Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
nyata. Interaksi antara faktor konsentasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh
nyata pada kekerasan.
Pada uji kesukaan (uji hedonik), hasil uji Friedman menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun
transparan berpengaruh nyata terhadap parameter transparansi, tekstur dan kesan
kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan, sedangkan untuk parameter
banyak busa menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
pada formulasi sabun transparan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kesukaan konsumen atau dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama
untuk setiap perlakuan terhadap kedua parameter tersebut.
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan teknik pembobotan,
konsesntrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan konsentrasi terbaik
untuk pembuatan sabun transparan dengan kadar air dan zat menguap sabun
24,81%; jumlah asam lemak 33,81%; fraksi tak tersabunkan 5,00%; bagian tak
larut dalam alkohol 2,90%; alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH 0,11%; nilai
pH 9,51; stabilitas emulsi 97,95%; stabilitas busa 0,59%; kekerasan produk 3,12
mm dan daya bersih 118 ftu turbidity.
Hasil uji kesukaan pada formulasi sabun transparan terbaik menunjukkan
bahwa mayoritas panelis menyukai transpansi dengan persentase panelis sebesar
70%. Mayoritas panelis agak menyukai tekstur dengan persentase panelis sebesar
36,67%, dan mayoritas panelis memberikan penilaian biasa terhadap banyak busa
dan kesan kesat dengan persentase panelis masing-masing sebesar 26,67% dan
33,33%.
9,51; emulsion stability 97,95%; foam stability 0,59%; hardness 3,12 mm and
detergency 118 ftu turbidity.
The result of organoleptic tests on the best transparent soap showed that
majority of panelist like the soap for transparency with percentage 70%. Majority
of panelist almost like texture with percentage 36,67%, and majority of panelist
neutral to the foam quantity and roughness impression with each panelist
percentage at about 26,67 and 33,33%.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :
KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA DAN ASAM SITRAT
TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN
adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,
kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.
Bogor,
2006
: F34101033
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033
Disetujui,
Bogor,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kepulauan Riau pada tanggal 26
Januari 1984 sebagai putri kedua dari Kamal Satria dengan
Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Setelah menyelesaikan sekolah di bangku taman
kanak-kanak tepatnya di TK Pertiwi pada tahun 1989, penulis
kemudian melanjutkan sekolah ke sekolah dasar di SDN 014. Pada tahun 1995,
penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Tanjung Pinang, pada saat kelas tiga penulis
pindah sekolah ke SLTPN 1 Rengat. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Umum di SMUN 8 Pekanbaru pada tahun 1998. setelah lulus SMU
pada tahun 2001, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor,
Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI.
Selama kuliah di IPB penulis pernah melakukan praktek lapangan di PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang, dengan topik Aspek Manajeman Pemasaran pada
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang selain itu penulis juga aktif pada beberapa
kegiatan antara lain sebagai seksi acara dalam temu alumni TIN dan seksi
dekorasi dalam acara TIN Speaks Out tahun 2002, seksi dana dan usaha sekaligus
tata tertib Hagatri Reloaded tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR..
DAFTAR LAMPIRAN
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Tujua Penelitian........
A. Sabun 4
B. Sabun Transparan.
C. Sukrosa.
D. Asam Sitrat 11
E. Mutu Sabun..
13
F. Uji Organoleptik 13
III. METODOLOGI PENELITIAN...
18
22
24
26
27
28
6. pH Larutan Sabun.
30
7. Stabilitas Emulsi..
31
8. Stabilitas Busa..
32
9. Kekerasan Produk
33
34
B. Uji Organoleptik.
36
1. Transparansi..
37
2. Tekstur..
38
3. Banyak Busa.
40
4. Kesan Kesat..
41
43
44
1. Biaya Investasi
46
2. Biaya Operasional
46
3. Perhitungan Modal..
47
47
5. Perhitungan Usaha
48
6. Analisa Kelayakan
49
53
A. Kesimpulan..
53
B. Saran.
54
DAFTAR PUSTAKA.
55
LAMPIRAN.
58
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formulasi dasar sabun transparan
44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi saponifikasi trigliserida 4
Gambar 2. Reaksi netralisasi asam lemak.. 4
Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air 5
Gambar 4. Struktur kimia sukrosa.. 9
Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat........................................................ 11
Gambar 6 Macam-masam skala hedonik dengan skala numeriknya 17
Gambar 7 Diagram alir proses pembuatan sabun transparan... 19
Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan 22
Gambar 9. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan
asam sitrat terhadap kadar air dan zat menguap sabun..........
24
34
38
42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lembar Uj Kesukaan. 65
Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan (%)... 66
Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan.. 66
Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan.. 67
Lampiran 6a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam
Lemak Sabun Transparan (%).. 68
Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan 68
Lampiran 6c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan 68
Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak
Tersabunkan Sabun Transparan (%).. 69
Lampiran 7b. Hasil Analisis Keragaman Fraksi Tak
Tersabunkan SabunTransparan..
69
70
71
71
72
72
73
73
73
74
74
75
75
76
76
76
77
78
78
78
79
Transparan.
80
80
81
82
82
84
85
85
87
88
88
90
91
91
93
94
95
97
100
102
103
104
106
108
110
111
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan
tubuh, seperti sabun mandi.
Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi
berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit. Fungsi kulit sangat penting, sebagai pembungkus tubuh
yang dipengaruhi lingkungan luar, misalnya debu, sinar matahari, suhu
panas atau dingin dan zat kimia yang menempel pada kulit. Kotoran yang
menempel pada kulit harus dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu
melakukan tugasnya dengan baik. Cara yang paling mudah untuk menjaga
kebersihan kulit yaitu mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
mandi. Sabun dapat membersihkan kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit
mati dan sisa kosmetik.
Sabun mandi terdiri dari cold-made, opaque dan sabun transparan.
Sabun mandi cold-made kurang terkenal, tetapi sabun ini mempunyai
kemampuan busa baik dalam air garam. Sabun mandi ini biasanya banyak
digunakan oleh para pelaut. Sabun opaque adalah jenis sabun mandi yang
biasa digunakan sehari-hari. Sabun transparan atau disebut juga sabun
gliserin mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sabun
lain, yaitu mempunyai tampilan yang lebih menarik (berkilau) jika
dibandingkan dengan jenis sabun lain serta dapat menghasilkan busa lebih
lembut di kulit (Jungermann, 1979). Sabun jenis ini mempunyai harga
yang sangat mahal dan hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan menengah
ke atas.
Sifat dari sabun tergantung pada jumlah dan komposisi bahan baku
yang digunakan. Asam lemak berpengaruh signifikan pada warna produk
akhir. Komposisi asam lemak yang baik untuk pembuatan sabun adalah
rantai panjang (C12 C18). Rantai C12 C14 memberikan fungsi yang baik
untuk pembusaan, sedangkan C16 C18 baik untuk kekerasan dan
deterjensi (Aine, 1996). Pada penelitian ini digunakan asam stearat (C18)
dan minyak kelapa, karena minyak kelapa banyak mengandung asam
laurat (C12). Kriteria minyak/lemak yang baik untuk bahan baku sabun
mandi antara lain minyak/lemak tersebut tidak berbau tengik serta
memiliki warna cerah yang jernih.
Sifat sabun juga dipengaruhi oleh bahan baku pendukung, antara lain
gliserin, yang berperan sebagai humektan. Etanol sebagai pelarut dapat
membuat sabun menjadi lebih transparan. Dietanolamin (DEA) berfungsi
untuk menstabilkan busa dan membuat sabun menjadi lebih lembut.
