Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA


DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN
TRANSPARAN

Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033

2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa


dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Di bawah bimbingan Erliza
Hambali. 2006.
RINGKASAN
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus
kimia C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside). Secara komersial
sukrosa umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang merupakan
tanaman daerah tropis dan beet (beta vulgaris) yang merupakan tanaman subtropis. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai
sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan
pelarutan (solubizing) yang sangat baik.
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi1,2,3propana
trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses
fermentasi.
Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil
(COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan
ion protonnya sehingga terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yang
sangat baik untuk mengendalikan pH. Asam sitrat merupakan senyawa organik
yang bermanfaat sebagai penyapu logam-logam berat karena dapat membentuk
suatu kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya
Sabun merupakan produk perawatan tubuh sehari-hari yang berfungsi
sebagai pembersih tubuh dari kotoran yang melekat pada kulit. Sabun dengan air
dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti kotoran minyak,
keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Sabun transparan
merupakan sabun mandi berbentuk batang dan memiliki tingkat transparansi
paling tinggi (berkilau).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi sukrosa dan asam
sitrat terbaik serta mengetahui karakteristik dan penerimaan konsumen terhadap
produk sabun transparan yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian
ini terdiri dari pembuatan sabun transparan, analisis produk, uji organoleptik
berupa uji kesukaan (uji hedonik) dan analisis finansial. Uji kesukaan dilakukan
oleh 30 orang panelis agak terlatih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap faktorial (3 x 2) dengan dua kali ulangan. Faktor yang
digunakan adalah konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat. Konsentrasi
sukrosa yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu : 8, 11 dan 13%, sedangkan
konsentrasi asam sitrat yang digunakan terdiri atas tiga taraf yaitu : 1, 3 dan 5%.
Hasil analisa keragaman sifat fisiko kimia sabun transparan pada tingkat
kepercayaan 95% (=0,05) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa
berpengaruh terhadap analisa kadar air dan zat menguap sabun, jumlah asam
lemak, kadar alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan dan
daya bersih, sedangkan faktor konsentrasi asam sitat berpengaruh terhadap kadar
alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan dan daya bersih.
Untuk analisa terhadap alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH, kekerasan dan
daya bersih menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
berpengaruh nyata, sedangkan untuk analisa kadar fraksi tak tersabunkan, bagian
tak larut dalam alkohol, stabilisasi emulsi dan stabilisasi busa tidak berpengaruh

nyata. Interaksi antara faktor konsentasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh
nyata pada kekerasan.
Pada uji kesukaan (uji hedonik), hasil uji Friedman menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun
transparan berpengaruh nyata terhadap parameter transparansi, tekstur dan kesan
kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan, sedangkan untuk parameter
banyak busa menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
pada formulasi sabun transparan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kesukaan konsumen atau dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama
untuk setiap perlakuan terhadap kedua parameter tersebut.
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan teknik pembobotan,
konsesntrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan konsentrasi terbaik
untuk pembuatan sabun transparan dengan kadar air dan zat menguap sabun
24,81%; jumlah asam lemak 33,81%; fraksi tak tersabunkan 5,00%; bagian tak
larut dalam alkohol 2,90%; alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH 0,11%; nilai
pH 9,51; stabilitas emulsi 97,95%; stabilitas busa 0,59%; kekerasan produk 3,12
mm dan daya bersih 118 ftu turbidity.
Hasil uji kesukaan pada formulasi sabun transparan terbaik menunjukkan
bahwa mayoritas panelis menyukai transpansi dengan persentase panelis sebesar
70%. Mayoritas panelis agak menyukai tekstur dengan persentase panelis sebesar
36,67%, dan mayoritas panelis memberikan penilaian biasa terhadap banyak busa
dan kesan kesat dengan persentase panelis masing-masing sebesar 26,67% dan
33,33%.

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. The Effect of Sucrose and Citric Acid


on The Quality of Transparent Soap. Under Erliza Hambali supervision. 2006.
SUMMARY
Sucrose, or also is known sugar, is dissacharide with chemical formula
C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside). Commercially sucrose is
produced in tropics and semitropics from the juice of sugar cane (Saccharum
officinarum) and sugar beet (beta vulgaris). Sucrose is an anionic compound in
free form and have good function in emulsifying, foaming, detergency and
solubilizing.
Citric acid is tricarboxylic hydroxyl (2-hydroxy-1,2,3-propane
tricarboxylic) that is produced from fruits extracts or fermentation process.
Acidity of citric acid is caused by three carboxyl unit (COOH), where in a
solution form, each unit will release proton ion to form citrate ion. Citrate is the
best buffer to controlling pH. Citric acid is an organic compound that is good as
chelating agent because can form an inactive complex with iron and other heavy
metals.
Soap is daily personal care product to clean body. Together with water, the
soap can remove sweat, oil, damage skin cell, and cosmetic residue from the skin.
Transparent soap is a bar soap with the highest transparency (shiny).
The research is conducted to obtain the best concentration of sucrose and
citric acid, according to the characteristics and the consumer preference of that
soap. The steps of the research are producing the transparent soap, product
analysis, organoleptic tests and financial analysis. The organoleptic tests are done
by 30 panelist. The experiment design of the research is factorial random design
(3 x 2) with two replications. The sucrose concentrations are three degrees, they
are 8, 11 and 13%. The citric acid concentrations are also three degrees, 1, 3 and
5%.
The analysis variant for transparent soap at confidence level of 95%
(=0,05) has shown that concentration of sucrose has significant effects to
moisture content, total fatty acid, free alkali degree which counted as NaOH
degree, pH, hardness and detergency while concentration of citric acid has
significant effects to free alkali degree which counted as NaOH, pH, hardness and
detergency. The analysis result of free alkali degree which counted as NaOH,
hardness and detergency have shown that concentration of sucrose and citric acid
have a significant effect, while unsaponifiables fraction degree, insoluble matter
in alcohol, emulsion stability and foam stability have no significant effect.
Interaction between concentration of sucrose and citric acid has significant effect
to hardness analysis.
At hedonic trial, the Friedman test has shown that sucrose and citric acid
concentration in the transparent soap formula has significant effects to the panelist
acceptance for parameter of transparency, texture and roughness impression after
using it, while no significant effect for foam quantity.
The best transparent soap is made from the sucrose concentration of 13%
and citric acid of 5%. This soap has moisture content obout 24,81%; total fatty
acid 33,81%; degree of unsaponifiables fraction 5,00%; insoluble matters in
alcohol 2,90%; the degree of free alkali as sodium hydroxide (NaOH) 0,11%; pH

9,51; emulsion stability 97,95%; foam stability 0,59%; hardness 3,12 mm and
detergency 118 ftu turbidity.
The result of organoleptic tests on the best transparent soap showed that
majority of panelist like the soap for transparency with percentage 70%. Majority
of panelist almost like texture with percentage 36,67%, and majority of panelist
neutral to the foam quantity and roughness impression with each panelist
percentage at about 26,67 and 33,33%.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :
KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA DAN ASAM SITRAT
TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN
adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,
kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.

Bogor,

2006

Yang membuat pernyataan,

Nama : Debbi Purnamawati


NRP

: F34101033

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA


DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033

2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA


DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
DEBBI PURNAMAWATI
F34101033

Dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1984


Tanggal lulus :

Disetujui,
Bogor,

Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi


Dosen Pembimbing

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kepulauan Riau pada tanggal 26
Januari 1984 sebagai putri kedua dari Kamal Satria dengan
Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Setelah menyelesaikan sekolah di bangku taman
kanak-kanak tepatnya di TK Pertiwi pada tahun 1989, penulis
kemudian melanjutkan sekolah ke sekolah dasar di SDN 014. Pada tahun 1995,
penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Tanjung Pinang, pada saat kelas tiga penulis
pindah sekolah ke SLTPN 1 Rengat. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Umum di SMUN 8 Pekanbaru pada tahun 1998. setelah lulus SMU
pada tahun 2001, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor,
Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI.
Selama kuliah di IPB penulis pernah melakukan praktek lapangan di PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang, dengan topik Aspek Manajeman Pemasaran pada
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang selain itu penulis juga aktif pada beberapa
kegiatan antara lain sebagai seksi acara dalam temu alumni TIN dan seksi
dekorasi dalam acara TIN Speaks Out tahun 2002, seksi dana dan usaha sekaligus
tata tertib Hagatri Reloaded tahun 2003.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil aalamiin. Segala puji dan syukur penulis


panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis
dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa syukur kepada
Allah SWT dan ucapan terima kasih kepada :
1. Papa, Mama dan Bang Dino atas perhatian, pengorbanan, dukungan dan doa
yang telah diberikan selama ini.
2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing atas pertimbangan dan
pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSi dan Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosen
penguji atas koreksi dan masukannya.
4. PT. ADEV Prima Mandiri sebagai konsultan agroindustri dan LPPM - IPB
SBRC yang telah memberikan bantuannya.
5. Semua laboran dan staff TIN atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.
6. All my beloved friends, thanks for all your kindness, dan kepada seluruh
teman-teman TIN 38 atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya.
selama masa kuliah sampai penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu dalam
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat di kemudian hari. Amiin ya robbal aalamiin.
Bogor, Desember 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR..

DAFTAR LAMPIRAN

vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

B. Tujua Penelitian........

II. TINJAUAN PUSTAKA..

A. Sabun 4
B. Sabun Transparan.

C. Sukrosa.

D. Asam Sitrat 11
E. Mutu Sabun..

13

F. Uji Organoleptik 13
III. METODOLOGI PENELITIAN...

18

A. Bahan dan Alat... 18


B. Metode Penelitian.. 18
1. Persiapan Bahan........ 18
2. Pembuatan Sabun Transparan 18
3. Analisa Produk Akhir 19
C. Rancangan Percobaan 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22
A. Analisis Pengaruh Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Parameter
Mutu Sabun

22

1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun 23


2. Jumlah Asam Lemak.

24

3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan.

26

4. Bagian Tak Larut dalam Alkohol..

27

5. Kadar Alkali Babas yang Dihitung sebagai NaOH..

28

6. pH Larutan Sabun.

30

7. Stabilitas Emulsi..

31

8. Stabilitas Busa..

32

9. Kekerasan Produk

33

10. Daya Bersih

34

B. Uji Organoleptik.

36

1. Transparansi..

37

2. Tekstur..

38

3. Banyak Busa.

40

4. Kesan Kesat..

41

C. Pembobotan Hasil Pengamatan

43

D. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan Konsentrasi


Sukrosa 13% dan Asam Sitrat 5%..............................................

44

1. Biaya Investasi

46

2. Biaya Operasional

46

3. Perhitungan Modal..

47

4. Harga Pokok Penjualan (HPP)

47

5. Perhitungan Usaha

48

6. Analisa Kelayakan

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

53

A. Kesimpulan..

53

B. Saran.

54

DAFTAR PUSTAKA.

55

LAMPIRAN.

58

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formulasi dasar sabun transparan

Tabel 2. Spesifikasi mutu sabun (SNI 06-3532-1994) 23


Tabel 3. Penilaian kepentingan setiap parameter fisikokimia dan uji
hedonik.

44

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi saponifikasi trigliserida 4
Gambar 2. Reaksi netralisasi asam lemak.. 4
Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air 5
Gambar 4. Struktur kimia sukrosa.. 9
Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat........................................................ 11
Gambar 6 Macam-masam skala hedonik dengan skala numeriknya 17
Gambar 7 Diagram alir proses pembuatan sabun transparan... 19
Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan 22
Gambar 9. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan
asam sitrat terhadap kadar air dan zat menguap sabun..........

24

Gambar 10. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan


asam sitrat terhadap jumlah asam lemak................................. 26
Gambar 11. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan
asam sitrat terhadap kadar alkali bebas yang dihitung
sebagai NaOH........................................................................ 30
Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan
Asam Sitrat terhadap pH ........................................................ 32
Gambar 13. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan
asam sitrat terhadap penetrasi jarum penetrometer................

34

Gambar 14.Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa


dan asam sitrat terahadap kekeruhan...................................... 35
Gambar 15. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan
skala penilaian terhadap transparansi.

38

Gambar 16. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan


skala penilaian terhadap tekstur. 39
Gambar 17. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan
skala Penilaian terhadap banyak busa. 41
Gambar 18. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan
skala penilaian terhadap kesan kesat.........

42

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Formulasi Sabun Ttransparan.. 59

Lampiran 2.

Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan. 60

Lampiran 3.

Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun.. 61

Lampiran 4.

Lembar Uj Kesukaan. 65

Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan (%)... 66
Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan.. 66
Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan.. 67
Lampiran 6a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam
Lemak Sabun Transparan (%).. 68
Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan 68
Lampiran 6c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan 68
Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak
Tersabunkan Sabun Transparan (%).. 69
Lampiran 7b. Hasil Analisis Keragaman Fraksi Tak
Tersabunkan SabunTransparan..

69

Lampiran 8a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut


dalam Alkohol Sabun Transparan (%)

70

Lampiran 8b. Hasil Analisis Keragaman Bagian Tak Larut dalam


Alkohol Sabun Transparan 70
Lampiran 9a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas
yang Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan (%)
Lampiran 9b.

71

Hasil Analisis Keragaman Alkali Bebas yang


Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan.

Lampiran 9c. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang

71

Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan.

72

Lampiran 9d. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang


Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan

72

Lampiran 10a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH Sabun


Transparan..

73

Lampiran 10b. Hasil Analisis Keragaman pH Sabun Transparan..

73

Lampiran 10c. Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan.

73

Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi


Emulsi Sabun Transparan (%)..

74

Lampiran 11b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Emulsi


Sabun Transparan.

74

Lampiran 12a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi


Busa Sabun Transparan (%)..

75

Lampiran 12b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Busa Sabun


Transparan....

75

Lampiran 13a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kekerasan


Sabun Transparan (mm). ..

76

Lampiran 13b. Hasil Analisis Keragaman Kekerasan Sabun


Transparan....

76

Lampiran 13c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun


Transparan. ..

76

Lampiran 13d. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun


Transparan....

77

Lampiran 14a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Daya Bersih


Sabun Transparan (ftu turbidity).

78

Lampiran 14b Hasil Analisis Keragaman Daya Bersih Sabun


Transparan...

78

Lampiran 14c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun


Transparan...

78

Lampiran 14d. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun


Transparan..
Lampiran 15a. Hasil Analisa Fisiko Kimia pada Kontrol Sabun

79

Transparan.

80

Lampiran 15b. Hasil Perhitungan Uji T antara Kontrol dengan


Perlakuan Sabun Transparan..

80

Lampiran 16a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Transparansi


Sabun Transparan..

81

Lampiran 16b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala


Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan..

82

Lampiran 16c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis


terhadap Transparansi Sabun Transparan..

82

Lampiran 17a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Tekstur


Sabun Transparan..

84

Lampiran 17b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala


Penilaian terhadap Tekstur Sabun Transparan..

85

Lampiran 17c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis


terhadap Tekstur Sabun Transparan..

85

Lampiran 18a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Banyak


Busa Sabun Transparan..

87

Lampiran 18b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala


Penilaian terhadap Banyak Busa Sabun
Transparan..

88

Lampiran 18c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis


terhadap Banyak Busa Sabun Transparan..

88

Lampiran 19a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Kesan


Kesat Sabun Transparan.

90

Lampiran 19b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala


Penilaian terhadap Kesan Kesat Sabun
Transparan......

91

Lampiran 19c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis


terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan...

91

Lampiran 20. Hasil Pembobotan Nilai Kepentingan Parameter


Fisiko Kimia dan Uji Hedonik..
Lampiran 21a. Investasi Sabun Transparan.

93
94

Lampiran 21b. Biaya Penyusutan Sabun Transparan...

95

Lampiran 22a. Biaya Operasional Sabun Transparan.

97

Lampiran 22b. Hitungan Operasional Sabun Transparan

100

Lampiran 23. Perhitungan Modal Usaha Sabun Transparan.

102

Lampiran 24. Perhitungan Penentuan Harga Sabun Transparan

103

Lampiran 25a. Perhitungan Laba-Rugi....

104

Lampiran 25b. Perhitungan Aliran Kas....................................................

106

Lampiran 26a. Perhitungan BEP..

108

Lampiran 26b. Perhitungan Net B/C...

110

Lampiran 26c. Perhitungan NPV dan Analisa Kelayakan...

111

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan
tubuh, seperti sabun mandi.
Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi
berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit. Fungsi kulit sangat penting, sebagai pembungkus tubuh
yang dipengaruhi lingkungan luar, misalnya debu, sinar matahari, suhu
panas atau dingin dan zat kimia yang menempel pada kulit. Kotoran yang
menempel pada kulit harus dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu
melakukan tugasnya dengan baik. Cara yang paling mudah untuk menjaga
kebersihan kulit yaitu mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
mandi. Sabun dapat membersihkan kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit
mati dan sisa kosmetik.
Sabun mandi terdiri dari cold-made, opaque dan sabun transparan.
Sabun mandi cold-made kurang terkenal, tetapi sabun ini mempunyai
kemampuan busa baik dalam air garam. Sabun mandi ini biasanya banyak
digunakan oleh para pelaut. Sabun opaque adalah jenis sabun mandi yang
biasa digunakan sehari-hari. Sabun transparan atau disebut juga sabun
gliserin mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sabun
lain, yaitu mempunyai tampilan yang lebih menarik (berkilau) jika
dibandingkan dengan jenis sabun lain serta dapat menghasilkan busa lebih
lembut di kulit (Jungermann, 1979). Sabun jenis ini mempunyai harga
yang sangat mahal dan hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan menengah
ke atas.
Sifat dari sabun tergantung pada jumlah dan komposisi bahan baku
yang digunakan. Asam lemak berpengaruh signifikan pada warna produk

akhir. Komposisi asam lemak yang baik untuk pembuatan sabun adalah
rantai panjang (C12 C18). Rantai C12 C14 memberikan fungsi yang baik
untuk pembusaan, sedangkan C16 C18 baik untuk kekerasan dan
deterjensi (Aine, 1996). Pada penelitian ini digunakan asam stearat (C18)
dan minyak kelapa, karena minyak kelapa banyak mengandung asam
laurat (C12). Kriteria minyak/lemak yang baik untuk bahan baku sabun
mandi antara lain minyak/lemak tersebut tidak berbau tengik serta
memiliki warna cerah yang jernih.
Sifat sabun juga dipengaruhi oleh bahan baku pendukung, antara lain
gliserin, yang berperan sebagai humektan. Etanol sebagai pelarut dapat
membuat sabun menjadi lebih transparan. Dietanolamin (DEA) berfungsi
untuk menstabilkan busa dan membuat sabun menjadi lebih lembut.
Asam sitrat termasuk bahan baku sabun transparan yang penting
karena dapat mengikat logam-logam yang dapat menimbulkan bau tengik
pada sabun. Selain itu dapat berfungsi mengatur pH dan sebagai bahan
pengawet. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak adanya asam sitrat
sebagai komposisi bahan baku sabun transparan menyebabkan sabun
memiliki pH tinggi dan bersifat basa. Oleh karena itu, pada penelitian ini
digunakan variasi konsentrasi asam sitrat yang diharapkan dapat
menurunkan alkalinitas sabun transparan yang dihasilkan.
Demikian halnya dengan sukrosa, sukrosa befungsi untuk menambah
kekerasan dan transparasi sabun. Pada penelitian ini digunakan variasi
konsentrasi

sukrosa

untuk

mengetahui

bagaimana

kecenderungan

kekerasan dan transparansi sabun transparan. Berdasarkan hal tersebut,


penelitian ini berusaha menemukan komposisi terbaik di antara beberapa
kombinasi komposisi asam sitrat dan sukrosa sebagai bahan baku
pembuatan sabun transparan.

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kombinasi konsentrasi terbaik sukrosa dan asam sitrat
pada pembuatan sabun transparan.

2. Mengetahui karakteristik sabun transparan yang dihasilkan.


3. Mengetahui respon panelis terhadap sabun transparan yang dihasilkan.
4. Menganalisa kelayakan usaha sabun transparan kombinasi konsentrasi
terbaik sukrosa dan asam sitrat.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. SABUN
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak
hewani (SNI, 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk et al. (1954), komponen
utama pembuatan sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 C18 dan garam
sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium
(NaOH) dikenal dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang
berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft
soaps.
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan
proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh
produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan
proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi
karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada
Gambar 1.
CH2 COOR

CH2 OH

CH COOR + 3NaOH

3 R - COONa

CH2 COOR

CH OH
CH2 OH

Trigliserida

Alkali

Sabun

Gliserol

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Trigliserida


Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada
Gambar 2.
R COOH

Asam lemak bebas

NaOH
Alkali

R COONa + H2O
Sabun

Gambar 2. Reaksi Netralisasi Asam Lemak

Air

Menurut SNI (1994), sabun mandi merupakan sabun natrium yang


umumnya ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri
atas berbagai bentuk seperti berbentuk padat (batang), cair dan gel.
Menurut Jungermann et al. (1979), sabun mandi batang terdiri dari coldmade, opaque dan sabun transparan. Sabun mandi cold-made mempunyai
kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung garam
(air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa yang berbentuk
batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut juga sabun
gliserin mempunyai tampilan yang lebih menarik karena transparansinya
dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit.
Menurut Cavith (2001), molekul sabun terdiri dari rantai karbon,
hidrogen dan oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian
kepala merupakan gugus hidrofilik (rantai karboksil) yang berfungsi untuk
mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus hidrofobik (rantai
hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan minyak.
O
CH2
CH3

CH2

CH2
CH2

CH2
CH2

CH2

CH2

CH2

CH2

CH2

CH2

CH2

CH2

Gugus hidrofobik (lipofilik)

O- Na+
gugus

Hidrofilik
(lipofobik)
Gugus
hidrofobik
Gugus
hidrofilik

CH3

CH3

CH3

CH3

(CH2)17
(CH2)17
(CH2)17
(CH2)17
-------------------------------------------------------------------------------------C
C
C
C
O

O-

O-

O-

O-

air
----------------------------------------------------------------------Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air

Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya


ditarik ke dalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak
oleh molekul air. Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk di atas
permukaan air, dan secara drastis menurunkan tegangan permukaan air
(Gambar 2). Jika larutan sabun tersebut mengenai sesuatu yang berlemak
atau berminyak, maka bagian molekul sabun langsung terorientasi. Bagian
hidrofobik membalut kotoran yang bersifat minyak, sedang bagian
hidrofilik tetap larut dalam fase air. Dengan gerakan mekanis membilas
maka minyak dan lemak terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil dan
molekul sabun tersusun sendiri mengelilingi permukaannya. Tetesan
lemak atau minyak yang dikelilingi oleh molekul sabun tersebut disebut
misela. Karena gugus karboksilat dari molekul sabun terproyeksi ke luar,
permukaan misela menjadi bermuatan negatif. Seluruh misela menjadi
larut dalam air dan terbuang bersama air pencuci. Proses pembersihan
berlangsung

dengan

menurunkan

tegangan

permukaan

air

dan

mengemulsikan kotoran (Tarigan, 1983).


B. SABUN TRANSPARAN
Sabun

transparan

merupakan

sabun

yang

memilki

tingkat

transparansi paling tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam


bentuk partikel-partikel yang kecil, sehingga obyek yang berada di luar
sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat hingga berjarak sampai
panjang 6 cm (Cavith, 2001).
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara berbeda.
Salah satu metode tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam
alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang
kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna dari sabun batangan akhir
tergantung pada pilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang
berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna
sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).
Proses tradisional mencakup penghilangan sebagian alkohol dengan
destilasi dan pencetakan dari sabun cair menjadi blok. Blok tersebut

dibiarkan hingga tiga bulan sebelum dicetak dan dikemas ke dalam


penampilan akhirnya. Proses ini dengan sifat alaminya merupakan proses
yang mahal dan terbatas pada beberapa produk yang sudah dikenal dan ada
di pasar selama beberapa tahun. Formula dasar untuk tipe sabun transparan
ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi Dasar Sabun Transparan
Bahan

Komposisi (% berat)

Asam stearat

Minyak kelapa

20

Natrium hidroksida 30%

22

Gliserin

13

Ethanol

15

Sukrosa

11

DEA

Natrium klorida
Asam sitrat
Air

0,2
3
4,5

Sumber : Cognis (2003)


Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak
dan persiapan air utuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua
fase ini bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah
pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini kemudian siap
untuk diberi warna dan wewangian. Setelah pewarnaan dan pewangian,
sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan
mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schmitt, 2002).
Berikut penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan pada
pembuatan sabun transparan :
1. Asam stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade
dan Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang
merupakan asam lemak jenuh dan berperan dalam memberikan

konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997). Asam stearat


mempunyai titik cair pada suhu 69,40C (Ketaren, 1986).
2. Minyak kelapa
Menurut Cavith (2001), minyak kelapa diperoleh dari kopra yaitu
daging buah kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa
mengandung

asam

laurat

C12

yang

berperan

dalam

proses

pembentukan sabun dan pembusaan (Mitsui, 1997).


3. Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat
korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.
NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memilki sifat
higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi
dengan asam lemak membentuk sabun (Cavith, 2001).
4. Gliserin
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa
manis. Gliserin diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun
atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun
transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi
dalam pembentukan struktur transparan (Mitsui, 1997).
5. Asam sitrat
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari
ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. (Wertheim dan
Jeskey, 1956). Asam sitrat berfungsi untuk menurunkan nilai pH (Kirk
et al., 1954).
6. Dietanolamida (DEA)
DEA berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler
walaupun efek pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol.
Harganya relatif murah dan mudah ditangani dibandingkan dengan
amida-amida murni berbasis metil ester (William san Schmitt, 2002).
DEA dalam statu formula sedan kosmetika berfungsi sebagai surfaktan
dan sebagai zat penstabil busa (Wade dan Weller, 1994).

7. Natrium klorida (NaCl)


NaCl berbentuk butiran berwarna putih (Wade dan Weller, 1994).
Pada formulasi sabun transparan, NaCl berfungsi sebagai elektrolit
(Cognis, 2003).
C. SUKROSA
Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat
pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency),
dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan
rumus kimia C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside) yang
mempunyai berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan salah satu disakarida
yang ditemukan dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan senyawa lain)
di dalam tanaman. Secara komersial, sukrosa umumnya diperoleh dari tebu
(Saccharum officinarum) yang nerupakan tanaman daerah tropis dan beet
(beta vulgaris yang merupakan tanaman sub-tropis (Paryanto, 1999).
Gula tebu (cane sugar) merupakan nama lain non teknik untuk
sukrosa. Sukrosa termasuk gula non reduksi, sehingga tidak mereduksi
larutan Fehling menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat menjadi perak.
Sukrosa tersusun dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan
fruktosa.

Gambar 4. Struktur kimia sukrosa (www.wikipedia.org)


Purwono (2003) menjelaskan bahwa tujuan utama penanaman tebu
adalah untuk memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur adalah gula
sukrosa yang dikristalkan. Dalam sistem produksi gula, pembentukan gula

terjadi di dalam proses metabolisme tanaman dan proses ini terjadi di


lapangan (on farm).
Sukrosa mempunyai nilai ekonomis karena rasa manis dan
kemurniannya. Di samping untuk dikonsumsi langsung, sukrosa
mempunyai potensi menjadi bahan baku untuk produksi bahan kimia
lainnnya (Paryanto, 1999).
Menurut Nuryanto (1997), sukrosa mempunyai sifat non-toksik,
tidak berbau dan tidak berasa, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan
apabila dicampurkan dengan bahan lain akan terhidrolisa ke dalam bentuk
normal produk makanan. Tidak seperti kebanyakan surfaktan, sukrosa juga
merupakan emulsifier yang baik dan mempunyai performa yang baik
sebagai deterjen bila digunakan secara sendirian atau dicampur dengan
surfaktan anionik. Pada umumnya sukrosa diaplikasikan sebagai surfaktan
untuk produk-produk kosmetika seperti cream, lotion, sabun dan
sebagainya.
Karena karakteristik sabun transparan yang hampir mirip dengan
sabun konvensional, kecuali berbeda pada tingkat transparasinya, maka
sukrosa bisa dipakai sebagai bahan aktif pada pembuatan sabun trasparan.
Ditambahkan pula oleh Mitsui (1997), sukrosa berfungsi sebagai
humektan, sehingga dengan adanya sukrosa akan membuat sabun
transparan tidak hanya tampak menarik, tetapi juga dapat merawat kulit
dengan baik dan sangat lembut.
D. ASAM SITRAT
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi 1, 2, 3
propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau
hasil proses fermentasi. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang
pertama kali diisolasi dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari
sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial pada tahun 1860 di
Inggris (Wertheim dan Jeskey, 1956). Struktur kimia asam sitrat seperti
terlihat pada Gambar 6 berikut ini:

Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat (www.wikipedia.com)


Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil
(COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan
melepaskan ion protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat.
Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH.
Pada suhu kamar, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri
dari asam sitrat yang tidak berair (anhydrous) atau sebagai monohydrate
(satu molekul air dalam setiap molekul asam sitrat). Asam sitrat anhydrous
mengkristal dari air panas sedangkan monohydrate dikristalkan dari air
dingin. Asam sitrat monohydrate dapat dikonversi menjadi anhydrous
melalui pemanasan di atas 740C (www.wikipedia.org).
Asam sitrat (C6H8O7) memiliki kelarutan dalam air 163 gram dalam
199 ml air (Kirk et al., 1954). Dalam industri, asam sitrat paling banyak
digunakan dalam industri pangan (60%), farmasi (16%), kulit dan industri
sejenisnya (5%), kosmetika (3%), serta industri lainnya (1%).
Menurut Swern (1982), kontaminasi logam dalam lemak dan minyak
diduga berada di dalam bentuk sabun logam. Metode yang umum dipakai
untuk menyingkirkan kontaminasi logam, yang khususnya bermanfaat
sebagai proses tambahan pada deodorisasi adalah dengan memanfaatkan
senyawa yang disebut penyapu logam

yang dapat membentuk suatu

kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya. Senyawa
yang dikenal di mancanegara selama bertahun-tahun sebagai penyapu
logam tersebut adalah senyawa-senyawa asam seperti asam fosfat dan
asam organik (sitrat dan tartarat).

Penggunaan lain dari asam sitrat dalam sabun atau deterjen adalah
kemampuannya sebagai penyapu logam-logam berat dalam air sadah.
Menurut Winarno dan Laksmi (1974), asam sitrat berfungsi sebagai
chelating agent, yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen
seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai katalisator dalam
reaksi-reaksi biologis. Karena itu, reaksi biologis dapat dihambat dengan
penambahan asam sitrat (www.wikipedia.org).
E. MUTU SABUN
Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada badan atau
bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk obat.
Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagai hiegene
tubuh (sabun dan shampoo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangiwangian dan proteksi (sun creen). Tujuan penggunaan sediaan kosmetika
mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air
sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan
melembutkan kulit (Imron, 1985).
Contoh dari sediaan kosmetika mandi antara lain minyak mandi,
bath capsul, sabun dan sebagainya. Sabun merupakan pembersih tubuh
sehari-hari. Sabun dan air dapat menghilangkan berbagai kotoran dari
permukaan kulit termasuk bakteri, keringat, sel-sel kulit yang telah mati
dan sisa kosmetik. Bentuk sabun secara garis besar dapat terbagi dua yaitu
sabun yang berbentuk padat dan sabun yang berbentuk cair.
Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa spesifikasi
persyaratan mutu yang harus dipenuhi agar sabun tersebut layak untuk
digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus
dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi
beberapa parameter sebagai berikut: kadar air dan zat menguap sabun,
jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkam, bagian tak larut alkohol, kadar

alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH dan kadar minyak mineral (SNI,
1994).
F. UJI ORGANOLEPTIK
Menurut Soekarto (1981), penilaian dengan indra disebut penilaian
organoleptik atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang
paling primitif. Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti
mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak
disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadangkadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam
beberapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi ketelitian alat yang
paling sensitif.
Sistem penelitian organoleptik telah dapat dibakukan dan dijadikan
alat penilai dalam laboratorium, dunia usaha dan perdagangan.
Laboratorium penilaian organoleptik pun telah menjadi umum di industri
maupun di lembaga-lembaga penelitian. Penelitian organoleptik telah pula
digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan.
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan
panel. Panel adalah satu atau sekelompok orang yang bertugas untuk
menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang
menjadi anggota panel disebut panelis. Ada 6 macam panel yang biasa
digunakan dalam penilaian organoleptik yaitu :
1. Pencicip perorangan (individual expert)
Pencicip perorangan disebut juga pencicip tradisional. Pencicip
demikian telah lama digunakan dalam industri-industri makanan seperti
pencicip teh, kopi, es krim atau penguji bau pada industri minyak wangi
(parfum).
2. Panel pencicip terbatas
Untuk menghindari ketergantungan pada seorang pencicip
perorangan maka beberapa industri menggunakan 3 5 orang penilai
yang mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panel pencicip terbatas.
Biasanya panel ini diambil dari personel laboratorium yang sudah

mempunyai pengalaman luas akan komoditi tertentu. Penggunaan panel


pencicip terbatas dapat mengurangi faktor kecenderungan (bias) dalam
menilai rasa suatu komoditi. Dalam mengambil keputusan dilakukan
secara musyawarah diantara anggota.
3. Panel terlatih
Anggota panel terlatih yaitu antara 15 25 orang. Tingkat
kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panel pencicip terbatas.
Untuk menjadi anggota panel ini perlu diseleksi dan yang terpilih
kemudian dilatih. Panel terlatih ini juga berfungsi sebagai alat analisa,
dan pengujian-pengujian yang dilakukan biasanya terbatas pada
kemampuan membedakan.
4. Panel tak terlatih
Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan (different
test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan
(preference test). Pemilihan anggota dilakukan bukan terhadap
kepekaan calon anggota tetapi pemilihan itu lebih mengutamakan segi
sosial seperti latar belakang pendidikan, asal daerah ekonomi, dalam
masyarakat dan sebagainya.
5. Panel konsumen
Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya dari
30 sampai 1000 orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan
(preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. Hasil uji
kesukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu jenis
komoditi dapat diterima oleh masyarakat.
6. Panel agak terlatih
Panel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih,
tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam yang tidak tahu
menahu mengenai sifat-sifat sensorik dan penilaian organoleptik.
Panelis dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh
yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan.
Termasuk dalam kategori panel agak terlatih adalah sekelompok
mahasiswa dan atau staf peneliti yang dijadikan panelis secara musiman

atau hanya kadang-kadang. Panelis pada panel agak terlatih dipilih


berdasarkan kepekaan dan keandalan penilaian. Jumlahnya berkisar
antara 15 25 orang.
Pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok. Cara yang paling populer adalah kelompok pengujian
pembedaan (different test) dan kelompok pengujian pemilihan (preferance
test). Disamping dua kelompok pengujian tersebut dikenal juga pengujian
skalar dan pengujian deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak
digunakan dalam penelitian, analisa proses dan penilaian hasil akhir maka
dua kelompok pengujian terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan
mutu (quality control). Diluar 4 kelompok pengujian itu masih ada uji-uji
sensorik lain termasuk disini adalah uji konsumen.
Kelompok pengujian pemilihan disebut juga dengan pengujian
penerimaan (acceptance test). Uji penerimaan menyangkut penilaian
seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan
orang menyenangi. Dalam kelompok uji penerimaan ini termasuk uji
kesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik.
Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis
diminta untuk memberikan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan
senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala
hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang
dikehendaki. Gambar 6 menunjukkan contoh-contoh skala hedonik dengan
berbagai rintangan.
Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala
numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data
numerik ini dapat dilakukan analisa-analisa statistik.
Dengan adanya skala hedonik secara tidak langsung juga dapat
digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji hedonik
paling sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap

komoditi sejenis atau produk pengembangan serta menilai hasil akhir


produksi.

Skala hedonik

Skala

Skala hedonik

numerik

Skala

Skala hedonik

numerik

Skala
numerik

Amat sangat

Amat sangat

Amat sangat

suka

suka

suka

Sangat suka

Sangat suka

Sangat suka

Suka

Suka

Suka

Agak suka

Agak suka

Agak suka

Netral

Netral

Agak tidak

Agak tidak

Tidak suka

suka

suka

Tidak suka

Tidak suka

Sangat tidak
suka

Sangat tidak
suka

6 SKALA

Amat sangat

HEDONIK

tidak ssuka

7 SKALA

9 SKALA

HEDONIK

HEDONIK
Gambar 6. Macam-macam skala hedonik dengan skala numeriknya (Soewarno,
1981)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat,
minyak kelapa, NaOH 30%, gliserin, etanol 70%, sukrosa, Coco DEA, NaCl,
asam sitrat, air serta bahan-bahan lain untuk analisis.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala,
spatula, pengaduk dan pemanas (hot plate stirrer), timbangan, thermometer,
cetakan serta alat-alat lain untuk analisis.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) persiapan bahan,
(2) pembuatan sabun transparan dan (3) analisis produk akhir.
1. Persiapan Bahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan untuk proses pembuatan
sabun transparan dengan berbagai variasi konsentrasi asam sitrat (1, 3, 5)%
dan sukrosa (8, 11, 13)% sebagai bahan baku penyusunnya. Mula-mula
dilakukan penimbangan bahan baku berdasarkan formula pembuatan sabun
transparan yang digunakan (Lampiran 1).

2. Pembuatan Sabun Transparan


Pada tahap ini sabun dibuat dengan mencairkan asam stearat
kemudian dicampurkan dengan minyak kelapa pada suhu 70 - 800C sambil
diaduk. Setelah homogen, ditambahkan NaOH 30%, sehingga terbentuk
stok sabun. Selanjutnya ditambahkan bahan-bahan pendukung yaitu
ethanol, gliserin, sukrosa, asam sitrat, DEA, NaCl dan air sehingga
terbentuk sabun transparan. Diagram alir proses pembuatan sabun
transparan dapat dilihat pada Gambar 7 dan neraca massa disajikan pada
Lampiran 2.

Asam Stearat

Pencairan

Pencampuran
T = 70 - 800C

NaOH
30%

Minyak
Kelapa

Pencampuran
T = 70 - 800C

Stok sabun

Pencampuran
T = 70 - 800C

Ethanol
Gliserin
Sukrosa (8, 11, 13)%
Asam sitrat (1, 3, 5)%
Coco DEA
NaCl

Pencetakan

Sabun Transparan

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun Transparan (Modifikasi


Cognis, 2003)

3. Analisa Produk Akhir


a. Sifat Fsiko Kimia
Untuk mengetahui karakteristik produk sabun yang dihasilkan,
dilakukan analisis terhadap sifat fisiko-kimia sabun. Sifat kimia sabun
yang diamati antara lain kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak

tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH, stabilisasi
busa, stabilisasi emulsi, kekerasan dan daya bersih. Sedangkan sifat fisik
yang diamati adalah tingkat kekerasan yang diukur dengan menggunakan
alat penetrometer.

b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap transparasi, tekstur,
banyak busa, dan kesan pada kulit setelah pemakaian sabun transparan.
Uji ini menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 30 orang dengan
skala 1 5. Skala penilaian yang diberikan yaitu (1) tidak suka, (2) agak
tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Analisis data untuk uji
organoleptik dilakukan dengan metode statistik non parametrik
menggunakan uji Friedmann.

c. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan


Analisa kelayakan sabun transparan menggunakan indikator
kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net B/C (net
benefit cash ratio), nilai bersih sekarang (net present value) dan waktu
pengembalian modal (payback period).

C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian utama adalah
rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan dan masing-masing
terdiri dari tiga taraf yaitu konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan
konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Model matematis dari rancangan
percobaan untuk penelitian utama adalah sebagai berikut.
Yij = + Ai + Bj + ABij + k(ij)

Keterangan :
Yijk = variabel respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena
pengaruh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B

= rata-rata sebenarnya

= konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%)

= konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%)

Ai = efek sebenarnya dari taraf ke-i faktor A


Bi = efek sebenarnya dari taraf ke-j faktor B
ABij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B
= galat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. ANALSIS PENGARUH SUKROSA DAN ASAM SITRAT TERHADAP
PARAMETER MUTU SABUN
Produk sabun transparan yang dihasilkan merupakan hasil dari
formulasi sabun transparan berdasarkan modifikasi metode Cognis (2003)
dengan kombinasi variasi konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan variasi
konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Produk sabun transparan yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan


Karakteristik sabun transparan yang dihasilkan disesuaikan
menurut spesifikasi mutu yang terdapat dalam SNI 06-3532-1994 dengan
parameter kadar air dan zat menguap sabun, jumlah asam lemak, kadar fraksi
tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alcohol, kadar alkali bebas yang
dihitung sebagai NaOH, pH, stabilitas emulsi, stabilitas busa, kekerasan dan

daya bersih. Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui sifar fisik dan kimia
sabun transparan yang dihasilkan serta untuk mengetahui kesesuaian produk
sabun transparan yang dihasilkan dengan Standar Nasional Indonesia Sabun
Mandi. Spesifikasi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Mutu Sabun (SNI 06-3532-1994)
No

Jenis Uji

Persyaratan Mutu

1.

Kadar air dan zat menguap pada 1050C (b/b; %)

Maks 15

2.

Jumlah asam lemak (b/b; %)

Min 70

3.

Kadar fraksi tak tersabunkan (b/b; %)

Maks 2,5

4.

Bagian tak larut dalam alkohol (b/b; %)

Maks 2,5

5.

Alkali bebas dihitung sebagai NaOH (b/b; %)

Maks 0,1

6.

Minyak mineral

- (negatif)

Sumber : BSN (1994)


1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air dan zat
yang menguap dalam sabun. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk
sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan.
Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin
mudah menyusut atau habis pada saat digunakan (Spitz, 1996).
Kandungan zat menguap dalam produk sabun transparan berasal dari
bahan penyusunnya yang bersifat volatile atau mudah menguap, dapat pula
berasal dari hasil lanjut reaksi oksidasi asam lemak yang terdapat dalam sabun
transparan. Menurut Ketaren (1986), proses oksidasi dapat berlangsung bila
terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Oksidasi
biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat
selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Senyawa aldehid dan keton yang dihasilkan dari lanjutan reaksi oksidasi ini
memiliki sifat mudah menguap seperti alkohol.

Kadar Air dan Zat

Menguap Sabun (%)

35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5

5.00
3

0.00
8

1
11

Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)

13

Konsentrasi Sukrosa (%)

Gambar 9. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat


terhadap Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kadar air dan zat menguap sabun
transparan menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Nilai kadar air sabun
transparan tertinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi sukrosa 8% dan
konsentrasi asam sitrat 1% sebesar 32,48%, dan kadar air terendah pada
perlakuan konsentrasi sukrosa 13% dan konsentrasi asam sitrat 5% sebesar
24,81%. Nilai kadar air yang diperoleh berada diatas batas maksimum kadar
air menurut SNI. Hal ini berarti sabun transparan yang dihasilkan cukup lunak.
Meskipun kurang efisien dalam penggunaannya karena sabun lebih mudah
larut dalam air sehingga cepat habis, namun dengan kondisi batang sabun
yang cukup lunak memberikan kemudahan dalam proses pembuatan dan
pengemasan sabun karena tidak mudah patah atau hancur. Analisa kadar air
dan zat menguap sabun juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo
sebagai pembanding, yaitu sebesar 22,42%.
Hasil analisis keragaman terhadap kadar air menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi sukrosa berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
( = 0,05), sedangkan faktor konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara
konsentrasi sukrosa dan asam sitrat menunjukkan tidak berbeda nyata.
Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan antara
konsentrasi sukrosa 13 dan 11% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 8%. Sukrosa mudah larut
dalam air. Semakin tinggi suhu maka makin tinggi daya larutnya. Kelarutan

sukrosa juga dipengaruhi oleh zat lain yang terlarut dalam air, serta sifat zat
tersebut. Berdasarkan formulasi sabun transparan yang dihasilkan, jumlah air
yang ditambahkan semakin sedikit seiring dengan semakin tinggi konsentrasi
sukrosa yang digunakan, karena itu jumlah air dan zat menguap yang
terkandung dalam sabun transparan semakin rendah. Hasil analisa keragaman
dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Jumlah Asam Lemak
Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida
(William dan Schmitt, 2002). Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk
mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan memutus
ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuat
HCl:
RCOONa
Sabun Natrium

HCl
Asam Klorida

RCOOH
Asam Lemak

NaCl
Garam

Banyaknya ml asam lemak diketahui dengan membaca skala yang


tertera pada labu cassia. Jumlah asam lemak ditetapkan dengan membagi ml
asam lemak yang sebelumnya dikalikan dengan 0,84 (BD asam lemak pada
1000C) dengan banyaknya sampel yang digunakan.
Asam lemak yang terkandung oleh sabun transparan ini berasal dari
asam stearat dan asam laurat yang merupakan asam lemak dominan yang
terdapat dalam minyak kelapa. Baik asam stearat maupun laurat merupakan
asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap.
Asam lemak yang tidak memilki ikatan rangkap memiliki titik cair yang lebih
tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang mengandung banyak ikatan
rangkap sehingga asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu
ruang. Berdasarkan hal tersebut maka asam lemak jenuh dapat digunakan pada
pembuatan sabun batang.

Jumlah Asam Lemak (%)

34
33
32
31
30
29
28
27
26
25

5
3
8

1
11

Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)

13

Konsentrasi Sukrosa (%)

Gambar 10. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Jumlah Asam Lemak
Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak sabun minimal sebesar 70%.
Berdasarkan hasil analisis, rata-rata jumlah asam lemak pada sabun transparan
berkisar antara 28,38 38,81%. Data hasil analisis jumlah asam lemak dapat
dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan hasil analisa keragaman jumlah asam
lemak (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan faktor
konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
menunjukkan tidak berbeda nyata.
Uji lanjut Duncan (Lampiran 6c) memperlihatkan bahwa pengaruh
perlakuan antara konsentrasi sukrosa 8 dan 11% tidak berbeda nyata dan
kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 13%.
Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka semakin besar jumlah asam lemak
yang terdapat dalam sabun transparan.
Bila larutan disakarida dipanaskan dengan larutan asam kuat maka
akan terjadi hidrolisis yang mengakibatkan disakarida membentuk dua
molekul monosakarida (heksosa). Menurut Tjokroadikoesoemo (1986),
setelah dihidrolisis maka sifat-sifat gula perduksi dari masing-masing
komponen monosakarida tersebut timbul kembali. Gula pereduksi bersifat
aktif sehingga dapat menghambat terjadinya pembentukan sabun dari asam
lemak. Hal ini mengakibatkan jumlah asam lemak semakin meningkat.

Analisa jumlah asam lemak juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo
sebagai pembanding, yaitu sebesar 52,08%.
3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan
Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan jumlah komponen yang tidak
tersabunkan karena tidak bereaksi dengan senyawa alkali (Natrium) namun
dapat larut dalam minyak pada saat pembuatan sabun. Adanya fraksi tak
tersabunkan dapat menurunkan kemampuan membersihkan (deterjensi) pada
sabun (Spitz, 1996). Ketaren (1986) menambahkan bahwa senyawa-senyawa
yang larut dalam minyak dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali
termasuk di dalamnya yaitu sterol, zat warna dan hidrokarbon.
Menurut SNI (1994), kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada
sabun maksimum sebesar 2,5%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun transparan berkisar antara 0,46
8,72%. Kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan sebagian besar belum
memenuhi kriteria mutu kadar fraksi tak tersabunkan sabun menurut SNI.
Analisa kadar fraksi tak tersabunkan juga dilakukan pada sabun komersial merk
Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 0,78%.
Hasil analisa keragaman (Lampiran 7) terhadap kadar fraksi tak
tersabunkan menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam
sitrat dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
95% ( = 0,05).
Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH (soda alkali) harus
dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu
pekat atau jumlahnya berlebih, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan
trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi mamberikan pengaruh negatif
yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya, apabila NaOH yang ditambahkan terlalu
encer atau jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan
mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak bebas pada sabun
mengganggu proses emulsi dan kotoran pada saat sabun digunakan (Kamikaze,
2002).

4. Bagian Tak Larut dalam Alkohol


Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom maupun
ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena
susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair. Lazimnya salah satu
komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum
campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut (solvent).
Komponen lain, yang dapat berbentuk gas, cairan ataupun zat padat
dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut
disebut zat terlarut (solute).
Terdapat kecenderungan bagi senyawa non-polar untuk larut ke dalam
pelarut non-polar dan bagi senyawa kovalen polar atau senyawa ion untuk larut
ke dalam pelarut polar. Lapisan molekul pelarut yang terikat pada permukaan
partikel zat terlarut membantu menjaga ion-on atau molekul-molekul itu agar
dalam larutan tetap terpisah. Pemisahan ini menghalangi rekristalisasi
(pengkristalan kembali) dan karena itu membantu dalam proses pelarutan. Jika
suatu zat larut sangat sedikit, katakan kurang dari 0,1 g zat terlarut dalam 1000
g pelarut, maka zat itu disebut tak larut (insoluble) (Pudjaatmaka, 1984).
Menurut SNI (1994), bagian tak larut dalam alkohol yang terdapat pada
sabun maksimum sebesar 2,5%. Bahan tak larut dalam alkohol meliputi garam
alkali seperti karbonat, silikat, fosfat dan sulfat serta pati (ATSM, 2001).
Berdasarkan data hasil analisis seperti terlihat pada Lampiran 8 .menunjukkan
bahwa bagian tak larut dalam alkohol pada sabun transparan berkisar antara
1,23 3,02%. Analisa bagian tak larut dalam alkohol juga dilakukan pada
sabun komersial merk Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 0,44%.
Hasil analisa keragaman (Lampiran 8) terhadap bagian tak larut dalam
alkohol menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam sitrat
dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
( = 0,05).

5. Kadar Alkali Bebas yang Dihitung sebagai Kadar NaOH


Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada
saat pembuatan sabun. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan alkali
yang berlebihan pada saat proses penyabunan. Menurut SNI (1994), kelebihan
alkali dalam sabun natrium tidak boleh melebihi 0,1% karena alkali bersifat
keras dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH berada dalam kisaran
0,11 0,70%. Pada perlakuan sukrosa 11 dan 8% dengan asam sitrat 5%
memilki kadar alkali bebas yang negatif, artinya sabun transparan yang
dihasilkan tidak kelebihan basa, melainkan memiliki asam lemak yang
berlebihan. Hal ini juga dapat dilihat pada saat melakukan analisis awal, dimana
sabun yang berubah warna menjadi merah muda setelah ditetesi phenolphtalein
menandakan bahwa sabun tersebut kelebihan basa, maka dilakukan pengujian
alkali bebas. Namun apabila tidak terjadi perubahan warna berarti sabun
kelebihan asam maka dilakukan pengujian asam lemak bebas. Asam lemak
bebas sabun transparan pada perlakuan sukrosa 8% dengan asam sitrat 5%
sebesar 0,27% dan pada perlakuan sukrosa 11% dengan asam sitrat 5% sebesar
0,135%

Kadar Alkali Bebas yang

Dihitung sebagai NaOH (%)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
5

0.1
3

0
8

1
11

Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)

13

Konsentrasi Sukrosa (%)

Gambar 11. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Kadar Alkali Bebas yang Dihitung sebagai NaOH

Berdasarkan hasil analisa keragaman kadar alkali bebas yang dihitung


sebagai NaOH terhadap sabun transparan dapat diketahui bahwa konsentrasi
sukrosa dan konsentrasi asam sitrat berpengaruh nyata pada

tingkat

kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak


berbeda nyata.
Uji Lanjut Duncan pada faktor konsentrasi sukrosa menunjukkan bahwa
pengaruh perlakuan antara konsentrasi sukrosa 8 dan 11% tidak berbeda nyata
dan kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa
13% dengan kecenderungan kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar
NaOH menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi sukrosa.
Pada saat pembentukan sabun, alkali yang tidak terikat sebagai senyawa
dapat bereaksi dengan sukrosa. Sukrosa dengan adanya ion OH- dari alkali
NaOH akan mengalami dekomposisi (Goutara, 1985). Hasil dekomposisi ini
menyebabkan sukrosa berada dalam suasana asam dan bersifat lebih aktif
sehingga terjadi kecenderungan sukrosa untuk menarik ion OH- dari alkali
NaOH. Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka makin banyak pula
kecenderungan sukrosa menarik alkali sehingga kadar alkali bebasnya
semakin menurun.
Uji lanjut Duncan pada faktor konsentrasi asam sitrat mnunjukkan
bahwa pengaruh perlakuan antara konsentrasi asam sitrat 3 dan 5% tidak
berbeda nyata dan kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap
konsentrasi asam sitrat 1% dengan kecenderungan kadar alkali bebas yang
dihitung sebagai kadar NaOH menurun seiring dengan peningkatan
konsentrasi asam sitrat. Konsentrasi asam sitrat yang semakin tinggi akan
menyebabkan sabun berada dalam suasana semakin asam dan akan kembali
menjadi asam karboksilat. Dapat dikatakan bahwa sabun akan memiliki
kelebihan asam sehingga kadar alkali bebas semakin menurun. Hasil analisa
keragaman dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 9.
6. pH Larutan Sabun
Derajat keasaman (pH) kosmetik sebaiknya disesuaikan dengan pH
kulit, yaitu sebesar 4,5 7. Nilai pH kosmetik yang terlalu tinggi atau rendah

dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). Ditambahkan oleh


Jellinek (1970), mencuci tangan dengan sabun akan membuat nilai kulit pH
meningkat untuk sementara, tetapi kenaikan pH pada kulit tidak akan melebihi
7.
Kriteria mutu nilai pH menurut ASTM (2001) berkisar antara 9 11.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan seperti terlihat pada Gambar 12,
nilai pH sabun transparan yang dihasilkan berkisar antara 9,53 10,24. Nilai
pH ini telah memenuhi kriteria mutu ASTM. Analisa nilai pH juga dilakukan
pada sabun komersial merk Deo sebagai pembanding, yaitu sebesar 10,01.
Hasil analisa keragaman terhadap nilai pH larutan sabun transparan
(Lampiran 10b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi asam sitrat
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), sedangkan faktor
konsentrasi sukrosa dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
menunjukkan tidak berbeda nyata.

pH Larutan Sabun

10.4
10.2
10
9.8
9.6
9.4
5

9.2
3

9
8

1
11

Konsentrasi
Asam Sitrat (%)

13

Konsentasi Sukrosa (%)

Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap pH
Uji lanjut Duncan (Lampiran 10c) memperlihatkan bahwa antar
konsentrasi asam sitrat menunjukkan berbeda nyata. Asam sitrat merupakan
asam karboksilat dan bersifat asam karena asam sitrat mengandung gugus
karboksil yang dapat mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat
dan proton. sehingga asam sitrat mampu mennurunkan nilai pH suatu zat.

Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat maka semakin rendah nilai pH karutan
sabun.
7. Stabilitas Emulsi
Stabilitas atau kestabilan emulsi merupakan salah satu parameter
penting terhadap mutu sabun transparan. Stabilitas emulsi sabun merupakan
kekuatan sistem emulsi sabun dalam mempertahankan kestabilannya dalam
berbagai kondisi. Stabilitas emulsi dapat diamati dari perubahan fisik sabun
selama disimpan dalam jangka waktu dan kondisi tertentu.
Menurut Suryani, et al. (2002), sabun padat termasuk dalam tipe w/o.
Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan
warna dan memiliki konsistensi tetap. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi sabun transparan yang
dihasilkan berada dalam kisaran 96,68 98,06%. Data hasil analisis stabilitas
emulsi dapat dilihat pada Lampiran 11a.
Berdasarkan hasil analisa keragaman (Lampiran 11b) terhadap sabun
transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan asam sitrat tidak
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Asam sitrat tidak
memiliki tegangan permukaan yang aktif. Stabilitas emulsi dalam sabun
transparan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah asam lemak yang terkandung
dalam sabun. Stabilitas amulsi sabun transparan juga dipengaruhi oleh
banyaknya kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis, seperti
gliserin dan sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang tidak terlalu tinggi tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap stabilitas emulsi.
8. Stabilitas Busa
Hasil analisis stabilisasi busa sabun transparan menunjukkan kisaran
0,34 0,87% (Lampiran 12a). Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap
stabilitas busa sabun transparan menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan
konsentrasi asam sitrat tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
( = 0,05). Hasil analisa keragaman dapat dilihat pada Lampiran 12b.
Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja
untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana

molekul gas terdispersi dalam cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan


aktif permukaan akan menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air.
Sukrosa maupun asam sitrat tidak mengandung bahan-bahan aktif permukaan
sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan busa.
9. Kekerasan Produk
Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan
untuk mencapai perubahan bentuk. Pengukuran tingkat kekerasan terhadap
sabun transparan yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut penetrometer. Kekerasan suatu bahan diukur dengan menjatuhkan
sebuah jarum ke dalam benda tersebut (www.yourdictionary.com, 2004). Hasil
pengukuran kekerasan bahan didapat dengan membaca skala penetrometer yang
dinyatakan dalam sepersepuluh milimeter. Semakin dalam penetrasi jarum
maka hasil pengukuran semakin besar, berarti sampel tersebut semakin lunak.
Kekerasan sabun transparan dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang
digunakan pada pembuatan sabun transparan. Asam lemak jenuh merupakan
asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap tetapi memiliki titik cair yang
lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap.
Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang sehingga baik
digunakan pada pambuatan sabun transparan.

Penetrasi Jarum
Penetrometer (mm)

6
5
4
3
2
1

5
3

0
8

1
11

Konsentrasi Sukrosa (%)

13

Konsentrasi
Asam Sitrat (%)

Gambar 13. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Penetrasi Jarum Penetrometer
Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata penetrasi jarum
penetrometer sabun transparan berkisar antara 1,71 4,48 mm. Hasil analisa
keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa, konsentrasi asam sitrat
dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata pada

tingkat

kepercayaan 95% ( = 0,05). Hasil analisa keragaman dapat dilihat pada


Lampiran 13b.
Uji Lanjut Duncan pada faktor konsentrasi sukrosa menunjukkan bahwa
setiap taraf konsentrasi menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
kekerasan sabun transparan dengan kecenderungan kemampuan jarum
melakukan penetrasi ke dalam sampel semakin menurun seiring dengan
peningkatan konsentrasi sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak
konsentrasi sukrosa yang ditambahkan maka sabun transparan yang dihasilkan
semakin keras. Titik cair sukrosa

sekitar 185 186oC. Pada proses

pembentukan sabun transparan dari bentuk cairan stok sabun menjadi hard
soap maka dilakukan penurunan suhu. Apabila penurunan suhu tersebut sampai
di bawah titik cair sukrosa, maka mula-mula terbentuk keadaan amorph (tidak
berbentuk) kemudian viskositas makin kecil dan terbentuk benda seperti gelas.
Uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi asam sitrat terhadap
kekerasan sabun transparan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan antara
konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi
konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai penetrasi jarum penetrometer
sehingga sabun yang dihasilkan semakin lunak. Asam sitrat merupakan asam
karboksilat jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap sehingga titik cairnya
rendah. Pada proses pembuatan sabun, peningkatan suhu menyebabkan
semakin cepat pencairan asam sitrat sehingga sabun yang dihasilkan semakin
lunak.
Pengaruh perlakuan faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
mengalami kecenderungan yang berkebalikan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan sifat titik cair antara kedua senyawa tersebut.

