Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Monitoring Dan Pengendaliannya


Lingkungan Kerja

Di Susun oleh:

KELOMPOK 11 :

FERA AFRI SANTHI

INDAH LESTARI HERYANI

RAHMI NAILENDRIATI PUTRI

VEVEN VIARI

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.EMITRA FATRIONA S.kep,M.kep

AKADEMI KEPERAWATAN

BINA INSANI SAKTI KOTA SUNGAI PENUH

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Monitoring Dan
PengendaliannyaLingkungan Kerja ”.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah
ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini. Banyak pihak yang telah
turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan yang penulis terima selama proses
penulisan makalah ini.Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Sungaipenuh,23 maret2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar K3

2.1.1 Sejarah Perkembangan K3

2.1.2 Pengertian K3

2.1.3 Subdisiplin/Cabang Keilmuan

2.1.4 Tujuan dan Komponen K3

2.2 Hazard dan Pengendaliannya

2.2.1 Pengertian Hazard

2.2.2 Komponen Hazard

2.2.3Jenis-jenis hazard

2.2.4 Pengendalian Bahaya

2.2.5 Prinsip Management Risiko

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya
keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan
kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung
arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis
dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang
cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap
tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat
kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang
aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal
lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi
hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-sama
mencegah dan mengendalikannya. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan


pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja
sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan
banyaknya risiko yang diperoleh. kemudian diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko
dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap pengontrolan risiko, peran
manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber
daya yang dimiliki , karena pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang monitoringdan Pengendaliannya
2. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
- Mampu memahami dan mngetahui tentang konsep dasar K3
- Mampu memahami dan mngetahui tentang Hazard dan Pengendaliannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. ZAMAN PRA-SEJARAH 
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang
hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk
digunakan serta tidak membahayakan bagi  mereka saat digunakan. Disain
tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh
besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini adalah untuk
menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar
karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain
yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi
pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
B. ERA REVOLUSI INDUSTRI (TRADITIONAL INDUSTRIALIZATION)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
-Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
ditemukan sebagai sumber energi.
-Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
-Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya
bidang industri kimia dan logam).
-Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya
industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.
-Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.
C. ERA MANAJEMEN DAN MANJEMEN K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an
hingga sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang
meneliti penyebabpenyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena
faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
condition). Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk
mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia.
Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya
berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan
tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird
dari International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan
teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa factor manajemen
merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal
tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep
keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan
efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti
safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output.
Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO
9000, ISO 14000 dan ISO 18000.

 Sejarah Perkembangan K3 di Indonesia


Seperti halnya dengan perkembangan K3 dinegara-negara maju lainnya.
Perkembangan K3 di Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai di eropa sangat dirasakan sejak timbulnya
revolusi industri, nemun perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan (terjadi)
bebrapa tahun setelah Negara kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-
Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan, meskipun permulaannya belum
berlaku, namun telah memuat pokok-pokok tentang K3.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan pada tahun 1967 didirikan
lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi
Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh.
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga igiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja di Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi
umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping
itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang
berkedudukan di Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang ada dipemerintah dari tahun-ketahun
selalu mengalami perubahan-perubahan dengan nama sebagai berikut:
1. Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja
2. Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (Hiperkes).
3. Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja
4. Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
5. Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama-sama
dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga
dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3,
spanduk-spanduk, poster dan disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia. Kegiatan
lain adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan
secara berkala dan terus menerus.
Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI)
yang memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pndidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk mata
kuliah pendidikan formal yang diberikan pada beberapa jurusan di Perguruan
Tinggi, juga diberikan dalam bentuk In formasl berupa kursus-kursus keahlian
K3. dan salah satu keahlian yang berkembang di tahun 2004 adalah HIMU =
Higiene Industri Muda.
Dari segi peraturan perundang-uandang yang berlaku, yaitu perundangan
yang menyangkut K3 yang terdapat dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970,
Peraturan Menteri dan Surat edaran telah banyak diterbitkan.
2.1.2 Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang bersifat multi
disiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,


Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum, definisi kesehatan kerja sebagai : “Spesialisasidalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum”.Kesehatan kerja adalah
suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan
dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya
diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.

Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya
yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD,
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.

Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya


dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan
kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah kecelakaan kerja, baik
kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak
langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan
(memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka tebuka,
putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang
bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti,
kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan
perusahaan akibat dari kecelakaan kerja.

2.1.3 Subdisiplin/Cabang Keilmuan

Menurut Joint Committee of OHS dari ILO dan WHO bahwa subkeilmuan besar dari
K3 adalah :

a. Kesehatan Kerja (occupational Health) : kedokteran kerja, toksikologi industri,


epid, kesehatan kerja, promosi kesehatan kerja

b. Keselamatan Kerja (safety) : savety enginering, risk management, public safetu


dll

Sub disiplin ilmu dari K3 yang menggunakan kedua keilmuan besar tersebut
adalah ergonomi dan ilmu perilaku.

Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi,


dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan
kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi
organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
2.1.4 Tujuan dan Komponen K3
Tujuan K3 adalah untuk mengamankan sistem kerja dan menjaga well being
pekerja agar kegiatan pekerjaan dapat berlangsung dengan baik, memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja,
meningkatkan kesejahteraan dan kenerja, menjamin kesehatan dan keselamatan orang lain
dalam lingkungan kerja, mengamankan sumber polutan, menyehatkan lingkungan kerja dan
mengefisienkan kegiatan.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Komponen K3 yang perlu diperhatikan, yaitu: Karakteristik
pekerjaan/kegiatan (jenis, ruang lingkup, lamanya kegiatan, tingkat kegiatan),
pengorganisasian dan manajemen pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan
melaksanakan kegiatan, karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.
 Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :
1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja
2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
 Sasaran dari K3 adalah :
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. menjamin proses produksi aman dan lancar.
 Dari sisi masyarakat pekerja

 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan


kesehatan/kesejahtraan)
 K3 belum menjadi tuntutan pekerja
 Dari sisi pengusaha

 Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi


untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban
dalam hal biaya operasional tambahan

 Metode yang ada dalam keilmuan K3 ada 4:

1. Identifikasi bahaya
2. Analisis
3. Evaluasi
4. Pengendalian

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya


2.2.1 Pengertian Hazard ( Bahaya)
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury)
atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan tidak
ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan
yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia.
Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan
toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan
yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk
meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009).
Mengingat potensi bahaya yang besar pada industri yang menggunakan proses kimia,
maka diperlukan upaya pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas
yang dapat diterima melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009).
2.2.2 Komponen Bahaya

- Karakteristik material
- Bentuk material
- Hubungan pemajanan dan efek
- Jalannnya pemajanan dari proses individu
- Kondisi dan frekuensi penggunaan
- Tingkah laku pekerja

2.2.3 Jenis-Jenis Hazard

Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi
dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama
dan pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran,
dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.

 Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.

b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.

c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.Bahaya Keselamatan
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi,
psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran,
ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.

 Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,


temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.

 Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan


kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen,
getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-
lain.. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah -
langkah keselamatan apabila mengendalinya.
 Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang  yang
dapat menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
 Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi
dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang
tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang
melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan
kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
 Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang
 Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.
2.2.4 Pengendalian Bahaya

- Eliminasi/penghilangan

- Substansi/mengganti material yang lebih aman

- Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan

-Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu, pemisahan


lokasi pekerja dengan pekerjaan

- Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja

-Pelatihan

-Pemberian alat pelindung diri/ APD

2.2.1 Prinsip Management Risiko

Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan


kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI
dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko
bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang.
Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga
efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’. Ruang lingkup proses
manajemen risiko terdiri dari: penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola
risikonya, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko,
pemantauan dan telaah ulang, koordinasi dan komunikasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari
suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan
kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan
manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen
risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu;

1. Kebijakan Manajemen Risik

Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan


kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa,
dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks
strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis
(organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut
dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi

2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil

a. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa: sistem


manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar dan
hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen
organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar
(acuan) dalam pengambilan keputusan.

b.Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan


antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam
manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai
berikut: tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko. pengendalian
yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat
diterima, pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen
risiko, rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan, memeriksa validitas
implementasi solusi yang ada dan komunikasi dan konsultasi secara internal dan
eksternal.
c.Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.

3. Implementasi Program

Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen


risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang
akan dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi
tersebut.

4. Tinjauan Manajemen

Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat 
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan
standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.

Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.Elemen utama dari proses
manajemen risiko:

 Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang


lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
 Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
 Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang
ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
 Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah,
maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan
mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
 Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan
konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa
dengan transfer risiko, dan lain-lain.
 Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen
risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
 Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen
risiko yang dilakukan.

Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko


dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga
dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu  proses pengambilan
keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik. Beberapa
Istilah Penting Dalam Manajemen Risiko

o Konsekuensi

Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau


kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau
menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi
dan berhubungan dengan suatu kejadian.

o Biaya

Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung, meliputi berbagai
dampak negatif, termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan, nama  baik,
politik dan kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
o Kejadian

Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu
selama interval waktu tertentu.

o Analisis Urutan Kejadian

Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian


akibat yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.

o Analisis Urutan Kesalahan

Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi


yang logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin
bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).

o Frekuensi

Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai


jumlah peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti
kemungkinan dan peluang.

o Bahaya (hazard)

Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan kerugian.

o Monitoring/ Pemantauan

Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan


kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
o Probabilitas

Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.


Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari
kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau
hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0
menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian
atau hasil yang pasti.

o Risiko Ikutan

Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko dilakukan.

o Risiko

Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap


sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur biasanya
probabilitas, konsekuensi dan juga pemajanan.

o Penerimaan Risiko (acceptable risk)

Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.

o Analisis risiko

Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk


menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya
konsekuensi tersebut.

o Penilaian risiko

Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan.


o Penghindaran risiko

Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.

o Pengendalian risiko

Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan,


standar, prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko
yang kurang baik.

o Evaluasi risiko

Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan


membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target
tingkat risiko dan kriteria lainnya.

o Identifikasi Risiko

Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana.

o Pengurangan Risiko

Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang


tepat secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu
kejadian atau konsekuensinya, atau keduanya.

o Pemindahan Risiko (risk transfer)

Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu


kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan
lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya
ke tempat lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari


risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang
produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan.
K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan,
terutama dapat mencegah korban manusia.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan


dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran
serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

3.2 SARAN

Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan
rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 Tntang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Harrington, J.M.20010. Buku Saku Kesehatan Kerja-Ed. 3. Jakarta: EGC

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Markkanen, Pia K. 20011. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :


Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila
Philippines

Saksono, Slamet. 2011. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.

Suma’mur. 2010. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2010. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan
Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai