Anda di halaman 1dari 3

KONSEP KESELAMATAN MENURUTGEREJA GBI

Dalam pandangan Gereja Bethel Indonesia ( GBI ) keselamatan merupakan anugerah


Allah yang diterima melalui Iman, bukan melalui pekerjaan tertentu atau perbuatan baik.
Keselamatan merupakan hasil kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh kudus. GBI mengenal
tiga proses yang menentukan keselamatan seseorang yakni proses pembenaran ( Justification),
Proses pendewasaan atau pengudusan ( Titus 1 : 5 ), Proses pemuliaan ( 1 Korintus 13 : 10 ).
Iman GBI percaya bahwa keselamatan yang dianugerahkan Allah merupakan kondisi
keselamatan bersyarat, artinya keselamatan tersebut dapat hilang sewaktu-waktu jika kita tidak
berusaha untuk mempertahankannya. Doktrin keselamatan GBI berusaha menyeimbangkan
pandangan calvin dan armenian terkait predestinasi ( Ef 1:4-6, Rm 29: 30, Kis 13 : 48 ). Menurut
Calvinisme keselamatan berdasarkan ketetapan Allah sehingga menekankan Kedaulatan Allah
dan mengecilkan kehendak bebas manusia. Pandangan tersebut berbanding terbalik dengan
pernyataan kaum armenian yang menyatakan bahwa keselamatan berdasarkan pengetahuan Allah
dan respon kehendak bebas manusia. Terkait kedua pandangan tersebut iman GBI menegaskan
Allah tidak terbatas oleh waktu. Allah dalam kedaulatannya menetapkan keselamatan, pada saat
yang sama dalam keMahatahuannya Ia juga mengetahui manusia yang mempergunakan
kehendak bebasnya untuk meresponi panggilannya atau tidak.
Iman GBI mengakui aspek keselamatan tidak dapat terlepas dari Predestinasi bahwa jauh
sebelum dunia dijadikan Allah bernisiatif menyediakan keselamatan ( Gal 1: 15, 16 ) namun
hasil pilihan keselamatan bergantung kepada responnya sendiri ( Kis 26:19). Bahkan Paulus
mengakui bahwa meskipun dirinya tergolong orang percaya namun bisa saja ia murtad ( 1
Korintus 9 : 22-27 )
Doktrin keselamatan GBI menyatakan beberapa keberatan terkait konsep keselamatan
yang terjadi hanya satu kali. Konsep tersebut menegaskan manusia seperti robot karena semua
sudah ditentukan bukan diketahui Allah. Konsep tersebut juga mengakibatkan kelalaian dalam
berperilaku, yang berarti seseorang dapat mempergunakan keselamatan dengan sesuka hati tanpa
mempertanggung jawabkan serta berakibat mengurangi semangat penginjilan. Orang tidak akan
lagi menginjili orang-orang yang bukan pilihan karena mereka tidak akan pernah diselamatkan

oleh pemberitaan injil. Paham sekali selamat tetap selamat memberi tempat nyaman bagi dosa
sehingga seakan-akan Allah memaklumi dosa dalam kasih karunia-Nya terhadap pengampunan
manusia. Padahal sesungguhnya hampir perjanjian baru mengindikasikan betapa berbahayanya
keluar dari kasih karunia oleh sebab itu perlu mengejar kekudusan hidup dan kehendak Allah
( Ibrani 12:14, 1 pet 1 :15, Galatia 5:4 ).
GBI juga tidak mengakui adanya keselamatan permanen pada perjanjian lama ketika
peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Allah memang memberikan kasih karunia
untuk membantu bangsa Israel selamat dari perbudakan mesir, namun bukan berarti kasih
karunia itu tidak bersyarat melain bersyarat. Allah menuntut ketaatan lebih kepada umat-Nya
namun karena kebebalan Israel banyak dari mereka yang mati selama di padang gurun. Rasul
Paulus mengaitkan peristiwa diatas bahwa jika jemaat Korintus tidak bertobat maka mereka akan
djatuh kedalam penghukuman.
Keselamatan bersyarat dan tergantung dari respon manusia sehingga tentu keselamatan
dapat hilang. Setiap orang dapat kelihangan keselamatannya apabila mereka menghujat Roh
Kudus ( lukas 12 : 10 ), menyangkal Kristus sebagai anak Allah ( II Tim 2 : 12 ), orang yang
mendapatkan karunia namun murtad ( ibrani 6:4-6) sehingga memungkinkan nama orang
tersebut dihapus dalam kitab kehidupan ( Wahyu 3 : 5 ). Pada titik penghujatan Roh Kudus orang
tersebut hatinya dikeraskan sehingga Allah tidak akan mengampuninya. Selama pelayanan-Nya
Yesus menekankan orang murid-muridnya dan orang farisi tentang konsekuensi menghujat Roh
Kudus ( Mat. 12:21-37, Markus 3:23-30, Lukas 12:8-12).
Dapat dipahami bahwa peringatan Yesus tersebut bukanlah peringatan biasa melainkan
peringatan keras yang menyangkut keselamatan. Menurut laman gbibumi anggrek.com Paulus
mengajarkan bahwa kita harus terus menerus membangun keselamatan dengan perjuangan yang
sungguh dan tidak hidup seturut dengan daging ( Roma 8:13, Fil 3:12-16). Menurut ajaran GBI
tujuan akhir keselamatan bukanlah untuk memasuki sorga melainkan untuk menumbuhkann
pengenalan yang mendalam terhadap Kristus. Aspek keselamatan juga memasuki hidup seperti
damai sejahtera, sukacita, dan berkat-berkat yang indah pada masa kini.

Sumber : modul GBI

Anda mungkin juga menyukai