Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


( Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif )
Dosen Pengampu: Arif Tri Setyanto.,S.Psi.,M.Psi.,psi.

Kelompok I

OLEH :
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................
Nama:...................................... Nim:..........................

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

I.

Identitas Praktikan
NO

NAMA

NIM

KETERANGAN

Moderator/fasilitator

Co-Moderator

Notulen/Observer

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

II.

Topik FGD : .

III.

Tujuan FGD : .

IV.

Metode Pengumpulan data : Focus Group Discussion (FGD)

V.

Metode Pencatatan: Naratif

VI.

Lokasi FGD : Aula Prodi. Psikologi UNS Kampus Mesen

VII. Waktu FGD : Kamis, 11 desember 2014, pukul: s/d (90


menit)

VIII. Landasan Teori : sesuai topik FGD, cth: topik go green


Kota adalah tempat untuk membentuk perilaku manusia. Perilaku terbentuk
karena ada stimulus yang diterima dan kemudian direspons oleh manusia sesuai
dengan makna yang didapatkan dari pengetahuan dan pengalaman. Jalan layang
adalah contoh bagaimana perilaku terbentuk. Disini kita dapat melihat bahwa
peraturan dapat digunakan untuk membentuk perilaku warga kota dimana ketika
terinternalisasi dan terprogram dalam otak tanpa disadari perilakunya telah
menjadi kebiasaan. Disamping itu, peraturan juga dapat membedakan perilaku
yang baik dan yang tidak baik. Para ahli psikologi lingkungan menyatakan bahwa
perilaku manusia pada hakekatnya mencerminkan proses interaksi individu
sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya dan menurut para ahli perilaku,
sikap, dan pola perilaku dapat dibentuk melalui proses konfirmasi dan
pembiasaan lingkuangan. Seseorang dapat menciptakan atmosfer yang
memanjakan sementara yang lainnya menciptakan nuansa mengancam. Oleh
karena itu, jika kita ingin merubah warga kota berperilaku tertentu sebagaimana
yang diinginkan, maka sebaran saja rasa takut sedemikian rupa sehingga
atmosfer lingkungan membuat masyarakat merasa akan disakiti jiak mereka
tidak bertindak seperti yang diinginkan, atau sebaliknya sehingga mereka

senang untuk melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan.sebuah contoh studi
klasik yang sering dijadikan referensi tentang masyalah ketidaksesuaian budaya
apartemen dan perilaku masyarakat adalah kasus kompleks Pruitt-Igoe di St.
Louis, Amerika. Dibangun untuk warga berpenghasilan menengah-bawah dan
terdiri dari 33 bangungan dengan ketinggian rata-rata 11 lantai serta 2.870 unit
hunian untuk menampung 11.000 orang. Namun kemudian derah antar
bangunan yang teduh dan hijau peralahan-lahan menjelma padang pasir dan
banyak terjadi kriminalitas. Kehadiran apartemen-apartemen amu tidak mau
berdampak pada lingkungan sekitarnya. Banyak apartemen dibangun
dilingkungan kumuh sehingga membuat disintegrasi sosial yang akan
menghilangkan ketahanan psikososial lingkungan.
Stresor lingkungan perkotaan yang dialami warga kota tidak ernah berdiri
sendiri, melainkan selalu merupaka stresor gabungan yang datang bertubi-tubi.
Misalnya kemacetan lalu lintas yang didalamnya termsuk kebisingan dan
kesesakan sebagai stresor utama. Polusi udara timbul akibat kemacetan dan
populasi
jumlah
kendaraan
merupakanambient
stresor (stresor
yang
berhubungan dengan lingkungan) paling bahaya yang pasti ditemui disemua
kota besar didunia terutama dinegara-negara berkembang, seperti Jakarta
dengan tingkat polusi yang lebih tinggi akibat kurangnya kesadaran warga dan
perhatian. Selain polusi udara, polusi berbahaya yang paling nyata lainnya
terdapat pada sungai-sungai di Jakarta yang menjadi sumber air baku PAM.
Semua sungai telah terkontaminasi berat baik oleh sampah, kotoran domestik
tumah tangga, sampai kepada limbah beracun buangan industri yang semuanya
masuk ke sungai-sungai. Pengetahuan warga kota kakn pengaruh polusi
terhadap pola hidup juga masih sangat rendah. Banyak sekali warga yang tidak
peduli bahwa polusi telah mengubah pola perilakunya sehari-hari, bahkan
kemampuan kerja otak mereka, misalnya jarang sekali para pengendara sepeda
motor di Jakarta yang tahu bahwa timbal yang ada pada bensin dapat
mengakibatkan kanker otak. Penelitian medis pengaruh polusi terhadap
kesehatan sudah demikian ekstensif, polusi dapat mempengaruhi perilaku sosial
melalui efek fisiologis atau psikologis. Misalnya, asap rokok menurunkan
kemampuan kognitif. Polusi juga menurunkan sensitivitas sosial dan aktivitas
sosial karena orang menjadi cenderung malas keluar rumah dan melakukan
rekreasi luar ruangan. Penelitian-penelitian laboratorium juga menunjukan bukti
bahwa perubahan suasana hati dipercepat oleh polusi udara, termasuk dalamnya
asap rokok. Bau badan yang menyengat dalam ruangan ruangan juag dapat
menimbulkan stres. Banyak ilmuan yang telah membuktikan bahwa zat-zat kimia
yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak
merokok disekitarnya. Perokok pasif ini memiliki resiko penyakit kanker paru dan
jantung koroner lebih besar dari pada si perokok aktif. Lebih dari itu, menghisap
asap rokok memperburuk kondisi penderita angina (nyeri dada akibat
penyempitan pembuluh darah pada jantung. Gejala-gejala gangguan kesehatan
lain akibat asap rokok, misalnya iritasi mata, sait kepala, sakit tenggorokan,
batuk, dan sesak napas.
Telah banyak penelitian mengenai reaksi psikologis terhadap jenis-jenis polusi,
termasuk didalamnya limbah beracun dan lokasi tempat-tempat pembuangan
sampah warga. Dimulai ketika warga mengidentifikasi diri mereka menjadi
kelompok-kelompok yang sering kali mengalami stigmasasi oleh mereka yang
tinggal diluar daerah polusi. Media massa juag sering kali mengidentifikasi
sebuah lokasi dengan adanya pembuangan limbah (baik sampah domestik

maupun limbah beracun) sehingga memberikan kesan negatif bagi warga yang
tinggal didaerah tersebut. Kondisi seperti ini disamping secara fisik menjadi
sumber penyakit yang hakekatnya juga adalah sebagai stresor, tetapi secara
psikogis citra buruk sebuah daerah juga menciptakan tekanan sosial yang lain.
Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah tuntas, sampah juga menjadi
salah satu penyebab banjir tahunan dikota besar Jakarta. Padhal banjir
merupakan bencana alam yang merupakan stresor dan mengakibatkan trauma
panjang bagi manusia. Ironisnya warga seakan sudah tidak lagi peduli dengan
bahaya banjir dan segala macam penyakit yang menyertainya. Dalam situasi
yang seperti ini, jangan kan mengharap kondisi mental mereka mampu
berkembang dengan baik, bisa bertahan hidup saja sudah bagus. Ini juga salah
satu bentuk keanehan warga yang tidak peduli dengan bahaya dan penyakit
apatisme berkepanjangan yang akhirnya menciptakan komunitas warga sakit.
Perkembangan kota yang tak terkontrol dan melebar kemana-mana
menimbulkan banyak masalah psikologis, terutama yang terkait dengan stres
berkelanjutan dan keletihan kronis akibat perjalanan panjang setiap hari.
Dampak negatif urban sprawl(melebarnya daerah pinggiran kota) adalah :
1. Menurunnya kesehatan membuat warga sangat tergantung dengan
kendaraan sehingga meningkatkan obesitas dan penyakit darah tinggi.
2. Kerusakan lingkungan, terutama meningkatnya polusi dan ketergantungan
pada bahan bakar fosil sehingga udara dipinggir kota menjadi kotor karena
warga pinggir kota menyumang emisi karbon lebih besar dari pada warga
kota.
3. Meningkatnya kemacetan dan resiko kecelakaan lalu lintas terutama bagi
warga pinggir kota.
4. Menurunnya modal sosial karena menciptakan penghalang jarak untuk
interaksi sosial dan cenderung menggantikan ruang-ruang terbuka publik
dengan ruang-ruang komersil.
5. Berkurangnya kualitas serta kuantitias tanah dan air akibat pemakaian lahan
yang besar seringkali menghilangkan lahan pertanian dan merusak
ekosistemnya serta mengurangi daerah tangkapan air karena telah mengubah
tanah menjadi perkerasan.
6. Meningkatnya biaya infrastruktur dimana jalan-jalan tol yang lebar terpaksa
harus dibuat lengkap dengan penerangan, drainase, dan sarana parkir/transit.
7. Meningkatnya biaya transportasi karena warga pinggir kota mengahabiskan
sebagian besar penghasilannya hanya untuk transportasi.
Perginya warga kelas menengah sebagai penggerak ekonomi kota
menyebabkancapital flight, selain enciptakan segregasi dan stratifikasi kelas
sosial (Halim, 2008).
Penanggulangan Sampah Perkotaan sebagai Objek Studi Psikologi Lingkungan.
Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolok ukur kualitas hidup
masyarakat. Masyarakat yang telah mementingkan kebersihan lingkungan
dipandang sebagai masyarakat yang kualitas hidupnya lebih tinggi dibandingkan
masyarakat yang belum mementingkan kebersihan. Salah satu aspek yang dapat
dijadikan indikator kebersihan lingkungan kota adalah sampah. Bersih atau

kotornya suatu lingkungan tercipta melalui tindakantindakan manusia dalam


mengelola dan menanggulangi sampah yang mereka hasilkan. Perilaku manusia
yang tidak bertanggung jawab terhadap sampah dapat menyebabkan
munculnya
masalah dan kerusakan lingkungan. Bila perilaku manusia semata-mata
mengarah lebih pada kepentingan pribadinya, dan kurang atau tidak
mempertimbangkan kepentingan umum/kepentingan bersama, maka dapat
diprediksi bahwa daya dukung lingkungan alam semakin terkuras habis dan
akibatnya kerugian dan kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan lagi.
Oleh karena itu, sampah dan benda-benda buangan yang banyak terdapat di
lingkungan kehidupan kita perlu ditanggapi secara serius dan perlu dicari cara
yang tepat untuk menanggulanginya.Terkait dengan pendekatan Psikologi
Lingkungan yang menganalisis perilaku manusia dengan aspek-aspek lingkungan
sosiofisiknya, maka untu keperluan di atas psikologi lingkungan merupakan
pendekatan yang paling tepat dalam menjelaskan dan menganalisis gejala
hubungan/ keterkaitan antara manusia dan masalah lingkungan yang
ditimbulkannya.Perilaku Kebersihan. Perilaku kebersihan yang diteliti adalah
berupa rangkaian dari berbagai wujud perilaku/tindakan yang dilakukan orang
terhadap sampah, mencakup perilaku yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan seperti tindakan mengotori lingkungan hingga tindakan-tindakan
yang
bertanggung
jawab
seperti
tindakan-tindakan
memelihara
dan membersihkan lingkungan. Hines, Hungerford dan Tomera (1986)
melakukan meta analisis terhadap penelitian-penelitian yang berkenaan dengan
perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, mendapatkan sejumlah
variabel yang berasosiasi dengan perilaku yang dimaksud, yaitu pengetahuan
tentang issues, pengetahuan tentang strategi tindakan, locus of control, sikap,
komitmen verbal dan rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Menurut
model tersebut intensi untuk bertindak ditentukan oleh faktor-faktor internal
pelaku. Di lain pihak, perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
selain ditentukan oleh faktor-faktor internal, juga tidak terlepas dari faktor
situasional (faktor eksternal). Perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya tapi
terbentuk melalui proses pembelajaran. Sebagai contoh, untuk menyapu jalanan
diperlukan keterampilan menyapu dan pengetahuan tentang kebersihan.
Pengetahuan tentang masalah lingkungan dan pengetahuan tentang berbagai
tindakan yang tepat untuk mengatasinya menjadi salah satu prasyarat bagi
perilaku bertanggungjawab. Memiliki pengetahuan dan kemampuan saja tidak
cukup, perlu disertai hasrat atau keinginan untuk mewujudkan perbuatan yang
dimaksud. Hasrat atau keinginan seseorang itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor kepribadian, yaitu sikap, locus of controldan rasa tanggung jawab.
Masih menurut model di atas, individu yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dan mempunyai sikap positif terhadap lingkungan serta terhadap
perilaku prolingkungan, biasanya memiliki intensi untuk mewujudkan tindakantindakan perilaku bertanggung jawab. Namun faktor-faktor situasional, seperti
keadaan ekonomi, tekanan sosial dan peluang yang tersedia, dapat menghambat
atau memperkuat kemungkinan munculnya perilaku yang dimaksud. Perilaku
bertanggungjawab merupakan hasil dari transaksi terusmenerus antara faktor
internal individu dengan faktor situasional. (Wibowo,2009:38)
Upaya yang dapat dilakukan untuk penyelamatan bumi adalah :

A. Hemat kertas
Gunakan kertas di kedua sisi dan gunakan kembali kertas bekas untuk keperluan
lainnya. Kumpulkan kertas yang tidak terpakai dan berikan pada pemulung
sebagai bahan daur ulang 1 ton kertas yang didaur ulang menyelamatkan 17
pohon, 20.000 liter air, dan energi yang setara dengan 1.000 liter.80% sampah
perkantoran adalah kertas, dimana rata-rata penggunaan kertasnya sebanyak
10.000 lembar/orang/tahun. Manfaatkan teknologi (elektronika atau digital file)
dalam hal surat menyurat dan pelaporan/arsip. Pilih isi ulang pulsa eloktronik
bukan voucherisi ulang/gesek
B. Hemat energi
Perbanyak ventilasi untuk memperbanyak cahaya matahari dan udara yang
masuk dalam rumah. Ventilasi (jendela) yang besar selain sehat dan murah, juga
mengurangi pemakaian energi untuk lampu dan penyejuk ruangan. 50%
penggunaan minyak bumi adalah transportasi, yang merupakan penyumbang
terbesar pemanasan global. Gunakan BBM tanpa timbal
Periksan kendaraan setidaknya sebulan sekali dan periksa tekanan ban. Uji emisi
kendaraan secara berkala untuk mendukung gerakan hemat energi dan ramah
lingkungan. Matikan mesin mobil dan AC disaat mobil berhenti (parkir), selain
tidak baik untuk kesehatan juga tidak hemat energi. Bersepedalah untuk jarak
tempuh dekat. Bersepeda selama 4 hari dalam seminggu untuk jarak tempuh 12
km/hari akan menghemat 200 liter BBM/tahun. 63 Panduan Praktis Lingkungan
Hidup Tingkatkan Takwa Melalui Kepedulian Lingkungan. Gunakan transportasi
massal (kendaraan umum), seperti bus, kereta api, angkot, dan lain-lain.

Pergilah bersama dengan tujuan yang sama, juga hemat energi


Jalan kaki ke tempat yang dekat.
Gunakan lampu hemat energy CFL (Compact Fluorescent Lamp), hal ini
akan menghemat 80% dan masa pakai 10x lebih lama dibandingan lampu
biasa.

Matikan peralatan listrik yang tidak terpakai, seperti TV, AC, Computer,
lampu, dan lain-lain. Membiarkan peralatan listrik dalam kondisi standby
meningkatkan 10% tagihan listrik/bulan.

Menonton TV bersama keluarga juga hemat energi.


Atur suhu AC 24-25 C, setiap kenaikan suhu 1 C akan menghemat 5%
tagihan listrik.

Rawat pelengkapan elektronik, misalnya membersihkan kompresor lemari


es (kulkas) 2x per tahun akan menghemat listrik 30%.

Pilih alat listrik berkualitas baik dan tahan lama, serta rawatlah secara
berkala. Sebaiknya pilih alat listrik yang menggunakan logo energy star,
hemat energi, hemat biaya.

Makan bersama keluarga selain merekatkan hubungan keluarga, juga dapat


menghemat energi karena tidak perlu memanas makan berulang kali, yang

akan mengurangi pemakaian listrik, gas atau minyak tanah. (Asaad,


dkk.2011 : 62 - 63)
Peningkatan pesat didalam energi pendorong sangat mengganggu remaja,
namun remaja juga melihat bahwa persoalan hanya sebagian dari yang
sesungguhnya. Masa remaja juga terganggu dan kacau lantaran konflik dan
tuntutan sosial yang baru. Tugas utama remaja menurut Erikson adalah
membangun pemahaman baru mengenai identitas ego- sebuah perasaan
tentang siapa dirinya dan apa tempatnya di tatanan sosial yang lebih besar.
Krisis ini merupakansalah satu dari krisis identitas versus kebingungan
peran. Lebih-lebih ketika dorongan instingual tiba-tiba menyeruak lagi, makin
memperkeruh pencarian remaja akan identitas dirinya. Selain itu, anak muda
mulai khawatir akan tempat mereka dimasa depan, didunia sosial yang lebih
besar. Para remaja, yang disatu sisi merasa kekuatan mentalnya berkembang
cepat, namun disisi lain merasa takhluk oleh tawaran dan alternatif yang tak
terhitung di hadapan mereka.
Karena, remaja merasa tidak begitu pasti dengan siapa dirinya, mereka [un
sangat bersemangat untuk mengidentifikasi diri dengan geng tertentu. Mereka
bisa menjadi sangat nge-geng, tidak toleran, dan kejam waktu mengucilkan
orang lain yang berbeda dari mereka. Remaja sering kali menunda komitmen
apa pun karena kebutuhan batinnya untuk menghindari identitas yang terlalu
mapan, sebuah perasaan terlalu prematur untuk menerima peran sosial yang
terkotak-kotakan. Dan meskipun pencarian identitas yang berlarut-larut ini amat
menyakitkan, namun akhirnya mereka sampai juga pada bentuk integrasi
personal yang lebih tinggi dan inovasi sosial yang lebih sejati.
Tugas utama masa remaja, menemukan sejumlah cara hidup dimana kita bisa
membuat komitmen permanen. Perjuangan ditahapan ini membawa mereka
pada kekuatan ego baru dalam bentuk kesetiaan- sebuah kemampuan untuk
mempertahankan loyalitas yang sudah dinanti sejak dulu (Crain, 2007).
Perkembangan intelek dan kepribadian. Intelegensi meliputo pengalaman dan
kemampuan bertambahnya pengertian tingkah laku dengan pola-pola baru dan
menggunakannya secara efektif. Seorang ahli psikologi terkenal, William Stern,
mengemukakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan untuk menyesuaikan
diri pada tuntutan baru yang dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
Kemampuan berpikir abstrak menyebabkan remaja menunjukkan perhatian
besar terhadap kejadian dan peristiwa yang tidak konkret, seperti pilihan
pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, atau memilih pasangan hidup, yang
sebenarnya masih jauh didepannya. Bagi remaja, corak hari kemudian maupun
corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan
berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Kemampuan abstraksi
menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwaperistiwa dengan keadaan bagaimana semestinya sesuai dengan alam
pikirannya. Akhirnya, timbul perasaan tidak puas dan putus asa.
Perkembagan moral remaja akan dapat berjalan dengan lancar apabila ada
rangsangan sosial yang bermacam-macam. Apabila kita mengamati tingkah laku
manusia pada batasan umur tertentu, akan terlihat hal-hal seperti berikut :

Pada anak sekolah, tingkah lakunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perbuatannya dikaitkan dengan ancaman hukuman bila terjadi pelanggaran
dan dengan hadia bila mengikuti peraturan.

Pada anak yang meningkat remaja, ada keinginan untuk menjalankan


peraturan yang berlaku dalam kelompok sebayanya atau kelompok
sekitarnya.

Pada remaja, ada kecenderungan membentuk prinsip moral yang otonom,


yaitu prinsip yang berlaku bagi mereka sendiri, walaupun tidak sesuai
dengan prinsip kelompok maupun atasan.
Dalam perkembangan moral perlu adanya tingkat perkembangan intelek
tertentu. Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan
moral erat bertalian dengan proses kemampuan menentukan suatu peran dalam
pergaulan
dan
menjalankan
peran
tersebut.
Kemampuan
berperan
memungkinkan individu menilai situasi sosial dari berbagai sudut
pandangan (Yulia Singgih D. Gunarasa, Singgih D. Gunarasa, 2012).

IX.
a.

Data FGD
Pengertian global warming dan go green.

Secara keseluruhan subjek A, B, C, D, E, F mengartikan global warming sebagai


pemanasan global dan dampak dari global warming adalah kebocoran ozon yang
dapat mengakibatkan efek-efek buruk bagi bumi. Cara untuk menanggulangi
global warming adalah dengan cara reboisasi atau penanaman hutan kembali
dan menurut subjek reboisasi dapat dikatakan sebagai bentuk go green.
Menghemat daya listrik, mengurangi penggunaan bermotor, pemanfaatan
tenaga surya, tidak merokok tidak selalu membuka lahan baru yang mengurangi
penyerapan air dan pohon hijau dan semua itu sudah menurut subjek sudah
merupakan bentuk dari go green. Menurut keseluruhan subjek go green adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan, menurut
keseluruhan subjek go green dilakukan adalah karena untuk melindungi alam
dari pemanasan global. Kebanyakan dari subjek sudah pernah melihat go green,
kebanyakan gerakan go green dilakukan di area sekitar sumah seperrti reboisasi
dan pada instansi pendidikan seperti sekolahan. Mennurut interview yang
dilakukan terhadap keseluruhan subjek, subjek sudah melakukan go green
namun pada dasarnya gerakan go green ini tidak maksimal, contohnya
membuang sampah pada tempatnya dilakukan oleh semua subjek, namun ketika
tempat sampah jauh atau tidak ada tempat sampah keseluruhan subjek
menyatakan mereka membuang sembarangan atau tidak pada tempatnya. Dan
mematikan alat elektronik yang menyambung dengan listrik ketika sudah tidak
digunakan, tetapi kebanyakan subjek tidak melepas charger hp ketika mereka
selesai menggunakan.
b.

Faktor penyebab diadakannya go green.

Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa kegiatan go green merupakan


kegiatan guna melindungi bumi dari pemanasan global dan efek rumah kaca.
Keseluruhan subjek menjawab penggunaan kertas dalam keseharian mereka
adalah digunakan untuk menulis dan apabila sedang disekolah terkadang
dijadikan mainan kemudian dibuang karena sudah tidak terpakai lagi.

Kebanyakan subjek mengatakan sudah mengetahui bahan baku pembuatan


kertaas. Keseluruhan subjek berpendapat bahwa cara untuk mengatasi
penggunaan kertas sehingga tidak banyak pohon ditebang adalah dengan cara
menggunakannya kembali atau dengan memanfaatkannya. Begitu pula dengan
pemanfaatan air, dapat disimpulkan semua subjek sudah dapat menggunakan
air secara bijak.
c.

Perilaku terhadap go green.

Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek melakukan
pemborosan listrik dengan media charger hp, yang dikarenakan kurangnya
pengetahuan subjek apabila charger hp tetap dipasangkan pada stop contact
maka energi yang dikeluarkan tetap menyala dan terbuang dengan percuma.
Dari hasil interview keseluruhan subjek menyatakan tidak mengajak oranag lain
megikuti karena subjek masih takut kalau dimarahi oleh orang tersebut
d.

Dampak go green.

Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa dampak go green terhadap diri
sendiri adalah dapat bernapas dengan lega karena banyak oksigen. Dampak go
green terhadap lingkungan adalah lingkungannnya tidak rusak dan tetp asri. Dan
go green itu merupakan hal yang positif untuk dilaukan karena go green tujuan
utamanya adalah menyelamatkan bumi dari global warming.
b.

Deskripsi data hasil observasi selama FGD berlangsung

Secara keseluruhan peserta A di waktu pertama, belum menjawab pertanyaan


yang di ajukan oleh moderator. Tetapi setelah pertanyaan ke empat dan
seterusnya, peserta menjawab pertanyaan serta menambahkan pendapat dari
jawaban teman temannya. Peserta lebih banyak memberikan pendapat baru
setelah mendengarkan jawaban temannya, kemudian 2 kali membantah, dan
terkadang menjadi urutan pertama yang menjawab pertanyaan dari moderator.
Secara keseluruhan peserta B pada waktu pertama memberikan pendapat baru
setelah temannya memberikan jawaban. Peserta B lebih banyak memberikan
pendapat baru. Melakukan 2 kali membantah, dan seuju dengan jawabn teman
temannya. Peserta B sering menjadi urutan kedua dalam menjawab atau
memberi pendapat, dan sesekali memberikan pertanyaan yang ia belum pahami.
Secara keseluruhan, peserta C pada waktu pertama ia tidak menjawab maupun
memberi pendapat baru. Peserta C lebih sering berpendapat sama dan setuju
dengan teman temannya. Hanya sesekali ia memberikan pendapat baru.
Peserta ini tidak ada membantah jawaban dari teman temannya. Peserta C
lebih banyak diam dan senyum senyum juga tertawa jika ada yang bercanda.
Ia lebih sering menjawab dengan urutan terakhir dalam menjawab. Ketika di
tanya sama moderator, ada beberapa yang ia tidak menjawab pertanyaan
tersebut.
Secara keseluruhan, peserta D di awal pertanyaan sudah memberikan pendapat
baru. Peserta ini lebih banyak menjawab memberikan pendapat baru, dan
terkadang setuju dengan teman temannya. Ia juga banyak diam, dan tertawa
jika ada yang bercanda. Ketika di tanya sama moderator, ada beberapa yang ia
tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Secara keseluruhan peserta E di awal pertanyaan sudah menjawab pertanyaan


dari moderator. Peserta E lebih banyak menjadi urutan pertama dalam menjawab
pertanyaan dari moderator.peserta E juga lebih banyak memberikan pendapat
baru dari perntayaan moderator maupun jawaban dari teman temannya.
Terkadang ia membantah jawaban dari teman temannya. Peserta E juga
melakukan bantah terhadap jawaban temennya yang tidak ia setujui. Terkadang
peserta F juga bertanya kepada moderator tentang masalah yang tidak ia
pahami.
Secara keseluruhan, peserta F di awal pertanyaan dari moderator ia sudah
mberikan pendapat baru. Peserta F lebih banyaj memberikan pendapat baru di
banding menjawab sama dengan jawaban temennya. Tapi ada beberapa
jawaban temannya yang ia setujui.peserta F sering menjadi urutan pertama
dalam menjawab. Sekali sekali peserta F juga membantah jawaban temannya
yang tidak ia setujui.

X.

Analisis Data FGD

XI.

Kesimpulan

XII. Penutup

DAFTAR PUSTA
Halim, D. K. (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta Timur: PT. Bumi
Aksara.
Wibowo, I.2009. Pola Perilaku Kebersihan:Studi Psikologi Lingkungan Tentang
Penanggulangan Sampah Perkotaan.Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 13,
No. 1 : 37-47
Asaad, dkk.2011.Tingkatan Taqwa Pada Melalui Kepedulian Lingkungan. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup Pengurus Besar Nahldatul Ulama
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi (Ketiga ed.). (Y.
Santoso, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yulia Singgih D. Gunarasa, Singgih D. Gunarasa. (2012). Psikologi Remaja (1 ed.).
Jakarta: Penerbit Libri.

Anda mungkin juga menyukai