10. Daya Bersih


Daya bersih merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan sabun
transparan dalam mengangkat kotoran, sebagaimana fungsi sabun transparan itu
sendiri yaitu untuk membesihkan kulit dari kotoran, debu dan minyak. Analisa
ini dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah diolesi margarin
sebagai kotoran berminyak kedalam larutan sabun. Kekeruhan yang didapat
diasumsikan sebagai kotoran yang dapat diangkat oleh sabun transparan

Kekeruhan (FTU Turbidity)

tersebut. Nilai kekeruhan dinyatakan dalam satuan FTU Turbidity.

120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00

5
3

0.00
8

1
11

Konsentrasi
Asam Sitrat
(%)

13

Konsentrasi Sukrosa (%)

Gambar 14. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Kekeruhan
Kekeruhan air sabun berkisar antara 15 118 ftu turbidity. Hasil analisa
keragaman (Lampiran 14b) menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa dan
konsentrasi asam sitrat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ( =
0,05).
Uji lanjut Duncan (Lampiran 14c) memperlihatkan bahwa antar
konsentrasi sukrosa berbeda nyata. Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka
semakin tinggi tingkat kekeruhan air sabun. Hal ini berarti semakin tinggi pula
daya bersih sabun transparan tersebut.
Uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi asam sitrat terhadap daya
bersih sabun transparan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan antara

konsentrasi asam sitrat 1 dan 3% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi asam sitrat 5%. Semakin tinggi
konsentrasi asam sitrat maka semakin besar nilai kekeruhan pada sabun
transparan yang dihasilkan.
Sabun transparan mengandung sukrosa yang merupakan senyawa
karbohidat dan bersifat polar, demikian juga dengan asam sitrat. Asam sitrat
mengandung gugus karboksil yang bersifat polar. Pada saat terjadi mekanisme
pembersihan sabun, ujung molekul yang bersifat polar ini akan berikatan
dengan air. Bagian ini berperan mengendorkan kotoran dari kain dan
mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel pada kain.
Akibatnya warna air menjadi keruh.
Berdasarkan uji T terhadap sifat fisiko kimia pada kontrol menunjukkan
bahwa faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh nyata terhadap
semua analisa. Pada pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk
mengatur transparansi sabun transparan yang dihasilkan. Begitu juga dengan
penggunaan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi sebagai pengatur pH. Kedua
parameter ini merupakan parameter yang cukup penting dalam menentukan
kualitas sabun transparan. Karena itu penggunaan sukrosa dan asam sitrat
berpengaruh nyata terhadap sabun transparan yang dihasikan.

B. UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji kesukaan atau uji hedonik.
Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu uji peneriman yang
menyangkut penilaian sesorang terhadap kesukaan atau ketidaksukaan suatu
produk.
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen
terhadap produk sabun transparan yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan
menggunakan sukrosa (A1=13%, A2=11%, A3=8%) dan asam sitrat (B1=1%,
B2=3%, B3=5%). Uji organoleptik ini meliputi uji kesukaan panelis terhadap
transparansi, tekstur, banyaknya busa sabun transparan dan kesan kesat pada kulit
setelah pemakaian sabun transparan. Panelis yang digunakan dalam uji ini
merupakan panelis agak terlatih berjumlah 30 orang.

1. Transparansi
Pemilihan bahan baku khususnya asam lemak akan memberikan
pengaruh yang signifikan pada warna produk akhir sabun transparan.
Penampakan transparan juga dipengaruhi oleh sukrosa dan ethanol.
Penilaian kesukaan terhadap transparansi merupakan penilaian secara
visual dengan cara menilai tingkat transparansi dari sabun transparan yang
dihasilkan. Panelis memberikan respon terhadap transparansi sabun transparan
yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 13%
dan asam sitrat 5% (A3B3) yaitu sebesar 4,63 (antara agak suka hingga suka).
Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap transparansi sabun transparan
yaitu sebesar 2,17 (antara.agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan
sukrosa.8% dan 11% dan asam sitrat 1% (A1B1 dan A2B1). Data penilaian
panelis terhadap hasil uji hedonic transparansi dapat dilihat pada Lampiran 16a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap transparansi menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulsi sabun transparan
berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap transparansi sabun
transparan yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang
berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa berfungsi
untuk menambah transparasi sabun. Transparansi sabun meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi sukrosa yang digunakan seperti terlihat pada
Gambar 16. Hasil perhitungan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 16c.
Berdasarkan

persentase

penilaian

kesukaan

panelis

terhadap

transparansi menunjukkan bahwa panelis memberikan respon paling banyak


pada skala penilaian 5 (suka) untuk A1B3, A2B3 dan A3B3, sedangkan untuk
perlakuan A1B2 dan A2B2 mendapatkan respon paling banyak pada skala
penilaian 4 (agak suka), untuk perlakuan A2B1 dan A3B2 mendapatkan respon
paling banyak pada skala penilaian 3 (biasa) dan untuk perlakuan A1B1 dan
A3B1 mendapatkan respon paling banyak pada skala penilaian 2 (agak tidak
suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang memberikan respon penilaian
terhadap transparansi pada skala penilaian 5 (suka) yaitu sebesar 70% pada

penggunaan sukrosa 13% dan asam sitrat 5% (A3B3) seperti terlihat pada

100%
80%

Skala Penilaian 5

60%

Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3

40%

Skala Penilaian 2

20%

Skala Penilaian 1

B3

B2

A3

B1

A3

B3

A3

B2

A2

B1

A2

B3

A2

A1

A1

A1

B2

0%
B1

Persentase Jumlah Panelis (%)

Gambar 15.

Perlakuan

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Gambar 15. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian


terhadap Transparansi
2. Tekstur
Kelembutan/kekerasan

sabun

sangat

dipengaruhi

oleh

adanya

penggunaan dietanolamin (DEA) dan sukrosa. Pemilihan rantai C dari


komposisi asam lemak bahan baku yang digunakan juga mempengaruhi
kelembutan/kekerasan sabun. Rantai C yang baik untuk fungsi kekerasan yaitu
rantai C16 C18.
Penilaian kesukaan terhadap tekstur dilakukan dengan cara melihat dan
merasakan tekstur atau tampilan sabun transparan yang dihasilkan kemudian
menilainya berdasarkan skala kesukaan. Panelis memberikan respon terhadap
tekstur sabun transparan yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada
penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 5% (A2B3) yaitu sebesar 4,17 (antara
agak suka hingga suka). Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap
tekstur sabun transparan yaitu sebesar 2,73 (antara agak tidak suka hingga

biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian
panelis terhadap hasil uji hedonik tekstur sabun transparan dapat dilihat pada
Lampiran 17a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap tekstur menunjukkan bahwa faktor
konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun berpengaruh
nyata pada kesukaan panelis terhadap tekstur sabun transparan yang dihasilkan,
dengan kata lain panelis memberikan respon yang berbeda untuk setiap
perlakuan. Hal ini disebabkan karena sukrosa juga berfungsi sebagai pengeras

100%
80%

Skala Penilaian 5

60%

Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3

40%

Skala Penilaian 2
Skala Penilaian 1

20%
0%
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3

Persentase JUmlah Panelis (%)

pada pembuatan sabun transparan.

Perlakuan

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Gambar 16. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian


terhadap Tekstur
Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa panelis memberikan respon paling
banyak pada skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk
perlakuan A1B2, A1B3 dan A3B3 memberikan respon paling banyak pada
skala penilaian 4 (agak suka) dan untuk perlakuan A2B3 memberikan respon
paling banyak pada skala penilaian 5 (suka). Persentase jumlah panelis terbesar
yang memberikan respon penilaian terhadap tekstur pada skala penilaian 3

(biasa) yaitu sebesar 50% pada penggunaan sukrosa 8% dan asam sitrat 1%
(A1B1).
3. Banyak Busa
Pada umumnya konsumen beranggapan bahwa sabun yang baik
adalah sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa tidak
selalu sebanding dengan kemampuan daya bersih sabun. Karakteristik busa
sendiri dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau surfaktan, penstabil
busa, serta komposisi asam lemak yang digunakan.
Penilaian kesukaan terhadap banyak busa dilakukan dengan cara
membasuh tangan dengan sabun transparan yang dihasilkan kemudian menilai
banyaknya busa yang dihasilkan berdasarkan skala kesukaan. Panelis
memberikan respon terhadap banyak busa sabun transparan yang dihasilkan
dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat
5% (A2B3) yaitu sebesar 3,60 (antara biasa hingga agak suka). Nilai rata-rata
penilaian panelis terendah terhadap banyak busa sabun transparan yaitu sebesar
2,87 (antara agak tidak suka hingga biasa) pada penggunaan sukrosa 8% dan
asam sitrat 1% (A1B1). Data penilaian panelis terhadap hasil uji hedonik
banyak busa dapat dilihat pada Lampiran 18a.
Berdasarkan uji Friedman terhadap banyak busa menunjukkan bahwa
faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun transparan
tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis pada banyaknya busa sabun
yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama untuk
setiap perlakuan.
Berdasarkan persentase penilaian kesukaan panelis terhadap banyak
busa menunjukkan bahwa panelis memberikan respon paling banyak pada
skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk perlakuan A1B2
dan A3B3 memberikan respon paling banyak pada skala penilaian 4 (agak
suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang memberikan respon penilaian
terhadap banyak busa pada skala penilaian 3 (biasa) yaitu sebesar 43,33% pada
penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 5% (A2B3) seperti terlihat pada
Gambar 17.

80%

Skala Penilaian 5

60%

Skala Penilaian 4
Skala Penilaian 3

40%

Skala Penilaian 2

20%

Skala Penilaian 1

0%
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3

Persentase Jumlah Panelis (%)

100%

Perlakuan

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Gambar 17. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian


terhadap Banyak Busa
4. Kesan Kesat
Sabun merupakan produk perawatan diri yang berfungsi untuk
membersihkan kotoran sehingga kesan kesat/bersih setelah pemakaian sabun
menjadi faktor yang cukup penting dalam penilaian kesukaan terhadap sabun
transparan yang dihasilkan.
Penilaian kesukaan terhadap kesan kesat dilakukan dengan cara terlebih
dahulu mencuci tangan dengan sabun kemudian menyeka air yang menempel
pada kulit. Panelis memberikan respon terhadap kesan kesat sabun transparan
yang dihasilkan dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan sukrosa 8%
dan asam sitrat 5% (A1B3) yaitu sebesar 3,50 (antara biasa hingga agak suka).
Nilai rata-rata penilaian panelis terendah terhadap transparansi sabun transparan
yaitu sebesar 2,47 (antara agak tidak suka hingga biasa.) pada penggunaan
sukrosa 13% dan asam sitrat 1% (A3B1). Data penilaian panelis terhadap hasil
uji hedonik kesan kesat dapat dilihat pada Lmpiran 19a.

Berdasarkan uji Friedman terhadap kesan kesat menunjukkan bahwa


faktor konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun
berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kesan kesat sabun
transparan yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang

100%
80%

Skala Penilaian 5
Skala Penilaian 4

60%

Skala Penilaian 3
40%

Skala Penilaian 2
Skala Penilaian 1

20%
0%

A1
B1
A1
B2
A1
B3
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A3
B1
A3
B2
A3
B3

Persentase Jumlah Panelis (%)

berbeda untuk setiap perlakuan.

Perlakuan

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Gambar 18. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian


terhadap Kesan Kesat
Pada Gambar 18 terlihat bahwa panelis memberikan respon paling
banyak pada skala penilaian 3 (biasa) untuk semua perlakuan kecuali untuk
perlakuan A3B2 memberikan respon paling banyak pada skala penilaian 2
(agak tidak suka) dan 5 (suka). Persentase jumlah panelis terbesar yang
memberikan respon penilaian terhadap tekstur pada skala penilaian 3 (biasa)
yaitu sebesar 36,67% pada penggunaan sukrosa 11% dan asam sitrat 3%
(A2B2).

C. PEMBOBOTAN HASIL PENGAMATAN


Pembobotan

yang

dihasilkan

berdasarkan

penilaian

tingkat

kepentingan semua parameter hasil analisa karakteristik fisiko kimia (bersifat


obyektif) dan uji hedonik (bersifat subyektif). Penilaian berdasarkan tingkat
kepentingan menggunakan nilai numerik seperti : 1 mewakili nilai sangat
tidak penting; 2 mewakili nilai tidak penting; 3 mewakili nilai biasa; 4
mewakili nilai penting; dan 5 mewakili nilai sangat penting.
Teknik pembobotan dilakukan dengan menentukan nilai score (N)
pada semua parameter obyektif dan subyektif. Nilai score merupakan nilai
rangking dari hasil pengujian dengan skala 1 9. Nilai score ini dikalikan
dengan masing-masing bobot. Total hasil perkalian antara nilai bobot dengan
nilai rangking (score) ini kemudian dirangking. Jumlah yang paling besar
merupakan sabun transparan dengan rangking terbaik. Dari hasil pembobotan
didapatkan formulasi sabun transparan terbaik yaitu pada perlakuan
konsentrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5%. Hasil pembobotan nilai
kepentingan parameter fisiko kimia dan uji hedonik sabun transparan dapat
dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 3. Penilaian kepentingan setiap parameter fisikokimia dan uji hedonik


Parameter

Dasar Pertimbangan Kepentingan

Nilai

Analisis

Kepentingan

Kadar air

Kadar air merupakan salah satu parameter mutu sabun.

Jumlah asam

Jumlah asam lemak yang terkandung akan berpengaruh

lemak

pada sabun yang dihasilkan.

Alkali bebas

Kelebihan alkali dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

pH

Nilai pH merupakan parameter yang penting karena

berhubungan dengan pH kulit.


Kekerasan

Kekerasan merupakan parameter yang penting karena

berhubungan dengan ketahanan pemakaian sabun.


Daya bersih

Daya bersih untuk mengetahui kemampuan sabun dalam

mengangkat kotoran.
Transparansi

Transparansi merupakan kesan pertama dari penampilan

menarik sabun.
Tekstur

Kesukaan terhadap tekstur merupakan parameter

organoleptik yang cukup penting.


Banyak busa

Banyak busa tidak berhubungan dengan daya bersih sabun.

Kesan kesat

Menurut konsumen, parameter kesan kesat menunjukkan

daya bersih sabun.

D. ANALISA

KELAYAKAN

USAHA

SABUN

TRANSPARAN

KONSENTRASI SUKROSA 13% DAN ASAM SITRAT 5%


Analisa kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha
sabun transparan baik dari segi teknis, ekonomis maupun finansial. Analisa ini
memberikan gambaran bahwa usaha sabun transparan ini layak dijalankan dan
mendapat

keuntungan

serta

manfaat.

Pengertian

menguntungkan

bagi

perorangan atau swasta adalah keuntungan finansial, sedang pengertian


keuntungan pada proyek pemerintah adalah manfaat yang mungkin berupa
keuntungan ekonomi, sosial, keamanan atau politis.
Analisa finansial menitikberatkan kepada aspek keuangan berupa lalulintas uang yang terjadi selama usaha dijalankan. Indikator yang dipilih untuk
menilai kalayakan suatu usaha disesuaikan menurut jenis usaha maupun skala

usaha. Skala usaha yang dijalankan pada sabun transparan adalah skala
menengah. Analisa kelayakan usaha sabun transparan menggunakan indikator
kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net benefit cost ratio,
nilai bersih sekarang (net present value), dan waktu pengembalian modal (pay
back period).
Asumsi mengenai produksi adalah sebagai berikut.
Kebutuhan bahan baku (per hari)

: 400 kg

Rendemen yang dihasilkan

: 320 kg

Jumlah hari produksi (per bulan)

: 20 hari

Jumlah jam kerja (per hari)

: 8 jam

Umur ekonomi (tahun)

: 10

Tingkat bunga

: 16%

Secara umum, perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi


sabun transparan skala menengah sampai akhir proses kurang lebih 8 jam.
Perhitungan tersebut diasumsikan bahwa target sabun transparan yang dihasilkan
adalah 400 kg per hari dengan peralatan pancampur berupa tangki berpengaduk
berkapasitas 100 kg per batch (batch dapat diterjemahkan sebagai adonan). Jadi,
tangki berpengaduk digunakan sebanyak 4 kali dengan rendemen sebanyak 80%
sehingga dihasilkan sabun sebanyak 320 kg per hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sabun transparan sebanyak
80 kg dengan tangki berpengaduk kurang lebih 60 menit, sedangkan persiapan
bahan baku sekitar 30 menit per 2 batch. Jadi, total waktu proses yang
dibutuhkan adalah 300 menit atau 4,5 jam. Tangki pengaduk yang digunakan
sebanyak 1 buah dengan kapasitas 100 kg. Produk yang telah terbentuk langsung
dikemas. Pengemasan produk menggunakan mesin packaging khusus yang
berkapaitas 22 kemasan/menit. Apabila jumlah produksi yang terbentuk
sebanyak 320 kg per hari (setara 3200 kemasan ukuran 100 gram) maka waktu
yang dibutuhkan untuk pengemasan adalah 145 menit atau kurang lebih 2,5 jam.

1. Biaya Investasi
Biaya investasi pembuatan sabun transparan terdiri dari biaya
mesin dan peralatan, perlengkapan kantor, instalasi penunjang serta biaya
persiapan. Uraian lengkap mengenai biaya investasi dapat dilihat pada
Lampiran 21a.
Tangki berpengaduk yang digunakan untuk membuat sabun
transparan adalah tipe horizontal yang dilengkapi dengan sistem pemanas.
Desain pengaduk atau propeller-nya dibuat melingkar. Tangki berpengaduk
ini seharga Rp 100.000.000,00 per mesin.
Investasi berupa mesin dan peralatan, perlengkapan kantor,
perlengkapan listrik serta biaya persiapan memiliki nilai penyusutan,
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21b.

2. Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi dalam dua golongan yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya
penyusutan, pemeliharaan, administrasi, tenaga kerja tak langsung, sewa
kendaraan serta sewa tempat. Sedangkan biaya vaeriabel antara lain biaya
bahan baku, kemasan, bahan bakar, utilitas serta biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya tersebut kemudian diakumulasikan menjadi biaya operasional
per tahun.
Sabun mandi transparan yang dihasilkan dikemas dalam plastik
wrapping berisi 100 gram sabun mandi transparan. Kemasan plastik
kemudian dibungkus dalam karton dan ditempeli stiker. Tiap hari dihasilkan
sabun mandi transparan sebanyak 320 kg, sehingga membutuhkan 4 rol
plastik wrapping, 4000 buah stiker dan 200 buah karton.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sekitar 24 orang yang
terdiri dari 16 orang karyawan produksi / tenaga kerja langsung dan 8 orang
tenaga kerja tak langsung. Karyawan produksi terdiri dari 5 orang untuk unit
persiapan bahan baku, 5 orang untuk unit proses dan 6 orang untuk unit

pengemasan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung terdiri dari pimpinan


uasaha, supervisor, tenaga administrasi, sales dan supir.
Setelah mengelompokkan biaya-biaya operasional ke dalam biaya
tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat tabel biaya operasional setiap
tahunnya dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-10. Biaya tetap akan selalu
sama tiap tahunnya, sedangkan biaya variabel berubah sesuai dengan
kapasitas produksi per tahun. Diasumsikan bahwa tahun ke-1 kapasitas
produksi sebanyak 60%, tahun ke-2 sebanyak 70%, tahun ke-3 sebanyak
80%, tahun ke-4 sebanyak 90% dan tahun ke-5 sampai tahun ke-10 sebanyak
100%. Perincian biaya operasional dan perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 22a dan 22b.

3. Perhitungan modal
Modal usaha terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap dan modal
kerja. Modal tetap merupakan biaya investasi perusahaan sejumlah Rp
195.173.000,00, sedangkan modal kerja merupakan biaya operasional
pembuatan sabun transparan per bulan. Biaya operasional terdiri dari biaya
tetap sejumlah Rp 26.946.878,00 dan biaya variabel sejumlah Rp
63.968.160,00. Perincian modal dapat dilihat pada Lampiran 23.

4. Harga Pokok Penjualan (HPP)


Harga pokok penjualan adalah suatu metode untuk menentukan harga
sabun mandi transparan per 100 gram, dimana hasil perhitungannya adalah
pembagian total biaya (biaya tetap + biaya variabel) per tahun dengan
kapasitas produksi per tahun, kemudian dibagi lagi dengan 10 untuk
mendapatkan harga pokok per 100 gram. Berdasarkan HPP dapat ditentukan
harga jual sabun transparan dengan memperhitungkan keuntungan harus
berada diatas 0%. Harga pokok sabun transparan per 100 gram sebesar Rp
2.087,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perusahaan menetapkan harga jual
sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 3.000,00 dengan keuntungan

26,71% untuk kapasitas produksi 60% sampai dengan 43,76% untuk


kapasitas produksi 100%. Perincian penentuan harga pokok dan harga jual
sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran 24.

5. Perhitungan Usaha
a. Laba - Rugi
Suatu perusahan dikatakan mengalami keuntungan (mendapat
laba) apabila jumlah penerimaan > pengeluaran. Laba yang diperoleh
dikurangi lagi dengan pajak penghasilan sehingga diperoleh laba bersih.
Sebaliknya apabila jumlah penerimaan < pengeluaran maka preusahaan
dikatakan mengalami kerugian.
Penerimaan preusahaan diperoleh dari hasil penjualan sabun
transparan tiap tahunnya. Penjualan sabun transparan tergantung dari
kapasitas produksi per tahun. Sedangkan pengeluaran perusahaan berasal
dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memperoleh laba
sebesar Rp

221.493.681,00

untuk kapasitas

produksi 60%; Rp

293.218.257,00 untuk volume produksi 70%; Rp 364.942.833,00 untuk


volume produksi 80%; Rp 436.667.409,00 untuk kapasitas produksi 90%.;
dan Rp 508.391.985,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perincian labarugi dapat dilihat pada Lampiran 25a.

b. Aliran Kas
Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi
sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum
menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk
berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun
ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu
diperoleh dari penjumlahan laba bersih dan penyusutan. Pada tahun ke-5
ditambahkan dengan nilai sisa investasi yang berumur 5 tahun dan pada

tahun ke-10 nilai sisa investasi yang berumur 10 tahun ditambahkan pada
arus kas. Arus kas semakin bertambah setiap tahunnya. Arus kas pada
akhir tahun ke-1 sebesar Rp 240.320.481,00 dan arus kas pada akhir tahun
ke-10 sebesar Rp 6.456.305.075,00. Perincian aliran kas dapat dilihat pada
Lampiran 25b.

6. Analisa Kelayakan
a. Perhitungan break event point (BEP)
Dalam suatu perencanaan ingin juga diketahui hubungan antara
biaya, penjualan dan laba. Laba sangat bergantung pada tingkat produksi
atau tingkat penjualan yang dicapai dihubungkan dengan besar biaya yang
dikeluarkan. Kapan atau pada kapasitas produksi atau pada volume usaha
berapa akan dicapai keadaan tidak rugi dan tidak untung dikenal dengan
titik impas atau BEP. Rumus untuk menghitung BEP adalah :
Biaya operasional
Volume penjualan per tahun =
Harga jual
Biya Tetap
BEP =
Biaya variabel
1Total penerimaan
Berdasarkan hasil penelitian, BEP sabun transparan sebesar Rp
727.113.532,27 dengan kapasitas BEP sebesar 15.779,37 kg untuk
kapasitas produksi 60%; 13.525,18 kg untuk volume produksi 70%;
11.834,53 kg untuk volume produksi 80%; 10.519,58 kg untuk volume
produksi 90%; dan 9.467,62 kg untuk volume produksi 100%. Perincian
BEP dapat dilihat pada Lampiran 26a.

b. Perhitungan Net B/C


Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net
benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di
discount negative (-). Untuk menghitung nilai Net B/C, present value (PV)
setiap tahun selama umur proyek harus diketahui. PV merupakan nilai net
cash flow (NCF) yang dikalikan dengan discount factor (DF). Dimana net
cash flow atau aliran kas bersih merupakan hasil pengurangan nilai
manfaat (benefit) dengan nilai biaya (cost). Rumus untuk menghitung DF
adalah :
1
DF =
(1 + i)t
Keterangan :
i= discount rate (tingkat bunga)
t = tahun yang sedang berjalan
Nilai Net B/C dihitung dari perbandingan jumlah semua PV
yang positif (penerimaan) dengan semua PV yang negatif (pengeluaran) .
Rumus untuk menghitung nilai Net B/C dapat dinyatakan sebagai berikut :
+ NPV positif
Net B/C =
- NPV negatif
Apabila Net B/C 1, maka proyek tersebut dianggap layak untuk
dilaksanakan, namun apabila net B/C < 1, maka proyek tersebut dianggap
tidak layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan tingkat
bunga 16% diperoleh net B/C sebesar 1,39. Hal ini berarti produksi sabun
transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian net B/C dapat dilihat pada
Lampiran 26b.

c. Perhitungan net present value (NPV)


Net present value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih
(operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk
menentukan nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga
yang dianggap relevan. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai
berikut :

NPV = -A0 + n

At
t=1

(1 + r)t

Keterangan :
-A0 = pengeluaran investasi pada tahun ke-0
At = aliran kas masuk bersih pada tahun ke-1
r = tingkat suku bunga pada periode i
t = periode investasi (t = 0, 1, 2, ....., n)
N = jumlah tahun (usia) proyek
Berdasarkan kriteria finansial bila NPV > 0 maka proyek
dinyatakan layak, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan social
oppurtinity cost of capital, dan jika NPV < 0 maka proyek tidak layak.
NPV perusahaan sebesar Rp 1.770.897.604,65 maka produksi
sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian NPV dapat dilihat
pada Lampiran 26c.

d. Perhitungan payback period (PBP)


Payback period (PBP) merupakan waktu yang diperlukan agar
modal investasi dapat kembali. Rumus untuk menghitung PBP adalah :

m
PBP = n +
(Bn + 1 Cn + 1)

Keterangan :
n= periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt Ct negatif terakhir
m = nilai kumulatif Bt Ct negatif terakhir
Bn + 1 = nilai sekarang penerimaan social bruto pada tahun n+1
Cn + 1 = nilai sekarang biaya social bruto pada tahun n+1
Dari hasil penelitian diperoleh nilai PBP sebesar 1,34 tahun,
artinya modal investasi sabun transparan dapat kembali setelah produksi
berjalan selama 1,34 tahun. Perincian PBP dapat dilihat pada Lampiran
26c.

Lampiran 2. Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan


Basis = 300g

F Asam Stearat

F Minyak kelapa

F = 24 g

F = 60 g
Pemanasan T=700C
Pengadukan

F Larutan NaOH

Pengadukan

F = 66 g

T=700C-800C
Lost Weight = 2,43 g

F Sukrosa

Stock Sabun

F Coco DEA

F =24 g

P1 = 135,7 g

F=9g

F Gliserin
Sitrat
F = 39 g

Pengadukan

F Asam

Sampai
transparan

F = 15

g
F NaCl

F Air

F = 0,6 g

F= 13,5

Pengadukan hingga homogen

F Etanol
F = 45 g
Lost Weight = 6,72 g

Pencetakan
Lost Weight = 2,86
g

Keterangan :
F : Feed (umpan)
P : Product (produk)
Lost Weight : Bobot yang hilang

Sabun transparan
P2 = 262,22 g

LAMPIRAN

Lampiran 3. Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun


1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun (SNI 06-3532-1994)
Timbang 5 0,01 g ke dalam kurs porselen atau piringan gelas yang
berdiameter 6 sampai 8 cm, dan tinggi 2 sampai 4 cm. Panaskan dalam oven
pada suhu 105 2oC selama 2 jam, bila timbul gelombang hancurkan dengan
batang pengaduk, kemudian panaskan lagi dan ditombang hingga bobot tetap.
Kadar air % bobot = Kekurangan Bobot
gram contoh
2. Jumlah Asam Lemak (SNI 06-3532-1994)
Timbanglah dengan teliti lebih kurang 5 gram contoh dalam gelas piala
dari 100 200 ml tambah 25 ml air, panaskan diatas penangas air hingga sabun
melarut semuanya. Larutan sabun dimasukkan ke dalam labu cassia berskala
minimal 0,1 ml dan piala dibilasi dengan air ditambah beberapa tetes SM dan 10
15 HCL 10% (7-10 ml H2SO4 25%).
Asam lemak dibebaskan akan mengapung dan larutan berubah menjadi
merah. Masukkan dalam penangas air sampai leher labu terendam. Setelah
asam lemaknya terpisah dan mengapung kemudian ditambah air panas sampai
asam lemaknya berada antara pembagian skala pada leher tabu. Dipanaskan
terus lebih kurang jam lalu dibaca 3 kali pada 100oC dengan memakai loupe
(dalam penangas mendidih). Banyaknya asam lemak yang benar adalah hasil
dari ketiga pembacaan tersebut.
Kadar asam lemak = ml asam lemak 0,84
0,84 = BD asam lemak pada 100oC

