Anda di halaman 1dari 30

Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara

Jurusan Tenaga Terampil


Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

N Aktifitas Keselamatan Kerja

Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu bara


Jurusan Tenaga Terampil
Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu bara

N Aktifitas Keselamatan Kerja

N-1 Pendidikan Keselamatan Kerja

Daftar isi
1. Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri pada tambang batu bara .........1
2. Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri dan manajemen
pemeliharaan keselamatan oleh pengawas
(Manajemen pemeliharaan keselamatan oleh pihak lain) ......................................2
2.1 Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri ...................................................2
2.2 Manajemen pemeliharaan keselamatan oleh pengawas (manajemen
pemeliharaan keselamatan oleh pihak lain) ..........................................................2
2.3 Sistem pemeliharaan keselamatan mandiri pada tambang batu bara ....................3
3. Organisasi manajemen pemeliharaan keselamatan ................................................5
3.1 Organisasi pengawasan pemeliharaan keselamatan
pertambangan (pemerintah) ..................................................................................5
3.2 Organisasi manajemen pemeliharaan keselamatan tambang batu bara ................5
3.3 Pekerjaan manajemen pemeliharaan keselamatan yang sesungguhnya ................8
3.4 Pekerjaan yang harus dilakukan oleh petugas teknik pemeliharaan
keselamatan untuk mencegah bencana .................................................................8
3.5 Kepemimpinan petugas teknik pemeliharaan keselamatan ..................................9
4. Pendidikan keselamatan kerja ................................................................................13
4.1 Cara berpikir mendasar mengenai pendidikan keselamatan kerja ......................13
4.2 Pendidikan keselamatan kerja yang sebenarnya .................................................15
4.3 Pendidikan kesempatan .......................................................................................17
5. Gerakan pemeliharaan keselamatan kerja ............................................................18
5.1 Cara berpikir mendasar mengenai gerakan pemeliharaan keselamatan kerja ....18
5.2 Pemeliharaan keselamatan kerja pertambangan mingguan
(atau pemeliharaan keselamatan kerja bulanan) .................................................19
5.3 Gerakan KYK .....................................................................................................19
6. Prosedur kerja standar .............................................................................................21
6.1 Cara berpikir mendasar mengenai pembuatan prosedur kerja standar ...............21
6.2 Efek pembuatan prosedur kerja standar ..............................................................22
6.3 Cara membuat prosedur kerja standar .................................................................22
7. Pendidikan untuk memperoleh kualifikasi ............................................................23

Teknik pemeliharaan keselamatan


1. Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri pada tambang batu bara
Pada tambang batu bara, terutama tambang batu bara bawah tanah, ruang bawah tanah
yang gelap merupakan lapangan pekerjaan utama. Dibandingkan dengan industri pada
umumnya, baik dari segi efisiensi pekerjaan maupun dari segi keamanan terdapat
perbedaan besar, di mana berulang kali terjadi bermacam-macam bencana, baik besar
maupun kecil. Seperti contohnya di Jepang, pada tahun 1963, akibat ledakan debu batu
bara, terjadi bencana besar dengan korban sebanyak 1.175 orang termasuk 458 orang
meninggal.
Namun ketidak beruntungan dari sisi keamanan tidak bisa menjadi alasan terjadinya
bencana, bagaimanapun juga keinginan untuk dapat menghapuskan sama sekali bencana
pada tambang batu bara merupakan harapan bagi seluruh orang yang terkait dengan
tambang batu bara.
Sudah tentu, ada bermacam-macam penyebab bencana, yang sulit untuk digeneralisasi.
Bila mencoba dianalisis, kenyataannya tidak sedikit orang yang berpikir dapat menghindari
bencana tersebut, apabila sungguh-sungguh mematuhi hal-hal yang telah ditetapkan.
Siapapun tidak menginginkan mati atau terluka karena bencana, sehingga sudah tentu
seharusnya setiap orang harus mematuhi ketetapan itu dengan baik, tetapi pada
kenyataannya tidak mematuhi. Kenapa tidak mematuhi? Pengungkapan tersebut akan
menjadi salah satu kunci untuk memecahkan masalah yang sulit, yakni pencegahan
bencana.
Kalau begitu, asalkan mematuhi hal yang telah ditetapkan, apakah bencana dapat
dicegah, ternyata tidak mesti begitu. Mengenai proses produksi, ternyata tidak
keseluruhannya dapat distandarkan dan dibuatkan aturan secara rinci dengan mudah.
Walaupun dapat menstandarkan sampai batas tertentu, setelah itu tergantung pada
kemampuan pertimbangan manusianya itu sendiri, walaupun dengan menerapkan
peraturan, banyak terjadi sesuatu hal yang harus diatur berdasarkan kemampuan manusia.
Artinya harus meningkatkan kemampuan menerapkan peraturan dan standar.
Untuk meningkatkan kemampuan tersebut, diperlukan :
1 Pengetahuan yang sangat baik (umum dan pekerjaan).
2 Keterampilan yang mahir dan kemampuan mempertimbangkan.
3 Sikap mamatuhi peraturan dan perasaan mau bekerja sama secara aktif.
Kalau begitu, bagaimana caranya agar hal-hal tersebut dapat menjadi bagian dari diri
masing-masing. Ada dua kunci untuk mencegah bencana yakni bagaimana caranya agar
hal-hal yang telah ditetapkan, pasti akan dipatuhi dan bagaimana cara untuk memperoleh
kemampuan yang diperlukan. Hal ini merupakan masalah utama yang menjadi persoalan
pada pendidikan dan pelatihan pemeliharaan keselamatan. Untuk melaksanakan
pendidikan dan pelatihan tersebut secara efektif, sudah tentu perlu memperkuat tekad

N-1-1

untuk belajar dan perlu kemauan untuk melakukannya. Bila ditelusuri lebih jauh, perlu
memahami bagaimana caranya membuat manusia mempunyai kemauan dengan
kesungguhan hati. Hal tersebut bukan merupakan pemaksaan dari yang lain, tetapi
masing-masing orang yang berhubungan dengan pertambangan perlu meningkatkan
kesadaran diri secara maksimum, untuk menjaga keselamatan secara mandiri, yaitu dengan
cara menerapkan manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri.
2. Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri dan manajemen pemeliharaan
keselamatan oleh pengawas (Manajemen pemeliharaan keselamatan oleh pihak
lain)
2.1 Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri
Undang-undang keselamatan kerja pertambangan di Jepang, mengatur 4 hal mengenai
pemeliharaan keselamatan, seperti berikut :
Pencegahan bahaya pada orang di tambang
Perlindungan sumber daya mineral
Pemeliharaan fasilitas tambang
Pencegahan polusi tambang
Selanjutnya, tanggung jawab pemeliharaan keselamatan tersebut ada pada orang yang
memiliki hak usaha pertambangan, oleh karena itu sebagai cara melaksanakan tanggung
jawab tersebut, perlu dibentuk sistem pemeliharaan keselamatan mandiri.
Di dalam buku pedoman pembinaan pengawasan, dari departemen perindustrian
dan perdagangan sebagai kantor pemerintah di bidang pengawasan, sering kali
dipergunakan istilah pembentukan sistem pemeliharaan keselamatan mandiri.
Kalau begitu seperti apakah manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri
tersebut, dan apa yang menjadi patokannya.
Manajemen pemeliharaan keselamatan mandiri (disingkat pemeliharaan keselamatan
mandiri) adalah pemeliharaan keselamatan diri masing-masing, atas tanggung jawab
masing-masing, dari pemilik hak usaha pertambangan dan pekerja tambang. Untuk
melaksanakan manajemen pemeliharaan keselamatan masing-masing, sudah tentu
kesadaran masing-masing individu harus menjadi pokok. Karena tidak cukup hanya
dengan kesadaran masing-masing, maka diperlukan bantuan dan kebersamaan dari yang
lain. Tetapi untuk meminta bantuan dari yang lain harus dilaksanakan dengan
kepemimpinan yang mandiri dari masing-masing individu, sebagai contoh cara tersebut
adalah gerakan pemeliharaan keselamatan.
2.2 Manajemen pemeliharaan keselamatan oleh pengawas (Manajemen pemeliharaan
keselamatan oleh pihak lain)
Pada kenyataannya, tidak dipergunakan istilah manajemen pemeliharaan

N-1-2

keselamatan oleh pihak lain, tetapi untuk memperjelas konsep manajemen pemeliharaan
keselamatan mandiri, maka sengaja dipergunakan istilah manajemen pemeliharaan
keselamatan oleh pihak lain, di mana ini merupakan manajemen pemeliharaan
keselamatan diri sendiri melalui pengawasan oleh orang lain. Dengan kata lain disebut
manajemen pemeliharaan keselamatan oleh pengawas. Pemeliharaan keselamatan oleh
pengawas dapat dibagi menjadi pengawasan oleh instansi pengawas berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan pengawasan oleh petugas di dalam perusahaan.
Mari coba pikirkan hubungan antara pemeliharaan keselamatan mandiri dan
pemeliharaan keselamatan oleh pihak lain. Menurut pemikiran umum, manajemen
pemeliharaan keselamatan dilakukan dalam bentuk pemeliharaan keselamatan di bawah
bimbingan instansi pengawas, yang kemudian disebarluaskan di dalam perusahaan oleh
petugas dan selanjutnya disempurnakan lagi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, masingmasing orang yang berhubungan dengan tambang, perlu meningkatkan kesadaran diri
secara maksimal untuk menjaga keselamatan secara mandiri, dan karena secara fisik adalah
sulit untuk mengawasi seluruhnya hanya oleh inspektur tambang yang jumlahnya terbatas,
maka bagaimanapun juga setiap tambang harus melakukan manajemen pemeliharaan
keselamatan mandiri. Sebab kalau tidak, kenyataanya sulit untuk meningkatkan efektifitas
pencegahan bencana.
Tetapi, bagaimanapun mulianya kepribadian seseorang, manusia adalah tetap
manusia, sehingga mempunyai perilaku yang cenderung menghindari sesuatu yang sulit.
Apakah manajemen pemeliharaan keselamatan yang paling ideal itu dapat dicapai secara
mandiri? Kenyataannya, sering tidak seperti itu. Sehingga bagaimanapun juga kekurangan
tersebut harus dilengkapi atau bagian yang lemah tersebut diperkuat dengan meminta
tenaga pihak lain untuk mengatasinya. Oleh karena itu, pemeliharaan keselamatan mandiri
merupakan hal yang pokok, tetapi di samping itu, juga menghargai keberadaan
pemeliharaan keselamatan oleh pengawas, yang mana keduanya saling melengkapi agar
dapat terlaksana manajemen pemeliharaan keselamatan yang terbaik sesuai yang
diharapkan.
2.3 Sistem pemeliharaan keselamatan mandiri pada tambang batu bara
Sistem pemeliharaan keselamatan mandiri yang mapan (established) adalah keadaan
di mana setiap individu dapat memelihara keselamatan oleh diri secara pasti.
Apabila instansi pengawas meminta penerapan sistem pemeliharaan keselamatan
mandiri kepada kepala tambang batu bara, maka ada dua pilihan yang bisa diambil oleh
tambang batu bara, yaitu pemeliharaan keselamatan oleh pengawas atau pemeliharaan
keselamatan mandiri. Dalam hal ini, sama seperti alasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, tiada pilihan selain pemeliharaan keselamatan mandiri.
Apabila akan dibuat sistem pemeliharaan keselamatan mandiri di tambang batu bara,

N-1-3

maka melalui organisasi kerja yang ada, berturut-turut akan diteruskan dari kepala tambang
ke kepala bagian, dari kepala bagian ke kepala seksi dan seterusnya, hingga sistem tersebut
harus betul-betul tersampaikan kepada setiap pekerja (buruh), dalam cakupan tanggung
jawabnya masing-masing. Sistem pemeliharaan keselamatan mandiri yang mapan
dilaksanakan oleh seluruh pegawai, walaupun tidak mendapat pengawasan dari pihak lain,
di mana setiap individu melaksanakan tanggung jawab di dalam ruang lingkupnya masingmasing dengan baik dan mencapai kondisi dapat melaksanakan pemeliharaan keselamatan
oleh setiap individu tersebut.
Berikut ini adalah hal-hal yang mendukung sistem pemeliharaan keselamatan
mandiri.
1 Kesempurnaan organisasi manajemen pemeliharaan keselamatan.
2 Pendidikan pemeliharaan keselamatan yang tidak tanggung-tanggung.
3 Menggalakkan gerakan pemeliharan keselamatan.
4 Pembuatan prosedur kerja standar.
Sekarang mari coba memikirkan mengenai hubungan antara manajemen perusahaan
dan tanggung jawab pemeliharaan keselamatan. Pada masyarakat sekarang ini, sifat publik
organisasi seperti perusahaan dan lain-lain makin meningkat, serta dari sisi filosofi
penghargaan terhadap jiwa manusia dan dari sisi proses kegiatan organisasi seperti
produksi, bencana adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi. Bila hanya keselamatan yang
diinginkan, hentikan saja kegiatan produksi. Namun, tentunya hal tersebut tidak
mungkin dilakukan karena bagaimanapun juga dengan melalui kegiatan produksi akan
tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang besar bagi manusia. Kalau begitu
bagaimanakah caranya dapat memelihara keselamatan? Di dalam kegiatan produksi harus
dihilangkan kontak langsung antara manusia dengan bermacam-macam mesin, dan perlu
mengembangkan penelitian yang nyata dalam menghasilkan fasilitas dan peralatan yang
aman secara mutlak. Kenyataannya sekarang ini hal tersebut sedang berjalan. Tetapi hingga
penelitian tersebut berhasil tentunya tidak mungkin menghentikan kegiatan produksi.
Melanjutkan kegiatan produksi di dalam lingkungan seperti itu merupakan kenyataan yang
ada sekarang ini. Kalau begitu bagaimanakah sebaiknya hubungan antara produksi dan
pemeliharaan keselamatan. Disini dikenal istilah keselamatan adalah hal yang utama
(safety first). Diawal tahun 1900, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Presdir
perusahaan terbesar dunia pada saat itu, yakni US Steel. Pada saat itu, untuk keluar dari
krisis, sedapat mungkin berusaha meningkatkan keuntungan, dan dari sudut pandang agar
dapat memberikan upah yang lebih besar kepada karyawan, perusahaan ini menetapkan
sasaran usaha produksi adalah hal yang utama. Tetapi dengan meningkatnya bencana
terhadap pekerja saat melaksanakan pekerjaan, membuat produksi dan keuntungan tidak
meningkat. Maka kemudian perusahaan tersebut merubah prinsip keselamatan adalah hal
yang utama, dengan melaksanakan cara operasi mesin dan fasilitas lainnya dengan

N-1-4

berpedoman keselamatan adalah hal yang utama, sehingga bencana menjadi sangat
berkurang dan seiring dengan itu produksi meningkat, dan keuntungan pun meningkat,
yang mana hal ini merupakan kenyataan yang sangat terkenal. Sejak itu, cara berpikir
keselamatan adalah hal yang utama (safety first) menjadi berkembang luas. Sekarang ini,
lebih dari itu berkembang cara berpikir tanpa kecelakaan atau kecelakaan nol dengan
mengimplementasikan pemeliharaan keselamatan. Pada pemeliharaan keselamatan, seluruh
manajemen perusahaan termasuk pimpinan, pengelola manajemen, pengawas maupun
seluruh karyawan bersatu padu harus berusaha untuk mencapai kecelakaan nol. Sudah
tentu orang yang berdiri pada barisan paling depan adalah pimpinan, pengelola manajemen
dan pengawas.
3. Organisasi manajemen pemeliharaan keselamatan
3.1 Organisasi pengawasan pemeliharaan keselamatan pertambangan (pemerintah)
Di Jepang, berdasarkan hal yang telah ditetapkan dalam undang-undang keselamatan
kerja pertambangan, departemen perindustrian dan perdagangan sebagai kantor pemerintah
yang menangani pemeliharaan keselamatan tambang mendirikan biro lingkungan dan
lahan. Kemudian, sebagai mekanisme pengawasan di daerah, di Kyushu dan Hokkaido ada
bagian pengawasan pemeliharaan keselamatan tambang dan di masing-masing tempat
tersebut ditempatkan inspektur tambang. Inspektur tambang tersebut melakukan inspeksi
masuk ke tambang dan fasilitas tambahan lainnya dan bila diperlukan menggunakan
kewenangan kepala bagian pengawasan pemeliharaan keselamatan tambang untuk
melakukan tugas sebagai anggota kepolisian pengadilan pada saat terjadi pelanggaran
terhadap peraturan pemeliharaan keselamatan tambang. Selanjutnya, untuk menjalankan
administrasi pemeliharaan keselamatan secara demokratis, maka dibentuklah komisi
(dewan) pemeliharaan keselamatan pusat dan komisi (dewan) pemeliharaan keselamatan
daerah.
3.2 Organisasi manajemen pemeliharaan keselamatan tambang batu bara
Menurut undang-undang keselamatan kerja pertambangan di Jepang, tanggung jawab
pemeliharaaan keselamatan tambang berada pada pemilik hak usaha pertambangan.
Pemilik hak usaha pertambangan tersebut harus memilih koordinator pemeliharaan
keselamatan, kepala teknik pemeliharaan keselamatan dan wakilnya, serta petugas
pemeliharaan keselamatan. Dalam rangka mengfungsikan sistem pengawasan
pemeliharaan keselamatan intern, pemilik hak usaha pertambangan harus memilih petugas
pengawas pemeliharaan keselamatan dan pembantu petugas pengawas pemeliharaan
keselamatan. Dan dalam rangka mencerminkan pendapat pekerja tambang mengenai
pemeliharaan keselamatan, maka harus membentuk komisi pemeliharaan keselamatan.
Kualifikasi untuk jabatan dan pemilihan orang yang memimpin usaha pertambangan

N-1-5

adalah sebagai berikut :


Tugas mengenai pemeliharaan

Kualifikasi

keselamatan
Pemilik hak usaha
pertambangan

Pencegahan bahaya terhadap


orang
Perlindungan sumber daya
mineral
Pemeliharaan fasilitas tambang
Pencegahan polusi tambang

Koordinator pemeliharaan

Pengendalian hal-hal mengenai

Orang yang memimpin

keselamatan

pemeliharaan keselamatan

koordinasi pelaksanaan usaha


pertambangan

Kepala teknik

Membantu koordinator pemeliharaan

Lulus ujian level atas petugas

pemeliharaan keselamatan

keselamatan, dan mengawasi hal-hal

teknik pemeliharaan

teknis mengenai pemeliharan

keselamatan, 3 tahun u/ tamatan

keselamatan

universitas, 5 tahun u/ tamatan


SMU, selain itu orang dengan 7
tahun pengalaman

Wakil kepala teknik

Membantu pengontrol teknik

pemeliharaan keselamatan

pemeliharaan keselamatan

Petugas pemeliharaan

Menerima komando koordinator

Lulus ujian petugas teknik

keselamatan :

pemeliharaan keselamatan, pimpinan

pemeliharaan keselamatan

Petugas pemeliharaan

teknik pemeliharaan keselamatan

tahun u/ tamatan universitas, 2

keselamatan di

dan wakil teknik pemeliharaan

tahun u/ tamatan SMU, selain

permukaan

keselamatan, lalu melaksanakan

itu lebih dari 4 tahun

Petugas pemeliharan
keselamatan di tambang

tugas masing-masing bidang teknik


mengenai pemeliharaan keselamatan

bawah tanah
Petugas pemeliharaan
keselamatan permesinan
Petugas pemeliharaan
keselamatan perlistrikan
Petugas pencegahan
polusi tambang
Petugas ketel uap
Juru ledak

N-1-6

Sama dengan diatas

Petugas bahan peledak


Juru las
Pengawas pemeliharaan

Memberikan nasihat mengenai

Lulus ujian level atas petugas

keselamatan

pemeliharaan keselamatan kepada

teknik pemeliharaan

koordinator pemeliharaan

keselamatan, 3 tahun u/ tamatan

keselamatan, pimpinan teknik

universitas, 5 tahun u/ tamatan

pemeliharaan keselamatan, wakil

SMU, selain itu orang dengan 7

pimpinan teknik pemeliharaan

tahun pengalaman

keselamatan dan masing-masing


petugas
Pembantu pengawas

Membantu pengawas pemeliharaan

Sama dengan petugas

pemeliharaan keselamatan

keselamatan

pemeliharaan keselamatan

Penanggung jawab tertinggi pemeliharaan keselamatan di tambang adalah pemilik


hak usaha pertambangan. Mengapa begitu?, karena pemilik hak usaha pertambangan
menguasai pekerja yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan usaha pertambangan,
hal tersebut berdasarkan persetujuan antara hukum negara dan serikat pekerja, dan
perjanjian antara perusahaan dengan masing-masing pekerja, yang merupakan penguasaan
bersyarat perusahaan atas para pekerja di bawah pembatasan sistem yang berlaku. Didalam
persyaratannya, sudah tentu termasuk menjamin syarat kerja dan lingkungan kerja yang
diperlukan untuk menjamin keselamatan jiwa pekerja dan kesehatannya. Untuk menjamin
keselamatan jiwa pekerja dan kesehatannya, pemilik hak usaha pertambangan harus
melaksanakan kewajiban dengan mengambil semua tindakan yang berguna. Ini disebut
kewajiban melaksanakan jaminan keselamatan oleh si pemakai.
Menurut undang-undang keselamatan pertambangan, perbuatan untuk mencegah
bencana pertambangan, secara garis besar dapat dibagi menjadi pemilik hak usaha
pertambangan yang memikul tanggung jawab dan pekerja tambang yang memikul
tanggung jawab. Betapapun pemilik hak usaha pertambangan telah membuat fasilitas
yang bagus dan menetapkan sistem kerja yang aman, namun apabila para pekerja di dalam
kegiatannya tidak menjalankan sesuai dengan itu, maka hasilnya ada kemungkinan terjadi
bencana. Oleh karena itu, ada saat-saat di mana tanpa kerjasama pekerja tambang, akan
timbul hal yang menyulitkan. Dalam hal tersebut, apabila pemilik hak usaha pertambangan
tidak melakukan tindakan yang memperoleh kerjasama dari pekerja tambang, tidak dapat
dikatakan telah melaksanakan tugas dengan baik.
Sudah tentu, pemilik hak usaha pertambangan tidak mungkin melaksanakan sendiri
semua urusan tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan hal yang ditetapkan oleh undangundang keselamatan pertambangan, pemilik hak usaha pertambangan memilih koordinator

N-1-7

pemeliharaan keselamatan ke bawah, yaitu petugas teknik pemeliharaan keselamatan untuk


membagi tugas pemilik hak usaha pertambangan. Akhirnya, tanpa kerjasama yang aktif
dari seluruh karyawan, tidak mungkin dapat melaksanakan tugas. Untuk dapat
mempergunakan orang banyak secara efektif dalam suatu organisasi, pertama-tama perlu
menetapkan pembagian tugas yang dapat menunjukkan kemampuan setiap orang dengan
baik, dan pada saat yang sama, perlu mengatur agar pembagian tugas tersebut sesuai
dengan tujuan. Organisasi untuk pemeliharaan keselamatan, dari sisi hubungan antara
pemeliharaan keselamatan dan produksi sudah tentu sebaiknya keduanya menyatu, di mana
yang paling ideal adalah sistem kerja untuk produksi sekaligus merupakan organisasi untuk
pemeliharaan keselamatan itu sendiri. Berdasarkan undang-undang keselamatan
pertambangan, organisasi pemeliharaan keselamatan terdiri dari koordinator pemeliharaan
keselamatan (kepala tambang) sebagai orang paling atas, kemudian kepala teknik
pemeliharaan keselamatan, wakil kepala teknik pemeliharaan keselamatan dan berbagai
petugas pemeliharaan keselamatan, yang masing-masing terintegrasi ke dalam organisasi
kerja produksi, sehingga organisasi kerja produksi langsung menjadi sistem (hirarki)
pemeliharaan keselamatan itu sendiri. Oleh karena itu, dengan menetapkan ruang lingkup
kerjanya, hubungan atasan dan bawahan pada organisasi kerja dapat langsung dipakai juga
pada hubungan dalam urusan pemeliharaan keselamatan untuk petugas keselematan.
Selanjutnya, pengawas pemeliharaan keselamatan dan pembantu pengawas pemeliharaan
keselamatan dibentuk sebagai sistem pengawas pemeliharaan keselamatan intern yang
terpisah dari sistem pelaksana pemeliharaan keselamatan. Susunan seperti ini sudah
merupakan susunan yang mendekati ideal. Oleh karena itu, apabila terdapat masalah dalam
hal organisasi di bawah peraturan yang berlaku di Jepang, mungkin itu lebih merupakan
aspek operasinya, seperti penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat, dan
kejelasan tanggung jawab dan wewenang.
3.3 Pekerjaan manajemen pemeliharaan keselamatan yang sesungguhnya
Kepala tambang batu bara adalah penanggung jawab tertinggi terhadap pemeliharaan
keselamatan tambang batu bara. Kepala tambang batu bara dalam melaksanakan tanggung
jawab yang berhubungan dengan pemeliharaan keselamatan, selain membagi tugas kepada
masing-masing kepala lin produksi, harus melaksanakan perencanaan dan perancangan
pemeliharaan keselamatan secara menyeluruh, pembuatan peraturan pemeliharaan
keselamatan, pengajuan pembuatan dokumen masing-masing bagian, dan mendorong
gerakan pemeliharaan keselamatan. Untuk melaksanakan pekerjaaan pemeliharaan
keselamatan keseluruhan tambang tersebut, kepala tambang batu bara memerlukan staf, di
mana susunan itu biasanya terdiri dari bagian pemeliharaan keselamatan, atau seksi
pemeliharaan keselamatan. Bagian pemeliharaan keselamatan dan seksi pemeliharaan
keselamatan merupakan staf dari kepala tambang batu bara, dan pada saat yang sama, di

N-1-8

berbagai tambang batu bara, bagian atau seksi tersebut melakukan pembuatan bahan
pendidikan dan bantuan pengumpulan berbagai macam bahan referensi, serta memberikan
berbagai macam pelayanan kepada setiap karyawan teknik pemeliharaan keselamatan di lin
di bawah kepala bagain urusan tambang dan kepala seksi urusan tambang. Pengawas
pemeliharaan keselamatan dan pembantu pengawas pemeliharaan keselamatan diatur di
dalam undang-undang keselamatan pertambangan, di mana pengawas pemeliharaan
keselamatan bertugas memberi nasehat kepada petugas teknik pemeliharaan keselamatan
dibawah koordinator pemeliharaan keselamatan, serta keberadaannya terpisah dari lin
produksi, dan tidak boleh melakukan suatu pekerjaan yang merintangi pengawas
pemeliharaan keselamatan dalam menjalankan tugasnya memberi nasehat.
3.4 Pekerjaan yang harus dilakukan oleh petugas teknik pemeliharaan keselamatan untuk
mencegah bencana
Petugas teknik pemeliharaan keselamatan harus melaksanakan tugas yang telah
ditetapkan berdasarkan undang-undang keselamatan pertambangan, terutama untuk
mencegah bencana. Berikut ini akan dijelaskan secara kongkrit tugas petugas teknik
pemeliharaan keselamatan.
1 Memahami rencana pemeliharaan keselamatan perusahaan dan bekerjasama secara
aktif dalam pelaksanaannya.
2 Mendalami pengetahuan mengenai peraturan yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeliharaan keselamatan, mempertinggi keahlian dan memperbanyak
pengalaman.
3 Berusaha melakukan pengecekan dan pemeriksaan kondisi bahaya dan kegiatan
yang membahayakan di dalam wilayah tanggung jawabnya, dan berusaha untuk
menemukannya dengan cepat.
4 Membuat standar kerja keselamatan.
5 Melakukan pendidikan dan pelatihan pemeliharaan keselamatan yang diperlukan
untuk melaksanakan perencanaan pemeliharaan keselamatan.
6 Menempatkan pekerja yang sesuai dari sisi kualitas dan kuantitas.
7 Menempatkan bahan dan peralatan yang diperlukan pada tempat yang
memerlukannya.
8 Melaksanakan pemeliharaan fasilitas perlengkapan, pengaturan dan pembenahan
tempat kerja.
9 Mengusahakan perbaikan fasilitas, peralatan, cara kerja dan lain-lain.
10 Pada saat terjadi bencana, berusaha menyelamatkan korban dengan segera dan
menahan kerugian seminimum mungkin.
11 Memeriksa bencana yang terjadi, menganalisa penyebabnya dan meneliti tindakan
yang dilakukan, kemudian membuat laporan.

N-1-9

12 Melaksanakan dengan pasti dan secara proaktif tindakan pencegahan agar tidak

terjadi bencana serupa di kemudian hari.


13 Melaksanakan petunjuk dan perintah sedapat mungkin secara kongkrit, bersamaan
dengan itu harus memeriksa kondisi pelaksanaannya.
14 Petugas pemeliharaan keselamatan merupakan inti dari tugas pemeliharaan
keselamatan, maka perlu dengan sungguh-sungguh memperhatikan bahwa tidak
ada yang akan melaksanakan pemeliharaan keselamatan bila petugas
pemeliharaan keselamatan tidak melakukannya.
Petugas teknik pemeliharaan keselamatan perlu mengeluarkan perintah kepada
pekerja, tetapi bila pekerja tidak mematuhinya tidak akan tercapai tugas pemeliharaan
keselamatan. Maka, petugas teknik pemeliharaan keselamatan sebagai leader perlu
menyadari akan hal tersebut.

hubungan antar manusia Memandang penting

3.5 Kepemimpinan petugas teknik pemeliharaan keselamatan


Untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan persoalan, pengawas mempunyai
sedikitnya dua peranan. Pertama berusaha agar bawahan mencapai tujuan dan
menyelesaikan persoalan, membimbing dan mengawasi bawahan agar mengambil tindakan
yang produktif. Hal ini dapat disebut tindakan memandang penting prestasi kerja.
Kedua, memelihara hubungan antar manusia yang baik di tempat kerja. Berusaha
harmonis dengan bawahan, lalu para leader mempertimbangkan untuk membuat hubungan
yang baik dengan bawahannya. Hal ini dapat disebut tindakan memandang penting
hubungan antar manusia.
Menurut cara munculnya kedua peranan tersebut, kepemimpinan sering digambarkan
dalam bentuk diagram seperti berikut ini

Tipe berkonsultasi

Tipe saling campur tangan

(Tipe ramah)

Tipe menyerahkan pekerjaan

(Tipe integrasi)

Tipe memerintah

(Tipe membiarkan)
Memandang penting prestasi kerja

N-1-10

(Tipe otokrasi)

Tipe menyerahkan pekerjaan : Pasif terhadap bawahan dan terhadap prestasi kerja,
tidak memberi bimbingan maupun pengaruh yang
kongkrit kepada bawahan, dan menyerahkan keputusan
maupun tindakan dalam organisasi secara keseluruhan
kepada bawahannya.
: Memandang penting hubungan antara atasan dan
Tipe berkonsultasi
bawahan, biasanya berusaha mempertahankan suasana
bersahabat dan menyenangkan. Efisiensi pekerjaan
tidak meningkat tetapi hubungan antar manusia dengan
bawahan berjalan dengan baik. Organisasi harmonis dan
pekerjaan berjalan lancar.
: Memandang penting tercapainya sasaran, memberikan
Tipe memerintah
perintah secara kongkrit, mengawasi dengan ketat dan
mengatur tindakan bawahan. Leader menetapkan tujuan
dan sasaran aktivitas kelompok oleh dirinya sendiri.
Mengatur syarat kerja agar sedapat mungkin tidak
direpotkan oleh faktor manusia. Efisiensi meningkat
karena merupakan tipe mengutamakan produksi.
Tipe saling campur tangan : Sambil mempertimbangkan kedua aspek manusia dan
pekerjaan, mencapai tujuan organisasi dengan efektif,
keputusan aktivitas kelompok dilakukan berdasarkan
diskusi kelompok yang aktif oleh anggota dengan
menambahkan penjelasan yang diperlukan, dan
menampung pertanyaan dan usulan dari bawahan,
membantu bawahan, mengajarkan, memberi nasehat
dan memberikan bantuan yang diperlukan, lalu
mengambil keputusan setelah ditambahkan dengan
pikiran leader itu sendiri. Para anggota pun dapat
menguasai
tujuan
kelompok
dan
kondisi
perkembangannya.
Pada waktu menyelesaikan pekerjaaan secara kelompok, bila tidak ada kebersamaan
dalam tujuan dan keadaan, dan tidak ada kesatuan terhadap kesadaran akan peranan
masing-masing orang yang mengambil tindakan, sudah tentu tidak akan diperoleh hasil
yang diharapkan. Sudah barang tentu diperlukan pemimpin yang mengatur bawahan
berdasarkan kekuasaan dan sistem yang berlaku untuk mencapai tujuan bersama. Tetapi
pengaturan yang hanya berdasarkan kepada kekuasaan yang berdasarkan sistem yang

N-1-11

berlaku secara umum, tidak akan memperoleh kepercayaan dari bawahan.


Bawahan akan mematuhi hanya di permukaannya saja, dan mengambil tindakan
mementingkan diri sendiri, semangat kelompok dan hasrat mengungkapkan pendapat
kepada yang lebih tinggi akan menjadi lemah.
Tetapi pemimpin yang mempunyai tingkat berpikir yang kuat terhadap keseluruhan,
yaitu pemimpin yang memimpin dengan memperhatikan keberadaan organisasi,
kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh anggota akan memperoleh kepercayaan yang besar
dari bawahan. Pemimpin yang mengambil inisiatif dengan melaksanakan tugas, kewajiban
dan tanggung jawab yang kuat akan memperoleh kepercayaan yang dalam dari bawahan.
Leader didukung secara spontan dan secara aktif oleh anggota organisasi, dan kerja yang
dilaksanakan seperti itu dapat dikatakan leadership yang sesungguhnya.
Leader yang hanya dianggap lebih jujur, lebih pintar, atau lebih berani dari pada orang
lain, tidak mesti memperoleh leadership yang sebenarnya. Sebab, tergantung kepada
karakter kelompok dan kondisi kelompok pada saat itu, walaupun disebut jujur dan lagi
berani, tidak mesti berarti memperoleh kepercayaan yang dalam dari bawahan. Jadi,
seorang leader harus memahami bawahannya satu per satu dengan baik, saling memahami
hubungan sesama bawahan, mendalami perasaan yang sama, meningkatkan kemampuan
bawahan, mengeluarkan hasrat dan energi untuk mencapai sasaran kegiatan bersama dan
sasaran organisasi.
Sering karena hanya berkaitan dengan kepentingan individu, maka terjadi perselisihan
yang menyebabkan perpecahan kelompok. Dengan melakukan penyesuaian secara benar
terhadap kondisi yang ada pada kelompok, sambil tetap menjaga tujuan keuntungan
bersama, akan membuat kelompok tetap solid, sehingga dapat meningkatkan hasrat
kelompok untuk beraktivitas.
Keyakinan yang kuat dari leader, hasrat dan rasa kewajiban yang menggebu untuk
mencapai tujuan, pertimbangan keadaan secara tepat dan penyesuaian terhadap kelompok
merupakan sumber yang dapat menghasilkan kepercayaan yang dalam dan energi yang
baru dari bawahan.
Hal yang perlu dilakukan untuk leadership yang efektif :
1. Rasa (sense) terhadap arah dan pemberian arah yang benar
Berjalan sesuai dengan sasaran dasar organisasi
Memahami dengan baik pelaksanaan kebijakan organisasi
Sensitif terhadap perubahan lingkungan yang melingkupi organisasi
Mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat terhadap organisasi dan masyarakat
Memiliki kesadaran terhadap tanggung jawab dan perasaan pada tempat kerja
masing-masing
2. Sikap mental sebagai leader
Memiliki rasa kewajiban dan keyakinan diri

N-1-12

Selalu memiliki semangat menantang tujuan yang sulit


Mengendalikan perasaan menjadi tenang
Mengikuti hati nurani sendiri
Tingkah laku diri yang jujur
Selalu berusaha tidak sombong (rendah hati)
Memiliki pengetahuan umum dan kemampuan keahlian khusus, dan berusaha

menggunakan kemampuan berekspresi dan kemampuan meyakinkan orang lain


3. Sikap (stance) dasar terhadap bawahan
Selalu mengarah pada tujuan yang besar, berusaha meningkatkannya, dan
membuat bawahan memahami nilai tersebut
Berusaha menunjukkkan teladan
Berusaha membuat perasaan kegembiraan bekerja pada bawahan
Mempunyai rasa kasih sayang dan berusaha agar menunjukkan minat, perhatian
dan kebaikan hati terhadap bawahan
Kegagalan bawahan merupakan tanggung jawab atasan, sanggup menerima
tanggung jawab tersebut dan memikirkan masa depan bawahan serta berusaha
membimbingnya
Berusaha memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
Berdasarkan isi dan tujuannya, ada bermacam-macam bentuk petunjuk dan perintah.
Leader menyampaikan petunjuk dan perintah kepada bawahannya, dengan cara
menyampaikan pengetahuan dan informasi tersebut kepada semua bawahannya. Dan ada
pula bentuk cara penyampaian melalui pertukaran pendapat dan pikiran seluruh bawahan
secara aktif untuk mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di Jepang, cara yang terakhir
dianggap lebih baik untuk dapat menunjukkan kepemimpinan. Contohnya adalah
pencegahan kecelakaan pada suatu pabrik. Walaupun penanggung jawab dan pimpinan
keselamatan telah seringkali menjelaskan tindakan keselamatan, tetapi kecelakaan tetap
saja tidak berkurang. Sedangkan di pabrik lain, semua melaksanakan diskusi mengenai
tindakan keselamatan pada pertemuan di tempat kerja secara terus menerus dengan sabar,
sehingga dapat mengurangi kecelakaan dengan hasil yang lebih baik. Dari sini terlihat
jelah, bawha apabila suatu keputusan diambil melalui rapat, maka keputusan tersebut
didukung juga oleh rekan yang lain. Dengan kata lain, karena menyadari bahwa antara
seorang individu mempunyai sikap yang sama dengan rekan yang lainnya, maka setiap
individu memiliki kesadaran diri yang kuat sebagai anggota dari tempat kerja. Dan
bersamaan dengan itu, tumbuh kesadaran agar tidak dikucilkan dari kelompok, sehingga
setiap individu akan melaksanakan hal-hal yang telah ditetapkan dengan setia. Dengan
demikianakan semakin memperkuat rasa kebersamaan dengan rekan-rekan yang lain.
Demikianlah alasan-alasan untuk dapat menunjukkan kepemimpinan yang lebih baik.