Asam sitrat termasuk bahan baku sabun transparan yang penting
karena dapat mengikat logam-logam yang dapat menimbulkan bau tengik
pada sabun. Selain itu dapat berfungsi mengatur pH dan sebagai bahan
pengawet. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak adanya asam sitrat
sebagai komposisi bahan baku sabun transparan menyebabkan sabun
memiliki pH tinggi dan bersifat basa. Oleh karena itu, pada penelitian ini
digunakan variasi konsentrasi asam sitrat yang diharapkan dapat
menurunkan alkalinitas sabun transparan yang dihasilkan.
Demikian halnya dengan sukrosa, sukrosa befungsi untuk menambah
kekerasan dan transparasi sabun. Pada penelitian ini digunakan variasi
konsentrasi
sukrosa
untuk
mengetahui
bagaimana
kecenderungan
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kombinasi konsentrasi terbaik sukrosa dan asam sitrat
pada pembuatan sabun transparan.
CH2 OH
CH COOR + 3NaOH
3 R - COONa
CH2 COOR
CH OH
CH2 OH
Trigliserida
Alkali
Sabun
Gliserol
NaOH
Alkali
R COONa + H2O
Sabun
Air
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
CH2
O- Na+
gugus
Hidrofilik
(lipofobik)
Gugus
hidrofobik
Gugus
hidrofilik
CH3
CH3
CH3
CH3
(CH2)17
(CH2)17
(CH2)17
(CH2)17
-------------------------------------------------------------------------------------C
C
C
C
O
O-
O-
O-
O-
air
----------------------------------------------------------------------Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air
dengan
menurunkan
tegangan
permukaan
air
dan
transparan
merupakan
sabun
yang
memilki
tingkat
Komposisi (% berat)
Asam stearat
Minyak kelapa
20
22
Gliserin
13
Ethanol
15
Sukrosa
11
DEA
Natrium klorida
Asam sitrat
Air
0,2
3
4,5
asam
laurat
C12
yang
berperan
dalam
proses
kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya. Senyawa
yang dikenal di mancanegara selama bertahun-tahun sebagai penyapu
logam tersebut adalah senyawa-senyawa asam seperti asam fosfat dan
asam organik (sitrat dan tartarat).
Penggunaan lain dari asam sitrat dalam sabun atau deterjen adalah
kemampuannya sebagai penyapu logam-logam berat dalam air sadah.
Menurut Winarno dan Laksmi (1974), asam sitrat berfungsi sebagai
chelating agent, yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen
seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai katalisator dalam
reaksi-reaksi biologis. Karena itu, reaksi biologis dapat dihambat dengan
penambahan asam sitrat (www.wikipedia.org).
E. MUTU SABUN
Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada badan atau
bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk obat.
Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagai hiegene
tubuh (sabun dan shampoo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangiwangian dan proteksi (sun creen). Tujuan penggunaan sediaan kosmetika
mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air
sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan
melembutkan kulit (Imron, 1985).
Contoh dari sediaan kosmetika mandi antara lain minyak mandi,
bath capsul, sabun dan sebagainya. Sabun merupakan pembersih tubuh
sehari-hari. Sabun dan air dapat menghilangkan berbagai kotoran dari
permukaan kulit termasuk bakteri, keringat, sel-sel kulit yang telah mati
dan sisa kosmetik. Bentuk sabun secara garis besar dapat terbagi dua yaitu
sabun yang berbentuk padat dan sabun yang berbentuk cair.
Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa spesifikasi
persyaratan mutu yang harus dipenuhi agar sabun tersebut layak untuk
digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus
dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi
beberapa parameter sebagai berikut: kadar air dan zat menguap sabun,
jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkam, bagian tak larut alkohol, kadar
alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH dan kadar minyak mineral (SNI,
1994).
F. UJI ORGANOLEPTIK
Menurut Soekarto (1981), penilaian dengan indra disebut penilaian
organoleptik atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang
paling primitif. Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti
mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak
disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadangkadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam
beberapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi ketelitian alat yang
paling sensitif.
Sistem penelitian organoleptik telah dapat dibakukan dan dijadikan
alat penilai dalam laboratorium, dunia usaha dan perdagangan.
Laboratorium penilaian organoleptik pun telah menjadi umum di industri
maupun di lembaga-lembaga penelitian. Penelitian organoleptik telah pula
digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan.
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan
panel. Panel adalah satu atau sekelompok orang yang bertugas untuk
menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang
menjadi anggota panel disebut panelis. Ada 6 macam panel yang biasa
digunakan dalam penilaian organoleptik yaitu :
1. Pencicip perorangan (individual expert)
Pencicip perorangan disebut juga pencicip tradisional. Pencicip
demikian telah lama digunakan dalam industri-industri makanan seperti
pencicip teh, kopi, es krim atau penguji bau pada industri minyak wangi
(parfum).
2. Panel pencicip terbatas
Untuk menghindari ketergantungan pada seorang pencicip
perorangan maka beberapa industri menggunakan 3 5 orang penilai
yang mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panel pencicip terbatas.
Biasanya panel ini diambil dari personel laboratorium yang sudah
Skala hedonik
Skala
Skala hedonik
numerik
Skala
Skala hedonik
numerik
Skala
numerik
Amat sangat
Amat sangat
Amat sangat
suka
suka
suka
Sangat suka
Sangat suka
Sangat suka
Suka
Suka
Suka
Agak suka
Agak suka
Agak suka
Netral
Netral
Agak tidak
Agak tidak
Tidak suka
suka
suka
Tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak
suka
Sangat tidak
suka
6 SKALA
Amat sangat
HEDONIK
tidak ssuka
7 SKALA
9 SKALA
HEDONIK
HEDONIK
Gambar 6. Macam-macam skala hedonik dengan skala numeriknya (Soewarno,
1981)
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) persiapan bahan,
(2) pembuatan sabun transparan dan (3) analisis produk akhir.
1. Persiapan Bahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan untuk proses pembuatan
sabun transparan dengan berbagai variasi konsentrasi asam sitrat (1, 3, 5)%
dan sukrosa (8, 11, 13)% sebagai bahan baku penyusunnya. Mula-mula
dilakukan penimbangan bahan baku berdasarkan formula pembuatan sabun
transparan yang digunakan (Lampiran 1).
Asam Stearat
Pencairan
Pencampuran
T = 70 - 800C
NaOH
30%
Minyak
Kelapa
Pencampuran
T = 70 - 800C
Stok sabun
Pencampuran
T = 70 - 800C
Ethanol
Gliserin
Sukrosa (8, 11, 13)%
Asam sitrat (1, 3, 5)%
Coco DEA
NaCl
Pencetakan
Sabun Transparan
tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH, stabilisasi
busa, stabilisasi emulsi, kekerasan dan daya bersih. Sedangkan sifat fisik
yang diamati adalah tingkat kekerasan yang diukur dengan menggunakan
alat penetrometer.
b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap transparasi, tekstur,
banyak busa, dan kesan pada kulit setelah pemakaian sabun transparan.
Uji ini menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 30 orang dengan
skala 1 5. Skala penilaian yang diberikan yaitu (1) tidak suka, (2) agak
tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Analisis data untuk uji
organoleptik dilakukan dengan metode statistik non parametrik
menggunakan uji Friedmann.
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian utama adalah
rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan dan masing-masing
terdiri dari tiga taraf yaitu konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan
konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Model matematis dari rancangan
percobaan untuk penelitian utama adalah sebagai berikut.
Yij = + Ai + Bj + ABij + k(ij)
Keterangan :
Yijk = variabel respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena
pengaruh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
= rata-rata sebenarnya
daya bersih. Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui sifar fisik dan kimia
sabun transparan yang dihasilkan serta untuk mengetahui kesesuaian produk
sabun transparan yang dihasilkan dengan Standar Nasional Indonesia Sabun
Mandi. Spesifikasi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Mutu Sabun (SNI 06-3532-1994)
No
Jenis Uji
Persyaratan Mutu
1.
Maks 15
2.
Min 70
3.
Maks 2,5
4.
Maks 2,5
5.
Maks 0,1
6.
Minyak mineral
- (negatif)
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5
5.00
3
0.00
8
1
11
Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)
13
sukrosa juga dipengaruhi oleh zat lain yang terlarut dalam air, serta sifat zat
tersebut. Berdasarkan formulasi sabun transparan yang dihasilkan, jumlah air
yang ditambahkan semakin sedikit seiring dengan semakin tinggi konsentrasi
sukrosa yang digunakan, karena itu jumlah air dan zat menguap yang
terkandung dalam sabun transparan semakin rendah. Hasil analisa keragaman
dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Jumlah Asam Lemak
Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida
(William dan Schmitt, 2002). Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk
mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan memutus
ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuat
HCl:
RCOONa
Sabun Natrium
HCl
Asam Klorida
RCOOH
Asam Lemak
NaCl
Garam
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
5
3
8
1
11
Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)
13
Gambar 10. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Jumlah Asam Lemak
Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak sabun minimal sebesar 70%.
Berdasarkan hasil analisis, rata-rata jumlah asam lemak pada sabun transparan
berkisar antara 28,38 38,81%. Data hasil analisis jumlah asam lemak dapat
dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan hasil analisa keragaman jumlah asam
lemak (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan faktor
konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
menunjukkan tidak berbeda nyata.
Uji lanjut Duncan (Lampiran 6c) memperlihatkan bahwa pengaruh
perlakuan antara konsentrasi sukrosa 8 dan 11% tidak berbeda nyata dan
kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 13%.
Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka semakin besar jumlah asam lemak
yang terdapat dalam sabun transparan.
Bila larutan disakarida dipanaskan dengan larutan asam kuat maka
akan terjadi hidrolisis yang mengakibatkan disakarida membentuk dua
molekul monosakarida (heksosa). Menurut Tjokroadikoesoemo (1986),
setelah dihidrolisis maka sifat-sifat gula perduksi dari masing-masing
komponen monosakarida tersebut timbul kembali. Gula pereduksi bersifat
aktif sehingga dapat menghambat terjadinya pembentukan sabun dari asam
lemak. Hal ini mengakibatkan jumlah asam lemak semakin meningkat.
Analisa jumlah asam lemak juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo
sebagai pembanding, yaitu sebesar 52,08%.
3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan
Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan jumlah komponen yang tidak
tersabunkan karena tidak bereaksi dengan senyawa alkali (Natrium) namun
dapat larut dalam minyak pada saat pembuatan sabun. Adanya fraksi tak
tersabunkan dapat menurunkan kemampuan membersihkan (deterjensi) pada
sabun (Spitz, 1996). Ketaren (1986) menambahkan bahwa senyawa-senyawa
yang larut dalam minyak dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali
termasuk di dalamnya yaitu sterol, zat warna dan hidrokarbon.
Menurut SNI (1994), kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada
sabun maksimum sebesar 2,5%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun transparan berkisar antara 0,46
8,72%. Kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan sebagian besar belum
memenuhi kriteria mutu kadar fraksi tak tersabunkan sabun menurut SNI.
Analisa kadar fraksi tak tersabunkan juga dilakukan pada sabun komersial merk
Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 0,78%.
Hasil analisa keragaman (Lampiran 7) terhadap kadar fraksi tak
tersabunkan menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam
sitrat dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
95% ( = 0,05).
Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH (soda alkali) harus
dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu
pekat atau jumlahnya berlebih, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan
trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi mamberikan pengaruh negatif
yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya, apabila NaOH yang ditambahkan terlalu
encer atau jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan
mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak bebas pada sabun
mengganggu proses emulsi dan kotoran pada saat sabun digunakan (Kamikaze,
2002).
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
5
0.1
3
0
8
1
11
Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)
13
Gambar 11. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Kadar Alkali Bebas yang Dihitung sebagai NaOH
tingkat
pH Larutan Sabun
10.4
10.2
10
9.8
9.6
9.4
5
9.2
3
9
8
1
11
Konsentrasi
Asam Sitrat (%)
13
Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap pH
Uji lanjut Duncan (Lampiran 10c) memperlihatkan bahwa antar
konsentrasi asam sitrat menunjukkan berbeda nyata. Asam sitrat merupakan
asam karboksilat dan bersifat asam karena asam sitrat mengandung gugus
karboksil yang dapat mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat
dan proton. sehingga asam sitrat mampu mennurunkan nilai pH suatu zat.
Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat maka semakin rendah nilai pH karutan
sabun.
7. Stabilitas Emulsi
Stabilitas atau kestabilan emulsi merupakan salah satu parameter
penting terhadap mutu sabun transparan. Stabilitas emulsi sabun merupakan
kekuatan sistem emulsi sabun dalam mempertahankan kestabilannya dalam
berbagai kondisi. Stabilitas emulsi dapat diamati dari perubahan fisik sabun
selama disimpan dalam jangka waktu dan kondisi tertentu.
Menurut Suryani, et al. (2002), sabun padat termasuk dalam tipe w/o.
Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan
warna dan memiliki konsistensi tetap. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi sabun transparan yang
dihasilkan berada dalam kisaran 96,68 98,06%. Data hasil analisis stabilitas
emulsi dapat dilihat pada Lampiran 11a.
Berdasarkan hasil analisa keragaman (Lampiran 11b) terhadap sabun
transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan asam sitrat tidak
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Asam sitrat tidak
memiliki tegangan permukaan yang aktif. Stabilitas emulsi dalam sabun
transparan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah asam lemak yang terkandung
dalam sabun. Stabilitas amulsi sabun transparan juga dipengaruhi oleh
banyaknya kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis, seperti
gliserin dan sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang tidak terlalu tinggi tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap stabilitas emulsi.
8. Stabilitas Busa
Hasil analisis stabilisasi busa sabun transparan menunjukkan kisaran
0,34 0,87% (Lampiran 12a). Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap
stabilitas busa sabun transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan
konsentrasi asam sitrat tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
( = 0,05). Hasil analisa keragaman dapat dilihat pada Lampiran 12b.
Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja
untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana
Penetrasi Jarum
Penetrometer (mm)
6
5
4
3
2
1
5
3
0
8
1
11
13
Konsentrasi
Asam Sitrat (%)
Gambar 13. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Penetrasi Jarum Penetrometer
Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata penetrasi jarum
penetrometer sabun transparan berkisar antara 1,71 4,48 mm. Hasil analisa
keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam sitrat
dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata pada
tingkat
pembentukan sabun transparan dari bentuk cairan stok sabun menjadi hard
soap maka dilakukan penurunan suhu. Apabila penurunan suhu tersebut sampai
di bawah titik cair sukrosa, maka mula-mula terbentuk keadaan amorph (tidak
berbentuk) kemudian viskositas makin kecil dan terbentuk benda seperti gelas.
Uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi asam sitrat terhadap
kekerasan sabun transparan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan antara
konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi
konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai penetrasi jarum penetrometer
sehingga sabun yang dihasilkan semakin lunak. Asam sitrat merupakan asam
karboksilat jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap sehingga titik cairnya
rendah. Pada proses pembuatan sabun, peningkatan suhu menyebabkan
semakin cepat pencairan asam sitrat sehingga sabun yang dihasilkan semakin
lunak.
Pengaruh perlakuan faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
mengalami kecenderungan yang berkebalikan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan sifat titik cair antara kedua senyawa tersebut.
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
5
3
0.00
8
1
11
Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)
13
Gambar 14. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Kekeruhan
Kekeruhan air sabun berkisar antara 15 118 ftu turbidity. Hasil analisa
keragaman (Lampiran 14b) menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan
konsentrasi asam sitrat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( =
0,05).
Uji lanjut Duncan (Lampiran 14c) memperlihatkan bahwa antar
konsentrasi sukrosa berbeda nyata. Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka
semakin tinggi tingkat kekeruhan air sabun. Hal ini berarti semakin tinggi pula
daya bersih sabun transparan tersebut.
Uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi asam sitrat terhadap daya
bersih sabun transparan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan antara
konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi
konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai kekeruhan pada sabun
transparan yang dihasilkan.
Sabun transparan mengandung sukrosa yang merupakan senyawa
karbohidat dan bersifat polar, demikian juga dengan asam sitrat. Asam sitrat
mengandung gugus karboksil yang bersifat polar. Pada saat terjadi mekanisme
pembersihan sabun, ujung molekul yang bersifat polar ini akan berikatan
dengan air. Bagian ini berperan mengendorkan kotoran dari kain dan
mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel pada kain.
Akibatnya warna air menjadi keruh.
Berdasarkan uji T terhadap sifat fisiko kimia pada kontrol menunjukkan
bahwa faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh nyata terhadap
semua analisa. Pada pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk
mengatur transparansi sabun transparan yang dihasilkan. Begitu juga dengan
penggunaan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi sebagai pengatur pH. Kedua
parameter ini merupakan parameter yang cukup penting dalam menentukan
kualitas sabun transparan. Karena itu penggunaan sukrosa dan asam sitrat
berpengaruh nyata terhadap sabun transparan yang dihasikan.
B. UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji kesukaan atau uji hedonik.
Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu uji peneriman yang
menyangkut penilaian sesorang terhadap kesukaan atau ketidaksukaan suatu
produk.
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen
terhadap produk sabun transparan yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan
menggunakan sukrosa (A1=13%, A2=11%, A3=8%) dan asam sitrat (B1=1%,
B2=3%, B3=5%). Uji organoleptik ini meliputi uji kesukaan panelis terhadap
transparansi, tekstur, banyaknya busa sabun transparan dan kesan kesat pada kulit
setelah pemakaian sabun transparan. Panelis yang digunakan dalam uji ini
merupakan panelis agak terlatih berjumlah 30 orang.
1. Transparansi
Pemilihan bahan baku khususnya asam lemak akan memberikan
pengaruh yang signifikan pada warna produk akhir sabun transparan.
Penampakan transparan juga dipengaruhi oleh sukrosa dan ethanol.
Penilaian kesukaan terhadap transparansi merupakan penilaian secara
visual dengan cara menilai tingkat transparansi dari sabun transparan yang
dihasilkan. Panelis memberikan respon terhadap transparansi sabun transparan
yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 13%
dan asam sitrat 5% (A3B3) yaitu sebesar 4,63 (antara agak suka hingga suka).
Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap transparansi sabun transparan
yaitu sebesar 2,17 (antara.agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan
sukrosa.8% dan 11% dan asam sitrat 1% (A1B1 dan A2B1). Data penilaian
panelis terhadap hasil uji hedonic transparansi dapat dilihat pada Lampiran 16a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap transparansi menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulsi sabun transparan
berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap transparansi sabun
transparan yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang
berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa berfungsi
untuk menambah transparasi sabun. Transparansi sabun meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi sukrosa yang digunakan seperti terlihat pada
Gambar 16. Hasil perhitungan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 16c.
Berdasarkan
persentase
penilaian
kesukaan
panelis
terhadap
penggunaan sukrosa 13% dan asam sitrat 5% (A3B3) seperti terlihat pada
100%
80%
Skala Penilaian 5
60%
Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3
40%
Skala Penilaian 2
20%
Skala Penilaian 1
B3
B2
A3
B1
A3
B3
A3
B2
A2
B1
A2
B3
A2
A1
A1
A1
B2
0%
B1
Gambar 15.
Perlakuan
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
sabun
sangat
dipengaruhi
oleh
adanya
biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian
panelis terhadap hasil uji hedonik tekstur sabun transparan dapat dilihat pada
Lampiran 17a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap tekstur menunjukkan bahwa faktor
konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun berpengaruh
nyata pada kesukaan panelis terhadap tekstur sabun transparan yang dihasilkan,
dengan kata lain panelis memberikan respon yang berbeda untuk setiap
perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa juga berfungsi sebagai pengeras
100%
80%
Skala Penilaian 5
60%
Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3
40%
Skala Penilaian 2
Skala Penilaian 1
20%
0%
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3
Perlakuan
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
(biasa) yaitu sebesar 50% pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1%
(A1B1).
3. Banyak Busa
Pada umumnya konsumen beranggapan bahwa sabun yang baik
adalah sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa tidak
selalu sebanding dengan kemampuan daya bersih sabun. Karakteristik busa
sendiri dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau surfaktan, penstabil
busa, serta komposisi asam lemak yang digunakan.
Penilaian kesukaan terhadap banyak busa dilakukan dengan cara
membasuh tangan dengan sabun transparan yang dihasilkan kemudian menilai
banyaknya busa yang dihasilkan berdasarkan skala kesukaan. Panelis
memberikan respon terhadap banyak busa sabun transparan yang dihasilkan
dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat
5% (A2B3) yaitu sebesar 3,60 (antara biasa hingga agak suka). Nilai rata-rata
penilaian panelis terendah terhadap banyak busa sabun transparan yaitu sebesar
2,87 (antara agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan
asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian panelis terhadap hasil uji hedonik
banyak busa dapat dilihat pada Lampiran 18a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap banyak busa menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun transparan
tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis pada banyaknya busa sabun
yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama untuk
setiap perlakuan.
Berdasarkan persentase penilaian kesukaan panelis terhadap banyak
busa menunjukkan bahwa panelis memberikan respon paling banyak pada
skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk perlakuan A1B2
dan A3B3 memberikan respon paling banyak pada skala penilaian 4 (agak
suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang memberikan respon penilaian
terhadap banyak busa pada skala penilaian 3 (biasa) yaitu sebesar 43,33% pada
penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 5% (A2B3) seperti terlihat pada
Gambar 17.
80%
Skala Penilaian 5
60%
Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3
40%
Skala Penilaian 2
20%
Skala Penilaian 1
0%
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3
100%
Perlakuan
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
100%
80%
Skala Penilaian 5
Skala Penilaian 4
60%
Skala Penilaian 3
40%
Skala Penilaian 2
Skala Penilaian 1
20%
0%
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3
Perlakuan
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
yang
dihasilkan
berdasarkan
penilaian
tingkat
Nilai
Analisis
Kepentingan
Kadar air
Jumlah asam
lemak
Alkali bebas
pH
mengangkat kotoran.
Transparansi
menarik sabun.
Tekstur
Kesan kesat
D. ANALISA
KELAYAKAN
USAHA
SABUN
TRANSPARAN
keuntungan
serta
manfaat.
Pengertian
menguntungkan
bagi
usaha. Skala usaha yang dijalankan pada sabun transparan adalah skala
menengah. Analisa kelayakan usaha sabun transparan menggunakan indikator
kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net benefit cost ratio,
nilai bersih sekarang (net present value), dan waktu pengembalian modal (pay
back period).
Asumsi mengenai produksi adalah sebagai berikut.