100

g zat

3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 06-3532-1994)


Ke dalam larutan bebas penetapan asam lemak dipipetkan 10 ml KOH
dalam alkohol dari 0,5 N, panaskan di atas penangas air dengan memakai
pendingin tegak selama 1 jam. Dinginkan, jangan terlalu dingin, titrasi dengan
HCl 0,5 N dengan Phenoiptalein sebagai petunjuk (misalnya dipergunakan a

ml). Kerjakan penetapan blangko : 70 ml alkohol netral dipipetkan 10 ml KOH


dalam alkohol 0,5 N, dikerjakan seperti di atas (misalnya dipergunakan b ml).
Kadar lemak tak tersabunkan = (b-a) N x 0,0561 100
0,258 gram zat
56,1 = bobot setara KOH
258 = rata-rata bilangan penyabunan
4. Bagian Tak Larut dalam Alkohol (SNI 06-3532-1994)
Timbang 5 gram contoh ke dalam 200 ml gelas piala, tambahkan 10 ml
etil alkohol dan uapkan di atas penangas uap sampai kering. Ulangi sampai 3
kali. Akhirnya, larutkan sabun dengan 100 ml etil alkohol yang sebelumnya
telah dibuatkan netral dengan menggunakan indikator pp. Saring larutan
melalui kurs Gooch atau kurs kaca masir dengan menggunakan penghisap dan
sebelumnya telah dipanaskan dan ditimbang. Lindungi larutan dari karbon
dioksida yang terdapat pada uap lainnya, untuk itu selama pengerjaan kurs
ditutup dengan kaca arloji. Saring senyawa yang tidak larut dalam alkohol dan
cuci dengan alkohol netral melalui kurs Gooch atau kurs kaca masir.
Keringkan kurs tadi pada 130oC dan timbanglah sampai berat konstan.
Senyawa yang tak larut dalam alkohol % bobot = W1 100
W
Dimana :
W = berat contoh dalam gram
W1 = berat residu dalam contoh setelah dikeringkan dalam gram
5. Perhitungan Alkali Bebas Dihitung Sebagai NaOH (SNI 06-3532-1994)
Timbang 50 gram contoh sabun ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan
kira-kira 150 ethanol sedikit batu didih. Panaskan pada penangas air sehingga
sabun melarut. Tambahkan 10 ml larutan Barium Chlorida panas dan pp
sebagai indikator. Putarlah labu agar pencampuran menjadi sempurna
kemudian titrasi dengan N asam sulfat sehingga warna merah jambu hilang.
Kadar alkali bebas dinyatakan sebagai Na2O % = 3,1 V
W

W = Berat sabun
V = Asam sulfat yang digunakan
6. Kekerasan Produk (www.koehlerinstrument.com , 2006)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Jarum pada
penetrometer dijatuhkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk menembus
bahan selama 5 detik (atau pada interval waktu tertentu) pada temperatur
konstan. Kedalaman dari penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam
sepersepuluh milimeter dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer.
7. Stabilisasi Busa (modifikasi Awang et al., 2001)
Timbang sampel sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung ulir. Pipetkan 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok
menggunakan vortex selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah pengocokan,
diamkan selama 1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah didiamkan.
Uji busa (%) = Tinggi busa akhir
Tinggi busa awal
8. Stabilisasi Emulsi (Suryani et al., 2002)
Sampel bahan emulsi dimasukkan ke dalam wadah dan ditimbang
beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
45oC selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di
bawah 0oC selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke dalam oven pada suhu
45oC selama 1 jam. Kemudian dihitung berdasarkan persentase bobot tetap.
Kestabilan (%) = Bobot akhir
Bobot awal
9. Nilai pH (SNI 06-3532-1994)
Timbang sampel sebanyak 1 g, kemudian masukkan ke dalam tabung
film. Pipetkan 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok secukupnya.
Sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan
larutan buffer pH 4 dan 9. selanjutnya elektoda dibersihkan menggunakan air
bebas CO2 dengan pH antara 6,5 sampai 7. Elektroda yang telah dibersihkan
kemudian dicelupkan ke dalam contoh pada suhu 25oC. Nilai pH dibaca pada

pH meter setelah angka stabil dan dicatat. Apabila dari dua kali pengukuran
terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan
pengukuran termasuk kalibrasi.
10. Daya Bersih
Kain bersih dipotong menjadi ukuran 1010 cm. Timbang mentega
sebanyak 1 gram kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan
kain. Tempatkan air aquades sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian
diukur kekeruhannya (A ftu turbidity). Masukkan kain yang telah diolesi
mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun tersebut dan diamkan
selama 10 menit. Air yang telah didiamkan tersebut diukur kekeruhannya (B
ftu turbidity).
Daya bersih = B ftu turbidity A ftu turbidity
11. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik yang akan dilakukan adalah uji hedonik
(kesukaan). Uji kesukaan dilakukan terhadap tampilan, transparasi, banyak
busa, kesan kesat, aroma dan kekerasan. Skala penilaian yang diberikan yaitu
(1) tidak suka, (2) agak tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Panelis
yang digunakan adalah panelis agak terlatih sebanyak 30 orang.

Lampiran 4. Lembar Uji Kesukaan

LEMBAR UJI KESUKAAN


Nama Panelis :
Tanggal
:
Sampel
Instruksi

: SABUN TRANSPARAN
: Berikan penilaian/tingkat kesukaan Anda terhadap transparansi,
tekstur, banyak busa dan kesan kulit Anda setelah pemakaian
sabun.

Tuliskan penilaian Anda dalam tabel sebagai berikut :


5 = Suka
4 = Agak suka
3 = Biasa
2 = Agak tidak suka
1 = Tidak suka
Paaameter
461

759

348

832

Kode
165

693

217

984

Transparansi
Tekstur
Banyak busa
Kesan kesat
Betrdasarkan penilaian secara umum, urutkan sabun transparan yang paling
disukai menurut kode :
Rangking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Atas partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih.

Kode

526

Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat Menguap
Sabun Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

30,54

34,42

32,48

A1B2

28,91

34,21

31,56

A1B3

30,28

27,92

29,10

A2B1

28,34

29,80

29,07

A2B2

29,73

26,65

28,19

A2B3

27,08

27,64

27,36

A3B1

28,51

24,55

26,53

A3B2

24,98

26,28

25,63

A3B3

26,11

23,51

24,81

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Transparan
Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

87,240

43,620

9,261

0,007*

Asam Sitrat (B)

15,680

7,840

1,665

0,243

Interaksi

2,421

0,605

0,128

0,968

Galat

42,389

4,710

Total

14567,146

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan Zat Menguap Sabun
Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Sukrosa 8%

31,0467

Sukrosa 11%

28,2067

Sukrosa 13%

25,6567

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 6a.. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

26,14

30,62

28,38

A1B2

31,32

29,67

30,50

A1B3

31,64

30,80

31,22

A2B1

29,93

33,03

31,48

A2B2

32,28

31,92

32,10

A2B3

31,29

31,36

31,33

A3B1

32,98

33,32

33,15

A3B2

34,09

33,31

33,70

A3B3

34,02

33,60

38,81

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan
Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

37,306

18,653

9,834

0,005*

Asam Sitrat (B)

4,885

2,443

1,288

0,322

Interaksi

4,997

1,249

0,659

0,636

Galat

17,072

1,897

Total

18197,957

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata


Lampiran 6c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah asam Lemak Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Sukrosa 8%

30,0317

Sukrosa 11%

31,6350

Sukrosa 13%

33,5533

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan Sabun
Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

0,52

0,39

0,46

A1B2

0,26

1,70

0,98

A1B3

8,01

5,35

6,68

A2B1

0,76

1,11

0,94

A2B2

5,28

2,60

3,94

A2B3

7,44

10,00

8,72

A3B1

5,62

4,36

6,07

A3B2

5,29

6,35

5,82

A3B3

4,46

5,54

5,00

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 7b. Hasil Analisis Keragaman Fraksi Tak Tersabunkan Sabun


Transparan
Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

26,154

13,077

1,173

0,353

Asam Sitrat (B)

60,315

30,158

2,704

0,120

Interaksi

50,115

12,529

1,123

0,404

Galat

100,367

11,152

Total

568,054

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 8a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut dalam Alkohol
Sabun Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

1,87

0,58

1,23

A1B2

2,54

1,80

2,17

A1B3

2,12

1,96

2,04

A2B1

2,84

3,19

3,02

A2B2

1,83

1,65

1,74

A2B3

2,39

3,23

2,81

A3B1

1,68

2,71

2,20

A3B2

2,00

2,67

2,34

A3B3

3,58

2,21

2,90

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 8b. Hasil Analisis Keragaman Bagian Tak Larut dalam Alkohol Sabun
Transparan
Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

0,966

0,947

2,626

0,126

Asam Sitrat (B)

45,781

0,444

1,233

0,336

Interaksi

2,475

0,646

1,791

0,215

Galat

23,495

0,361

Total

562,041

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 9a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas yang Dihitung
sebagai NaOH Sabun Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

0,72

0,67

0,70

A1B2

0,14

0,32

0,23

A1B3

A2B1

0,57

0,69

0,63

A2B2

0,18

0,24

0,21

A2B3

A3B1

0,38

0,22

0,30

A3B2

0,14

0,22

0,18

A3B3

0,02

0,19

0,11

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 9b. Hasil Analisis Keragaman Alkali Bebas yang Dihitung sebagai
NaOH Sabun Transparan
Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

0,112

0,056

6,866

0,022*

Asam Sitrat (B)

0,361

0,180

22,204

0,001*

Interaksi

0,070

0,035

4,327

0,060

Galat

0,057

0,008

Total

2,278

14

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 9c. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang Dihitung sebagai
NaOH Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Sukrosa 8%

0,4625

Sukrosa 11%

0,4200

Sukrosa 13%

0,1950

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata


Lampiran 9d. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang Dihitung sebagai
NaOH Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Asam Sitrat 1%

0,5417

Asam Sitrat 3%

0,2067

Asam Sitrat 5%

0,1050

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 10a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH Sabun Transparan


Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

10,22

10,14

10,18

A1B2

10,01

10,00

10,01

A1B3

9,53

9,52

9,53

A2B1

10,24

10,24

10,24

A2B2

9,99

9,99

9,99

A2B3

9,53

9,55

9,54

A3B1

10,20

10,22

10,21

A3B2

10,03

10,03

10,03

A3B3

9,51

9,50

9,51

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 10b. Hasil Analisis Keragaman pH Sabun Transparan


Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

0,001

0,001

1,453

0,284

Asam Sitrat (B)

1,495

0,747

1793,773

0,000*

Interaksi

0,005

0,001

3,153

0,070

Galat

0,004

0,000

Total

1770,639

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata


Lampiran 10c. Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Asam Sitrat 1%

10,2100

Asam Sitrat 3%

10,0083

Asam Sitrat 5%

9,5233

Taraf Kepercayaan
A

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

B
C

Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi Emulsi Sabun


Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

97,12

97,05

97,08

A1B2

96,10

97,27

96,68

A1B3

97,99

97,50

97,74

A2B1

97,62

97,45

97,53

A2B2

97,93

96,68

97,30

A2B3

97,85

97,06

97,46

A3B1

97,64

97,66

97,65

A3B2

98,26

97,86

98,06

A3B3

98,35

97,55

97,95

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 11b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Emulsi Sabun Transparan


Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

1,572

0,786

3,055

0,097

Asam Sitrat (B)

0,452

0,226

0,878

0,448

Interaksi

0,929

0,232

0,903

0,501

Galat

2,315

0,257

Total

171106,068

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 12a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi Busa Sabun


Transparan (%)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

0,67

0,73

0,70

A1B2

0,62

0,65

0,63

A1B3

0,43

0,50

0,46

A2B1

0,83

0,92

0,87

A2B2

0,47

0,53

0,50

A2B3

0,39

0,33

0,36

A3B1

0,11

0,68

0,34

A3B2

0,44

0,77

0,61

A3B3

0,73

0,44

0,59

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 12b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Busa Sabun Transparan


Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

0,016

0,008

0,269

0,770

Asam Sitrat (B)

0,106

0,053

1,752

0,228

Interaksi

0,291

0,073

2,410

0,126

Galat

0,271

0,030

Total

6,509

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 13a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kekerasan Sabun Transparan


(mm)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

2,21

1,87

2,04

A1B2

2,37

2,10

2,23

A1B3

5,12

6,23

5,67

A2B1

1,76

1,87

1,82

A2B2

2,26

2,02

2,14

A2B3

4,84

4,12

4,48

A3B1

1,71

1,71

1,71

A3B2

2,10

1,81

1,96

A3B3

3,33

2,91

3,12

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 13b. Hasil Analisis Keragaman Kekerasan Sabun Transparan


Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

3,341

1,671

13,251

0,002*

Asam Sitrat (B)

24,058

12,029

95,419

0,000*

Interaksi

3,391

0,848

6,724

0,009*

Galat

1,135

0,126

Total

172,709

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata


Lampiran 13c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Sukrosa 8%

3,3167

Sukrosa 11%

2,8117

Sukrosa 13%

2,2617

Taraf Kepercayaan
A

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

B
C

Lampiran 13d. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun Transparan


Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Asam Sitrat 1%

1,8550

Asam Sitrat 3%

2,1100

Asam Sitrat 5%

4,4250

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 14a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Daya Bersih Sabun Transparan
(ftu turbidity)
Perlakuan

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

A1B1

13

17

15

A1B2

26

42

34

A1B3

51

43

47

A2B1

59

51

55

A2B2

62

34

48

A2B3

73

47

60

A3B1

92

84

88

A3B2

101

93

97

A3B3

126

110

118

Keterangan :
A1 : Sukrosa 8%
A2 : Sukrosa 11%
A3 : Sukrosa 13%

B1 : Asam sitrat 1%
B2 : Asam sitrat 3%
B3 : Asam sitrat 5%

Lampiran 14b. Hasil Analisis Keragaman Daya Bersih Sabun Transparan


Sumber

Jumlah

Keragaman

Kuadrat

df

Kuadrat

Fhitung

Tengah

Sig.
(=0,05)

Sukrosa (A)

14875,111

7437,556

59,660

0,000*

Asam Sitrat (B)

1565,778

782,889

6,280

0,020*

Interaksi

563,556

140,889

1,130

0,401

Galat

1122,000

124,667

Total

88314,000

18

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata


Lampiran 14c. Hasil Uji Lanjut Duncan Daya Bersih Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Sukrosa 8%

32,0000

Sukrosa 11%

54,3333

Sukrosa 13%

101,0000

Taraf Kepercayaan
A

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

B
C

Lampiran 14d. Hasil Uji Lanjut Duncan Daya Bersih Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-Rata

Taraf Kepercayaan

Asam Sitrat 1%

52,6667

Asam Sitrat 3%

59,6667

Asam Sitrat 5%

75,0000

Keterangan : Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 15a. Hasil Analisa Fisiko Kimia pada Kontrol Sabun Transparan
Analisa

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

Kadar Air (%)

26,96

28,74

27,50

Jumlah asam lemak (%)

34,06

33,59

33,77

Kadar fraksi tak tersabunkan (%)

4,16

4,42

4,29

Bagoian tak larut dealam alkohol (%)

2,28

2,22

2,25

Kadar alkali bebas (%)

0,31

0,36

0,34

pH

9,92

9,91

9,92

Stabilitas emulsi (%)

97,65

97,34

97,49

Stabilitas busa (%)

0,52

0,62

0,56

Kekerasan (mm)

2,86

2,74

2,80

Daya bersih (ftu turbidity)

67,00

57,89

62,44

Lampiran 15b. Hasil Perhitungan Uji T antara Kontrol dengan Perlakuan Sabun
Transparan
Analisa

Kadar Air (%)

18

Rata-

Std.

Nilai

rata

Deviasi

Kontrol

28,3033

2,94787

0,69482

Thitung

df

Sig.
(=0,05)

40,735

17

0,000*

17
18

31,7400

1,94422

0,45826

62,262

17

0,000*

tak 18

4,2889

3,73341

0,87997

4,874

17

0,000*

Bagoian tak larut dalam 18

2,2696

0,71168

0,16774

13,530

17

0,000*

Jumlah asam lemak (%)


Kadar

fraksi

tersabunkan (%)
alkohol (%)
Kadar alkali bebas (%)

14

0,3357

0,23201

0,06201

5,414

13

0,000*

pH

18

9,9372

0,31743

0,07482

132,816

17

0,000*

Stabilitas emulsi (%)

18

97,4967

0,55664

0,13120

743,109

17

0,000*

Stabilitas busa (%)

18

0,5689

0,20055

0,04727

12,035

17

0,000*

Kekerasan (mm)

18

2,7967

1,37038

0,32300

8,658

17

0,000*

Daya bersih (ftu turbidity) 18

62,4444

32,65366

7,69654

8,113

17

0,000*

Keterangan : *Sig. (Signifikasi/Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 16a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Transparansi Sabun


Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata

A1B1
3
1
2
1
2
2
3
3
3
1
4
3
2
3
2
5
2
2
1
1
3
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2,17

A1B2
4
3
4
3
3
4
4
5
5
3
5
5
4
5
3
5
2
3
3
2
4
3
2
2
1
4
2
4
5
4
3,53

A1B3
5
3
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
3
3
3
5
3
5
5
3
4,30

A2B1
1
2
3
2
2
3
2
3
3
2
4
1
3
3
3
5
2
1
2
1
3
1
2
2
3
1
1
1
3
3
2,27

Sampel
A2B2 A2B3
3
5
3
5
4
5
5
5
2
4
4
4
4
5
5
4
3
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4
3
4
4
5
3
4
3
4
3
4
5
5
4
3
2
4
4
5
3
5
5
5
3,67
4,43

A3B1
2
1
2
2
3
1
2
2
3
1
3
1
2
3
3
5
2
1
2
1
3
2
2
3
3
1
1
3
3
2
2,17

A3B2
2
2
5
5
4
5
4
3
5
4
5
4
4
5
5
3
3
3
3
2
3
3
3
3
1
1
3
4
3
5
3,50

A3B3
5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
3
5
5
4
5
5
5
5
3
5
5
5
4
5
4,63

Lampiran 16b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap


Transparansi Sabun Transparan
Perlakuan

Skala Penilaian
3
4
7
1
23,33
3,33
8
9
26,67
30

A1B1
%
A1B2
%

1
7
23,33
1
3,33

2
14
46,67
5
16,67

A1B3
%

0
0

0
0

6
20

9
30

A2B1
%

8
26,67

9
30

11
36,67

1
3,33

A2B2
%
A2B3
%
A3B1
%
A3B2
%
A3B3
%

0
0
0
0
8
26,67
2
6,67
0
0

2
6,67
0
0
11
36,67
3
10
0
0

11
36,67
2
6,67
10
33,33
11
36,67
2
6.67

12
40
13
43,33
0
0
6
20
7
23.33

Jumlah

5
1
3,33
7
23,33

30
100
30
100

15
50

30
100

1
3,33

30
100

5
16,67
15
50
1
3,33
8
26,67
21
70

30
100
30
100
30
100
30
100
30
100

Lampiran 16c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap


Transparansi Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-rata

A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3

30
30
30
30
30
30
30
30
30

2,17
3,53
4,30
2,27
3,67
4,43
2,17
3,50
4,63

Deskripsi Statistik
Std.
Minimum
deviasi
0,950
1
1,137
1
0,794
3
1,015
1
0,844
2
0,626
3
0,950
1
1,196
1
0,615
3

Maksimum
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Uji Friedman
Sig.
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
2,37
A1B2
5,27
A1B3
6,87
A2B1
2,65
30
8
149,653
0,000*
A2B2
5,35
A2B3
7,15
A3B1
2,48
A3B2
5,35
A3B3
7,52
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata
Perlakuan

Lampiran 17a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Sabun Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata

A1B1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
4
4
2
2
4
1
2
3
3
1
4
1
3
2
3
2
2,73

A1B2
4
2
5
3
3
2
4
5
4
4
4
5
3
4
4
4
4
5
5
5
3
2
3
2
3
2
2
4
5
3
3,60

A1B3
5
5
3
1
4
3
4
5
4
1
4
4
4
4
4
5
4
4
3
3
5
5
5
4
4
5
5
5
3
3
3,93

A2B1
1
2
4
5
3
5
4
5
2
4
4
2
2
2
4
5
2
3
3
2
3
1
1
3
3
1
2
2
3
2
2,83

Sampel
A2B2 A2B3
3
5
2
5
3
4
4
5
4
4
4
3
3
4
3
5
2
3
3
3
5
5
2
5
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
5
5
5
4
3
3
5
3
4
1
4
2
3
3
5
1
4
1
4
2
5
5
5
4
5
3,10
4,17

A3B1
3
3
4
3
5
2
2
2
2
1
4
4
3
3
4
4
2
3
1
2
3
2
4
2
3
4
1
2
3
4
2,83

A3B2
2
3
3
5
5
5
4
3
3
4
3
4
2
3
4
3
2
4
4
1
4
2
2
4
5
1
3
2
3
5
3,27

A3B3
5
3
2
5
4
2
3
5
5
5
4
3
2
3
4
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
2
2
4
3
3,53

Lampiran 17b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap


Tekstur Sabun Transparan
Skala Penilaian
Perlakuan
Jumlah
1
2
3
4
5
3
7
15
5
0
30
A1B1
10
23,33
50
16,67
0
100
%
0
6
7
10
7
30
A1B2
0
20
23,33
33,33
23,33
100
%
2
0
6
12
10
30
A1B3
6,67
0
20
40
33,33
100
%
4
10
11
1
4
30
A2B1
13,33
33,33
36,67
3,33
13,33
100
%
3
5
11
8
3
30
A2B2
10
16,67
36,67
26,67
10
100
%
0
0
8
9
13
30
A2B3
0
0
26,67
30
43,33
100
%
3
9
9
8
1
30
A3B1
10
30
30
26,67
3,33
100
%
2
6
9
8
5
30
A3B2
6,67
20
30
26,67
16,67
100
%
0
5
9
11
5
30
A3B3
0
16,67
30
36,67
16,67
100
%
Lampiran 17c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Tekstur
Sabun Transparan
Deskripsi Statistik
N
Rata-rata
Std.
Minimum Maksimum
Perlakuan
deviasi
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3

30
30
30
30
30
30
30
30
30

2,73
3,60
3,93
2,83
3,10
4,17
2,83
3,27
3,53

0,868
1,070
1,081
1,262
1,125
0,834
1,053
1,172
0,973

1
2
1
1
1
3
1
1
2

4
5
5
5
5
5
5
5
5

Uji Friedman
Perlakuan

Sig.
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
3,65
A1B2
5,60
A1B3
6,42
A2B1
3,83
30
8
50,218
0,000*
A2B2
4,50
A2B3
6,88
A3B1
3,90
A3B2
4,90
A3B3
5,32
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 18a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Banyak Busa Sabun
Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata

A1B1
3
3
3
2
4
4
1
1
3
2
4
3
4
3
4
5
3
3
3
4
2
2
2
2
4
1
3
2
2
4
2,87

A1B2
3
3
4
4
4
4
2
3
4
4
3
4
4
3
2
5
5
3
3
5
3
3
2
3
5
4
2
4
5
4
3.,57

A1B3
3
5
4
3
4
4
2
3
3
3
2
4
3
3
3
5
4
5
2
3
3
4
5
5
4
4
5
4
3
2
3,57

A2B1
3
2
4
5
5
2
3
3
4
4
2
4
5
3
2
4
3
3
3
3
2
2
2
3
5
2
1
2
4
5
3,07

Sampel
A2B2 A2B3
4
3
2
5
5
3
5
4
3
4
4
4
3
2
2
3
4
3
5
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3
5
3
3
4
4
5
3
4
3
5
3
3
4
2
1
3
3
4
1
5
4
4
2
3
2
4
3
5
4
4
3,33
3,60

A3B1
5
3
4
2
2
3
2
1
4
2
3
3
4
3
3
5
5
2
5
5
1
3
2
3
4
3
1
2
5
3
3,10

A3B2
5
4
3
5
4
3
2
2
3
5
2
3
3
2
4
5
4
3
4
5
3
3
2
2
5
5
4
2
5
3
3,50

A3B3
4
3
3
2
3
4
3
3
3
5
2
2
2
2
2
5
4
4
5
3
1
2
2
4
4
4
4
4
5
3
3,23

Lampiran 18b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap


Banyak Busa Sabun Transparan
Perlakuan
A1B1
%
A1B2
%
A1B3
%
A2B1
%
A2B2
%
A2B3
%
A3B1
%
A3B2
%
A3B3
%

1
3
10
0
0
0
0
1
3,33
2
6,67
0
0
3
10
0
0
1
3,33

2
8
26,67
4
13,33
4
13,33
9
30
4
13,33
2
6,67
7
23,33
7
23,33
8
26,67

Skala Penilaian
3
4
10
8
33,33
26,67
10
11
33,33
36,67
11
9
36,67
30
9
6
30
20
10
10
33,33
33,33
13
10
43,33
33,33
10
4
33,33
13,33
9
6
30
20
8
9
26,67
30

5
1
3,33
5
16,67
6
20
5
16,67
4
13,33
5
16,67
6
20
8
26,67
4
13,33

Jumlah
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100

Lampiran 18c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Banyak
Busa Sabun Transparan
Perlakuan

Rata-rata

A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3

30
30
30
30
30
30
30
30
30

2,87
3,57
3,57
3,17
3,33
3,60
3,10
3,50
3,23

Deskripsi Statistik
Std,
Minimum
deviasi
1,042
1
0,935
2
0,971
2
1,147
1
1,093
1
0,855
2
1,269
1
1,137
2
1,104
1

Maksimum
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Uji Friedman
Perlakuan

Sig,
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
3,90
A1B2
5,77
A1B3
5,42
A2B1
4,65
30
8
14,562
0,068
A2B2
5,27
A2B3
5,63
A3B1
4,53
A3B2
5,23
A3B3
4,60
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 19a. Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
RataRata

A1B1
2
2
3
2
3
2
2
2
1
2
5
4
1
2
3
1
4
3
1
5
4
3
3
3
3
3
3
2
2
5
2,70

A1B2
3
1
4
3
5
5
1
3
2
2
2
3
1
2
3
4
3
4
3
3
1
2
2
3
2
2
1
2
5
5
2,73

A1B3
4
3
3
3
2
4
3
3
2
3
2
4
2
1
3
5
3
4
5
4
4
3
5
4
3
5
4
5
4
5
3,50

A2B1
2
2
2
3
4
4
3
3
1
1
3
4
1
2
3
3
3
4
2
3
3
1
2
2
1
4
1
2
4
3
2,53

Sampel
A2B2 A2B3
5
5
3
3
4
4
5
4
2
3
3
1
3
3
3
3
1
1
5
3
2
2
4
4
1
2
1
1
3
2
5
5
3
2
3
4
4
4
2
2
4
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
2
3
1
4
4
5
3
2
4
3,17
2,93

A3B1
3
2
5
1
3
3
2
1
1
3
2
4
2
1
4
2
1
2
3
1
4
3
1
3
2
4
2
2
3
4
2,47

A3B2
5
3
2
4
3
2
5
5
2
4
2
4
2
1
3
3
5
2
3
5
4
4
1
2
1
4
5
2
5
5
3,27

A3B3
4
3
3
3
2
4
3
3
1
5
3
3
1
2
2
3
2
5
5
2
4
3
1
3
4
4
2
5
5
4
3,13

Lampiran 19b. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap


Kesan Kesat Sabun Transparan
Perlakuan
A1B1
%
A1B2
%
A1B3
%
A2B1
%
A2B2
%
A2B3
%
A3B1
%
A3B2
%
A3B3
%

1
4
13,33
5
16,67
1
3,33
6
20
3
10
4
13,33
7
23,33
3
10
3
10

2
10
33,33
9
30
4
13,33
8
26,67
5
16,67
6
20
9
30
8
26,67
6
20

Skala Penilaian
3
4
10
3
33,33
10
9
3
30
10
10
9
33,33
30
10
6
33,33
20
11
6
36,67
20
10
8
33,33
26,67
8
5
26,67
16,67
5
6
16,67
20
10
6
33,33
20

5
3
10
4
13,33
6
20
0
0
5
16,67
2
6,67
1
3,33
8
26,67
5
16,67

Jumlah
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100

Lampiran 19c. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Kesan
Kesat Sabun Transparan
Deskripsi Statistik
Perlakuan
N
Rata-rata
Std,
Minimum Maksimum
deviasi
A1B1
30
2,70
1,149
1
5
A1B2
30
2,73
1,258
1
5
A1B3
30
3,50
1,075
1
5
A2B1
30
2,53
1,042
1
4
A2B2
30
3,17
1,206
1
5
A2B3
30
2,93
1,143
1
5
A3B1
30
2,47
1,137
1
5
A3B2
30
3,27
1,388
1
5
A3B3
30
3,13
1,224
1
5

Uji Friedman
Perlakuan

Sig,
Rata-rata
N
df
Chi square
( = 0,05)
Rangking
A1B1
4,47
A1B2
4,60
A1B3
6,30
A2B1
4,12
30
8
22,512
0,004*
A2B2
5,43
A2B3
5,00
A3B1
4,02
A3B2
5,72
A3B3
5,35
Keterangan : *Sig (Signifikasi / Probabilitas) < 0,05 menunjukkan berbeda nyata

Anda mungkin juga menyukai