N-1-13

4. Pendidikan keselamatan kerja


4.1 Cara berpikir mendasar mengenai pendidikan keselamatan kerja
Pendidikan pemeliharaan keselamatan adalah pendidikan yang berkaitan dengan
pemeliharaan keselamatan. Pendidikan pemeliharaan keselamatan adalah hal yang harus
dilaksanakan oleh pengelola dan pengawas dalam rangka mencapai misi, dan
kenyataannya memang dilaksanakan. Ada banyak cara yang harus dipertimbangkan secara
khusus untuk dapat melaksanakan pendidikan pemeliharaan keselamatan secara efektif,
yang dapat bermanfaat secara langsung pada pengurangan bencana, terutama pada
perusahaan yang sangat sibuk dan sulit menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan pendidikan pemeliharaan keselamatan.
Salah satunya adalah standar penilaian hasil pendidikan yang berbeda dengan
pendidikan umum. Yakni pada pendidikan sekolah dan pendidikan perusahaan umumnya,
bila rata-rata level orang yang mengikuti pendidikan meningkat terutama bila
menghasilkan beberapa orang diantaranya dengan prestasi terbaik, maka pendidikan
tersebut dinilai telah berhasil. Tetapi pada pendidikan pemeliharaan keselamatan, selama
masih ada orang yang mempunyai level yang rendah walaupun hanya seorang saja,
pendidikan tersebut tidak dinilai telah berhasil, mengapa begitu ? Seandainya pada suatu
tempat kerja terdapat 100 orang karyawan di mana 99 orang telah sungguh-sungguh
melaksanakan pendidikan pemeliharaan keselamatan dengan baik, tetapi masih ada satu
orang dengan level yang rendah. Kemudian orang yang levelnya rendah tersebut
menimbulkan bencana (orang tersebut sudah tentu mempunyai kemungkinan mudah
menimbulkan bencana yang lebih tinggi dari pada orang lain), sudah tentu kemungkinan
terjadi bencana pada tempat kerja tersebut sama sekali tidak sama dengan 1/100 kejadian.
Oleh karena itu, bila ingin mengurangi bencana di tambang batu bara tersebut, maka
terutama harus dilakukan pembinaan dan pendidikan orang dengan level terendah, untuk
meningkatkan levelnya sampai membuat orang tersebut tidak mengalami luka. Kalau tidak
demikian, prestasi pemeliharaan keselamatan unit kerja tersebut tidak bisa menjadi baik.
Dengan kata lain, perlu meningkatkan batas level terendah.. Dari alasan tersebut diatas,
maka perbedaan mendasar pendidikan pemeliharaan keselamatan dan pendidikan yang lain
adalah pada pendidikan sekolah atau pendidikan perusahaan umumnya, mungkin
diperbolehkan adanya pelajar yang gagal. Tetapi pada pendidikan pemeliharaan
keselamatan sama sekali tidak diperbolehkan seorangpun pelajar yang gagal. Bila masih
terdapat seorang saja yang kelihatannya akan gagal, maka pendidikan pemeliharaan
keselamatan tersebut tidak dapat dinilai telah berhasil.
Pendidikan dan pelatihan yang berhasil tergantung dari kondisi pihak yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan. Walau bagaimanapun pihak pelaksana pendidikan dan pelatihan
telah berusaha, tetapi bila tidak ada kemauan belajar dari pihak yang mengikuti pendidikan

N-1-14

dan pelatihan, hampir semuanya tidak akan berhasil.


Di sini, cara mempelajari pengetahuan, secara garis besar dibagi menjadi pendidikan
dengan cara jejal dan pendidikan dengan cara pencerahan. Pendidikan dengan cara
jejal adalah cara pendidikan dimana orang yang mengajarkan ilmunya memberikan kuliah
kepada orang-orang yang menerima dengan secara searah mencurahkannya, cara ini
disebut cara kuliah. Cara seperti ini pengajar menghimpun ilmu dan pengalamannya yang
banyak dan menyusunnya secara sistematis lalu memberikan sebagai ilmu pengetahuan
kepada orang yang belajar. Bila orang yang belajar dapat menyerap ilmu tersebut dalam
waktu yang relatif singkat, hal ini akan efisien secara ekonomi. Tetapi cara seperti ini
terdapat kelemahan terutama bagi orang yang tidak mempunyai hasrat dan orang yang
minatnya lemah, akan sulit membangkitkan hasrat belajar secara aktif, karena cara seperti
cara menjejalkan ilmu secara searah. Cara belajar seperti ini mempunyai kelemahan hanya
sedikit bermanfaat langsung dalam meningkatkan kemampuan berpikir dan mengambil
keputusan, dan tidak berhubungan banyak dengan hal dalam mengambil suatu tindakan.
Kemampuan pengajar berpengaruh besar terhadap efektifitas pendidikan, karena itu pada
setiap bidang pendidikan harus diajarkan oleh orang yang ahli di bidangnya, sehingga
terdapat kelemahan seiring dengan sulitnya untuk mendapatkan pengajar yang baik.
Pendidikan dengan cara pencerahan adalah cara pendidikan dimana orang yang
menerima pendidikan mengeluarkan bakat dan pengalaman yang dimilikinya sambil
memanfaatkan hal tersebut untuk pencerahan. Metode ini terdiri dari metode pencerahan
diri, yaitu pencerahan diri yang dilakukan dengan membangkitkan sendiri rangsangan
untuk mencerahkan diri, dan satu lagi adalah metode pencerahan timbal-balik, yaitu saling
menciptakan rangsangan untuk melakukan pencerahan timbal-balik. Metode pencerahan
diri pada umumnya tidak dipakai, hampir seluruhnya menerapkan metode pencerahan
timbal-balik. Hal yang paling umum dalam metode pencerahan timbal-balik adalah bentuk
konferensi (bentuk diskusi). Hal ini merupakan cara belajar dimana anggota yang ikut
berpartisipasi mengeluarkan pengalaman masing-masing dan saling melakukan pencerahan
di dalam diskusi. Oleh karena itu, cara ini dapat meningkatkan hasrat belajar seluruh
anggota dan memiliki kelebihan, bahwa moderatornya tidak harus memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang lebih baik dari pada orang yang ikut berpartisipasi.
Metode ini sangat efektif untuk orang yang berpengalaman, tetapi sebaliknya tidak
tepat untuk pendidikan orang baru atau pendidikan untuk memberikan pengetahuan kepada
banyak orang dalam waktu yang singkat.
4.2 Pendidikan keselamatan kerja yang sebenarnya
Contoh pendidikan pemeliharaan keselamatan yang dilaksanakan pada tambang batu
bara Jepang.

N-1-15

Nama pendidikan

Isi pendidikan

Frekuensi

Orang yang

pelaksanaan

menjadi sasaran

Ringkasan mengenai tambang

Setiap saat

Orang baru

batu bara, peraturan perundang-

diperlukan

Penanggung jawab pendidikan

1. Pendidikan
yang ditetapkan
undang-undang
(1) Pendidikan
orang yang
baru masuk
(termasuk

Petugas penanggung jawab


pendidikan

undangan pemeliharaan
keselamatan pertambangan,
pencegahan bencana, peninjauan
tambang bawah tanah

pendidikan
orang yang
baru masuk
tambang
bawah tanah)
(2) Pendidikan
untuk
mendapat
kualifikasi

Pendidikan teknik, pengetahuan

Tiap bulan

Orang yang perlu

dan praktek yang diperlukan

memperoleh

untuk memperoleh berbagai

kualifikasi

Kepala seksi pemeliharaan


keselamatan, chief foreman yang
bersangkutan, orang yang sudah
memiliki kualifikasi yang

kualifikasi

(perolehan

bersangkutan, pengajar dari Safety

kualifikasi)

Center

(3) Pendidikan
orang yang
memiliki

Pendidikan contoh-contoh

Tiap bulan

Orang yang telah

bencana, pendidikan ulang

mempunyai

mengenai pengetahuan teknik

kualifikasi

(Pengajar Kyushu Mine Safety


Center)

kualifikasi
(pendidikan
ulang )
(4) Pendidikan
pekerja
pertambangan

Pendidikan teknik, pengetahuan

Tiap bulan

dan praktek yang diperlukan

Orang yang perlu


memperoleh

untuk setiap kualifikasi

kualifikasi

yang ditunjuk

(Kepala seksi pemeliharaan


keselamatan, chief foreman yang
bersangkutan, pekerja
pertambangan yang ditunjuk)

(perolehan
kualifikasi)
(5) Pendidikan
pekerja
pertambangan

Pendidikan contoh-contoh

Tiap bulan

Orang yang telah

(Pengajar Kyushu Mine Safety

bencana, pendidikan ulang

mempunyai

Center, foreman yang

mengenai pengetahuan teknik

kualifikasi

bersangkutan)

yang ditunjuk
(pendidikan

N-1-16

ulang)
(6) Pendidikan
mengenai debu
(7) Pendidikan

Pencegahan penyebaran debu,

2 kali/tahun

dan penyakit paru-paru

Seluruh pekerja
tambang

Pokok-pokok kepatuhan bagi

Setiap saat

Foreman yang

bagi foreman

foreman, peraturan perundang-

diperlukan

dipromosi

baru

undangan pemeliharaan

(Petugas penanggung jawab


pendidikan, foreman bersangkutan)
(Petugas penanggung jawab
pendidikan, foreman yang
bersangkutan)

keselamatan pertambangan,
pencegahan bencana
2. Pendidikan
yang tidak
ditetapkan
undang-undang
(1) Pendidikan

Sasaran gerakan pemeliharaan

Tiap bulan

keselamatan bulanan, pendidikan


contoh-contoh bencana

Chief foreman,

(Kepala seksi pemeliharaan

senior foreman,

keselamatan dan wakilnya)

foreman

foreman
bulanan
(2) Pendidikan

Cara promosi mengenai KYK

3 kali/tahun

leader KYK
(3) Forum diskusi

Foreman,

(Pengajar luar)

operator
Pendidikan peningkatan

teknik

kemampuan manajemen bagi staf

pemeliharaan

manajemen menengah

4 kali/tahun

Chief foreman,

(Pengajar Kyushu Mine Safety

senior foreman

Center, dll)

keselamatan
(4) Pendidikan
lapangan

Uji ledakan gas dan debu batu

1 kali/tahun

Foreman

bara

(Pengajar Kyushu Mine Safety


Center, dll)

setempat
(5) Pendidikan
ulang bagi

Mengenai cara pertolongan

8 kali/tahun

Foreman

pertama pada pertambangan

(Pengajar Kyushu Mine Safety


Center, dll)

foreman
(6) Kursus teknik
pemeliharaan

Mengenai ilmu keamanan dan

11 kali/tahun

keselamatan

Foreman, pekerja

(Pengajar luar)

tambang

keselamatan
(7) Komisi

Contoh-contoh bencana

Setiap bulan

keselamatan
(8) Pendidikan

Anggota komisi

(Kepala seksi penambangan)

keselamatan
Swabakar, cara pertolongan

teknik

pertama, debu, rope, belt

pemeliharaan

conveyor, bencana peledakan

10 kali/tahun

keselamatan

N-1-17

Foreman,

(Pengajar Kyushu Mine Safety

pickman

Center, dll)

(9) Pendidikan
pertolongan

Mengenai metode pertolongan

3 kali/tahun

Foreman dan

(Instruktur pertolongan pertama)

karyawan

pertama pertambangan

pertama bagi

menengah

petugas baru
(10) Pertemuan

Sasaran gerakan pemeliharaan

kelompok

keselamatan bulanan, pendidikan

pemeliharaan

contoh-contoh bencana

Setiap bulan

Seluruh pekerja

(Foreman yang bersangkutan)

tambang

keselamatan
3. Pelatihan
(1) Pelatihan
evakuasi

Latihan evakuasi secara praktek


yang mengasumsikan berbagai

Seluruh pekerja
4 kali/tahun

jenis bencana, dengan kombinasi

(Foreman keselamatan ventilasi)

tambang bawah
tanah

seluruh tambang dan per sektor

Latihan evakuasi secara simulasi


yang mengasumsikan berbagai

Setiap bulan

jenis bencana

Seluruh pekerja

(Foreman yang bersangkutan)

tambang bawah
tanah

(2) Pelatihan
pemadaman

Pelatihan pemadaman api

1 kali/tahun

termasuk penyemprotan air

api

Seluruh pekerja

(Foreman permesinan dan

tambang bawah

pemeliharaan udara)

tanah

Pelatihan penyemprotan air di

4 kali/tahun

tambang bawah tanah

Orang yang

(Foreman yang bersangkutan)

berkaitan di
tambang bawah
tanah

Pelatihan penyemprotan air oleh

3 kali/tahun

regu penyelamat

Pelatihan pemadaman api sistem

1 kali/tahun

busa
(3) Pelatihan
pengenaan alat

Pelatihan penggunaan masker

1 kali/tahun

CO, O2

Anggota regu

(Kepala regu penyelamat, kepala

penyelamat

sub-regu penyelamat, instruktur)

Anggota regu

(Kepala regu penyelamat, kepala

penyelamat

sub-regu penyelamat, instruktur)

Pegawai baru

(Petugas penanggung jawab


pendidikan, foreman yang
bersangkutan)

4.3 Pendidikan kesempatan

N-1-18

Pendidikan kesempatan adalah pendidikan yang dilakukan pada saat macam-macam


kondisi masalah yang buruk menjadi jelas seperti pada saat nyaris terjadi luka, terlanjur
melakukan sesuatu, kondisi mesin buruk, peralatan yang sulit digunakan, dan mengenai
hal-hal yang tidak boleh dilakukan, tanpa kehilangan kesempatan mengajarkan mengenai
permasalahan tersebut pada saat itu juga, memikirkan dan mendorong agar berusaha, dan
memberikan bantuan untuk usaha perbaikan dalam rangka menyelesaikan permasalahan
tersebut jika diperlukan.
Pendidikan kesempatan berbeda dengan pendidikan yang direncanakan, digolongkan
sebagai pendidikan pada saat itu juga, pada banyak kasus disebut pendidikan dengan
sasaran individu (dengan kata lain pendidikan man to man), tetapi ada juga yang ditujukan
terhadap beberapa kumpulan orang pada tempat itu.
Mari coba memikirkan kondisi yang paling efektif dari pendidikan kesempatan.
Karena terdapat perbedaan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman pada masing-masing
individu pada pendidikan terhadap orang yang berpengalaman, maka sulit diharapkan
efektifitas yang besar bila dilaksanakan pendidikan secara seragam, biar bagaimana pun
pada setiap kesempatan, bila mendidik mengenai masalah tertentu tidak berdasarkan
kepada metode pendidikan kesempatan, tidak dapat diharapkan efektifitas yang besar.
Untuk melaksanakan pendidikan kesempatan seperti ini secara efektif, pihak yang
melaksanakan pendidikan selalu perlu mempersiapkannya dengan baik, tanpa itu bukanlah
berlebihan bila dikatakan tidak dapat melaksanakan pendidikan kesempatan yang
sebenarnya.
Mari coba memikirkan mengenai orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
kesempatan. Siapapun orang yang menjadi pengawas, pada saat diperlukan kapan saja
harus melaksanakan pendidikan kesempatan, karena orang yang paling banyak mempunyai
kesempatan bersentuhan dengan pekerja adalah pengawas terutama pengawas lini pertama.
Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan kesempatan,
bagaimana pun juga pengawas lini pertama merupakan orang utama yang melaksanakan
pendidikan kesempatan.
Pendidikan yang diperlukan oleh setiap individu tentu berbeda. Oleh karena itu, tanpa
memahami kemampuan setiap individu bawahan, sudah barang tentu tidak dapat
melaksanakan pendidikan yang benar-benar berguna. Orang yang dapat memahami
kemampuan setiap individu adalah pengawas lini pertama yang berhubungan langsung
melalui pekerjaan tiap hari di lapangan, oleh karena itu orang yang dapat melaksanakan
pendidikan kesempatan secara efektif adalah pengawas lini pertama. Untuk mencapai
kemampuan agar dapat melaksanakan pendidikan kesempatan pada pengawas lini pertama,
sudah tentu pendidikan pengawas lini kedua keatas merupakan tugas pimpinan dan
pengawas.
Pengawas lini pertama sangat penting untuk memiliki sikap menguasai kemampuan

N-1-19

menemukan faktor-faktor yang tidak aman, tidak membiarkan kesempatan dan selalu
berusaha membimbing pekerja.
5. Gerakan pemeliharaan keselamatan kerja
5.1 Cara berpikir mendasar mengenai gerakan pemeliharaan keselamatan kerja
Gerakan pemeliharaan keselamatan adalah penggunaan kemampuan kelompok agar
dapat memperkuat perasaan untuk melaksanakan secara mandiri hal yang diperlukan dalam
rangka mengurangi bencana.
Biasanya disebut Gerakan XX. Maksud gerakan disini adalah mari kita kerjakan
bersama. Manusia mempunyai keinginan yang bermacam-macam seperti ingin menjadi
anggota kelompok dan ingin diakui di dalam kelompok, dan melaksanakan kegiatan
terhadap keinginan ini dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dipengaruhi oleh suasana
itu, walaupun sesuatu hal sulit dilaksanakan oleh sendiri-sendiri, tetapi semua berusaha
bersama sekuat tenaga agar dapat menjadi mudah dilaksanakan.
Pada masyarakat modern, manusia menjadi anggota bermacam-macam kelompok,
mulai dari masyarakat lingkungan yakni keluarga dan tempat kerja hingga perkumpulan
olah raga, hobi, dan lain-lain. Disekitar kita, setiap tahun sering dilaksanakan macammacam penyelenggaraan dan pertemuan, seperti Gerakan XX, Minggu XX dan Bulan XX.
Di dalam kelompok hal ini merupakan hal yang mempengaruhi masing-masing individu
untuk mengerjakan bersama secara kelompok, sehingga dapat dipahami betapa rumitnya
keadaan masyarakat modern dewasa ini.
Karena gerakan adalah suatu hal yang bermaksud memanfaatkan kekuatan kelompok,
maka kunci keberhasilan gerakan terletak pada tepat tidaknya cara memahami dan
mengendalikan kekuatan kelompok.
Karena gerakan pemeliharaan keselamatan adalah gerakan yang bertujuan
mengurangi bencana, maka semua kunci keberhasilan dari berbagai macam gerakan, dapat
menjadi referensi yang berguna untuk memajukan gerakan pemeliharaan keselamatan.
Untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan pemeliharaan keselamatan secara efektif
dan efisien, serta berhasil guna, kesiapan mental dari pihak yang menerima hal tersebut
memiliki pengaruh yang paling besar. Namun, persoalannya adalah bagaimana caranya
agar seseorang dapat memiliki sikap mental untuk menerima pendidikan dan pelatihan
tersebut. Untuk menyelesaikan persoalan ini besar harapan kepada berhasilnya gerakan
pemeliharaan keselamatan ini.
Gerakan pemeliharaan keselamatan terdiri dari, gerakan yang dilaksanakan dalam
waktu relatif singkat (terutama seperti pemeliharaan keselamatan mingguan, aspek
kejiwaan, pencerahan dan propaganda), dan gerakan yang memerlukan tindakan yang
kongkrit secara terus menerus (seperti gerakan pelaporan tidak terjadi kecelakaan dan
bencana, gerakan KYK, gerakan menunjuk sambil bersuara (shisakoshou), dan lain-lain).

N-1-20

Untuk mencapai tujuan pencegahan bencana perlu menitikberatkan pada point .


5.2 Pemeliharaan keselamatan kerja pertambangan mingguan (atau pemeliharaan
keselamatan kerja bulanan)
Pemeliharaan keselamatan pertambangan mingguan di Jepang, sejak pertama kali
dilaksanakan pada tanggal 2~6 Juli 1928, hingga sekarang benar-benar merupakan hal
yang memiliki arti sangat penting. Pemeliharaan keselamatan mingguan pada keseluruhan
pertambangan berupa kegiatan penerangan dan propaganda mengenai pemeliharaan
keselamatan, pemeriksaan lingkungan dan fasilitas kerja, pendidikan pemeliharaan
keselamatan, bila dilihat sebatas permukaannya, tidak begitu banyak berubah kondisi
pelaksanaannya dalam waktu yang lama. Orang yang terkait dengan acara pemeliharaan
keselamatan mingguan dipusingkan untuk membuat sesuatu yang baru mengenai kegiatan
acara tersebut, namun sebagian besar merupakan kegiatan yang telah berlangsung sejak
lama. Pemeliharaan keselamatan mingguan merupakan kegiatan yang sangat berarti dan di
masa depanpun sebaiknya tetap terus berlangsung setiap tahun. Kegiatan pencegahan
bencana yang dilakukan setiap hari yang merupakan inti dari gerakan pemeliharaan
keselamatan sudah tentu merupakan bentuk yang lain.
Pemeliharaan keselamatan bulanan adalah kegiatan yang ditujukan sebagai
pelaksanaan tindakan penting bulanan dengan tujuan pencegahan bencana serius pada
masing-masing penyebab (seperti pencegahan ledakan gas, dan lain-lain), dan berkembang
menjadi gerakan yang mengimplementasikan dengan menitikberatkan pada pencegahan
tersebut. Implementasi ini lebih kongkrit dari pada pemeliharaan keselamatan mingguan.
Selanjunya kegiatan pencegahan bencana yang dilakukan setiap hari yang merupakan
inti kegiatan pemeliharaan keselamatan, dilaksanakan secara meluas di Jepang, di
antaranya adalah gerakan KYK, yang merupakan kegiatan yang sangat efektif. Mengenai
gerakan KYK tersebut akan dijelaskan berikut ini.
5.3 Gerakan KYK
KYK (tindakan prediksi bahaya) diciptakan dan dikembangkan oleh sebuah
perusahaan besi baja di Jepang pada tahun 1974, setelah itu berkembang pada setiap
perusahaan besi baja, selanjutnya meluas ke seluruh industri Jepang sebagai kegiatan
pemeliharaan keselamatan.
Di Ikeshima Coal Mine juga telah diimplementasikan gerakan KYK sejak tahun 1983
dan telah menampakkan hasilnya. Gerakan ini mengarah kepada tercapainya kecelakaan
nol, dan membuat tempat kerja yang menyenangkan dengan mengaktifkan kegiatan
keselamatan dan kesehatan. Gerakan dengan titik awal mengutamakan manusia, yang
menjadikan manusia sebagai pusat dan prioritas, dan merupakan gerakan yang berusaha
menghidupkan kreativitas manusia. Sloganpun dimulai dari keselamatan adalah hal yang

N-1-21

utama, berkembang menjadi kecelakaan nol adalah harapan semua, mari kita majukan
keselamatan tempat kerja.
Dilihat dari sudut pandang yang lain, dasar gerakan ini adalah
1 Ingin diakui dalam kelompok
2 Ingin berpatisipasi pada keputusan kelompok
3 Menghargai keinginan orang-orang yang mempunyai rasa kebersamaan
berdasarkan keputusan kelompok.
Pada KYK, pimpinan tidak memberi petunjuk dan memerintah secara sepihak, tetapi
diperlukan pertemuan untuk menyelesaikan unsur-unsur bahaya melalui diskusi dan saling
bertukar pikiran di antara seluruh anggota tim di dalam situasi kerja. Pertemuan ini
dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1931 dengan mengaplikasikan metode brain
storming. Brain storming adalah cara mengeluarkan gagasan yang ada dalam pikiran
secara bebas. Beberapa orang anggota dalam situasi yang santai, saling mengeluarkan
banyak gagasan dengan bebas sambil menimbulkan rangkaian reaksi berangan-angan dan
hubungan pikiran. Untuk itu, biasanya menggunakan 4 prinsip berikut ini yang sama sekali
berbeda dengan konferensi.
Larangan mengkritik : Tidak melakukan kritik yang baik maupun yang buruk
Bebas
: Menyambuat baik pemikiran baru yang unik
Produksi massa
: Mengeluarkan pendapat apa saja secara terus menerus
Proses membonceng : Proses membonceng pada gagasan orang lain
Brain storming yang dilakukan oleh tim, dipergunakan secara sungguh-sungguh pada
KYK. KYK adalah tindakan prediksi bahaya yang dalam huruf romawi ditulis Kiken Yochi
Katsudou disingkat dengan mengambil huruf depannya saja.
Di lapangan, pelatihan untuk melaksanakan KYK disebut KYT. Huruf T terakhir
adalah singkatan dari Training. KYK merupakan praktek tindakan menyelesaikan
bahaya yang diketemukan.
Ini dilaksanakan seperti 4 putaran berikut ini :
Putaran pertama

Pemahaman kondisi

Mengandung bahaya yang bagaimana

Putaran kedua

Penyelidikan substansi

Inilah point-point bahaya

Putaran ketiga

Pembentukan tindakan

Kalau anda, berbuat apa

Putaran keempat

Penentuan sasaran

Kita akan berbuat seperti ini

Untuk menemukan mengandung bahaya yang bagaimana, keseluruhan tim harus


mempertinggi perasaan (sense) bahaya. Perasaan bahaya dapat ditingkatkan melalui
pelatihan prediksi bahaya berulang kali oleh semua dengan cepat dan tepat. 4 putaran ini
dipergunakan juga untuk menyelesaikan persoalan.
Misalnya di Ikeshima Coal Mine, pada saat terjadi orang yang terluka, orang-orang

N-1-22

yang terkait berkumpul melaksanakan rapat penyelidikan luka dengan cara 4 putaran ini,
kemudian mengambil tindakan. Selain itu, digunakan juga pada meeting (TBM) di
lapangan pekerjaan.
TBM adalah singkatan dari Tool Box Meeting (pembicaraan di sebelah kotak peralatan
di lapangan), yaitu melaksanakan meeting singkat di lapangan dengan melihat keadaan
tempat kerja sekarang, lalu melakukan perkiraan bahaya, tindakan, kesepakatan
mengenai sasaran tindakan, pemeriksaan oleh seluruh anggota. Pada pemeriksaan ini
seluruh anggota saling menumpukkan tangannya, lalu mengucapkan hal-hal mengenai
pemeriksaan, disebut ( Touch and Call ). Ini semua dilakukan kira-kira dalam 5 menit.
Karena harus melakukan pembicaraan yang efektif dalam waktu yang sangat singkat, maka
sangat penting untuk memperhatikan hal-hal di bawah ini.
Seluruh anggota mengeluarkan pendapat terus menerus
Tidak melakukan dan membiarkan perdebatan
Memerlukan latihan, mulai dari leader sampai anggota tim
Pelaksanaan di lapangan dilakukan pada waktu akan memulai kerja atau sesaat
sebelum mulai kerja setelah istirahat makan siang, atau bisa juga dilakukan di tengah
pekerjaan. Meeting singkat ini dilaksanakan dengan lebih dahulu membagi tim dengan
masing-masing 5~6 orang.
6. Prosedur kerja standar
6.1 Cara berpikir mendasar mengenai pembuatan prosedur kerja standar
Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang ditentukan, untuk
memperoleh hasil yang sama secara paling aman, rasional dan efisien, walaupun dilakukan
siapapun, kapanpun, di manapun.
Tujuan membuat prosedur kerja standar :
Pekerjaan pertambangan telah dimekanisasi satu per satu, tetapi sebagian besar masih
bergantung pada tenaga manusia. Yang telah dimekanisasipun, sebagian besar masih
dioperasikan oleh manusia, di mana peralatan yang menggunakan kendali otomatis dan
otomatisasi masih sangat sedikit. Tindakan orang ini ditentukan oleh macam-macam faktor
seperti kekuatan fisik, kemampuan gerak, kecekatan masing-masing, kebiasaan
penggunaan tangan kiri atau tangan kanan dan lain-lain, serta bersamaan dengan itu
dipengaruhi oleh kebiasaan dan pembiasaan diri dan lain-lain. Pada pelaksanaannya
pekerjaan yang sama pun, banyak terdapat perbedaan dalam hal urutan, posisi badan, cara
menggerakkan tangan dan kaki, cara memegang dan menggunakan alat dan lain-lain. Hal
ini sudah tentu karena tangan yang digunakan dan kekuatan fisik masing-masing berbeda
satu dengan lainnya. Namun di lain pihak, waktu pertama kali diajarkan, banyak orang
yang mempunyai kebiasaan seperti itu karena diajari oleh senior atau meniru orang lain
sehingga hafal secara alamiah, dan lain-lain. Di antara kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak

N-1-23

sedikit urutan dan cara menggerakkan badan yang tidak dapat dikatakan aman dan efisien.
Dengan berkembangnya mesin-mesin yang akurat dan berukuran besar sehingga
tenaga mesinnya menjadi besar dan volume pekerjaan pun banyak, karena itu sewaktu
mengoperasikan mesin-mesin tersebut sedikit saja melakukan kesalahan dalam urutannya,
atau posisi kaki dan tangan yang salah, tidak jarang terjadi bencana yang serius. Dan
sedikit saja melakukan operasi yang tidak tepat, dapat berpengaruh besar terhadap
efisiensi.
Oleh karena itu, sedapat mungkin membuat prosedur kerja standar, melakukan
standardisasi dan penyederhanaan kerja, dan bersamaan dengan itu, perlu memperkecil
perbedaan yang ada pada masing-masing individu, mengusahakan keselamatan kerja dan
meningkatkan efisiensi.
6.2 Efek pembuatan prosedur kerja standar
1 Untuk masing-masing pekerjaan, level minimum yang harus dikuasai menjadi
kongkrit dan jelas (hal-hal yang terpenting menjadi jelas).
2 Orang yang baru mengerjakan suatu pekerjaanpun (orang yang belum terampil),
dapat menguasai keterampilan dasar tertentu dalam waktu yang paling singkat.
3 Berguna bagi orang baru, agar menimba pengalaman yang diharapkan saja dan
tidak mengalami pengalaman yang tidak diharapkan.
4 Berguna untuk menemukan kekurangan dan kebiasaan buruk dari pekerja,
sehingga berguna untuk menitikberatkan pendidikan dan pelatihan tambahan.
5 Memperjelas hal-hal yang perlu diperbaiki pada cara kerja, peralatan dan lain-lain.
6 Percepatan standardisasi cara kerja.
7 Kelelahan pekerja berkurang.
6.3 Cara membuat prosedur kerja standar
Cara membuat prosedur kerja standar, harus merupakan prosedur kerja standar yang
dapat dipatuhi oleh sebanyak mungkin pekerja, sehingga diperlukan macam-macam
perhatian pada saat membuatnya.
Hal- hal yang utama tersebut adalah sebagai berikut :
1 Berupa sesuatu yang dapat dimengerti dengan jelas.
2 Memikirkan cara PR (promosi) agar semua orang dapat memahaminya dan
memperoleh kerja sama dari semua orang.
3 Pejabat pelaksana perusahaan harus menunjukkan sikap memiliki semangat dan
harapan pada pelaksanaan tersebut.
4 Memilih waktu dan jenis pekerjaan yang akan di jadikan topik utama (misalnya
memilih waktu tertentu di saat baru terjadi bencana karena cara melakukan
pekerjaan yang buruk, agar keharusan tersebut dapat dirasakan secara mendalam ).

N-1-24

Membuat sasaran dengan meneliti lebih dahulu cara penyebaran prosedur kerja
yang telah siap.
6 Membuat jelas lebih dahulu pemilihan orang yang membuat draft prosedur kerja
dan organisasi yang meneliti draft tersebut, untuk memperoleh kerjasama dari
banyak orang.
5

Membuat grup pembuatan draft yang terdiri dari 1 orang penanggung jawab
pembuatan prosedur, 1 orang yang bertanggung jawab menganalisa pekerjaan (boleh
merangkap sebagai penanggung jawab), 2~3 orang kepala kerja yang benar-benar
mengetahui pekerjaan, 2~3 orang pelaksana pekerjaan (tenaga terampil). Pekerja yang
paling terampil mengenai pekerjaan tersebut, memeriksa secara rinci dan mencatat proses
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutannya, seperti jenis dan cara pemakaian alat yang
digunakan, gerakan dan urutan pekerjaannya.
Memperjelas setiap prosedur secara kongkrit tentang hal terpenting yang harus
diperhatikan pada saat itu. Menghilangkan prosedur yang sulit dikerjakan oleh pekerja, dan
memikirkan orang yang baru masuk (orang yang belum terampil) sebagai dasar
pembuatannya. Tidak membuat perbedaan secara menyolok pada masing-masing individu
yang dapat mempengaruhi keselamatan dan hasil pekerjaan. Bila draft telah siap, sedapat
mungkin diteliti oleh banyak orang yang terkait untuk memperoleh draft tertentu (pada
tahap ini pelaksana pekerjaan melakukan demonstrasi sesuai draft, lalu menyusun
pertemuan pemeriksaan untuk memeriksa dan meneliti keadaan draft oleh seluruh
anggota).
Contoh model prosedur kerja standar adalah seperti berikut.
Tujuan

Kenapa

Isi

Apa

Kapan

Dimana

Pembagian
tugas

Metode dan
cara

Hal yang
diperbaiki dan
dilaksanakan

Siapa

Bagaimana

Point penting

7. Pendidikan untuk memperoleh kualifikasi


Di Jepang, berdasarkan peraturan, ditetapkan jenis-jenis pekerjaan bahaya yang perlu
dilaksanakan pendidikan pemeliharaan keselamatan, taraf pendidikan dan pembatasan
kerja bagi orang yang tidak menyelesaikan pendidikan tersebut.
Kualifikasi mengenai pekerjaan bahaya ada 2, yaitu :

N-1-25

Orang yang memiliki kualifikasi


Pekerja tambang yang telah menyelesaikan pendidikan pemeliharaan keselamatan
yang diperlukan, serta telah memperoleh keterangan memiliki keahlian yang
diperlukan pada suatu pekerjaan dari kepala bagian pengawasan keselamatan
pertambangan.
2 Pekerja tambang ditunjuk
Pekerja tambang yang ditunjuk berdasarkan keahlian yang diperoleh dari
pendidikan pemeliharaan keselamatan yang dilaksanakan oleh pemilik usaha
pertambangan.
1

Pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh selain orang yang memiliki kualifikasi
adalah
Pekerjaan pembakaran pada ketel uap dengan tekanan maksimum lebih dari 4kg/cm3
Pekerjaan mengoperasikan ketel uap khusus dengan tekanan maksimum lebih dari 4
kg/cm3
Pekerjaan instalasi, pemeliharaan atau perbaikan peralatan listrik
Pekerjaan perawatan safety lamp yang dibawa-bawa
Pengoperasian pengerek untuk mengangkut manusia atau pengoperasian pengerek
yang menggunakan motor penggerak lebih dari 50 kw
Pekerjaan mengoperasikan lokomotif
Pekerjaan perawatan mesin pembakaran dalam atau lokomotif pembakaran dalam di
dalam tambang bawah tanah
Pekerjaan perawatan mesin tambang jenis kereta
Pekerjaan perawatan dan pengoperasian kendaraan
Pekerjaan mengoperasikan alat-alat berat dengan daya angkat lebih dari 5 ton
Pekerjaan membantu juru ledak
Pekerjaan pengelasan dengan gas asetilen
Pekerjaan regu penyelamat tambang yang menggunakan alat pernapasan oksigen
Pekerjaan perawatan alat pernapasan oksigen dan alat penyelamatan jiwa sederhana
Pekerjaan mengoperasikan mesin ekstraksi batu bara yang menggunakan motor
penggerak lebih dari 50 kw
Pekerjaan mengoperasikan mesin penggalian lubang bukaan dan mesin garu lantai
yang menggunakan motor pengerak lebih dari 35 kw
Pekerjaan mengoperasikan shuttle car di dalam tambang bawah tanah
Pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh selain pekerja tambang yang ditunjuk adalah
Pekerjaan pembakaran pada ketel uap dengan tekanan maksimum 2~4 kg/cm3
Pekerjaan mengoperasikan ketel uap khusus dengan tekanan maksimum 2~4 kg/cm3

N-1-26

Pekerjaan mengoperasikan kipas angin utama


Pekerjaan menjalankan kereta
Pekerjaan menjalankan cage atau bucket untuk menaik-turunkan orang atau lori

manusia
Pekerjaan mengoperasikan pengerek yang menggunakan motor penggerak 20~50kw
Pekerjaan membantu petugas bahan peledak untuk mengangkut macam-macam
bahan peledak
Pekerjaan pengelasan listrik
Pekerjaan pengelasan gas
Pekerjaan mengawas di tambang bawah tanah yang melakukan penambangan di
bawah asar laut
Pekerjaan mengoperasikan alat berat dengan daya angkat lebih dari 5 ton
Pekerjaan mengoperasikan kompresor yang menggunakan motor penggerak lebih
dari 50 kw
Pekerjaan mengoperasikan blower untuk menyalurkan gas
Pekerjaan mengoperasikan mesin tambang jenis kereta yang menggunakan motor
penggerak lebih dari 10 kw
Pekerjaan mengoperasikan forklift
Pekerjaan mengoperasikan pompa drainase air tambang bawah tanah, yang
menggunakan motor penggerak lebih dari 50 kw
Pekerjaan mengoperasikan mesin ekstraksi batu bara yang menggunakan motor
penggerak hingga 50 kw
Pekerjaan mengoperasikan monitor tekanan air
Pekerjaan mengoperasikan mesin penggalian lubang bukaan dan mesin garu lantai
yang menggunakan motor penggerak hingga 35 kw
Pekerjaan mengoperasikan air bluster
Pekerjaan pengeboran pandu (advanced boring) dan pengeboran drainase gas di
zona peringatan semburan gas
Pekerjaan mengoperasikan loader yang menggunakan motor penggerak lebih dari 10
kw

N-1-27

Anda mungkin juga menyukai