Di Susun oleh:
KELOMPOK 11 :
VEVEN VIARI
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.EMITRA FATRIONA S.kep,M.kep
AKADEMI KEPERAWATAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Monitoring Dan
PengendaliannyaLingkungan Kerja ”.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah
ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini. Banyak pihak yang telah
turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan yang penulis terima selama proses
penulisan makalah ini.Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.
Sungaipenuh,23 maret2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.2 Pengertian K3
2.2.3Jenis-jenis hazard
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya
keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan
kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung
arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis
dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
( Rijanto, 2010 ).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang
cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap
tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat
kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang
aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal
lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi
hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-sama
mencegah dan mengendalikannya. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang monitoringdan Pengendaliannya
2. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
- Mampu memahami dan mngetahui tentang konsep dasar K3
- Mampu memahami dan mngetahui tentang Hazard dan Pengendaliannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. ZAMAN PRA-SEJARAH
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang
hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk
digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain
tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh
besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini adalah untuk
menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar
karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain
yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi
pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
B. ERA REVOLUSI INDUSTRI (TRADITIONAL INDUSTRIALIZATION)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
-Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
ditemukan sebagai sumber energi.
-Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
-Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya
bidang industri kimia dan logam).
-Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya
industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.
-Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.
C. ERA MANAJEMEN DAN MANJEMEN K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an
hingga sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang
meneliti penyebabpenyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena
faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
condition). Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk
mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia.
Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya
berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan
tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird
dari International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan
teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa factor manajemen
merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal
tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep
keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan
efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti
safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output.
Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO
9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya
yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD,
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.
Menurut Joint Committee of OHS dari ILO dan WHO bahwa subkeilmuan besar dari
K3 adalah :
Sub disiplin ilmu dari K3 yang menggunakan kedua keilmuan besar tersebut
adalah ergonomi dan ilmu perilaku.
1. Identifikasi bahaya
2. Analisis
3. Evaluasi
4. Pengendalian
- Karakteristik material
- Bentuk material
- Hubungan pemajanan dan efek
- Jalannnya pemajanan dari proses individu
- Kondisi dan frekuensi penggunaan
- Tingkah laku pekerja
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi
dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama
dan pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran,
dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.Bahaya Keselamatan
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi,
psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran,
ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.
- Eliminasi/penghilangan
-Pelatihan
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari
suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan
kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan
manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen
risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
3. Implementasi Program
4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan
standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.Elemen utama dari proses
manajemen risiko:
o Konsekuensi
o Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung, meliputi berbagai
dampak negatif, termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan, nama baik,
politik dan kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
o Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu
selama interval waktu tertentu.
o Frekuensi
o Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan kerugian.
o Monitoring/ Pemantauan
o Risiko Ikutan
o Risiko
o Analisis risiko
o Penilaian risiko
o Pengendalian risiko
o Evaluasi risiko
o Identifikasi Risiko
o Pengurangan Risiko
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan
rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suma’mur. 2010. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2010. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan
Kerja. Sukabumi: Yudhistira.