Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok

Psikologi Umum

TIDUR DAN MIMPI

Oleh:
Aulia Syarafina Hidayati (17511941)
Fani Yuliska (12511683)
Ratu Maisyah Maitina (15511911)
Segita Sari (16511652)

1PA04

Psikologi
Universitas Gunadarma

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah Swt atas


rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk tugas
Kelompok mata kuliah Prikologi Umum. Makalah yang
berjudul Tidur dan Mimpi ini akan membahas
mengenai apa itu Tidur dan Mimpi,bagaimana bisa
terjadi Mimpi dalam tidur,dan mengapa Mimipi itu bisa
terjadi.
Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik..
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

BAB I

TIDUR
Tidur merupakan keadaan istirahat dimana seluruh fungsi indra kecuali fungsi dalam tubuh.
Apakah tidur termasuk kesadaran atau ketidaksadaran?
Kesadaran merupakan keadaan dimana presepsi, pikiran, persaan dan ingatan seseorang aktif.
Pada saat tidur, manusia tetap berpikir seperti halnya pada saat bermimpi.Ingatan seseorang juga
tetap bekerja ketika tidur seperti terlihat pada fakta pada saat tidur seseorang tetap peka terhadap
lingkungannya. Misalnya orang tua yang sedang terlelap tidur tiba-tiba terbangun karena
mendengar suaai tangis bayinya.
Mengapa manusia harus tidur?
Tidur sangat mempunyai peranan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Ada salah satu teori
yang di kemukakan oleh ilmuwan sebab-sebab manusia harus tidur yaitu teori restorasi. Teori ini
berpandangan bahwa tidur di perlukan untuk mengisi ulang pikiran dan berbaikan tubuh yang
dihabiskan selama keadaan seseorang aktif dalam kehidupan keseharian. otak dan tubuh kita di
perlukan suatu perbaikan atau restorasi otak dan kerja organ tubuh lainnya agar bisa terus
berfungsi optimal.
Berdasarkan teori restorasi ada 6 hal yang merupakan sebab manusia harus tidur :
1. Perbaikan sel otak.
Dengan tidur otak berkesempatan untuk istirahat danmemperbaiki sel-sel otak yang rusak. Tidur
juga berperan menyegarkan kembali koneksi penting antar sel-sel otak yang kurang digunakan.
2. Penyusunan ulang memori
Tidur memberikan kesempatan kepada otak untuk menyusun kembali data-data atau memori agar
bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah.
3. Penghematan energi
Tidur menghasilkan rata-rata metabolisme tubuh dan konsumsi energi yang rendah. Oleh karena
itu apabila seseorang kurang cukup makan atau asupan energi yang sedikit, maka dengan tidur
dapat menjadi alternatif karena tidak mengeluarkan energi yang banyak.
4. Sisitem kardiovaskular atau peredaran darah beristirahat selama tidur
5. Perbaikan enzim dan otot-otot tubuh

Selama tidur sel-sel otot tubuh yang rusak atau tua digantikan oleh sel-sel baru. Proses
penyembuhan cedera lebih cepat dalam keadaan tidur.
6. Produksi hormon
Banyak hormon yang di produksi ketika tidur .
Berapakah banyak waktu yang diperlukan untuk tidur?
Banyaknya waktu tidur yang diperlukan tergantung beberapa faktor yaitu misalnya tergantung
usia, kesehatan, daya tahan fisik, dan aktivitas mental. Secara umum bayi yang baru lahir
memerlukan tidur sekitar 16 jam per hari, dan setelah 6 bulan kalahirannya menjadi berkurang 3
jam. Remaja memerlukan waktu untuk tidur sekitar 9 jam per hari sedangkan kebanyakan orang
dewasa memerlukan tidur rata-rata 7-8 jam per hari.
Seseorang terkadang ada yang merasakan sukar tidur. Faktor apakah yang menyebabakan
seseorang sukar tidur?
Kebanyakan orang dapat meguasai diri dengan baik untuk menentukan apakah dia akan tidur
atau tidak. Namun sebagian orang mempunyai penguasaan diri lebih dari pada yang lain.
Seseorang mengalami gangguan tidur dapat di sebabkan masalah psikologis/kejiwaan baik serius
maupun ringan dan pola perilaku yang dapat menggangu tidur.
Ada dua gangguan tidur yang relatif jarang terdapat tetapi cukup berat yaitu narcolepsy dan
apnea. Kedua gangguan ini terjadi atau di tandai dengan tidak adanya penguasan diri pada saat
permulaan tidur . Seorang penderita narcolepsy dapat tertidur ketika sedang menulis,
mengendarai mobil atau bercakap-cakap sedangkan gangguan tidur apnea yaitu seseorang akan
berhenti bernafas ketika tidur ( mungkin karena batang tenggorokan tersumbat/karena pusat otak
yang mengatur pernafasan tidak berfungsi dengan baik.

Yang terjadi ketika tidur

Tidur Tenang atau Non-REM


Selama siklus tidur kita akan mengalami 2 macam keadaan tidur yaitu keadaan tidur tenang dan
keadaan tidur aktif. Tidur tenang sering dikenal dengan istilah tidur NREM atau Non-REM (No
Rapid Eye Movement atau Tidak Ada Gerakan Mata yang Cepat).
Saat tidur tenang atau NREM atau Non-REM, tubuh seseorang akan mengalami kegiatan yang
tenang. Denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah tubuh akan bergerak lebih tenang dan teratur.
Ini adalah proses di mana tubuh memulihkan tubuh. Otot-otot, kelenjar tubuh dan susunan tubuh
diperbaiki. Zat-zat yang tidak berguna akan dibuang dari tubuh. Pada saat tidur tenang juga
terjadi penggabungan protein-protein yang akan digunakan pada saat tidur aktif.
Pada keadaan tidur tenang atau NREM atau Non-REM, seseorang akan mengalami 4 tahap.
Berikut ini tahapan yang terjadi ketika Anda mulai tertidur.
Tidur Ringan
Saat pertama kali seseorang mulai tertidur, Anda memasuki tahap pertama di mana Anda
mengalami tidur ringan atau tidur dangkal, di mana otot tubuh akan mengendur dan gelombang
otak akan bergerak tidak beraturan. Pada tahap ini biasanya dimulai ketika Anda mengantuk dan
tertidur. Tahap pertama berlangsung selama 30 detik sampai 7 menit pertama tidur Anda.
Tidur Sebenarnya
Selanjutnya, Anda akan memasuki tahap kedua yaitu tidur sebenarnya, di mana gelombang otak
membesar, pecahan-pecahan pikiran dan gambar-gambar mungkin bermunculan dan bergerak di
pikiran kita tetapi kita tidak menyadarinya, bahkan Anda sudah tidak sadar dengan keadaan di
sekeliling Anda. Tahap kedua berlangsung selama 20 persen dari seluruh waktu tidur Anda.
Tidur Lebih Pulas
Tahap ketiga tidur Anda semakin lelap. Pada tahap ini, tubuh Anda mulai sulit dibangunkan
karena sudah terlelap.
Tidur Terpulas
Tahap keempat merupakan tahap tidur paling pulas. Pada tahap ini, otak memproduksi
gelombang besar, sebagian besar darah dialirkan ke otot, terjadi pemulihan dan perbaikan fungsi
tubuh. Hormon pertumbuhan dihasilkan dan terjadi proses pertumbuhan berlangsung pada tahap
ini. Tahap ketiga dan keempat berlangsung selama 50 persen dari seluruh waktu tidur kita.
Jika saat tertidur, kita tidak bisa memasuki tahap ketiga dan keempat, maka kemungkinan besar
saat terbangun kita akan merasa letih bahkan bisa depresi.
Selesai memasuki tahap keempat, Anda akan mengalami tahap pertama kembali, memasuki
tahap kedua dan seterusnya. Siklus ini akan berulang beberapa kali. Pada umumnya pengulangan

siklus ini berlangsung selama 3 sampai 5 kali. Lamanya 1 kali siklus membutuhkan waktu
sekitar 90 sampai 110 menit.
Tidur Aktif atau REM
Setiap siklus tidur tenang atau NREM akan diakhiri dengan tidur aktif atau REM (Rapid Eye
Movement atau Gerakan Mata Cepat). Kebalikan dari tidur tenang, denyut nadi, pernapasan,
tekanan darah dan aktivitas lainnya berlangsung dengan lebih aktif, cepat dan tidak teratur.
Darah dialirkan ke otak dan gelombang otak. Anda dapat melihat seseorang mengalami periode
saat saat melihat tonjolan mata bergerak ke kiri dan ke kanan karena memang pada tidur REM,
mata bergerak cepat ke kiri dan ke kanan.
Pada saat tidur aktif atau REM inilah seseorang mengalami mimpi yang sebagian besar tidak
akan diingat pada saat bangun dari tidur. Anda juga mengalami imobilitas yaitu tidak dapat
menggerakkan otot-otot Anda. Hal ini yang berguna agar Anda tidak bergerak sesuai mimpi
Anda sehingga membahayakan Anda. Biasanya seseorang mengalami mimpi kira-kira setiap 90
menit sekali dalam sebuah siklus tidur.
Periode tidur aktif berlangsung selama 25 persen dari keseluruhan periode tidur kita. Pada saat
tidur aktif atau REM, tubuh memulihkan fungsi-fungsi tertentu dari otak dan juga memperbaiki
mental. Pada saat ini pikiran akan memilih, mengolah, mengorganisasi, menghapus hal-hal yang
tidak penting dan menyimpan keterangan yang dialami pada hari sebelumnya seperti saat
seseorang merekam film dan akan mempersiapkan otak dan pikiran untuk menerima keterangan
baru esok harinya. Saat tidur aktif, otak akan menghapus memori jangka pendek atau data tidak
penting dan mempertahankan ingatan jangka panjang. Inilah yang membuat setelah tidur, pikiran
terasa lebih segar karena tersedia lebih banyak memori otak untuk digunakan lagi.
Selain itu, selama Anda tertidur, tubuh menghasilkan sel T yang akan melawan patogen atau bibit
penyakit. Dan saat tertidur, tubuh juga menghasilkan hormon leptin untuk mengatur nafsu
makan.
Agar tubuh merasakan manfaat baik dari tidur, seseorang harus mengalami semua proses tidur
tersebut dan dalam waktu yang cukup. Jika kita kurang tidur, akan sulit berkonsentrasi,
kehilangan memori, dan kosa kata, penurunan kesanggupan berpikir analitis, dan kehilangan
kreativitas. Bahkan kurang tidur bisa meningkatkan kekhawatiran dan depresi. Maka,
berupayalah agar Anda cukup tidur setiap hari dan rasakan manfaatnya.

BAB II

MIMPI
Apakah mimpi itu?
Mimpi merupakan perubahan kesadaran dimana bayangan yang di ingat dan fantasi sementara
tercampur dengan kenyataan luar atau ungkapan-ungkapan dari keinginan-keinginan yang tidak
terpenuhi dan hasrat-hasrat yang gagal. Mimpi tidak berasal dari dari dunia lain dan mimpi itu
juga bukanlah pesan dari suatu sumber di luar diri seseorang. Mimpi ada hubungannya denagn
emosi-emosi, ketakutan-ketakutan, kerinduan-kerinduan, kebutuhan-kebutuhan dan kenangankenangan seseorang. Tetapi semua itu dapat mempengaruhi apa yang seseorang impikan.Isi
mimpi seseorang dapat berasal dari sesuatu yang mempengaruhi seseorang ketika tidur.
Apakah setiap orang bermimpi dalam tidurny?
Banyak orang yang tidak dapat mengingat lagi mimipinya di pagi harinya, itu menandakan
bahwa seseorang dalam terbangun dari tidurnya terjadi pengalihan perhatian sehingga ingatan
mimpi itu tidak dapat dikonsolidasiakan. Orang yang bermimpi yang jelas menyadari mimpi dan
dengan caranya yang khas melaporkan percobaan yang di lakukannya di dalam mimpinya untuk
membuktikan bahwa peristiwa itu tidak lah sama denagn realita kehidupan biasa karena di dalam
mimpi biasanya seseorang bermimipi hal yang mustahil atau tidak mungkin terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.Misalnya ketika jam weker berbunyi dan seseorang terbangun dengan
ingatan yang bercampur baur tentang kebakaran yang terjadi dan kedatangan mobil pemadam
kebakaran dengan raungan sirinenya. Karena jam masih tetap berbunyi seseorang tersebut
mengira bahwa suara sirine tersebut ada.
Sebenarnya mimpi itu merupakan pengaruh-pengaruh yang ada di diri seseorang maupun di
sekitar seseorang tersebut
Makna kultural mimpi

Mimpi Yakub tentang tangga malaikat


Sepanjang sejarah, orang telah mencari makna mimpi atau wahyu lewat mimpi (Lewis). Mimpi
telah dijelaskan secara fisiologis sebagai respon pada proses syaraf pada saat tidur, secara
psikologis sebagai cerminan bawah sadar, dan secara spiritual sebagai pesan dari tuhan, prediksi
masa depan atau berasal dari jiwa, karena simbologi adalah bahasa jiwa. Banyak kebudayaan
melaksanakan inkubasi mimpi, dengan tujuan memanen mimpi yang prophetik atau mengandung
pesan dari Tuhan.
Yahudi punya upacara tradisional yang disebutHatavat Halom yang berarti membuat mimpi
menjadi baik. Lewat ritual ini mimpi yang mengganggu dapat diubah untuk memberikan
penafsiran yang positif oleh seorang rabbi atau sebuah dewan rabbi (Wein, 2006).
Neurologi Bermimpi

EEG menunjukkan gelombang otak saat tidur REM

Tidak ada definisi yang diterima secara universal mengenai definisi bermimpi. Tahun 1952,
Eugene Aserinsky menemukan dan mendefinisikan tidur REM saat bekerja dalam pembedahan
penasehat PhDnya. Aserinsky menemukan kalau mata orang yang tidur bergerak di bawah
kelopak matanya, kemudian ia menggunakan mesin poligraf untuk mencatat gelombang otak
mereka saat periode ini. Dalam satu sesi, ia membangunkan subjek yang menangis dan mengigau
saat REM dan membenarkan kecurigaannya kalau mimpi telah terjadi (Demend, 1966). Tahun
1953, Aserinsky dan penasehatnya menerbitkan studi terobosan dalam jurnal Science (Aserinsky
dan Kleitman, 1953).
Pengamatan yang bertumpuk menunjukkan kalau mimpi erat kaitannya dengan tidur gerakan
mata cepat (Rapid Eye Movement REM), dimana sebuah elektroencephalogram menunjukkan
aktivitas otak paling besar seperti saat sadar. Mimpi yang tidak di ingat oleh partisipan pada saat
tidur non-REM secara normal lebih biasa dalam perbandingan (Dement dan Kleitmann, 1957).
Pada sebuah rentang hidup umum, seorang manusia menghabiskan waktu enam tahun bermimpi
(sekitar dua jam tiap malam). Sebagian besar mimpi hanya berlangsung 5 hingga 20 menit. Tidak
diketahui dari daerah mana di otak mimpi berasal, bila ada satu asal usul mimpi atau apakah
banyak bagian otak terlibat, atau apa tujuan mimpi bagi tubuh dan pikiran.
Pada saat tidur REM, pelepasan neurotransmitter tertentu sepenuhnya ditekan. Sebagai hasilnya,
neuron motorik tidak terangsang, sebuah kondisi yang disebut atonia REM. Ini mencegah mimpi
menghasilkan gerakan tubuh berbahaya.
Menurut sebuah laporan di jurnal Neuron, otak tikus menunjukkan bukti aktivitas rumit saat
tidur, termasuk pengaktifan dalam ingatan deretan panjang aktivitas (Louie dan Matthew, 2001).
Studi menunjukkan kalau beragam spesies mamalia dan burung mengalami REM saat tidur, dan
mengikuti deretan kondisi tidur yang sama seperti manusia.
Walaupun kekuatannya untuk menjadi liar, merangsang, menakutkan atau mengesankan, mimpi
sering diabaikan dalam model utama psikologi kognitif (Barret dan McNamara, 2007). Sebagai
metode pemeriksaan digantikan dengan metode objektif yang lebih sadar sekdiri dalam sains
sosial tahun 1930an dan 1940an, studi mimpi dibuang dari literatur ilmiah. Mimpi tidak secara
langsung dapat diamati oleh pelaku eksperimen tidak pula mimpi yang dilaporkan oleh subjek
dapat dihandalkan, akibat mangsa masalah penyimpangan akibat mengingat tertunda, bila ingat

sama sekali. Menurut Sigmund Freud, mimpi lebih sering dilupakan sepenuhnya, mungkin
karena karakter terlarangnya. Bersama-sama, masalah ini tampak membuatnya berada di luar
kajian sains.
Penemuan kalau mimpi terjadi terutama pada saat kondisi tidur yang terbedakan secara
elektrofisiologis, tidur gerakan mata cepat (REM), yang dapat diidentifikasi lewat kriteria yang
objektif, membawa kelahiran pada minat fenomena ini. Saat episode tidur REM dihitung
durasinya dan subjek dibangunkan untuk melaporkan sebelum editing atau pelupaan utama dapat
terjadi, ditemukan kalau subjek secara teliti sesuai jangka waktu mereka menimbang narasi
mimpi saat tidur sebanding dengan panjang tidur REM yang mendahului bangun. Korelasi dekat
tidur REM dan pengalaman mimpi ini menjadi dasar sederetan laporan pertama yang
menjelaskan sifat mimpi: yaitu teratur setiap malam, ketimbang berupa aktivitas yang tidak
beraturan, dan berfrekuensi tinggi dalam tiap periode tidur yang berlangsung pada selang
teramalkan sekitar tiap 60 90 menit sepanjang rentang hidup manusia. Episode tidur REM dan
mimpi yang menemaninya diperpanjang waktu malam, dengan episode pertama yang terpendek,
sekitar 10 12 menit, dan episode kedua dan ketiga meningkat hingga 15 20 menit. Mimpi
pada akhir malam dapat berlangsung sepanjang 15 menit, walau ini dapat dialami sebagai
beberapa kisah yang berbeda karena interupsi sesaat yang mengganggu tidur saat malam
berakhir. Laporan mimpi dapat dilaporkan dari subjek normal pada 50% kejadian saat terbangun
pada akhir periode REM pertama. Tingkat pengingatan ini meningkat hingga sekitar 99% saat
bangun dari periode REM terakhir dalam satu malam. Peningkatan dalam kemampuan
mengingat ini tampaknya berhubungan dengan intensifikasi sepanjang malam dalam kejelasan
pencitraan, warna dan emosi mimpi.
Teori Sintesis Aktivasi
Tahun 1976 J. Allan Hobson dan Robert McCarley mengajukan sebuah teori baru yang merubah
penelitian mimpi, menantang pandangan mimpi Freud sebelumnya sebagai keinginan bawah
sadar untuk ditafsirkan. Teori sintesis aktivasi mengatakan bahwa pengalaman inderawi dibuat
oleh korteks sebagai alat menafsirkan sinyal kacau dari pons. Mereka mengajukan kalau dalam
mimpi REM, gelombang PGO (Ponto-Geniculo-Occipital) kolinergik naik merangsang struktur
kortikal otak tengah dan depan, menghasilkan gerakan mata cepat. Otak depan yang teraktivasi
kemudian mensintesa mimpi dari informasi yang dibuatnya secara internal. Mereka

mengasumsikan kalau struktur yang sama yang menghasilkan tidur REM juga membangkitkan
informasi inderawi.
Penelitian Hobson tahun 1976 menyarankan kalau sinyal yang ditafsirkan sebagai mimpi berasal
dari batang otak saat tidur REM. Walau begitu, penelitian oleh Mark Solms menunjukkan kalau
mimpi dibangkitkan di otak depan, dan bahwa tidur REM dan bermimpi tidak berhubungan
langsung (Solms, 2000). Saat bekerja dalam departemen bedah syaraf di Johannesburg dan
London, Solms memiliki akses pada pasien dengan beragam cedera otak. Ia mulai menanyakan
pasien mengenai mimpi mereka dan membenarkan kalau pasien dengan kerusakan di lobus
parietal tidak dapat bermimpi; penemuan ini sejalan dengan teori Hobson tahun 1977. Walau
begitu, Solms tidak menemukan kasus hilangnya mimpi dengan pasien yang mengalami
kerusakan batang otak. Pengamatan ini memaksanya mempertanyakan teori Hobson yang
menandai batang otak sebagai sumber sinyal yang ditafsirkan sebagai mimpi. Solms memandang
gagasan bermimpi sebagai fungsi dari banyak struktur otak yang membenarkan teori mimpi
Freud, gagasan yang mendapat kritik dari Hobson. Tahun 1978, Solms, bersama rekannya
William Kauffman dan Edward Nadar, melakukan sdederetan studi pengaruh tumbukan cedera
traumatis menggunakan beberapa spesies primata, khususnya monyet howler, untuk menyanggah
postulat Hobson kalau batang otak berperan penting dalam patologi mimpi. Sayangnya,
percobaan Solms terbukti tidak dapat disimpulkan, karena tingkat kematian yang tinggi
berasosiasi dengan penggunaan paku tumbuk hidrolik pada kerusakan otak buatan dalam subjek
uji berarti bahwa pool kandidat akhirnya terlalu kecil untuk memenuhi persyaratan metode
ilmiah (Rock, 2004)
Teori Aktivasi Berkelanjutan
Menggabungkan hipotesis sintesis aktivasi Hobson dengan penemuan Solm, teori mimpi aktivasi
berkelanjutan disajikal oleh Jie Zhang yang mengajukan kalau mimpi adalah hasil dari aktivasi
dan sintesis otak; pada saat bersamaan, tidur REM dan bermimpi dikendalikan oleh mekanisme
otak yang berbeda. Zhang berhipotesis kalau fungsi tidur adalah memproses, menyandikan dan
mentransfer data dari ingatan sementara ke ingatan jangka panjang, walau tidak ada banyak bukti
mendukung konsolidasi ini. Tidur NREM memproses ingatan terkait sadar (ingatan deklaratif),
dan tidur REM memproses ingatan terkait tidak sadar.

Zhang beranggapan kalau saat tidur REM, bagian otak yang tidak sadar sibuk memproses
ingatan prosedural; sementara itu, tingkat aktivasi dalam bagian sadar otak akan turun pada
tingkat sangat rendah karena masukan dari inderawi yang pada dasarnya tidak terhubung lagi. Ini
akan memicu mekanisme aktivasi-berkelanjutan untuk membangkitkan aliran data dari
penyimpan ingatan untuk mengalir lewat bagian sadar otak. Zhang menyarankan kalau aktivasi
otak mirip sinyal ini adalah penginduksi tiap mimpi. Ia mengajukan bahwa, dengan keterlibatan
sistem berpikir asosiatif otak, bermimpi kemudian, menjaga dirinya sendiri dengan pemikiran
pemimpi sendiri hingga pemasukan sinyal ingatan selanjutnya. Hal ini menjelaskan mengapa
mimpi memiliki karakteristik kontinuitas (dalam sebuah mimpi) dan perubahan mendadak
(antara dua mimpi) (Zhang, 2004; 2005).
Mimpi sebagai perangsang ingatan jangka panjang
Eugen Tarnow menyarankan kalau mimpi adalah perangsangan pada ingatan jangka panjang
yang selalu ada, bahkan pada saat sadar. Keanehan mimpi karena format ingatan jangka panjang,
berdasarkan penemuan Penfield & Rasmussen bahwa rangsangan listrik pada korteks
membangkitkan pengalaman yang sama dengan mimpi. Pada saat sadar, fungsi eksekutif
menafsirkan ingatan jangka panjang konsisten dengan pemeriksaan realitas. Teori Tarnow adalah
pengerjaan ulang teori mimpi Freud dimana ketidaksadaran Freud digantikan dengan sistem
ingatan jangka panjang dan Pekerjaan Mimpi Freud menjelaskan struktur ingatan jangka
panjang (Tarnow, 2003).

Lokasi hippocampus
Mimpi untuk memperkuat ingatan semantik
Studi tahun 2001 menunjukkan bukti bahwa lokasi ilogis, karakter dan aliran mimpi dapat
membantu otak memperkuat keterhubungan dan keselarasan ingatan semantik. Kondisi ini dapat
terjadi karena, saat tidur REM, aliran informasi antara hippocampus dan neokorteks berkurang
(Stickgold et al, 2001). Meningkatnya level hormon stress kortisol cukup lama setelah tidur

(sering saat tidur REM) menyebabkan menurunnya komunikasi ini. Satu tahap konsolidasi
ingatan adalah pengkaitan ingatan yang jauh tapi berhubungan. Payne dan Nadal berhipotesis
kalau ingatan ini kemudian di konsolidasikan menjadi sebuah narasi yang halus, sama dengan
proses yang terjadi saat ingatan diciptakan waktu stress (Payne dan Nadel, 2004).
Mimpi untuk membuang sampah
Robert (1886), seorang ahli fisiologi dari Hamburg, adalah yang pertama kali berpendapat bahwa
mimpi adalah sebuah kebutuhan dan bahwa ia memiliki fungsi untuk menghapus (a) kesan
inderawi yang tidak sepenuhnya bekerja dan (b) gagasan yang tidak sepenuhnya berkembang
sepanjang hari. Lewat mimpi, material yang tidak lengkap akan dibuang atau diperdalam dan
dimasukkan kedalam ingatan. Gagasan Robert dikutip berulang kali oleh Freud dalam karyanya
Traumdeutung. Hughlings Jackson (1911) memandang kalau mimpi bertindak untuk menyapu
ingatan dan koneksi yang tidak perlu sepanjang hari. Hal ini direvisi tahun 1983 oleh teori
belajar mundur Crick dan Mitchison, yang menyatakan bahwa mimpi seperti operasi
membersihkan komputer saat mereka offline, menghilangkan noda parasit dan sampah lainnya
dari pikiran saat tidur (Evans dan Newman, 1964; Crick dan Mitchison, 1983). Walau begitu,
pandangan berlawanan bahwa mimpi memiliki sebuah fungsi konsolidasi ingatan dan
penanganan informasi (Hennevin dan Leconte, 1971) juga umum diterima. Mimpi adalah hasil
dari penembakan spontan dari pola syaraf saat otak melakukan konsolidasi ingatan saat tidur.

Mimpi sebagai resonansi dalam rangkaian syaraf


Pada saat tidur, mata tertutup, sehingga otak pada beberapa derajat menjadi terisolasi dari dunia
luar. Lebih jauh semua sinyal dari indera (kecuali penciuman) harus melewati thalamus sebelum
mencapai korteks otak, dan pada saat tidur aktivitas thalamus terhenti (Rey et al, 2007). Ini
berarti kalah otak terutama bekerja dengan sinyal dari dirinya sendiri. Sebuah fenomena yang
terkenal baik dalam sistem fisika dinamis dimana tingkat masukan dan keluaran dari sistem
rendah adalah bahwa ayunan membuat pola resonansi spontan terjadi. Karenanya, mimpi
mungkin merupakan akibat sederhana dari ayunan syaraf.

Mimpi untuk menguji dan memilih skema mental


Coutts (2008) berhipotesis kalau mimpi memodifikasi dan menguji skema mental saat tidur
dalam sebuah proses yang ia namakan seleksi emosional, dan bahwa hanya modifikasi skema
yang tampak adaptif secara emosional saat uji mimpi dipilih untuk retensi, sementara yang
tampaknya maladaptif ditinggalkan atau dimodifikasi lebih jauh dan diuji. Alfred Adler
berpendapat bahwa mimpi sering merupakan persiapan emosional untuk memecahkan masalah,
membersihkan individu dari akal sehat menuju logika pribadi. Perasaan mimpi residual dapat
memperkuat ataupun menginhibasi tindakan yang di kontemplasikan.

Teori psikologi evolusi tentang mimpi


Psikolog evolusioner percaya kalau mimpi merupakan semacam fungsi adaptif untuk bertahan
hidup. Deirdre Barrett berpendapat kalau mimpi hanyalah berpikir dalam kondisi biokimia yang
berbeda dan percaya kalau orang terus bekerja pada semua masalah yang sama pribadi dan
objektif dalam keadaan tersebut. (Barret, 2007). Penelitiannya menemukan kalau apapun
matematika, komposisi musik, masalah bisnis dapat diselesaikan lewat mimpi, namun dua
daerah yang khususnya membantu adalah 1) apapun yang mengandung visualisasi yang jelas
dalam solusinya, apakah itu masalah desain seni atau penemuan teknologi 3 dimensi dan 2)
masalah dimana solusinya berada dalam berpikir di luar kotak yaitu orang tersebut terjebak
karena kesepakatan umum dalam mendekati masalah tersebut salah (Barret, 2001; 1993). Dalam
teori terkait, yang di istilahkan oleh Mark Blechner dengan Darwinisme Oneirik, mimpi dilihat
sebagai penciptaan gagasan baru lewat pembuatan mutasi pemikiran secara acak. Sebagiannya
ditolak oleh pikiran karena tidak berguna, sementara yang lain dilihat berguna dan dipertahankan
(Blechner, 2001). Psikolog Finlandia Antti Revonsuo berpendapat bahwa mimpi telah ber evolusi
sebagai simulasi ancaman secara eksklusif.

Teori Psikosomatik

Mimpi adalah hasil dari imajinasi terdisosiasi, yang terdisosiasi dari diri yang sadar dan
menarik material dari ingatan inderawi untuk simulasi, dengan umpan balik inderawi dihasilkan
dalam halusinasi. Dengan mensimulasi sinyal inderawi untuk mengendalikan syaraf otonom,
mimpi dapat mempengaruhi interaksi pikiran tubuh. Dalam otak dan tulang belakang, syaraf
penyembuh otonom, yang dapat memperluas pembuluh darah, berhubungan dengan syaraf rasa
sakit dan tekanan. Syaraf ini terkelompok menjadi banyak rantai yang disebut meridian dalam
pengobatan china. Saat bermimpi, tubuh juga menggunakan meridian reaksi berantai untuk
memperbaiki tubuh dan membantunya tumbuh dan berkembang dengan mengirimkan sinyal
kompresi gerakan sangat intensif saat tingkat enzim pertumbuhan bertambah (Tsai, 1995).

Hipotesis lain mengenai mimpi


Ada banyak lagi hipotesis mengenai fungsi mimpi, antara lain: (Cartwjustify, 1993)

Mimpi memungkinkan bagian pikiran lain yang tertekan untuk dipuaskan lewat fantasi
sementara tetap membiarkan pikiran sadar dari berpikir apa yang tiba-tiba menyebabkan
seseorang tersadar dari shock (Veldfelt, 1999).

Freud berpendapat bahwa mimpi buruk membuat otak belajar mengambil kendali pada
emosi yang dihasilkan dari pengalaman yang menekan (Cartwjustify, 1993).

Jung berpendapat kalau mimpi dapat menyumbang pada sikap satu sisi dalam kesadaran
terjaga (Jung, 1948).

Ferenczi (1913) berpendapat bahwa mimpi, saat diceritakan, dapat mengkomunikasikan


sesuatu yang tidak dikatakan secara langsung.

Mimpi mengatur mood (Kramer, 1993).

Hartmann (1995) mengatakan mimpi dapat berfungsi seperti psikoterapi, dengan


membuat koneksi di tempat yang aman dan memungkinkan pemimpi untuk
mengintegrasikan pemikiran yang mungkin terdisosiasi saat ia sadar.

Penelitian yang lebih baru oleh psikolog Joe Griffin, mengikuti tinjauan data dua belas
tahun dari semua laboratorium tidur utama, membawa pada perumusaan teori pemenuhan
harapan mimpi, yang menyarankan kalau mimpi secara metafora melengkapi pola
harapan emosional dalam sistem syaraf otonom dan menurunkan tingkat stress mamalia
(Griffin, 1997; Griffin dan Tyrrel, 2004)

Isi mimpi
Dari tahun 1940an hingga 1985, Calvin S. Hall mengumpulkan lebih dari 50 ribu laporan mimpi
di Western Reserve University. Tahun 1966 Hall dan Van De Castle menerbitkan The Content
Analysis of Dreams dimana mereka menggariskan sistem penyandian untuk mempelajari 1000
laporan mimpi dari mahasiswa (Hall dan Van de Castle, 1966). Ditemukan bahwa orang di
penjuru dunia mengimpikan sebagian besar hal yang sama. Laporan mimpi lengkap Hall secara
publik tersedia di pertengahan 1990an oleh protg Hall William Domhoff, untuk analisis
berbeda lebih lanjut.
Pengalaman pribadi dari hari kemarin atau minggu lalu sering ditemukan dalam mimpi (Alain et
al, 2003).
Emosi
Emosi yang paling umum di alami dalam mimpi adalah rasa takut. Emosi lain antara lain rasa
sakit, rasa kesepian, rasa senang, rasa gembira, dan sebagainya. Emosi negatif lebih sering
dirasakan daripada positif (Hall dan Van de Castle, 1966).
Tema Seksual
Analisa data Hall menunjukkan kalau mimpi seksual terjadi tidak lebih dari 10% kejadian dan
lebih sering terjadi pada remaja awal dan pertengahan (Hall dan Van de Castle, 1966). Studi lain
menunjukkan kalau 8% mimpi pria dan wanita memiliki muatan seksual (Zadra, 2007). Dalam
beberapa kasus, mimpi seksual dapat menghasilkan orgasme atau emisi nokturnal. Hal ini
umumnya dikenal sebagai mimpi basah (Badan Pusat Statistik, 2004).

Mimpi berulang
Sementara isi dari sebagian besar mimpi di impikan hanya sekali, banyak orang mengalami
mimpi yang berulang yaitu, narasi mimpi yang sama di alami dalam saat berbeda waktu tidur.
Hingga 70% perempuan dan 65% laki-laki melaporkan mimpi mereka berulang.
Penafsiran Mimpi
Mimpi secara historik digunakan untuk menyembuhkan (seperti dalam asclepieion yang
ditemukan dalam kuil Asclepius Yunani Kuno) dan juga sebagai petunjuk atau wahyu. Beberapa
suku Indian menggunakan penaklukkan visi sebagai ritual perjalanan, puasa dan berdoa hingga
sebuah mimpi pemandu diperoleh, dan dibagikan pada suku lainnya saat mereka kembali (Webb,
1995).
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20, baik Sigmund Freud maupun Carl Jung mengatakan
mimpi sebagai interaksi alam bawah sadar dan sadar. Mereka juga mengatakan kalau alam
bawah sadar adalah kekuatan dominan dalam mimpi, dan dalam mimpi ia menunjukkan aktivitas
mentalnya pada fakultas persepsi. Sementara Freud merasa kalau ada sebuah sensor aktif
melawan alam bawah sadar bahkan saat tidur, Jung berpendapat kalau kualitas buruk mimpi
adalah bahasa yang efisien, dibandingkan dengan puisi dan secara unik mampu mengungkapkan
makna di baliknya.
Fritz Perls menyajikan teori mimpinya sebagai bagian holistik terapi Gestalt. Mimpi dipandang
sebagai proyeksi dari bagian diri yang diabaikan, ditolak atau ditekan (Wegner et al, 2004). Jung
berpendapat kalau orang dapat mempertimbangkan setiap orang di dalam mimpi sebagai satu
aspek dari pemimpi, yang ia sebut pendekatan subjektif mimpi. Perls memperluas sudut pandang
ini dengan mengatakan kalau bahkan benda tidak hidup dalam mimpi dapat mewakili aspek
pemimpi. Pemimpi karenanya diminta membayangkan sebuah benda dalam mimpinya dan
menjelaskannya, untuk membawa ke kesadaran karakteristik dari benda yang berkaitan dengan
kepribadian pemimpi.
Hubungan dengan kondisi medis
Terdapat bukti kalau beberapa kondisi medis (umumnya hanya kondisi neurologis) dapat
mempengaruhi mimpi. Sebagai contoh, orang menderita sinestesia tidak pernah melaporkan

mimpi yang sepenuhnya hitam putih, dan sering kali sulit membayangkan bagaimana bermimpi
secara hitam putih (Harrison, 2001).
Terapi untuk mimpi buruk berulang (sering terkait dengan gangguan stress pasca trauma) dapat
memuat membayangkan skenario alternatif yang dapat dimulai pada tiap langkah mimpi.
Mimpi dan psikosis
Sejumlah pemikir telah berkomentar pada kesamaan antara fenomenologi mimpi dan psikosis.
Tampilan yang sama pada kedua keadaan adalah gangguan pikiran, efek melempeng atau
ketidakpantasan (emosi), dan halusinasi. Diantara para filsuf, Immanuel Kant, misalnya, menulis
kalau orang gila adalah seorang pemimpi di saat bangun (La Barre, 1975). Arthur
Schopenhauer mengatakan: Sebuah mimpi adalah psikosis jangka pendek, dan sebuah psikosi
adalah mimpi jangka panjang. (Ibid). Dalam bidang psikoanalisa, Sigmund Freud menulis:
Mimpi adalah sebuah psikosis(Freud, 1940) dan Carl Jung: Biarkan seorang pemimpi berjalan
dan bertindak seperti orang yang sadar dan kita akan melihat gambaran klinis dari dementia
praecox.(Jung, 1909)
McCreery (1997, 2008) mencoba menjelaskan kesamaan ini dengan merujuk pada fakta, yang
didokumentasikan oleh Oswald (1962), kalau tidur dapat muncul sebagai reaksi pada stress
ekstrim dan rangsangan hyper. McCreery menambahkan bukti kalau psikotik adalah orang
dengan kecenderungan terangsang hiper, dan menyarankan kalau hal ini membuat mereka rentan
pada apa yang disebut oleh Oswald sebagai tidur mikro saat sadar. Ia menekankan khususnya
pada penemuan paradoksial dari Stevens dan Darbyshire (1958) dimana pasien yang menderita
katatonia dapat dirangsang dari stupor mereka dengan menggunakan sedatif bukannya stimulan.
Griffin dan Tyrrell (2003a) melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa schizophrenia
adalah realitas sadar yang diproses dengan otak yang bermimpi.(Griffin dan Tyrell, 2003b)

Fenomena lain yang berhubungan

A. Mimpi Lusid
Bermimpi lusid adalah persepsi sadar dari keadaan seseorang saat bermimpi. Dalam keadaan ini
seseorang biasanya memiliki kendali pada karakter dan lingkungan dari mimpi dan juga tindakan
pemimpi itu sendiri dalam mimpi. Kemunculan mimpi lusid telah dibenarkan secara ilmiah
(Watanabe, 2003).
Oneironaut adalah istilah yang biasanya dipakai bagi mereka yang bermimpi lusid.
B. Mimpi transgresi tanpa pikiran
Mimpi transgresi tanpa pikiran (Dreams of absent-minded transgression DAMT) adalah mimpi
dimana sang pemimpi tanpa pikiran melakukan tindakan yang ia coba hentikan (salah satu
contoh klasik adalah seorang yang berhenti merokok bermimpi menyalakan rokok). Subjek yang
mengalami DAMT melaporkan bangun dengan perasaan bersalah. Salah satu studi menemukan
hubungan positif antara memiliki mimpi ini dengan berhasilnya menghentikan perilaku (Hajek
dan Belcher, 1991).
C. Bermimpi dan dunia nyata
Di waktu malam mungkin ada banyak stimuli luar yang membombardir indera, namun pikiran
sering menafsirkan stimulus dan menjadikannya bagian dari sebuah mimpi untuk memastikan
tidur yang berkelanjutan (Antrobus, 1993). Inkorporasi mimpi adalah sebuah fenomena dimana
sebuah sensasi aktual, seperti suara lingkungan terindera di dalam mimpi seperti mendengarkan
telepon berbunyi dalam mimpi sementara ia memang berdering di dunia nyata, atau bermimpi
buang air kecil saat ia memang buang air kecil di ranjang. Pikiran dapat, walau begitu,
membangunkan individual bila mereka dalam bahaya atau bila terlatih untuk merespon suara
tertentu, seperti tangisan bayi. Kecuali dalam kasus mimpi lusid, orang bermimpi tanpa sadar
kalau mereka bermimpi. Beberapa filsuf menyimpulkan kalau apa yang kita pikir sebagai dunia
nyata bisa jadi atau memang sebuah ilusi (sebuah gagasan yang dikenal sebagai hipotesis
skeptis ontologi). Terdapat lukisan terkenal karya Salvador Dal yang menggambarkan konsep
ini, berjudul Dream Caused by the Flight of a Bee around a Pomegranate a Second Before
Awakening (1944). Gagasan pertama dalam hal ini dalam sejarah berasal dari Zhuangzi, dan

juga di bahas dalam Hinduisme; Buddhisme membuat penggunaan ekstensif argumen ini dalam
kitab-kitabnya (Kher, 1992). Ia secara resmi diperkenalkan dalam filsafat barat oleh Descartes
pada abad ke-17 dalam karyanya Meditations on First Philosophy. Stimulus, biasanya dalam
bentuk auditori, menjadi bagian dari mimpi, pada gilirannya membangunkan sang pemimpi.
Istilah inkorporasi mimpi juga digunakan dalam penelitian yang memeriksa derajat dimana
peristiwa siang sebelumnya menjadi unsur dari mimpi. Studi terbaru menunjukkan kalau
peristiwa di hari sebelumnya, dan seminggu sebelumnya, memiliki pengaruh terbesar (Alain et
al, 2003).

D. Mengingat mimpi
Ingatan tentang mimpi sangat tidak dapat diandalkan, walau ia merupakan sebuah keahlian yang
dapat dilatih. Mimpi biasanya dapat diingat jika seseorang tersadar saat bermimpi. Perempuan
cenderung memiliki ingatan mimpi lebih banyak daripada laki-laki. Mimpi yang sulit diingat
dapat dicirikan oleh pengaruh dan faktor yang relatif kecil seperti rangsangan dan interferensi
yang berperan dalam mengingat mimpi. Seringkali, sebuah mimpi dapat diingat akibat melihat
atau mendengar pemicu atau stimulus acak. Sebuah jurnal mimpi dapat dipakai untuk membantu
mengingat mimpi, untuk tujuan psikoterapi atau hiburan semata. 95% dari semua mimpi tidak
diingat. Kimiawi otak khusus yang diperlukan untuk merubah ingatan jangka pendek menjadi
jangka panjang ditekan saat tidur REM. Kecuali sebuah mimpi tersebut terang dan anda
terbangun segera setelahnya, isi dari mimpi tidak akan dapat diingat (Hobson dan McCarly,
1977).
E. Dj vu
Salah satu teori dj vu menisbahkan perasaan memiliki atau mengalami sesuatu yang
sebelumnya sudah pernah dilakukan pada pengalaman bermimpi dalam situasi atau lokasi yang
sama, dan melupakannya hingga ia secara misterius mengingatkan pada situasi atau lokasi saat
sadar (Lohff, 2004)

F. Prakognisi tampak
Menurut survey, adalah umum bagi orang untuk merasakan bahwa mimpi mereka meramalkan
peristiwa yang akan datang dalam hidupnya (Hines, 2003). Psikolog menjelaskan pengalaman ini
dalam istilah bias ingatan, yaitu sebuah ingatan selektif untuk prediksi akurat dan ingatan
tersimpangkan sehingga mimpi tersebut sesuai dengan pengalaman hidup (Ibid). Sifat multi faset
dari mimpi membuatnya mudah menemukan koneksi antara isi mimpi dan peristiwa nyata
(Gilovich, 1991).
Dalam satu percobaan, subjek diminta menuliskan mimpi mereka dalam diary. Hal ini mencegah
efek ingatan selektif, dan mimpi-mimpi tidak lagi terlihat akurat meramalkan masa depan
(Alcock, 1981). Percobaan lain memberi subjek sebuah diary palsu dari seorang siswa yang
bermimpi prakognitif tampak. Diari ini menceritakan peristiwa dari kehidupan seseorang, dan
juga beberapa mimpi prediktif dan beberapa mimpi non prediktif. Saat subjek diminta mengingat
mimpi yang telah mereka baca, mereka mengingat lebih banyak prediksi yang sukses daripada
prediksi yang gagal (Madey dan Gilovich, 1993).

Kesimpulan
Tidur merupakan keadaan istirahat dimana seluruh fungsi indra kecuali fungsi dalam tubuh.
Apakah tidur termasuk kesadaran atau ketidaksadaran?
Kesadaran merupakan keadaan dimana presepsi, pikiran, persaan dan ingatan seseorang aktif.
Pada saat tidur, manusia tetap berpikir seperti halnya pada saat bermimpi.Ingatan seseorang juga
tetap bekerja ketika tidur seperti terlihat pada fakta pada saat tidur seseorang tetap peka terhadap
lingkungannya. Misalnya orang tua yang sedang terlelap tidur tiba-tiba terbangun karena
mendengar suaai tangis bayinya.
Mengapa manusia harus tidur?
Tidur sangat mempunyai peranan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Ada salah satu teori
yang di kemukakan oleh ilmuwan sebab-sebab manusia harus tidur yaitu teori restorasi. Teori ini
berpandangan bahwa tidur di perlukan untuk mengisi ulang pikiran dan berbaikan tubuh yang
dihabiskan selama keadaan seseorang aktif dalam kehidupan keseharian. otak dan tubuh kita di
perlukan suatu perbaikan atau restorasi otak dan kerja organ tubuh lainnya agar bisa terus
berfungsi optimal.
Mimpi merupakan perubahan kesadaran dimana bayangan yang di ingat dan fantasi sementara
tercampur dengan kenyataan luar atau ungkapan-ungkapan dari keinginan-keinginan yang tidak
terpenuhi dan hasrat-hasrat yang gagal. Mimpi tidak berasal dari dari dunia lain dan mimpi itu
juga bukanlah pesan dari suatu sumber di luar diri seseorang. Mimpi ada hubungannya denagn
emosi-emosi, ketakutan-ketakutan, kerinduan-kerinduan, kebutuhan-kebutuhan dan kenangankenangan seseorang. Tetapi semua itu dapat mempengaruhi apa yang seseorang impikan.Isi
mimpi seseorang dapat berasal dari sesuatu yang mempengaruhi seseorang ketika tidur.

Daftar Pustaka
Wikipedia.com
www.faktailmiah.com/2010/07/16/mimpi.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/03/tidur-dan-mimpi/

http://www.obat-herbal.web.id/siklus-tidur/yang-terjadi-ketika-tidur/

Anda mungkin juga menyukai