Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

BIDANG KONSTRUKSI MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
PADANG, 2013

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum dimulai pada jam 08.00 WIB (Shift I) dan 13.30 WIB (Shift II).
2. Praktikan yang datang terlambat setelah modul praktikum berlangsung kurang
atau sama dengan 10 menit tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik, maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

Keterlambatan kurang atau sama dengan 2 kali, nilainya dikurangi sebesar


20% dari nilai akhir modul yang diikuti.

Keterlambatan lebih dari dua kali, nilainya dikurangi sebesar 40% dari
nilai akhir modul yang diikuti.

3. Praktikan yang datang terlambat setelah modul praktikum berlangsung lebih


dari 10 menit tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik, maka tidak dapat mengikuti praktikum dengan arti nilai akhir
modul sama dengan nol.
4. Praktikan yang datang terlambat setelah modul praktikum berlangsung lebih
dari 10 menit atau tidak dapat mengikuti modul praktikum tersebut sama
sekali dengan alasan yang dibenarkan secara akademik, boleh menyisip pada
kelompok lain untuk modul yang sama dengan ketentuan bahwa nilainya akan
dikurangi 20% dan hanya boleh untuk satu modul praktikum.
5. Praktikan tidak dibenarkan memakai alas kaki yang beratribut kata sandal.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak dibolehkan merokok.
7. Tas dan barang-barang yang tidak diperlukan selama praktikum berlangsung
harus disimpan ditempat penyimpanan barang.
8. Praktikan harus menjaga keamanan dan ketenangan selama berada didalam
ruangan praktikum (laboratorium).
9. Selama mengikuti praktikum, praktikan tidak dibenarkan meninggalkan
ruangan praktikum (laboratorium) tanpa seizin instruktur/asisten.
10. Instruktur/asisten praktikum berhak membatalkan praktikum bagi kelompok
yang tidak siap mengikuti modul praktikum secara teori maupun praktek

dengan arti kata nilai akhir modul setiap anggota kelompok tersebut sama
dengan nol.
11. Setiap pemakain alat oleh praktikan harus seizin instruktur/asisten.
12. Setelah selesai praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus
dibersihkan dan dirapikan kembali.
13. Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab kelompok yang
mengunakannnya.
14. Sebelum meninggalkan ruangan praktikum (laboratorium), praktikan harus
menyerahkan data pengujian kepada instruktur/asisten adan laporan kondisi
alat yang digunakan.

Padang, Juli 2013

Tim Penyusun

DEFLEKSI

I.

Tujuan
1.

Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar momen tekuk


dalam kaitanya dengan bentuk konstruksi dan bentuk pembebanan;
memahami konsep gaya internal, tahanan momen serta hubungan antara
intensitas beban, gaya geser dan momen tekuk.

2.

Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi


(lendutan) pada balok, memahami metode-metode penentuan defleksi
dan dapat menerapkan metode metode integrasi ganda dalam analisis
dan penentuan defleksi suatu balok.

3.

Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan analisis


gaya-gaya pada sistem konstruksi balok elastis dimana jumlah reaksireaksi yang tidak diketahui melebihi jumlah persamaan kesetimbangan
yang tersedia.

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Defleksi Elastis Balok
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis
dari balok. Gambar 2.1 memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi
deformasi dan Gambar. 2.2 adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang
diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.1 Balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi

Gambar 2.2 Balok dalam konfigurasi terdeformasi


Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam
penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang
balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
Disamping faktor tegangan, spesifikasi untuk rancangbangun balok sering
ditentukan oleh adanya defleksi. Sebagai contoh, dalam banyak kode bangunan
defleksi maksimum yang diperkenankan dari suatu batang tidak boleh melebihi
1/300 panjang balok. Dengan demikian, balok yang dirancang dengan baik tidak
hanya mampu mendukung beban yang akan diterimanya tetapi juga harus mampu
mengatasi terjadinya defleksi sampai batas tertentu.
2.2 Metode Penentuan Defleksi Balok
Banyak metode yang tersedia untuk menentukan defleksi balok. Metodemetode yang umum digunakan antara lain adalah: (1) Metode integrasi-ganda, (2)
Metode fungsi singularitas dan (3) Metode energi elastis.
Dalam penulisan modul kali ini, hanya metode pertama yang akan digunakan.
Perlu dicatat bahwa kesemua metode tersebut hanya bisa diterapkan jika seluruh
porsi balok bekerja dalam rentang elastis.
Metode integrasi-ganda
Persamaan diferensial kurva defleksi balok tertekuk adalah
EI

d2y
M
dx 2

... (2.1)

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2


Disini, y adalah defleksi balok. Dalam persamaan ini E menyatakan modulus
elastisitas balok dan I menyatakan momen inersia penampang melintang balok
terhadap sumbu netral yang melalui centroid penampang melintang. M

menyatakan momen tekuk pada jarak x dari salah satu ujung balok sebagai jumlah
aljabar momen-momen gaya luar terhadap salah satu sisi bagian pada jarak x dari
ujung batang. Biasanya M akan merupakan fungsi x dan perlu mengintegrasikan
persamaan (2.1) dua kali untuk memperoleh persamaan aljabar yang menyatakan
defleksi y sebagai fungsi x.
Persamaan (2.1) adalah persamaan diferensial dasar yang menentukan defleksi
elastis seluruh balok tanpa memandang tipe pembebanannya.
Prosedur integrasi
Metode integrasi-ganda untuk menghitung defleksi balok hanya berisi
integrasi persamaan (2.1). Integrasi pertama menghasilkan kemiringan (slope)
dy/dx pada sembarang titik pada balok dan integrasi kedua memberikan defleksi y
pada setiap nilai x. Momen tekuk M harus dinyatakan sebagai fungsi koordinat x
sebelum persamaannya bisa diintegralkan. Untuk kasus yang akan dipelajari disini
integrasinya adalah sangat sederhana.
Karena persamaan (2.1) merupakan persamaan diferensial order kedua,
solusinya harus mengandung dua konstanta integral. Kedua konstanta ini harus
dievaluasi dari kondisi yang diketahui terhadap slope maupun defleksi pada titik
tertentu dalam balok. Misalnya, pada kasus balok gantung (cantilever) konstantakonstantanya dapat ditentukan dari kondisi dimana tidak terjadi perubahan slope
dan juga kondisi tanpa perubahan defleksi pada, yaitu pada ujung balok.
Sering, dua atau lebih persamaan diperlukan untuk menjabarkan momen
tekuk pada berbagai daerah disepanjang balok. Pada kasus demikian ini,
persamaan (2.1) harus ditulis untuk setiap daerah pada balok dan integrasi
persamaan menghasilkan dua konstanta integral untuk masing-masing daerah.
Konstanta-konstanta ini kemudian harus ditentukan sedemikian sehingga
memenuhi untuk keseluruhan batas kondisi untuk slope dan deformasinya.
Asumsi dan pembatasan
Pada penjabaran persamaan (2.1) diasumsikan bahwa defleksi yang
disebabkan oleh aksi gesekan adalah dapat diabaikan, dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh aksi tekukan. Juga, diasumsikan bahwa defleksi yang terjadi

adalah relatif kecil dibandingkan dengan dimensi penampang melintang balok,


dan seluruh porsi balok beraksi dalam batas elastis.
III. Skema, Alat, dan Prosedur Percobaan
3.1 Skema Percobaan

Gambar 3.1 Skema pengujian defleksi balok.


3.2 Alat-Alat yang Diperlukan

Dial indicator

Meteran

Jangka sorong

3.3 Prosedur Percobaan


1.

Ukur panjang (L), lebar (b), dan tebal (h) batang uji.

2.

Ukur posisi yo awal sepanjang batang uji dengan dial indicator dengan
selang jarak 50 mm (batang uji tanpa pembebanan).

3.

Tempatkan beban pada batang dengan jarak a dari tumpuan engsel.

4.

Ukur posisi yi sepanjang batang uji yang telah diberi pembebanan dengan
dial indicator dengan selang jarak 50 mm.

IV. Data Hasil Pengujian


Tabel 4.1 Data percobaan defleksi balok.
Data batang uji:
Panjang, L

...

mm

Lebar, b

...

mm

Tebal, h

...

mm

Inersia, I

...

mm4

Modulus Elastisitas, E

...

MPa

Massa

...

kg

Data y batang uji untuk jarak beban a = 0.25L dari tumpuan engsel:
yo
yi

x = 50 (mm)

x = 100 (mm)

...

x = L-50 (mm)

...
...

...
...

...
...

...
...

Data y batang uji untuk jarak beban a = 0.50L dari tumpuan engsel:
yo
yi

x = 50 (mm)

x = 100 (mm)

...

x = L-50 (mm)

...
...

...
...

...
...

...
...

Data y batang uji untuk jarak beban a = 0.75L dari tumpuan engsel:
yo
yi

V.

x = 50 (mm)

x = 100 (mm)

...

x = L-50 (mm)

...
...

...
...

...
...

...
...

Tugas

5.1 Tugas Sebelum Praktikum


Diumumkan pada papan pengumuman ruang praktikum (laboratorium).
5.2 Tugas Sesudah Praktikum
Diumumkan pada papan pengumuman ruang praktikum (laboratorium).

UJI GESER

I.

Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar tegangan geser.

II. Teori Dasar


Tegangan geser merupakan salah satu sifat mekanik yang penting terutama untuk
perencanaan konstruksi maupun pengerjaan material, dimana tegangan geser
bekerja sejajar dengan penampang yang ditinjau atau penampang yang
dipengaruhi oleh beban/gaya geser.

Tegangan geser dapat diketahui dengan

melakukan uji geser material yang bersangkutan.


Pada pengujian geser, spesimen diberikan beban/gaya yang menggeser material
pada suatu bidang geser. Bentuk sederhana pengujian geser dapat dilihat pada
Gambar 1.
F
F

Spesimen uji geser


Bidang geser

Gambar 1. bentuk sederhana uji geser


Dimana tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan:

F
A

Dimana:

= tegangan geser (kgf/mm2 atau N/mm2)

F = gaya geser (kgf atau N)


A = luas penampang yang tergeser (mm2)
=

2
d untuk penampang berbentuk lingkaran
4

Untuk melakukan pengujian, semua telah diatur dalam standar baik dimensi
maupun prosedur pengujian. Pada standar ASTM B 565 telah ditetapkan bentuk
dan ukuran loading jig dan spesimen untuk pengujian geser (shear test)

yang

dapat dilihat pada lampiran job sheet ini.


III. Alat Uji Geser yang Digunakan
Pada pengujian geser yang akan dilakukan kali ini adalah dengan menggunakan
alat seperti Gambar 2
Rangka

Spesimen uji geser

Plat geser

Dongkrak hidrolik
Pressure gauge

Gambar 2. Konstruksi alat uji geser


IV. Langkah-langkah pengujian
a.

Ukur dimensi spesimen

b.

Ukur dimensi torak dongkrak hidrolik

c.

Pasang spesimen

d.

Pastikan posisi pressure gauge pada angka nol

e.

Lakukan pembebanan dengan dongkarak hidrolik

f.

Selama pembenanan perhatikan selalu pembacaan pressure gauge

g.

Catat pembacaan pressure gauge pada saat spesimen putus

h.

Setelah putus lepaskan specimen dari alat uji

i.

Lakukan hal yang sama sampai tiga kali pengujian

V.

Hasil pengujian

Hasil pengujian dapat di catat pada tabel di bawah ini


Spesimen

D1

A1

D2

A2

(mm)

(mm2)

(mm)

(mm2)

(kgf/mm2)

F (kgf)

1
2
3
Tegangan geser rata-rata

Dimana:

D1 = diameter spesimen
A1 = Luas penampang spesimen
D2 = diameter torak dongkrak hidrolik
A2 = Luas penampang torak hidrolik
p = Tekanan yang dibaca pada saat spesimen putus
= Tegangan geser yang terjadi pada spesimen

VI. Pertanyaan dan tugas

(kgf/mm2)

a.

Apa yang dimaksud dengan tegangan geser

b.

Sebutkan kegunaan melakukan pengujian geser

c.

Apa beda antara tegangan dengan tekanan (dimana satuan antara tegangan
dengan tekana adalah sama)

d.

Sebutkan sumber-sumber kesalahan pada pengujian ini dan pengaruhnya


terhadap hasil pengujian.

e.

Buatkan perhitungan lengkap untuk mendapatkan tegangan geser dari hasil


pengujian yang telah dilakukan.

UJI REM TROMOL

Pendahuluan
Rem bagian penting dari alat transportasi yang bertujuan untuk
memperlambat laju sampai pada kecepatan = 0. Untuk memperlambat sampai
kecepatan 0 m/det. kita dapat memanfaatkan efek dari gesekan. Gesekan dapat
diperoleh dari gerakan linier ataupun parabol. Efek gesekan ditentukan oleh nilai
koefisien gesek () dan gaya tekan (F), setiap adanya perubahan nilai gaya tekan
dan koefisien gesek akan berdampak pada efek gesekan. Nilai koefisien gesek
setiap material tidak sama, oleh karena itu dalam aktualnya selalu terjadi
perubahan-perubahan akibat dari tekanan yang bervariasi. Gesekan yang terjadi
pada rem akan menimbulkan panas (Q) kalori dan semakin lama waktu gesekan
panas pada permukaan gesek akan meningkat. Panas yang tinggi akan membakar
lapisan rem dan mengeluarkan bau yang khas, oleh karena itu panas yang
ditimbulkan harus dibatasi (150 200oC)
Tujuan :
Praktikum uji rem tromol bertujuan untuk mempelajari dan memahami fenomena
pengereman serta efek pengereman.
Teori :
Praktikum uji rem tromol dilakukan dengan sebuah alat uji yang dirancang khusus
untuk memudahkan percobaan, skema alat uji rem tromol tersebut seperti Gambar
1.

Tuas

Rem
Drum
Massa
Puli
Sabuk

Motor

Gambar 1. Mesin uji rem sepatu


Dalam

menganalisa

kemampuan

pengereman

pada

sistem

ini,

perlu

dipertimbangkan posisi tuas secara mekanika statis tertentu. Untuk maksud itu ada
tiga posisi tuas yang masing-masingnya berbeda:
Metoda I
Posisi 1.

l
x

Ft
RN

Sepatu rem
Drum

Posisi 2.
l
x

Sepatu rem

Ft

RN

Drum

Posisi 3.
l
x

Ft

Sepatu rem

RN

Drum

Gambar 2. Posisi tuas pengereman


Parameter utama yang diperlukan untukmenentukan kemampuan pengereman
adalah:
F

= Gaya tekan yang bekerja pada ujung tuas . N

RN

= Gaya normal yang menekan rem sepatu pada roda . N

= Jari-jari roda . mm

= Sudut kontak permukaan rem sepatu o

= Koefisien gesek

Ft

= Gaya pengereman tangensial pada roda . N

Kesetimbangan gaya statis pada posisi 1;


RN . x = F . l
RN

F .l
x

Momen punter (torque) pengereman pada drum :


T b = . RN . r
= .

F .l.r
x

Kesetimbangan gaya statis pada posisi 2;


RN . x = F . l + Ft . a
RN . x = F . l + . RN . a
RN .( x + . a )= F . l
RN

F .l

x .a

Tb = .

F .l
x .a . r

Kesetimbangan gaya statis pada posisi 3;


RN . x + F t . a = F . l
RN . x +.RN. a = F . l

RN

F .l
x .a

T b = . RN . r

F .l
= . x .a . r

Momen puntir equivalent :


Tb = . RN . r

'

4 . sin
2 sin 2

Metoda II
Analisa yang lebih mendalam dari sistem pengereman rem sepatu dapat dilakukan
terutama didasarkan geometri drum dan rem, berikut adalah gambar geometri
yang dimaksud:
y

(a)

2
A

x
RX

r cos

Drum

dN
cos
RY

Sepatu rem

dN sin

dN sin

dN

r
x

dN

Gambar 3. Geometri rem sepatu


(b)

dN cos
(c)

Jari-jari sepatu yang aus r, harganya adalah r = x. cos , jika pada setiap
elemen terkecil dari sepatu rem kita asumsikan bahwa energi atau kerugian
gesekan adalah proporsional dengan tekanan radial dan jika kita juga
mengasumsikan bahwa keausan secara langsung berhubungan dengan kerugian
gesekan, maka dengan analogi secara langsung kita peroleh:
p = pa.cos dan p adalah maksimum pada sudut = 0o
Analisis gaya-gaya yang bekerja pada sepatu rem, mari kita amati gambar 3 a,
bahwa :
dN = p.b.r d atau

dN = pa. b. r. cos . d
dimana p = tekanan yang bekerja pada permukaan sepatu .. N/mm2
pa = Tekanan permukaan sepatu rem N/mm2
= sudut pada segitiga gaya o
b = lebar sepatu rem .. mm
r = Jari-jari dari pusat sumbu ke sepatu rem .. mm
a = Jarak tegak lurus dari sumbu ke engsel sepatu rem (Ry)
Pada posisi gaya tekan yang bekerja Rx, maka momen gaya gesek = 0, sudut
1simetri dengan 2, maka :

Mf = 2

.dN a. cos r 0
2

Kita subsitusikan harga dN, maka :


M

. p a b.r. cos .d a. cos r 0

2.

2. . p a .b.r

a. cos

r. cos d 0

4.r. sin 2
2 2 sin 2 2

Dengan memposisikan engsel seperti gambar 3, maka momen terhadap pin = 0


dan reaksi horizontal dan vertical. dimana, karena posisi pin simetri maka :

.dN . sin

0,

Juga,
1

R y 2 . .dN . cos
0

Ry

dimana,

p a .b.r.
2 2 sin 2 2
2

dN . sin

Kenaikan temperature rem.

jugakarena simetri

Drum dan lapisan rem yang bergesekan akan meningkatkan temperatur


permukaan rem oleh karena itu prediksi kenaikan temperatur dapat dilakukan
dengan pendekatan klasik berikut ini:
T

H
CW

Dimana,
T = Kenaikan temperatur . oF
C = panas spesifik . Btu/(lbm.oF)
W = Massa rem yang aus (hilang) lbm
Dalam satuan SI dapat ditulis :

E
C.m

Dimana:
T = Kenaikan temperatur . oC
C = panas spesifik, gunakan harga 500 J/kg.oC untuk baja dan besi cor
W = Massa rem yang aus (hilang) kg
Pada objek yang dipanaskan temperaturnya Ti dan didinginkan dengan
temperature sekitarnya Ta, maka hubungan pertambahan temperature :

Ti Ta Ti Ta .e ( AU / WC )
Dimana:
Ti = Temperatur pada waktu toF
A = Luas perpindahan panas .. ft2
U = Koefisien permukaan Btu/(ft2.s.oF)

T2
A

T1

Ti
T
B
C
Ta
tB

tA

tC

Waktu t

Gambar 4. Kurva kenaikan temperature Ti vs Waktu


Alat dan Bahan
Praktikum uji rem sepatu ini memerlukan sejumlah alat dan bahan uji yaitu :
1. Mesin uji rem sepatu
2. Tachometer
3. Stopwatch
4. Termokopel (jika diperlukan)
5. Bahan rem, ferodo, plat baja, kayu triplek
6. Logam Timbangan berat
7. Kertas catatan dan boilpoint.
8. Air secukupnya

Perlu dihatikan bahwa kerusakan alat uji ataupun kehilangan alat uji selama
percobaan menjadi tanggung jawab pratikan.
Data percobaan
Data percobaan merupakan bagian penting pengujian ini, karena itu harus diambil
satu persatu secara bersamaan. Anda harus teliti mengambil data, setiap
kecerobohan akan berdampak fatal terhadap analisa data. Disarankan anda
membagi pekerjaan pengambilan data di grupnya dan masing-masing memiliki
tanggung jawab. Kecerobohan oleh satu orang, merupakan kecerobohan grupnya
Tabel data percobaan
No

Beban

Putaran Drum

Putaran motor

Waktu

(N)

(rpm)

(rpm)

(detik)

Saudara hitung dan buatlah kesimpulan dari:


1. Kapasitas pengereman (kering)
2. Kenaikan temperature rem
3. Kapasitas pengereman (basah)
4. Umur lapisan rem

Daftar Pustaka
1. Gustav Niemann, Machine Elements, Volume I, Springer-Verlag
Berlin, 1978.

2. Josep

Edward

Shigley

dan

Charles

R.Mischke,

Mechanical

Engineering Design, Mc. Graw Hill Book Company, 1989


3. R.S. Khurmi dan JK Gupta, Machine Design, S.Chand & Company
Ltd, New Delhy, 1980.

Anda mungkin juga menyukai