikan pembatasan pembatasan
psikis dan kewajiban-kewajiban moral. Kebebasan jenis ini tercapai karena kemampuan
untuk menentukan sendiri sesuatu tanpa tekanan-tekanan psikis mana pun, yang
mendahului keputusan, yang akan memaksa secara jelas kehendak dalam satu jurusan
yang sudah ditentukan. Kebebasan menurut objek dapat dibedakan menjadi:
4. Kebebasan hati nurani
Yaitu hak untuk mengikuti suara hati sendiri tanpa hambatan ( yang tidak
mengecualikan kewajiban untuk membentuk suara hati sendiri sesuai kaidah-kaidah
objektif dan untuk menghargai hak-hak dasar orang lain.

5. Kebebasan agama
Merupakan bagian dari kebebasan hati nurani, kebebasan akademis (yang merupakan
kemungkinan dalam bidang penelitian dan ajaran untuk hanya taat kepada kebenaran
dan kepastian yang diketahui).

PEMBAHASAN
Kajian Kasus Berdasarkan Kaidah Etika
Etika Deskriptif
Dalam etika deskriptif ini faktanya dalam pilkada lebak Banten 2013, pasangan yang
keluar sebagai pemenang adalah Iti Octavia J Ade Sumardi. Kemudian Ratu Atut dan
Wawan menyuap Akil Mokhtar untuk menganulir pasangan tersebut. Pada tahun
2013 ada pengadaan alat kesehatan di Banten, sebagian dari dana itu dikorupsi oleh
Ratu Atut dan Wawan. Keduanya ratu atut dan wawan mengejar sesuatu yang bernilai
baginya yaitu jabatan dan uang.
Etika eksistensial
Manusia bebas berpikir dan fikiran manusia tidak bisa dibatasi. Meskipun bebas dalam
berpikir, terdapat norma-norma yang membatasi tindakan seseorang. Namun norma itu
pasti untuk memberi tahu tentang mana yang baik dan mana yang benar. Etika
menjadikannya output dari kebebasan berpikir yang dibarengi sikap mengkritisi normanorma yang ada.
Dalam kasus ratu atut, Ratu Atut dan Wawan tahu bahwa menyuap itu sesuatu yang
salah. Ratu Atut juga tahu bahwa korupsi itu salah. Namun ia mempunyai kebebasan
untuk tetap melakukan penyuapan dan korupsi atau tidak.
Akil Mochtar sebagai Ketua Mahkamah Agung tahu bahwa menerima suap itu salah.
Namun Akil mempunyai kebebasan untuk menerima penyuapan atau tidak.

Etika sosial
Etika profesi adalah bagian dari etika sosial, yaitu filsafat atau pemikiran kritis rasional
tentang kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagia anggota umat manusia
(Magnis Suseno et.al., 1991 : 9). untuk melaksanakan profesi yang luhur itu secara
baik, dituntut moralitas yang tinggi dari pelakunya ( Magnis Suseno et.al., 1991 : 75).
Tiga ciri moralitas yang tinggi itu adalah :
1.

Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi.

2.

Sadar akan kewajibannya, dan

3.

Memiliki idealisme yang tinggi.

Etika seharusnya menjadi pegangan bagi para pemimpin kita dalam melakukan setiap
kegiatan profesi. Korupsi yang dilakukan Ratu Atut telah melanggar etika profesi. Ketika
korupsi dan melakukan penyuapan, perilaku Ratu Atut tidak sesuai dengan ciri orang
yang bermoralitas tinggi.

BAB 3
USULAN PENYELESAIAN ETIS TERHADAP KASUS
1. Ratu Atut dan Akil Mochtar memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Oleh
karena itu, semestinya mereka mengerti bahwa perbuatan yang mereka lakukan
(menyuap dan menerima suap) merupakan perbuatan yang tidak baik. Ketika akhirnya
mereka memilih untuk tetap menyuap dan menerima suap, mereka telah mengambil
keputusan yang sudah jelas tidak baik bagi diri mereka dan merugikan masyarakat.

2. Menurut kami adanya dinasti dalam suatu pemerintahan memudahkan terjadinya


pelanggaran etika yaitu korupsi. Sebenarnya konstitusi tentu tak melarang sama sekali
setiap orang dari trah mana pun mencalonkan diri karena dalam Undang-Undang Dasar
1945, Indonesia menjamin setiap warga negara memiliki hak sama dalam berpolitik.
Tapi, harus diakui, merebaknya dinasti politik di banyak daerah sudah sangat
mencemaskan. Kementerian Dalam Negeri mencatat pada 57 kepala daerah yang
membangun dinasti politik. Kecemasan muncul bukan hanya karena politik dinasti akan
membelokkan demokrasi ke arah oligarki. Menguatnya nepotisme politik juga akan
menggerus sumber daya ekonomi daerah, dari yang semula dihajatkan untuk
kesejahteraan rakyat menjadi kepentingan privat. Korupsi jelas akan merajalela,
kebocoran sumber pendapatan daerah kian menjadi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pun dengan mudah
diselewengkan.
Karena hubungan kekerabatan seperti keluarga dapat melemahkan control dalam
sebuah organisasi. Maka harus ada tindakan untuk mencegah kemungkinan dan
memperkecil kesempatan dalam melakukan penyimpangan. Dan kami setuju dengan
Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah pasal 70 (p) rancangan undangundang ini menyebutkan warga negara yang dapat ditetapkan jadi calon bupati/wali
kota adalah yang tidak punya ikatan perkawinan atau garis keturunan lurus ke atas, ke
bawah, dan ke samping dengan gubernur atau bupati/wali kota kecuali ada selang
9

waktu minimal satu masa jabatan. Pasal 12 (p) mengatur hal yang sama untuk calon
gubernur. Dalam rancangan ini jelas kerabat dekat bupati/wali kota dan gubernur tak
diperbolehkan maju dalam pemilihan kepala daerah di kabupaten/kota dan provinsi
yang sama. Namun mereka tetap bisa mencalonkan diri di daerah atau provinsi lain.
Pemerintah hanya mengusulkan adanya jeda pencalonan bagi keluarga kepala daerah.

10

DAFTAR PUSTAKA
Suseno, Franz Magnis,. 1987. Etika Dasar Masalah- masalah pokok Filsafat Moral,
Kanisius, Yogyakarta.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-kasus-yang-menjerat-ratu-atut/berawaldari-kasus-penangkapan-akil-dan-wawan.html pada tanggal 17 Februari 2015 pukul
18.12 WIB
http://www.tempo.co/topik/tokoh/987/Ratu-Atut-Chosiyah pada tanggal 17 Februari
2015 pukul 18.20 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai