Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIKUM BIOLOGI

CACING TANAH
(Lumbricus terrestris)
Oleh :
Kelas

:C

Kelompok

:5

EGA ERLANGGA

200110140178

HARTIWI ANDAYANI

200110140176

MIA UZLIANI FAJRIN

200110140237

MUHAMMAD IQBAL NURYAMAN 200110140174


NANDAR RIDWAN NULHAKIM

200110140177

NOK FARIDA

200110140175

RISMAYANTI

200110140179

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Cacing merupakan hewan bertumbuh memanjang, lunak, tidak
mempunyai rangka dan tidak mempunyai kaki. Ujung depan bagian
tubuh cacing disebut anterior. Ujung belakangnya disebut posterior,
permukaan punggung disebut dorsal, dan permukaan perut disebut
ventral. Cacing mempunyai persamaan yang khas dan sering disebut
vermis. Ilmu yang mempelajari tentang cacing secara umum adalah
helminthologi.
Cacing mempunyai sistem organ yang sama dengan makhluk hidup
lainnya, namun yang membedakan adalah organ-organ yang mendukung
sistem organ tersebut. Oleh karena itu, kami membahas mengenai cacing
tanah agar dapat mengetahui setiap sistem organ yang terdapat pada
cacing tanah.

1.2. Identifikasi Masalah


1.

Bagaimana karakteristik cacing tanah.

2.

Bagaimana sistem peredaran darah, sistem respirasi, sistem ekskresi,


sistem saraf dan sistem reproduksi pada cacing tanah.

1.3. Maksud dan Tujuan


1.

Mengetahui lebih jelas mengenai karakteristik cacing tanah.

2.

Mengetahui sistem peredaran darah, sistem respirasi, sistem ekskresi,


sistem saraf dan sistem reproduksi pada cacing tanah.

I
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1 CIRI-CIRI UMUM CACING


Cacing termasuk dalam filum Annelida atau binatang yang bersegmensegmen, beruas-ruas atau bergelang-gelang. Ciri-ciri filum Annelida adalah
sebagai berikut:
1. Tubuhnya simetri bilateral, silindris dan bersegmen-segmen serta pada
permukaan tubuh terdapat sederetan dinding tipis atau sekat-sekat.
2. Saluran pencernaan dan mulut terletak pada bagian depan (muka),
sedangkan anus pada bagian belakang.
3. Mempunyai rongga tubuh yang berkembang dengan baik.
4. Bernapas dengan kulit atau insang.
5. Mempunyai peredaran tertutup dan darahnya mengandung hemoglobin.
(Rahmat, 1999)

1.3 Klasifikasi Cacing


a. Plathyhelminthes
Terbagi dalam beberapa kelas: Turbellaria, Trematoda, Cestoda.
b. Nemathelminthes
Terbagi dalam beberapa kelas: Nematoda, Nemathopora.
c. Annelida
Terbagi dalam beberapa kelas: Polychaeta, Oligochaeta, Hirudinea.
(Silalahi, 2013)

1.2 HABITAT UMUM CACING


Cacing tanah dapat hidup dan berkembang pada habitat alami dan habitat
buatan manusia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada
habitatnya.
1. Habitat Alami
Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang biak pada tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah pada habitat
alami adalah sebagai berikut:
a. Suhu (temperatur)
b. Kelembaban (rH)
c. Keasaman tanah (pH)
d. Ketersediaan bahan organik
2. Habitat Buatan
Habitat buatan adalah lingkungan hidup yang dimodifikasi untuk
budidaya cacing tanah. Pada prinsipnya cacing tanah dapat dibudidayakan
dengan mudah apabila persyaratan hidupnya terpenuhi.
Habitat buatan untuk budidaya cacing tanah dapat dilakukan dalam
ruangan atau bangunan yang dilengkapi pelindung. Hal yang terpenting
diperhatikan dalam menciptakan habitat untuk budidaya cacing tanah
adalah: terlindung dari sinar matahari langsung, terlindung dari curahan air
hujan, tempatnya strategis atau mudah dalam pemeliharaanya, dan terjaga
keamanannya serta terhindar dari apapun yang mengganggu cacing tanah.
(Rahmat, 1999).

III
PEMBAHASAN
3.1

Karakteristik Cacing
a. Cacing

tidak memiliki tulang belakang, maka dia disebut binatang lunak

atau avertebrata
b.Cacing

terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan (anterior) dan bagian

belakang (posterior)
c. Cacing

tidak memilki kerangka luar, seluruh tubuhnya dilindungi oleh

kutikula atau kulit bagian luar


d.Cacing

tidak memilki alat gerak

e. Cacing

tidak memilki mata

f. Sebagai

pengganti mata, cacing mempunyai prostomium, yaitu organ saraf

perasa yang berbentuk seperti bibir yang menutupi mulutnya


g.Untuk

dapat bergerak cacing menggunakan otot-otot tubuhnya yang

panjang dan tebal yang melingkasi tubuhnya


h.Lendir

yang ada ditubuhnya memudahkan dia bergerak didalam tanah

i. Disekujur

tubuhnya terdapat seta, seta adalah sejenis rambut yang relatif

keras dan pendek, seta mempunyai daya lekat yang kuat, sehingga cacing
dapat melekat kuat pada satu benda
j. Cacing

tidak punya alat pernapasan, untuk bernapas dia mengandalkan

kulitnya

k.Cacing

3.2

bereaksi negatif terhadap sinar matahari atau sinar lainnya.

Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran darah tertutup adalah sirkulasi darah ke seluruh tubuh
melalui pembuluh-pembuluh darah. Pada sistem peredaran darah ini, darah
diedarkan melewati arteri dan kembali ke jantung melewati vena. Pada
cacing tanah, sistem peredarannya terdiri dari cairan darah, beberapa
pembuluh darah, dan jantung sebagai pusat peredaran. Darah cacing tanah
terdiri atas plasma darah dan benda darah.
Darah cacing tanah berwarna merah disebabkan oleh adanya
hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Jantung dan saluran darahnya
memiliki katup sehingga darah tidak mengalir kembali ke jantung. Aliran
darah disebabkan oleh kontraksi lengkung jantung. Jantung memompa darah
dari saluran darah dorsal ke saluran darah ventral kemudian keseluruh
tubuh. Dari seluruh tubuh, darah menuju bagian dorsal tubuh. Dari bagian
dorsal tubuh darah kembali ke jantung.

3.3

Sistem Respirasi
Cacing belum memiliki alat respirasi khusus. Oksigen berdifusi ke
dalam kapiler darah yang terdapat pada kulit melalui permukaan kulit yang
lembab. Oksigen akan diikat oleh hemoglobin yang terkandung dalam darah
cacing untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu
karbondioksida dikeluarkan dari tubuh melalui permukaan kulitnya. Karena

respirasi cacing dilakukan melalui permukaan tubuhnya (integument), maka


respirasi cacing disebut respirasi integumenter.
Sistem
memisahkan,

integumen

adalah

melindungi,

dan

sistem

organ

yang

menginformasikan

membedakan,

hewan

terhadap

lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ


yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Pertukaran gas-gas pada
cacing lebih mudah terjadi pada kulit yang lembab, sehingga cacing hidup
di tempat yang lembab. Habitat yang lembab akan menjaga permukaan di
tubuhnya tetap basah (lembab). Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing
tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media
pemeliharaan tetap lembab (kelembaban 15 - 30 %). Tubuh cacing
mempunyai

mekanisme

untuk

menjaga

keseimbangan

air

dengan

mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan


air yang berlebihan. cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian
besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 %
kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing
tanah untuk bermigrasi ke media yang lebih cocok.

3.4

Sistem Ekskresi
Cacing tanah memiliki alat ekskresi yaitu Nefridium, setiap nefridium
memiliki corong yang terbuka dan bersilia yang disebut Nefrostom.
Mekanismenya :

Nefrostom yang terdapat di dalam rongga tubuh dan terisi penuh dengan
cairan

cairan yang diambil oleh nefrostom tersebut kemudian masuk ke

dalam nefridia

di dalam nefridia terjadi reabsorpsi atau penyerapan

kembali cairan yang masih bermanfaat

cairan yang sudah tidak bermanfaat

lagi akan dikeluarkan melalui Nefridiofor.


3.5

Sistem Saraf
Sistem saraf pada cacing tanah memiliki sistem saraf yang sederhana
namun sensitif. Walaupun sederhana tapi sudah mempunyai perkembangan
sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia segmental
sepanjang tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali
saraf ventral.
Sistem saraf cacing tanah disebut susunan saraf tangga tali, yaitu
berupa sederetan ganglion yang terdapat pada setiap ruas tubuhnya.
Ganglion satu dengan ganglion yang lain dihubungkan oleh benang-benang
saraf yang memanjang disepanjang poros tubuhnya. Ganglion cacing juga
dibedakan atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan
ganglion ruas-ruas badan.
Sistem saraf cacing tanah terletak disebelah dorsal pharynx di dalam
segmen yang ke 3 dan terdiri atas :
a. Ganglion cerebrale yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan
commisura.
b. Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Ganglion cerebrale
terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke 3.

Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat:


a. Saraf-saraf yang menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung
anterior tiap kelompok sel-sel tersebut.
b. Cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx. Saraf ini
disebut commisura circum pharyngeal yang berhubungan dengan berkas
saraf ventralis
Ganglion supraoesofagus (sub pharyngeal) yang disebut juga otak
fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor
yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh
disekitarnya (bagian muka). Otak terletak pada ruas ke-3 di bagian dorsal
pharing, dan memiliki 3 pasang saraf lateral. Ganglion tersebut dihubungkan
dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang ganglion sub
pharyngeal yang terletak di bawah pharynx . Kemudian akan menjadi
batang saraf perifer yang terdiri atas saraf afferent dan saraf efferent.
Afferent timbul dari sel saraf motoris, sedangkan saraf efferent timbul dari
sel saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf sensoris .
Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls
dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu
terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal
pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
3.6

Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermaprodit atau memiliki alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina sekaligus. Meskipun begitu, untuk

bereproduksi mereka harus melakukan perkawinan silang dengan cara


bertukar spermatozoid melekatkan bagian depannya (anterior) dengan posisi
saling berlawanan. Dari hasil perkawinan ini kemudian akan dihasilkan
kokon atau butir telur yang nantinya akan terlepas dari tubuh cacing pada
hari ketujuh hingga hari keepuluh setelah proses perkawinan. Antara 10-14
hari kemudian kokon akan menetas dan menghasikan bibit cacing tanah.
Siklus cacing tanah bisa hidup antara 1-5 tahun, namun rata-rata hidup
selama 2 tahun. Siklus hidupnya dimulai dari kokon, cacing muda, cacing
produktif, dan cacing tua. Cacing akan menjadi dewasa dan siap kawin
seelah berumur 2-3 bulan terhitung semenjak menetas dari kokon. Namun
masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4-11 bulan, yakni ketika
cacing tanah sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang disebut dengan
klitelum. Klitelum yang terlihat seperti cincin ini sebenarnya merupakan
bagian dari tubuh yang menebal dan letakya pada segmen 26-32 dari bagian
atas tubuh cacing tanah. Warnanya lebih terang daripada warna tubuh
lainnya. Klitelum inilah yang akan mengeluarkan protein dan membentuk
kokon setelah terjadi proes perkawinan silang.
Ketika dewasa, panjang tubuhnya sekitar 8-14cm dan jumlah
segmennya agara 85-140 buah. Warna tubuh bagian punggung coklat merah
hingga kemerahan. Sedangkan warna tubuh bagian perut coklat muda.
Cacing dewasa yang berumur 3 bulan dapat menghasilkan 3 kokon per
minggunya dan di dalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2-20
butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2-5
minggu. Rata-rata persentase hidup bibit cacing adalah 2 ekor per kokon.

IV
KESIMPULAN

1. Cacing tanah mempunyai karakteristik yang banyak namun yang paling


menonjol yaitu seluruh tubuhnya dilindungi oleh kutikula atau kulit bagian
luar.
2. Pada tubuh cacing tanah darah diedarkan melewati arteri dan kembali ke
jantung melewati vena.
3. Pada cacing tanah oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah yang terdapat
pada kulit melalui permukaan kulit yang lembab. Gas hasil respirasi,
karbondioksida dikeluarkan dari tubuh melalui permukaan kulitnya.
4. Alat ekskresi pada cacing tanah disebut nefridium, setiap nefridium
memiliki corong yang terbuka dan bersilia yang disebut Nefrostom.
5. Sistem saraf pada cacing tanah sudah lebih berkembang karena telah
terbentuknya ganglia segmental sepanjang tubuhnya.
6. Cacing bersifat hermaprodit atau memiliki alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina. Siklus hidupnya dimulai dari kokon, cacing muda, cacing
produktif, dan cacing tua.

V
DAFTAR PUSTAKA

Comarudin.

2013.

Ciri-ciri

Cacing

Tanah.

http://comarudin.wordpress.com/2013/07/31/ciri-ciri-cacing-tanah/.
(Diakses: 22 September 2014, pukul 16.04 WIB)
Desti Herawati. 2009. Sistem Respirasi Cacing.
http://ginapodia.blogspot.com/2009/05/sistem-respirasi-cacing.html
(Diakses: 22 september 2014, pukul 15.55)
Rukmana, Rahmat. 1999. Budi Daya Cacing Tanah. Kanisius: Yogyakarta.
Rara Tiara Dewi. 2013. Klasifikasi Cacing. http://dheraaa.blogspot.com/
(Diakses: Selasa, 16 September 2014, pukul. 15.29 WIB)
Silalahi, Febi Putra Agung. 2013. Klasifikasi, Jenis Dan Sifat Cacing Tanah.
http://laporanleng.blogspot.com/2013/03/klasifikasi-cacing-tanah.html
(Diakses: 23 September 2014, pukul: 15:31 WIB)
Viebarker. 2013. Sistem Peredarah Darah Tertutup.
http://viebarker.blogspot.com/2013/02/sistem-peredaran-darahtertutup.html. (Diakses: 22 September 2014, pukul 16.01)

Anda mungkin juga menyukai