Anda di halaman 1dari 29

PELUANG BERWIRAUSAHA DENGAN BETERNAK BURUNG PUYUH

BAGI ANAK ABK


KARYA TULIS ILMIAH
Disusun dalam rangka mengikuti lomba guru berprestasi dan
berdedikasi

Disusun Oleh :
Nama : BASUNI, S.Pd.
NIP. 19641205 199212 1 001
Pangkat/Gol : Pembina / IV a

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA
SLB AB BINA ASIH CIANJUR

2016
LEMBAR PENGESAHAN
PELUANG BERWIRAUSAHA DENGAN BETERNAK BURUNG PUYUH
BAGI ANAK ABK
KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
Nama : BASUNI, S.Pd.
NIP. 19641205 199212 1 001
Pangkat/Gol : Pembina / IV a

Disetujui dan disyahkan Oleh :


Kepala SLB AB Bina Asih Cianjur

Kunkun Abdullah, S.Pd.,M.M.


NIP. 19600421 198503 1 010

SEKOLAH LUAR BIASA AB BINA ASIH


KABUPATEN CIANJUR
FEBRUARI 2016

KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba karya guru
berdedikasi. Makalah ini berjudul peluang berwirausaha dengan beternak burung puyuh
bagi anak abk ditulis bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan
beternak burung puyuh bagi anak abk.
Makalah ini mengkaji tentang cara beternak dan pemeliharaan burung puyuh. Untuk
memelihara dan menernakkan burung puyuh, baik puyuh pedaging maupun petelur tidak
rumit perawatannya. Bahkan bila dibandingkan dengan menernakkan ayam, jauh lebih mudah
dan efisien. Mengingat, memelihara burung puyuh tidak memerlukan kandang dan lahan yang
luas.
Ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala karuniaNya kepada
saya, karena atas limpahan kasih dan sayangnya makalah ini dapat diselesaikan. Serta saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
sehingga saya mendapatkan banyak pengetahuan melalui makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu yang terkait.
Serta saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan makalah ini.

Cianjur, 01 Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3
A. Pengertian Tunarungu.....................................................................3
B. Ciri-ciri Tunarungu...........................................................................3
C. Klasifikasi Tunarungu
........................................................................................................
3
D. Mengidentifikasi Assesmen dan Intervesi dini................................4
E. Komuikasi Tunarungu......................................................................5
F.Pengertian Burung Puyuh
........................................................................................................
5
BAB III PEMBAHASAN................................................................................6
A. Pengertian Burung Puyuh.............................................................8
B. Syarat Teknis.............................................................................8

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Pemeliharaan burung puyuh (quail) pada mulanya kurang mendapat perhatian dari

para peternak di Indonesia. Tetapi sejak pemerintah Indonesia merencanakan burung puyuh
sebagai salah satu alternatif untuk peningkatan penyediaan protein hewani untuk
masyarakat, barulah burung puyuh mulai terangkat namanya. Peternak Indonesia pun mulai
bergairah untuk mengembangkan ternak ini.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun berbanding lurus
dengan tingginya angka pengangguran. Hal tersebut menjadi landasan awal burung puyuh
di pilih sebagai salah satu alternatif usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam
pemeliharaannya tidak dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif
cepat dikarenakan burung puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari
dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
Burung Puyuh yang dalam bahasa asing disebut Quail merupakan jenis burung
yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Burung Puyuh
termasuk dalam golongan aneka ternak hasil domestikasi, yang semula bersifat liar
kemudian diadaptasikan menjadi hewan yang dapat diternakkan (baca: Aneka Ternak).
Burung Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus
dikembangkan ke berbagai penjuru dunia.
Dalam usaha ternak puyuh banyak permasalahan yang dihadapi para peternak, terutama
peternak yang masih baru. Jika peternak telah menguasai seluk-beluk burung puyuh, setiap
permasalahan tentu akan mudah diatasi. Dalam kesempatan ini akan disampaikan salah
satu lomba karya guru berdedikasi dengan judul Peluang Berwirausaha dengan Beternak
Burung Puyuh bagi anak Abk. Sehingga siswa dapat bertambah pengetahuan dan
keterampilannya tentang beternak burung puyuh.

B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan diatas untuk meneliti permasalahan pokok ini, yaitu :
1. Bagaimana cara menerapkan tentang beternak burung puyuh bagi anak abk?
2. Bagaimana beternak puyuh yang baik sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang
maksimal?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan tentang beternak burung puyuh bagi
anak abk.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara beternak puyuh yang baik sehingga dapat
menghasilkan keuntungan yang maksimal
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai tambahan
wawasan dan pengetahuan tentang peluang berwirausaha dengan beternak puyuh yang baik
dilingkungan pendidikan sebagai pendidikan berbasis vokasional berbentuk Life Skill.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN TUNARUNGU
Istilah tunarungu diabil dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya
pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang
mampu mendengar suara yang pada umumnya ada pada ciri fisik orang tunarungu.
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap
kehidupannya secara kompleks.
Menurut Donald F. Morees (1978:3) dalam Murni Winarsih (2007), mendefinisikan
tunarungu sebagai berikut:
Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability that may range in severty
from mild to profound it concludes hearing disability preclude succesfull processing of
linguistic information through audition, with or without a hearing aid. A hard of hearing is
one who generally with use of hearing aid, hs residual hearing sufficient to enable
succesfull processing og linguistic information through audition.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tunrungu adalah suatu istilah umum yang
menunjukan kesulitan mendengar atau tuli yang memiliki kehilangan pendengaran.
B. CIRI-CIRI TUNARUNGU
a) Dalam segi fisik :
1) Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.
Hal ini disebabkan terutama terhadap alat pendengaran.
2) Gerakan matanya cepat agak beringas.
Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan yang ada di sekelilingnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal.
Hal tersebut tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
b)

Ciri khas dari segi intelegensi

Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, meskipun disamping
itu ada faktor faktor lain yang dapat diabaikan. begitu saja seperti kondisi kesulitan,
faktor lingkungan intelegensi merupakan motor dari perkembangan siswa.

c)

Ciri ciri dari segi sosial


1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
d) Ciri Ciri khas dari segi emosi

Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan siswa tuna rungu akan
menafsirkan sesuatu negatif atau salah dalam hal pengertiannya.
Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya
C. KLASIFIKASI TUNARUNGU

0 db :

Menunjukan pendengaran yang optimal

0 26 db :

Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal

27 40 db :

Mempunyai kesulitan mendengar bunyi bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk
yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )

41 55 db :

Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu
dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )

56 70 db :

Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk
belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang
khusus. (tergolong tunarungu berat )

71 90 db :

Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang kadang dianggap tuli,
membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan
latihan bicara secara khusus.
( tergolong tunarungu berat )

91 db :

Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada
penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang
bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )
D. MENGIDENTIFIKASI, ASSESMEN DAN INTERVESI DINI
Istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan dan menemukan anak yang
mempunyai kelainan atau masalah. Identifikasi dilakukan oleh orangtua, guru atau anggota
keluarga lain. Proses identifikasi melakukan proses terhadap penyimpangan dengan
memperhatikan gejala awal.
Assesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang
digunakan untuk mempertimbangan dan keputusan yang digunakan untuk membuat
pertimbangan dan kebutuhan yang berhubungan dengan anak tersebut.
Intervensi dini suatu kegiatan edukatif dengan memberikan pengaruh dengan layanan
layanan khusus pada anak yang mengalami masalah atau gangguan. Intervensi diawali
dengan stimulasi dini yang melakukan perubahan terhadap anak dan tidak memandang
anak sebagai manusia yang memiliki potensi dan berbagai keinginan serta peran orangtua
untuk mengikuti intruksi-intruksi yang diberikan oleh terapis.
Merujuk pengertian assessmen, maka petugas atau orang yang melakukan assesmen
dapat mengetahui informasi anak kelainan tersebut dan dilanjutkan dengan kegiatan
identifikasi. Kegiatan identifikasi dan intervensi dini didasari pada anggapan anak yang
mengalami hambatan dapat diatasi dengan cepat jika gejala awal sudah diketahui. Ada
beberapa intervensi anak tunarungu diantaranya :
a) Intervensi dini secara medis yang dilakukan oleh dokter anak, dokter THT dan
audiologi melalui pengukuran dejarat ketulian
b) Intervensi dini secara prostetik dengan memberikan alat bantu dengar sesuai dengan
derajat ketulian
c) Intervensi dini secara habilitatif dengan memberikan pemerolehan bahasa kepada anak
melalui pendidikan bahasa lisan melalui pemberian stimulasi atau rangsangan kepada anak
tunarungu.
E. KOMUNIKASI UNTUK TUNARUNGU
Mayoritas mengenai penyandang tunarungu lebih nyaman berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat dikarnakan karena keterbatasan yang mereka miliki, mereka
merasa lebih dihargai. Sebagai orang yang dapat mendengar, alangkah eloknya jika kita

menghargai orang yang berkelainan dengan ikut menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi dengan orang penyandang tunarungu. Jika betul dipelajari sebenarnya
mudah untuk praktek. Dasar penggunaan bahasa isyarat ada tiga, yaitu expresi, oral dan
gerak tangan
Dengan bahasa isyarat kita membantu orang penyandang tunarungu dalam berkomunikasi.
Karena pada dasarnya orang penyandang tunarungu masih mengalami sisi kesulitan dalam
merangkat kata atau peletakan kata baik dalam pengucapan, maupun dalam penulisan.
Kemapuan komunikasi yang dimiliki tunarungu terbatas dalam menyampaikan
pemikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan, dan kehendaknya pada orang lain seperti
perkataan. Pada remaja tunarungu menggunaan komunikasi khusus yaitu menggunakan
isyarat, gerak bibir, ejaan jari, mimic atau gesture, serta pemampaan sisa pendengaran
dengan menggunakan alat bantu atau hearing aid.
Untuk komunikasi anak tunarungu tidak berbeda dengab anak yang bisa
mendengar, yaitu bentuk komunikasi expresif dan reseftif. Komunikasi expresif meliputi
berbicara, berisyarat, berejaan jari, menulis dan mimik. Sedangkan komunikasi reseftif
meliputi membaca ujaran, membaca isyarat, membaca ejaan jari, membaca mimik, serta
pemanfaatan sisa pendengaran dengan alat bantu. Komunikasi tersebut digunakan dengan
menggunakan kode, yaitu cara verbal dan non verbal.
F . PENGERTIAN BURUNG PUYUH
Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia Phasianidae. Burung ini
berukuran menengah. Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk.
Mereka pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil
lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang
dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa spesies
seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa
jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena
telurnya. Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging
yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat
(Permentan, 2008).
Puyuh merupakan ternak berdarah panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa
rataan suhu tubuh puyuh betina dewasa adalah antara 41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang
optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC dan untuk anak puyuh (day old quail)
adalah 35oC. Kelembapan lingkungan yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.

Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda dengan
nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix . C. japonica pada awalnya
disebut burung jepang liar yang ditemukan pada abad ke-delapan di Jepang. Burung puyuh
tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi,
puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap.
Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan
seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).

BAB III
PEMBAHASAN
A. BETERNAK BURUNG PUYUH
Beternak burung puyuh pada saat ini dikembangkan sebagai suatu
usaha meningkatkan nilai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
bagi masyarakat baik individu maupun kelompok usaha dimana memiliki
tujuan akhir adalah pembudidayaan burung puyuh sebagai sarana
meningkatkan pendapatan secara ekonomi untuk kesejahteraan suatu
keluarga atau kelompok .
Dalam hal ini penulis mengajak peserta didik sebagai pelaku
kewirausahaan beternak puyuh ini, serta melibatkan mereka sebagai
suatu sarana pembelajaran vocasional
langsung secara berinteraksi mengenalkan jenis puyuh yang baik untuk
diternak, serta teknik merawat baik pemberian pakan sebagai sumber
makanannya dan memlihara baik kesehatan, serta kebersihan kandang.
Hasil dari pengamatan penulis ternyata apabila seluruh langkah
pemeliharaan dikomunikasikan baik menggunakan bahasa gerak atau
bahasa isyarat pada peserta ABK secara komprehensip, ternyata
kemampuan mereka akan pengetahuan beternak puyuh mudah
dipahami dan dapat dilatih untuk dijadikan sumber pekerjaan yang
menghasilkan berupa lapangan usaha untuk menopang sumber
kehidupan para siswa yang memiliki keterbelakangan (Tuna Rungu).
Terbukti dari hasil peternakan yang dikembangkan beserta anak
didik ini bisa membantu mereka mendapatkan uang untuk kebutuhan
sehari-hari.
Jenis puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya. Puyuh
merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan
daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta
mudah didapat (Permentan, 2008).
Di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternakan pada tahun
1979. Jenis yang diternakan adalah puyuh Jepang, Coturnix Coturnix
Japonica yang pertumbuhan dan pembiakannya cepat. Sosoknya lebih
kecil, cuma separuh tubuh dari Coturnix Coturnix Japonica.

Pergerakkannya sangat lincah sehingga sulit ditangkap, puyuh asli


Indonesia itu bulunya cantik, cokelat bertotol-totol hitam, berkombinasi
dengan paruh dan kaki yang kuning.
Puyuh yang umum dikembangkan di Indonesia adalah jenis dari
puyuh jepang (Caturnik Caturnik Japonica). Sesuai dengan pendapat Vali
(2008) yang menyatakan bahwa selain memiliki perporman yang bagus,
puyuh ini juga memiliki daya adaptasi yang baik. Manfaat umum dari
puyuh C. Japonica yaitu:
1. Sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa
yang unik.
2. Biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran
tubuh yang kecil (80 300 gram).
3. Memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun)
sehingga memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak
4.
5.
6.
7.

dalam setahun.
Tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas.
Memiliki produksi telur yang tinggi.
Dapat digunakan sebagai hewan percobaan.
Merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang
diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging.

Puyuh unggul antara lain memiliki ciri dan karakter seperti


berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sehat, lincah, mata bersinar dan tegap


Keadaan bulu tertutup sempurna, licin, bulu jarum sedikit
Konformasi / keserasian terlihat normal
Tulang dada lunas normal dengan lengkungan 1/8 inchi
Bentuk punggung normal/rata
Bentuk sayap/lengan dan finger rapat dengan badan
Fleshing/perdagingan sempurna, dada padat berisi, panjang dan

simetris
8. Shank dan digiti sedikit bersisik
9. Kondisi tubuh mulus tanpa kelainan dan bebas dari sobekan, patah
tulang ataupun memar lemak bawah kulit terlihat sempurna dan
merata.

Sedangkan untuk DOQ (Day Old Quail) harus memenuhi cirri


sebagai berikut:
1. Sehat, tidak cacat fisik, kaki dan digiti tidak bengkok
2. Lincah, mata bulat dan bersinar; kaki kuat dan berdiri dengan
tegak
3. Paruh normal
4. Berasal dari bibit induk yang telah diketahui keunggulannya
5. Bulu kering, dubur dan pusar juga kering; nafsu makan baik/ aktif
mencari makan.

Puyuh calon induk memiliki karakteristik sebagai berikut:


1.

Sehat, tidak cacat fisik

2.

Kepala dan muka halus, sedang (tidak terlalu besar)

3.

Mata cerah, jernih bersinar

4.

Paruh pendek dan kuat

5.

Badan cukup besar, perut halus dan bila diraba/ditekan terasa


empuk

6.

Jarak antar tulang pubis kurang lebih 2 jari orang dewasa

7.

Lincah dan tampak semangat

8.

Bulu tidak kusut, tetap tampak mengkilap dan halus

9.

Squama (sisik) bagian shank dalam barisan, ekor tidak bengkok


10. Berasal dari induk berproduksi telur tinggi.

Sifat dan karakteristik pada ternak umumnya, termasuk burung


puyuh antara lain dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan.
Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan variasi warna, bobot
tubuh, bentuk paruh, bentuk mata dan bentuk tubuh lainnya pada
burung puyuh. Bentuk tulang pubis burung puyuh harus memiliki jarak
kurang lebih 2 (dua) jari orang dewasa, karena bentuk dari tulang pubis
ini kaitannya dengan jumlah produktivitas ternak itu sendiri.
Pembentukan tulang pubis tergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh
puyuh. Pakan yang baik untuk pembentukan tualng pubis ini adalah
pakan yang mengandung mineral terutama dalam bentuk phospor.
Jenis-Jenis Puyuh Unggul
Coturnix-Cortunix Japonica
Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300
butir/ekor/tahun. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras
dan agak berirama. Hidupnya sering berpindah-pindah tempat. Telurnya
berwarna coklat tua, biru, putih dengan dengan bintik hitam, cokelat
( Permana, 2005).
Coturnix Chinensis (Blue Brested Quail)
Puyuh ini memiliki tubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm.
Biasa ditemukan dipadang rumput terbuka, sawah yang baru di panen,
semak alang-alang dan tanah pertanian yang belum di tanami.
Hidupnya dalam kelompok-kelompok kecil. Hidupnya di areal dataran
rendah. Makanannya berupa biji-bijian kecil dan serangga. Telurnya
berwarna kuning tua mengkilap dan bertotol-totol hitam ( Syariefa,
2011).
Rollulus Roulroul (Puyuh Mahkota)
Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini
bentuknya paling indah jika dibandingkan dengan puyuh lainnya.
Sehingga puyuh ini dapat di pelihara sebagai burung hias. Puyuh ini
hidup di hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan,

Sumatera, Malaysia dan Thailand. Unggas ini dapat hidup pada


ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut (Nugroho, 1986).
Callipepla Squamata (Scaled Quail)
Unggas ini termasuk berukuran besar, panjangnya mencapai 2535 cm. Bermukim di Amerika Utara dan Meksiko. Hidupnya di padang
rumput, di daerah kering dan semi kering. Puyuh ini bisa bertelur
sebanyak 9-16 butir pada musim bertelur. Pakannya terdiri dari 30 %
serangga, biji-bijian dan beberapa jenis sayur-sayuran ( Ensminger,
1992).
B. SYARAT DAN TEKNIS
Lokasi Peternakan
1.

Lokasi di usahakan jauh dari permukiman penduduk

2.

Dekat dengan jalur transportasi

3.

Daerah bebas banjir

4.

Jauh dari keramaian

5.

Bukan daerah endemi

Persiapan Sarana Dan Prasarana Peternakan


1.

Persiapan tempat makan minum ternak

2.

Persiapan tempat telur

3.

Persiapan Alat-alat sanitasi

4.

Penyediaan alat transportasi


Kandang Puyuh
Kandang Untuk Anak Puyuh (DOQ )

Kandang untuk anak puyuh biasanya model box atau bisa juga
model letter.kandang Box terbuat dari triplek atau papan yang sebagian
besar dindingnya tertutup dan lantai terbuat dari kawat strimin.sedang
letter hampir sebagian dinding juga tertutup tetapi lantai terbuat dari
tanah atau semen yang dilapisi sekam atau sisa gergajian.
Kandang untuk puyuh dewasa
untuk puyuh dewasa biasanya betbentuk batery.batery biasanya
dibuat bersusun sampai 4. Atau 5
Bibit Puyuh
Di dalam usaha peternakan puyuh bibit merupakan salah satu
faktor penting dengan bibit yang berkualitas diharapkan akan
memperoleh hasil produksi yang maksimal. Untuk itu dianjurkan untuk
mendatangkan bibit unggul dari pembibitan yang sudah terpercaya.
Pemilihan bibit biasanya didasarkan dari kemampuan produksi dan
ketahanan si induk terhadap penyakit.
Pakan Puyuh
Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah faktor pakan. Dalam
setiap usaha petenakan, pakan mengambil porsi terbesar dalam biaya
produksi bahkan hampir 60% modal digunakan untuk pembelian pakan.
Dalam garis besarnya pakan puyuh dibagi menjadi 3 fase yakni: Fase
starter ( 0-3 minggu ), Fase grower ( 3-7 minggu ), Fase finisher ( 7
minggu - afkhir ).
Untuk anak puyuh (DOQ ) pakan diberikan secara ad-libitum, sedangkan
untuk puyuh dewasa diberikan sekitar 20 -24 gr/ekor dalam sehari.
Pengendalian Penyakit
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif (pembersihan alat-alat
peternakan, kandang dan lingkungan sekitarnya).

2. Pengontrolan Penyakit (pengontrolan penyakit dilakukan setiap


saat dengan melalui pengamatan fisik ternak dan kotorannya)
3. Pemberian Vaksinasi dan Pengobatan (peternak puyuh biasanya
memberi vaksin puyuhnya dengan 2 macam vaksin yaitu vaksin
AI dan ND).
Hama dan Penyakit
Di dalam peternakan puyuh sering kali peternak dihadapkan
dengan banyaknya penyakit yang menyerang puyuh.untuk itu seorang
peternak dituntut untuk jeli dalam mengenal penyakit yang sering
menyerang puyuh.
Adapun penyakit yang sering menyerang puyuh adalah:
Tetelo ( NCD)
Gejala:

Batuk, bersin-bersin, ngorok dan susah bernafas


Tidak nafsu makan dan lesu
Kototan berwarna hijau kehitaman
Kepala memutar dan adakalanya lumpuh

Berak Kapur (Pulloru)


Gejala:

Nafsu makan berkurang


Lesu dan mengantuk
Bulu kusam dan sayap menggelantung
Kotoran berwarna keputihan seperti kapur

Berak Darah
Gejala: Hampir sama dengan pullorum tetapi kotoran berwarna
kemerahan karena bercampur darah.
Cacar Unggas
Gejala: Timbul bintil-bintil disekitar pial,kaki,mulut dan disekitar kulit
yang tidak ditumbuhi bulu.

Hasil Produksi
Hasil Utama
Hasil utama pada pemeliharaan puyuh tentunya adalah telur dan
daging.
Hasil Sampingan
Selain menghasilkan telur dan daging beternak puyuh juga
menghasilkan hasil sampingan berupa bulu dan kotorannya.
Pemasaran Hasil
Seorang peternak puyuh selain dituntut untuk mengerti tata cara
beternak yangbaik juga diharuskan untuk mengerti strategi dalam
pemasaran. Dengan pemasaran yang baik diharapkan akan memperoleh
harga jual seperti yang diharapkan.

Prospek keuntungan ( Analisis Perhitungan)


Untuk dapat menjalankan kegiatan wirausaha beternak puyuh ini diperlukan biaya
atau sejumlah taksasi dana (modal). Setelah melihat langkah-langkah dalam konsep dasar
berusaha dan memperkirakan sejumlah taksasi dana yang akan diperlukan, maka wirausaha
beternak puyuh dapat dimulai dengan kalkulasi anggaran biaya sebagai berikut :
1) Investasi Sarana
Kandang ukuran 1,2 x 1 m sebanyak 2 kandang.
(masing masing 1 jalur + tempat makan dan minum)

Rp.

250.000,Kandang besar

Rp.

400.000,-

Alat/perlengkapan kandang

Rp

100.000,-

Total Biaya Sarana

Rp.

750.000,-

2) Biaya Operasional
Bibit puyuh umur 1 bulan 200 ekor

: Rp. 2.000.000,-

Pembelian pakan selama 8 bulan untuk 200 ekor


1200 kg x 8 bulan x 6.500

: Rp. 6.240.000,-

Obat dan vaksin

: Rp.

150.000,-

Listrik 8 bulan

: Rp.

120.000,-

Biaya pengangkutan + perawatan

: Rp.

Biaya tenaga kerja selama 8 bulan

100.000,-

: Rp. 1.600.000,-

Total Biaya Operasional Rp 8.210.000,-

.3) Biaya Penjualan


Hasil telur (8 bulan) 240 x 160 x Rp 350,Rp. 13.440.000,Hasil puyuh afkir 170 ekor @ Rp 3500,Rp.

595.000,Total Biaya Penjualan

Rp 14.035.000,4) Keuntungan Usaha


Pemasukan selama 8 bulan

Rp.

14.035.000 , Pengeluaran selama 8 bulan


8.960.000 ,-

Rp.

_________________________________________________________________________
Total Keuntungan per 8 bulan
Rp 5. 075.000,-

Apabila dilakukan secara berkelanjutan dapat dikemukakan bahwa


keterlibatan siswa yang memiliki kekurangan berupa kerbelakangan
( tuna rungu), ternyata dengan memberikan pemahaman, pengertian
serta penguasaan teknologi beternak puyuh dengan baik dapat
membantu siswa untuk dapat mengembangkan peternakan ini secara
mandiri dikarenakan dengan sumber belajar yang langsung siswa dapat
merasakan hasil manfaat dari beternak puyuh ini berupa penghasilan
yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan dikemudian hari.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Pada prinsipnya anak tunarungu bisa mengikuti petunjuk-petunjuk
dan mempraktekkan dan bisa mengikuti tentang cara-cara
berternak burung puyuh yang di ajarkan sebagaimana hal nya yang
dilakukan oleh anak-anak normal pada umumnya. Hanya cara
mengajarkannya kepada anak tunarungu harus dengan kesabaran,
penerangan yang sangat jelas, mempraktekkannya harus dengan
penuh perhatian dan harus dengan latihan yang cukup ekstra
dengan contoh-contoh yang cukup jelas (real).
2. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan
burung puyuh yang baik. Yang harus diperhatikan :
a. Harus memiliki bibit puyuh yang unggul.

b. Pilihlah puyuh yang sehat, lincah, mata bersinar, tegap dan tidak
cacat fisik.
c. Pilih bibit puyuh yang berasal dari produksi telurnya yang tinggi
dan bukan hasil silangan satu keturunan.
3. Adapun syarat teknis yang harus diperhatikan seperti :
a. Lokasi diusahakan jauh dari pemukiman dan dekat dengan jalur
transportasi.
b. Harus daerah bebas banjir jauh dari keramaian.
c. Perkandangan harus sesuai dengan kepadatan puyuh yang
dipelihara dalam satu kandang harus sesuai.
d. Lingkungan kandang harus selalu bersih supaya bebas dari hama
penyakit.
e. Pengontrolan puyuh harus setiap saat dan teliti.
f. Puyuh yang sakit harus cepat dipisahkan dari puyuh yang
lainnya.
g. Kualitas pakan harus diperhatikan, pemberian pakannya harus
tetap tidak boleh berubah-ubah waktunya dan air minum harus
diperhatikan jangan sampai kosong.
4. Peternakan Puyuh ini dapat digunakan sebagai suatu sarana
pembelajaran langsung yang bersifat kontekstual serta memiliki
pembelajaran yang melatih keterampilan bersifat Vokasional yang
berbasis Skill Life
5. Hambatan yang ditemukan pada tingkat pemehaman siswa ABK
dapat diatasi dengan menggunakan sarana komunikasi baik
berbentuk bahasa isyarat atau bahasa gerak yang memungkinkan
siswa ABK mendapat pengalaman yang terarah.
6. Beternak Puyuh ini menurut penulis merupakan sarana belajar yang
bermakna.
B. Saran
Berpijak pada subtansi pembahasan diatas, maka dapat
disampaikan beberapa saran konstruktif sebagai berikut :
1. Proses tentang cara-cara beternak burung puyuh hendaknya
dimasukkan sebagai salah satu produk kurikulum lokal yang
mengarah kepada upaya peningkatan keterampilan siswa (life skill)
dengan harapan kedepannya siswa dapat memiliki kecakapan

hidup yang lebih bermanfaat ketika terjun ke masyarakat


kelangsungan masa depannya.
2. Bahwa prosfek usaha tentang beternak burung puyuh kini memiliki
dimensi social yang cukup signifikan disamping memiliki peluang
keuntungan secara finansial, hal ini memungkinkan terciptanya
lahan wirausaha yang berdaya guna dan berhasil guna.

Lampiran Lampiran
Alat penetasan telur

Kandang anakkan

Kandang dewasa

Pengamatan mesin tetas

Mempraktekkan membulak balik telur tetas

Aktivitas pemberian pakan dan minum

Aktivitas pemberian air minum

Aktivitas pemberian pakan

Aktivitas pemilihan puyuh jantan atau betina

Aktivitas menikmati hidangan telur puyuh

Anda mungkin juga menyukai