Kebutuhan bahan baku (per hari)
: 400 kg
: 320 kg
: 20 hari
: 8 jam
: 10
Tingkat bunga
: 16%
1. Biaya Investasi
Biaya investasi pembuatan sabun transparan terdiri dari biaya
mesin dan peralatan, perlengkapan kantor, instalasi penunjang serta biaya
persiapan. Uraian lengkap mengenai biaya investasi dapat dilihat pada
Lampiran 21a.
Tangki berpengaduk yang digunakan untuk membuat sabun
transparan adalah tipe horizontal yang dilengkapi dengan sistem pemanas.
Desain pengaduk atau propeller-nya dibuat melingkar. Tangki berpengaduk
ini seharga Rp 100.000.000,00 per mesin.
Investasi berupa mesin dan peralatan, perlengkapan kantor,
perlengkapan listrik serta biaya persiapan memiliki nilai penyusutan,
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21b.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi dalam dua golongan yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya
penyusutan, pemeliharaan, administrasi, tenaga kerja tak langsung, sewa
kendaraan serta sewa tempat. Sedangkan biaya vaeriabel antara lain biaya
bahan baku, kemasan, bahan bakar, utilitas serta biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya tersebut kemudian diakumulasikan menjadi biaya operasional
per tahun.
Sabun mandi transparan yang dihasilkan dikemas dalam plastik
wrapping berisi 100 gram sabun mandi transparan. Kemasan plastik
kemudian dibungkus dalam karton dan ditempeli stiker. Tiap hari dihasilkan
sabun mandi transparan sebanyak 320 kg, sehingga membutuhkan 4 rol
plastik wrapping, 4000 buah stiker dan 200 buah karton.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sekitar 24 orang yang
terdiri dari 16 orang karyawan produksi / tenaga kerja langsung dan 8 orang
tenaga kerja tak langsung. Karyawan produksi terdiri dari 5 orang untuk unit
persiapan bahan baku, 5 orang untuk unit proses dan 6 orang untuk unit
3. Perhitungan modal
Modal usaha terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap dan modal
kerja. Modal tetap merupakan biaya investasi perusahaan sejumlah Rp
195.173.000,00, sedangkan modal kerja merupakan biaya operasional
pembuatan sabun transparan per bulan. Biaya operasional terdiri dari biaya
tetap sejumlah Rp 26.946.878,00 dan biaya variabel sejumlah Rp
63.968.160,00. Perincian modal dapat dilihat pada Lampiran 23.
5. Perhitungan Usaha
a. Laba - Rugi
Suatu perusahan dikatakan mengalami keuntungan (mendapat
laba) apabila jumlah penerimaan > pengeluaran. Laba yang diperoleh
dikurangi lagi dengan pajak penghasilan sehingga diperoleh laba bersih.
Sebaliknya apabila jumlah penerimaan < pengeluaran maka preusahaan
dikatakan mengalami kerugian.
Penerimaan preusahaan diperoleh dari hasil penjualan sabun
transparan tiap tahunnya. Penjualan sabun transparan tergantung dari
kapasitas produksi per tahun. Sedangkan pengeluaran perusahaan berasal
dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memperoleh laba
sebesar Rp
221.493.681,00
untuk kapasitas
produksi 60%; Rp
b. Aliran Kas
Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi
sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum
menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk
berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun
ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu
diperoleh dari penjumlahan laba bersih dan penyusutan. Pada tahun ke-5
ditambahkan dengan nilai sisa investasi yang berumur 5 tahun dan pada
tahun ke-10 nilai sisa investasi yang berumur 10 tahun ditambahkan pada
arus kas. Arus kas semakin bertambah setiap tahunnya. Arus kas pada
akhir tahun ke-1 sebesar Rp 240.320.481,00 dan arus kas pada akhir tahun
ke-10 sebesar Rp 6.456.305.075,00. Perincian aliran kas dapat dilihat pada
Lampiran 25b.
6. Analisa Kelayakan
a. Perhitungan break event point (BEP)
Dalam suatu perencanaan ingin juga diketahui hubungan antara
biaya, penjualan dan laba. Laba sangat bergantung pada tingkat produksi
atau tingkat penjualan yang dicapai dihubungkan dengan besar biaya yang
dikeluarkan. Kapan atau pada kapasitas produksi atau pada volume usaha
berapa akan dicapai keadaan tidak rugi dan tidak untung dikenal dengan
titik impas atau BEP. Rumus untuk menghitung BEP adalah :
Biaya operasional
Volume penjualan per tahun =
Harga jual
Biya Tetap
BEP =
Biaya variabel
1Total penerimaan
Berdasarkan hasil penelitian, BEP sabun transparan sebesar Rp
727.113.532,27 dengan kapasitas BEP sebesar 15.779,37 kg untuk
kapasitas produksi 60%; 13.525,18 kg untuk volume produksi 70%;
11.834,53 kg untuk volume produksi 80%; 10.519,58 kg untuk volume
produksi 90%; dan 9.467,62 kg untuk volume produksi 100%. Perincian
BEP dapat dilihat pada Lampiran 26a.
NPV = -A0 + n
At
t=1
(1 + r)t
Keterangan :
-A0 = pengeluaran investasi pada tahun ke-0
At = aliran kas masuk bersih pada tahun ke-1
r = tingkat suku bunga pada periode i
t = periode investasi (t = 0, 1, 2, ....., n)
N = jumlah tahun (usia) proyek
Berdasarkan kriteria finansial bila NPV > 0 maka proyek
dinyatakan layak, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan social
oppurtinity cost of capital, dan jika NPV < 0 maka proyek tidak layak.
NPV perusahaan sebesar Rp 1.770.897.604,65 maka produksi
sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian NPV dapat dilihat
pada Lampiran 26c.
m
PBP = n +
(Bn + 1 Cn + 1)
Keterangan :
n= periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt Ct negatif terakhir
m = nilai kumulatif Bt Ct negatif terakhir
Bn + 1 = nilai sekarang penerimaan social bruto pada tahun n+1
Cn + 1 = nilai sekarang biaya social bruto pada tahun n+1
Dari hasil penelitian diperoleh nilai PBP sebesar 1,34 tahun,
artinya modal investasi sabun transparan dapat kembali setelah produksi
berjalan selama 1,34 tahun. Perincian PBP dapat dilihat pada Lampiran
26c.
F Asam Stearat
F Minyak kelapa
F = 24 g
F = 60 g
Pemanasan T=700C
Pengadukan
F Larutan NaOH
Pengadukan
F = 66 g
T=700C-800C
Lost Weight = 2,43 g
F Sukrosa
Stock Sabun
F Coco DEA
F =24 g
P1 = 135,7 g
F=9g
F Gliserin
Sitrat
F = 39 g
Pengadukan
F Asam
Sampai
transparan
F = 15
g
F NaCl
F Air
F = 0,6 g
F= 13,5
F Etanol
F = 45 g
Lost Weight = 6,72 g
Pencetakan
Lost Weight = 2,86
g
Keterangan :
F : Feed (umpan)
P : Product (produk)
Lost Weight : Bobot yang hilang
Sabun transparan
P2 = 262,22 g
LAMPIRAN
100
g zat
W = Berat sabun
V = Asam sulfat yang digunakan
6. Kekerasan Produk (www.koehlerinstrument.com , 2006)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Jarum pada
penetrometer dijatuhkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk menembus
bahan selama 5 detik (atau pada interval waktu tertentu) pada temperatur
konstan. Kedalaman dari penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam
sepersepuluh milimeter dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer.
7. Stabilisasi Busa (modifikasi Awang et al., 2001)
Timbang sampel sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung ulir. Pipetkan 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok
menggunakan vortex selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah pengocokan,
diamkan selama 1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah didiamkan.
Uji busa (%) = Tinggi busa akhir
Tinggi busa awal
8. Stabilisasi Emulsi (Suryani et al., 2002)
Sampel bahan emulsi dimasukkan ke dalam wadah dan ditimbang
beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
45oC selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di
bawah 0oC selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke dalam oven pada suhu
45oC selama 1 jam. Kemudian dihitung berdasarkan persentase bobot tetap.
Kestabilan (%) = Bobot akhir
Bobot awal
9. Nilai pH (SNI 06-3532-1994)
Timbang sampel sebanyak 1 g, kemudian masukkan ke dalam tabung
film. Pipetkan 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok secukupnya.
Sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan
larutan buffer pH 4 dan 9. selanjutnya elektoda dibersihkan menggunakan air
bebas CO2 dengan pH antara 6,5 sampai 7. Elektroda yang telah dibersihkan
kemudian dicelupkan ke dalam contoh pada suhu 25oC. Nilai pH dibaca pada
pH meter setelah angka stabil dan dicatat. Apabila dari dua kali pengukuran
terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan
pengukuran termasuk kalibrasi.
10. Daya Bersih
Kain bersih dipotong menjadi ukuran 1010 cm. Timbang mentega
sebanyak 1 gram kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan
kain. Tempatkan air aquades sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian
diukur kekeruhannya (A ftu turbidity). Masukkan kain yang telah diolesi
mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun tersebut dan diamkan
selama 10 menit. Air yang telah didiamkan tersebut diukur kekeruhannya (B
ftu turbidity).
Daya bersih = B ftu turbidity A ftu turbidity
11. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik yang akan dilakukan adalah uji hedonik
(kesukaan). Uji kesukaan dilakukan terhadap tampilan, transparasi, banyak
busa, kesan kesat, aroma dan kekerasan. Skala penilaian yang diberikan yaitu
(1) tidak suka, (2) agak tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Panelis
yang digunakan adalah panelis agak terlatih sebanyak 30 orang.
: SABUN TRANSPARAN
: Berikan penilaian/tingkat kesukaan Anda terhadap transparansi,
tekstur, banyak busa dan kesan kulit Anda setelah pemakaian
sabun.
759
348
832
Kode
165
693
217
984
Transparansi
Tekstur
Banyak busa
Kesan kesat
Betrdasarkan penilaian secara umum, urutkan sabun transparan yang paling
disukai menurut kode :
Rangking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Atas partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih.
Kode
526
Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat Menguap
Sabun Transparan (%)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
30,54
34,42
32,48
A1B2
28,91
34,21
31,56
A1B3
30,28
27,92
29,10
A2B1
28,34
29,80
29,07
A2B2
29,73
26,65
28,19
A2B3
27,08
27,64
27,36
A3B1
28,51
24,55
26,53
A3B2
24,98
26,28
25,63
A3B3
26,11
23,51
24,81
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Transparan
Sumber
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
87,240
43,620
9,261
0,007*
15,680
7,840
1,665
0,243
Interaksi
2,421
0,605
0,128
0,968
Galat
42,389
4,710
Total
14567,146
18
Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Transparan
Perlakuan
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Sukrosa 8%
31,0467
Sukrosa 11%
28,2067
Sukrosa 13%
25,6567
Lampiran 6a.. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan (%)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
26,14
30,62
28,38
A1B2
31,32
29,67
30,50
A1B3
31,64
30,80
31,22
A2B1
29,93
33,03
31,48
A2B2
32,28
31,92
32,10
A2B3
31,29
31,36
31,33
A3B1
32,98
33,32
33,15
A3B2
34,09
33,31
33,70
A3B3
34,02
33,60
38,81
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan
Sumber
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
37,306
18,653
9,834
0,005*
4,885
2,443
1,288
0,322
Interaksi
4,997
1,249
0,659
0,636
Galat
17,072
1,897
Total
18197,957
18
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Sukrosa 8%
30,0317
Sukrosa 11%
31,6350
Sukrosa 13%
33,5533
Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan Sabun
Transparan (%)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
0,52
0,39
0,46
A1B2
0,26
1,70
0,98
A1B3
8,01
5,35
6,68
A2B1
0,76
1,11
0,94
A2B2
5,28
2,60
3,94
A2B3
7,44
10,00
8,72
A3B1
5,62
4,36
6,07
A3B2
5,29
6,35
5,82
A3B3
4,46
5,54
5,00
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
26,154
13,077
1,173
0,353
60,315
30,158
2,704
0,120
Interaksi
50,115
12,529
1,123
0,404
Galat
100,367
11,152
Total
568,054
18
Lampiran 8a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut dalam Alkohol
Sabun Transparan (%)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
1,87
0,58
1,23
A1B2
2,54
1,80
2,17
A1B3
2,12
1,96
2,04
A2B1
2,84
3,19
3,02
A2B2
1,83
1,65
1,74
A2B3
2,39
3,23
2,81
A3B1
1,68
2,71
2,20
A3B2
2,00
2,67
2,34
A3B3
3,58
2,21
2,90
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Lampiran 8b. Hasil Analisis Keragaman Bagian Tak Larut dalam Alkohol Sabun
Transparan
Sumber
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
0,966
0,947
2,626
0,126
45,781
0,444
1,233
0,336
Interaksi
2,475
0,646
1,791
0,215
Galat
23,495
0,361
Total
562,041
18
Lampiran 9a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas yang Dihitung
sebagai NaOH Sabun Transparan (%)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
0,72
0,67
0,70
A1B2
0,14
0,32
0,23
A1B3
A2B1
0,57
0,69
0,63
A2B2
0,18
0,24
0,21
A2B3
A3B1
0,38
0,22
0,30
A3B2
0,14
0,22
0,18
A3B3
0,02
0,19
0,11
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Lampiran 9b. Hasil Analisis Keragaman Alkali Bebas yang Dihitung sebagai
NaOH Sabun Transparan
Sumber
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
0,112
0,056
6,866
0,022*
0,361
0,180
22,204
0,001*
Interaksi
0,070
0,035
4,327
0,060
Galat
0,057
0,008
Total
2,278
14
Lampiran 9c. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang Dihitung sebagai
NaOH Sabun Transparan
Perlakuan
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Sukrosa 8%
0,4625
Sukrosa 11%
0,4200
Sukrosa 13%
0,1950
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Asam Sitrat 1%
0,5417
Asam Sitrat 3%
0,2067
Asam Sitrat 5%
0,1050
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
10,22
10,14
10,18
A1B2
10,01
10,00
10,01
A1B3
9,53
9,52
9,53
A2B1
10,24
10,24
10,24
A2B2
9,99
9,99
9,99
A2B3
9,53
9,55
9,54
A3B1
10,20
10,22
10,21
A3B2
10,03
10,03
10,03
A3B3
9,51
9,50
9,51
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
0,001
0,001
1,453
0,284
1,495
0,747
1793,773
0,000*
Interaksi
0,005
0,001
3,153
0,070
Galat
0,004
0,000
Total
1770,639
18
Rata-Rata
Asam Sitrat 1%
10,2100
Asam Sitrat 3%
10,0083
Asam Sitrat 5%
9,5233
Taraf Kepercayaan
A
B
C
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
97,12
97,05
97,08
A1B2
96,10
97,27
96,68
A1B3
97,99
97,50
97,74
A2B1
97,62
97,45
97,53
A2B2
97,93
96,68
97,30
A2B3
97,85
97,06
97,46
A3B1
97,64
97,66
97,65
A3B2
98,26
97,86
98,06
A3B3
98,35
97,55
97,95
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
1,572
0,786
3,055
0,097
0,452
0,226
0,878
0,448
Interaksi
0,929
0,232
0,903
0,501
Galat
2,315
0,257
Total
171106,068
18
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
0,67
0,73
0,70
A1B2
0,62
0,65
0,63
A1B3
0,43
0,50
0,46
A2B1
0,83
0,92
0,87
A2B2
0,47
0,53
0,50
A2B3
0,39
0,33
0,36
A3B1
0,11
0,68
0,34
A3B2
0,44
0,77
0,61
A3B3
0,73
0,44
0,59
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
0,016
0,008
0,269
0,770
0,106
0,053
1,752
0,228
Interaksi
0,291
0,073
2,410
0,126
Galat
0,271
0,030
Total
6,509
18
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
2,21
1,87
2,04
A1B2
2,37
2,10
2,23
A1B3
5,12
6,23
5,67
A2B1
1,76
1,87
1,82
A2B2
2,26
2,02
2,14
A2B3
4,84
4,12
4,48
A3B1
1,71
1,71
1,71
A3B2
2,10
1,81
1,96
A3B3
3,33
2,91
3,12
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
3,341
1,671
13,251
0,002*
24,058
12,029
95,419
0,000*
Interaksi
3,391
0,848
6,724
0,009*
Galat
1,135
0,126
Total
172,709
18
Rata-Rata
Sukrosa 8%
3,3167
Sukrosa 11%
2,8117
Sukrosa 13%
2,2617
Taraf Kepercayaan
A
B
C
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Asam Sitrat 1%
1,8550
Asam Sitrat 3%
2,1100
Asam Sitrat 5%
4,4250
Lampiran 14a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Daya Bersih Sabun Transparan
(ftu turbidity)
Perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
A1B1
13
17
15
A1B2
26
42
34
A1B3
51
43
47
A2B1
59
51
55
A2B2
62
34
48
A2B3
73
47
60
A3B1
92
84
88
A3B2
101
93
97
A3B3
126
110
118
Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%
B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%
Jumlah
Keragaman
Kuadrat
df
Kuadrat
Fhitung
Tengah
Sig.
(=0,05)
Sukrosa (A)
14875,111
7437,556
59,660
0,000*
1565,778
782,889
6,280
0,020*
Interaksi
563,556
140,889
1,130
0,401
Galat
1122,000
124,667
Total
88314,000
18
Rata-Rata
Sukrosa 8%
32,0000
Sukrosa 11%
54,3333
Sukrosa 13%
101,0000
Taraf Kepercayaan
A
B
C
Lampiran 14d. Hasil Uji Lanjut Duncan Daya Bersih Sabun Transparan
Perlakuan
Rata-Rata
Taraf Kepercayaan
Asam Sitrat 1%
52,6667
Asam Sitrat 3%
59,6667
Asam Sitrat 5%
75,0000
Lampiran 15a. Hasil Analisa Fisiko Kimia pada Kontrol Sabun Transparan
Analisa
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
26,96
28,74
27,50
34,06
33,59
33,77
4,16
4,42
4,29
2,28
2,22
2,25
0,31
0,36
0,34
pH
9,92
9,91
9,92
97,65
97,34
97,49
0,52
0,62
0,56
Kekerasan (mm)
2,86
2,74
2,80
67,00
57,89
62,44
Lampiran 15b. Hasil Perhitungan Uji T antara Kontrol dengan Perlakuan Sabun
Transparan
Analisa
18
Rata-
Std.
Nilai
rata
Deviasi
Kontrol
28,3033
2,94787
0,69482
Thitung
df
Sig.
(=0,05)
40,735
17
0,000*
17
18
31,7400
1,94422
0,45826
62,262
17
0,000*
tak 18
4,2889
3,73341
0,87997
4,874
17
0,000*
2,2696
0,71168
0,16774
13,530
17
0,000*
fraksi
tersabunkan (%)
alkohol (%)
Kadar alkali bebas (%)
14
0,3357
0,23201
0,06201
5,414
13
0,000*
pH
18
9,9372
0,31743
0,07482
132,816
17
0,000*
18
97,4967
0,55664
0,13120
743,109
17
0,000*
18
0,5689
0,20055
0,04727
12,035
17
0,000*
Kekerasan (mm)
18
2,7967
1,37038
0,32300
8,658
17
0,000*
62,4444
32,65366
7,69654
8,113
17
0,000*
A1B1
3
1
2
1
2
2
3
3
3
1
4
3
2
3
2
5
2
2
1
1
3
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2,17
A1B2
4
3
4
3
3
4
4
5
5
3
5
5
4
5
3
5
2
3
3
2
4
3
2
2
1
4
2
4
5
4
3,53
A1B3
5
3
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
3
3
3
5
3
5
5
3
4,30
A2B1
1
2
3
2
2
3
2
3
3
2
4
1
3
3
3
5
2
1
2
1
3
1
2
2
3
1
1
1
3
3
2,27
Sampel
A2B2 A2B3
3
5
3
5
4
5
5
5
2
4
4
4
4
5
5
4
3
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4
3
4
4
5
3
4
3
4
3
4
5
5
4
3
2
4
4
5
3
5
5
5
3,67
4,43
A3B1
2
1
2
2
3
1
2
2
3
1
3
1
2
3
3
5
2
1
2
1
3
2
2
3
3
1
1
3
3
2
2,17
A3B2
2
2
5
5
4
5
4
3
5
4
5
4
4
5
5
3
3
3
3
2
3
3
3
3
1
1
3
4
3
5
3,50
A3B3
5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
3
5
5
4
5
5
5
5
3
5
5
5
4
5
4,63
Skala Penilaian
3
4
7
1
23,33
3,33
8
9
26,67
30
A1B1
%
A1B2
%
1
7
23,33
1
3,33
2
14
46,67
5
16,67
A1B3
%
0
0
0
0
6
20
9
30
A2B1
%
8
26,67
9
30
11
36,67
1
3,33
A2B2
%
A2B3
%
A3B1
%
A3B2
%
A3B3
%
0
0
0
0
8
26,67
2
6,67
0
0
2
6,67
0
0
11
36,67
3
10
0
0
11
36,67
2
6,67
10
33,33
11
36,67
2
6.67
12
40
13
43,33
0
0
6
20
7
23.33
Jumlah
5
1
3,33
7
23,33
30
100
30
100
15
50
30
100
1
3,33
30
100
5
16,67
15
50
1
3,33
8
26,67
21
70
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
Rata-rata
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3
30
30
30
30
30
30
30
30
30
2,17
3,53
4,30
2,27
3,67
4,43
2,17
3,50
4,63
Deskripsi Statistik
Std.
Minimum
deviasi
0,950
1
1,137
1
0,794
3
1,015
1
0,844
2
0,626
3
0,950
1
1,196
1
0,615
3
Maksimum
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Uji Friedman
Sig.
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
2,37
A1B2
5,27
A1B3
6,87
A2B1
2,65
30
8
149,653
0,000*
A2B2
5,35
A2B3
7,15
A3B1
2,48
A3B2
5,35
A3B3
7,52
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata
Perlakuan
Lampiran 17a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Sabun Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata
A1B1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
4
4
2
2
4
1
2
3
3
1
4
1
3
2
3
2
2,73
A1B2
4
2
5
3
3
2
4
5
4
4
4
5
3
4
4
4
4
5
5
5
3
2
3
2
3
2
2
4
5
3
3,60
A1B3
5
5
3
1
4
3
4
5
4
1
4
4
4
4
4
5
4
4
3
3
5
5
5
4
4
5
5
5
3
3
3,93
A2B1
1
2
4
5
3
5
4
5
2
4
4
2
2
2
4
5
2
3
3
2
3
1
1
3
3
1
2
2
3
2
2,83
Sampel
A2B2 A2B3
3
5
2
5
3
4
4
5
4
4
4
3
3
4
3
5
2
3
3
3
5
5
2
5
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
5
5
5
4
3
3
5
3
4
1
4
2
3
3
5
1
4
1
4
2
5
5
5
4
5
3,10
4,17
A3B1
3
3
4
3
5
2
2
2
2
1
4
4
3
3
4
4
2
3
1
2
3
2
4
2
3
4
1
2
3
4
2,83
A3B2
2
3
3
5
5
5
4
3
3
4
3
4
2
3
4
3
2
4
4
1
4
2
2
4
5
1
3
2
3
5
3,27
A3B3
5
3
2
5
4
2
3
5
5
5
4
3
2
3
4
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
2
2
4
3
3,53
30
30
30
30
30
30
30
30
30
2,73
3,60
3,93
2,83
3,10
4,17
2,83
3,27
3,53
0,868
1,070
1,081
1,262
1,125
0,834
1,053
1,172
0,973
1
2
1
1
1
3
1
1
2
4
5
5
5
5
5
5
5
5
Uji Friedman
Perlakuan
Sig.
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
3,65
A1B2
5,60
A1B3
6,42
A2B1
3,83
30
8
50,218
0,000*
A2B2
4,50
A2B3
6,88
A3B1
3,90
A3B2
4,90
A3B3
5,32
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 18a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Banyak Busa Sabun
Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata
A1B1
3
3
3
2
4
4
1
1
3
2
4
3
4
3
4
5
3
3
3
4
2
2
2
2
4
1
3
2
2
4
2,87
A1B2
3
3
4
4
4
4
2
3
4
4
3
4
4
3
2
5
5
3
3
5
3
3
2
3
5
4
2
4
5
4
3.,57
A1B3
3
5
4
3
4
4
2
3
3
3
2
4
3
3
3
5
4
5
2
3
3
4
5
5
4
4
5
4
3
2
3,57
A2B1
3
2
4
5
5
2
3
3
4
4
2
4
5
3
2
4
3
3
3
3
2
2
2
3
5
2
1
2
4
5
3,07
Sampel
A2B2 A2B3
4
3
2
5
5
3
5
4
3
4
4
4
3
2
2
3
4
3
5
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3
5
3
3
4
4
5
3
4
3
5
3
3
4
2
1
3
3
4
1
5
4
4
2
3
2
4
3
5
4
4
3,33
3,60
A3B1
5
3
4
2
2
3
2
1
4
2
3
3
4
3
3
5
5
2
5
5
1
3
2
3
4
3
1
2
5
3
3,10
A3B2
5
4
3
5
4
3
2
2
3
5
2
3
3
2
4
5
4
3
4
5
3
3
2
2
5
5
4
2
5
3
3,50
A3B3
4
3
3
2
3
4
3
3
3
5
2
2
2
2
2
5
4
4
5
3
1
2
2
4
4
4
4
4
5
3
3,23
1
3
10
0
0
0
0
1
3,33
2
6,67
0
0
3
10
0
0
1
3,33
2
8
26,67
4
13,33
4
13,33
9
30
4
13,33
2
6,67
7
23,33
7
23,33
8
26,67
Skala Penilaian
3
4
10
8
33,33
26,67
10
11
33,33
36,67
11
9
36,67
30
9
6
30
20
10
10
33,33
33,33
13
10
43,33
33,33
10
4
33,33
13,33
9
6
30
20
8
9
26,67
30
5
1
3,33
5
16,67
6
20
5
16,67
4
13,33
5
16,67
6
20
8
26,67
4
13,33
Jumlah
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
Lampiran 18c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Banyak
Busa Sabun Transparan
Perlakuan
Rata-rata
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3
30
30
30
30
30
30
30
30
30
2,87
3,57
3,57
3,17
3,33
3,60
3,10
3,50
3,23
Deskripsi Statistik
Std,
Minimum
deviasi
1,042
1
0,935
2
0,971
2
1,147
1
1,093
1
0,855
2
1,269
1
1,137
2
1,104
1
Maksimum
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Uji Friedman
Perlakuan
Sig,
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
3,90
A1B2
5,77
A1B3
5,42
A2B1
4,65
30
8
14,562
0,068
A2B2
5,27
A2B3
5,63
A3B1
4,53
A3B2
5,23
A3B3
4,60
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 19a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata
A1B1
2
2
3
2
3
2
2
2
1
2
5
4
1
2
3
1
4
3
1
5
4
3
3
3
3
3
3
2
2
5
2,70
A1B2
3
1
4
3
5
5
1
3
2
2
2
3
1
2
3
4
3
4
3
3
1
2
2
3
2
2
1
2
5
5
2,73
A1B3
4
3
3
3
2
4
3
3
2
3
2
4
2
1
3
5
3
4
5
4
4
3
5
4
3
5
4
5
4
5
3,50
A2B1
2
2
2
3
4
4
3
3
1
1
3
4
1
2
3
3
3
4
2
3
3
1
2
2
1
4
1
2
4
3
2,53
Sampel
A2B2 A2B3
5
5
3
3
4
4
5
4
2
3
3
1
3
3
3
3
1
1
5
3
2
2
4
4
1
2
1
1
3
2
5
5
3
2
3
4
4
4
2
2
4
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
2
3
1
4
4
5
3
2
4
3,17
2,93
A3B1
3
2
5
1
3
3
2
1
1
3
2
4
2
1
4
2
1
2
3
1
4
3
1
3
2
4
2
2
3
4
2,47
A3B2
5
3
2
4
3
2
5
5
2
4
2
4
2
1
3
3
5
2
3
5
4
4
1
2
1
4
5
2
5
5
3,27
A3B3
4
3
3
3
2
4
3
3
1
5
3
3
1
2
2
3
2
5
5
2
4
3
1
3
4
4
2
5
5
4
3,13
1
4
13,33
5
16,67
1
3,33
6
20
3
10
4
13,33
7
23,33
3
10
3
10
2
10
33,33
9
30
4
13,33
8
26,67
5
16,67
6
20
9
30
8
26,67
6
20
Skala Penilaian
3
4
10
3
33,33
10
9
3
30
10
10
9
33,33
30
10
6
33,33
20
11
6
36,67
20
10
8
33,33
26,67
8
5
26,67
16,67
5
6
16,67
20
10
6
33,33
20
5
3
10
4
13,33
6
20
0
0
5
16,67
2
6,67
1
3,33
8
26,67
5
16,67
Jumlah
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
Lampiran 19c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Kesan
Kesat Sabun Transparan
Deskripsi Statistik
Perlakuan
N
Rata-rata
Std,
Minimum Maksimum
deviasi
A1B1
30
2,70
1,149
1
5
A1B2
30
2,73
1,258
1
5
A1B3
30
3,50
1,075
1
5
A2B1
30
2,53
1,042
1
4
A2B2
30
3,17
1,206
1
5
A2B3
30
2,93
1,143
1
5
A3B1
30
2,47
1,137
1
5
A3B2
30
3,27
1,388
1
5
A3B3
30
3,13
1,224
1
5
Uji Friedman
Perlakuan
Sig,
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
4,47
A1B2
4,60
A1B3
6,30
A2B1
4,12
30
8
22,512
0,004*
A2B2
5,43
A2B3
5,00
A3B1
4,02
A3B2
5,72
A3B3
5,35
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata