Makalah Pembuatan Pupuk ZA
Makalah Pembuatan Pupuk ZA
PENDAHULUAN
manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir hijau
sehingga daun lebih hijau, menambah kandungan protein dan vitamin tanaman,
berperan dalam sintesis minyak yang berguna pada proses pembuatan gula, dan
memacu pertumbuhan anakan produktif (Ihsan, 2012). Keberadaan unsur belerang
dapat dianalisis dengan metode gravimetri. Metode ini dipilih karena unsur belerang
(S) pada pupuk ZA termasuk unsur makro yaitu sebesar 23,8 % (SNI 02-1760, 2005).
Selain mengandung unsur hara belerang (S), Ammonium Sulfat (ZA) juga
mengandung unsur hara nitrogen (N). Unsur hara nitrogen (N) yang berasal dari Urea
dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali
menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991),
definisi nitrogen (N) membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. nitrogen (N)
berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentukan protein,
esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi
perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara
yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Di samping digunakan sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan sebagai
nutrisi penambah kadar nitrogen dalam proses fermentasi, sebagai campuran cairan
pemadam kebakaran, penyamakan, makanan ternak, termasuk proses pembuatan
makanan (Hal. 726-728, Kirk-Othmer, 1994).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea,karena reaksi kerja pupuk ZA agak lambatsehingga digunakan sebagai pupuk
dasar dan susulan,senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu
lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, serta aman digunakan untuk semua jenis
tanaman. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah,
pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu
diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 %(dalam bentuk sulfat)dan nitrogen
21 %(dalam bentuk ammonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea,
sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara
belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini
menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena
tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi pupuk ZA sebagai pupuk anorganik.
b. Mengetahui cara pembuatan pupuk ZA dalam industri.
c. Mengetahui metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA.
d. Mengetahui macam-macam aplikasi dan cara penggunaan pupuk ZA dalam
kehidupan sehari-hari.
2. ISI
2.1 DEFINISI PUPUK ZA
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman
dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Pupuk digolongkan
menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses
pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos
dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk
kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan
hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik
dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk
tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa
unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Contoh pupuk majemuk antara lain
diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal ZA merupakan hara makro
utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam
produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi N membatasi
pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan
asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen
enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Amonium Sulfat [(NH4)2SO4] adalah senyawa kimia yang berwujud padat,
berwarna putih, berbentuk kristal (pada T > 513oC), larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, dan memiliki titik leleh 235-280oC pada tekanan 1 atm. Menurut Hilman
dkk. (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA)
yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks
koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan tercuci air. Wujud
pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah.
Ammonium Sulfat banyak dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan biasa
disebut pupuk ZA (Zwuafel Ammonium), terutama pada tanaman industri dan
perkebunan diantaranya tebu, tembakau, cengkeh, kopi, lada, kelapa sawit, dan teh.
Selain sebagai pupuk, senyawa Amonium Sulfat juga digunakan dalam bidang
industri seperti untuk pengolahan air, fermentasi, bahan tahan api dan penyamakan.
Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk anorganik yang terdiri dari unsur Sulfur (24%
berat) dalam bentuk ion Sulfat dan unsur Nitrogen (21% berat) dalam bentuk ion
Amonium (James G. Speight, 2002).
2.
3.
Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan gula.
4.
5.
6.
Memperbaiki
aroma,
mengurangi
penyusutan
selama
penyimpangan,
Mengandung unsur nitrogen dan sulfur sedangkan unsur sulfur ini tidak dimiliki
pupuk nitrogen lainnya, misal urea (CO(NH2)2), amonium nitrat (NH4NO3) dan
sendawa chili (NaNO3). Kedua unsur ini merupakan jenis unsur hara yang
dibutuhkan
tanaman
dalam
jumlah
besar
atau
disebut
makronutrient
(Setyamidjaja, 1986).
2.
NH4+ dapat diserap secara langsung oleh tanaman sehingga tidak membutuhkan
mikroorganisme tanah untuk mengurai senyawa NH4+ menjadi unsur nitrogen,
seperti pada pupuk urea (CO(NH2)2).
Dalam proses ini kondisi pH yaitu berkisar 3-3,5. pH perlu dijaga agar tetap
pada range tersebut untuk menghindarkan yield minimum, dan kristal yang tipis.
Kelebihan asam akan menyebabkan pertumbuhan kristal berlebih terutama di pipa,
sehingga memerlukan pelarutan kembali kristal dengan steam. Sebaliknya,
kekurangan asam menyebabkan mutu kristal yang rendah, sehingga akan
menyebabkan sistem pencucian dan storage sulit, serta kandungan nitrogen juga
rendah (Gowariker,dkk., 2009). Reaksi:
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5 Kcal/mol)
2.2.2 Proses Karbonasi Batubara
Amonium sulfat dapat diproduksi dari hasil samping pembakaran batubara
(coke-oven gas). Batubara bituminous digunakan untuk pabrikasi gas dan produksi
coke (arang). Batubara ini mengandung 1-2% nitrogen (N) dan dapat diperoleh 1520% NH3, yaitu berkisar 2,5-3 kg NH3/ ton batubara. Gas NH3 yang diperoleh akan
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan amonium sulfat. Ada tiga metode
yang bisa digunakan, yaitu direct method, indirect method dan semi direct method.
1.
Direct Method
Dalam direct method, semua gas yang terbentuk didinginkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan sejumlah tar, kemudian dialirkan ke- bubble saturator
spray, dimana kemudian dicuci asam sulfat untuk membentuk slurry amonium
sulfat. Kristal amonium sulfat yang terbentuk dalam cairan turun kemudian
dipisahkan dan dicuci dalam centrifuge lalu dikeringkan. Kristal kering yang
dihasilkan dikirim lewat conveyor untuk disimpan.
Kelebihan:
a. Biaya investasi dan operasi yang rendah.
Kekurangan:
a. Di dalam kristal yang diperoleh didapati sejumlah tar dan pyridin, sehingga
memerlukan rekristalisasi kembali sebelum dipasarkan.
b. Tingkat korosinya tinggi, klorid dari minyak dan tampungan air yang
digunakan akan menghasilkan Amonium Klorida dan menyebabkan korosi,
kecuali telah dipasangi peralatan khusus pencegah korosi.
c. Sulit untuk mengatur tingkat optimum asam bebas yang dibutuhkan untuk
menekan impurities dan optimum pH untuk menaikkan pertumbuhan kristal.
2.
Indirect Method
Pada proses ini, gas panas dari oven utama didinginkan dengan resirkulasi
cairan pencuci dan water scrubbing. Campuran cairan kemudian dipanaskan
dengan steam dalam kolom stripper tipe bubble untuk melepaskan amonia
bebas dalam senyawa garam. Steam lewat melalui kolom kedua stripper
kemudian amonia dan cairan dicampur dengan uap sehingga diperoleh amonia
mentah yang selanjutnya didestilasi ulang atau diubah menjadi amonium sulfat
dalam saturator kristaliser. Amonium sulfat yang diperoleh bebas dari
impurities serta prosesnya fleksibel.
Kelebihan:
a. Hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan yield recovery
Ammonia yang lebih tinggi.
Kekurangan:
a. Limbah buangan yang perlu diolah kembali agar tidak mencemari
lingkungan.
b. Amonia yang hilang besar karena reaksi dan absorpsi yang tidak sempurna.
3.
Pembanding
Netralisasi
++
+
+++
+
+
1
Katalis
2
Reaksi samping
3
Reversibel
4
Suhu (oC)
5
Tekanan (atm)
6
Konversi (%)
7
Jenis bahan baku
8
Jumlah alat proses
Keterangan: ( + = rendah, ++ = sedang, +++ = tinggi )
Proses
Karbonasi
Batubara
+
+
+
++
+++
Merseburg
+
+
++
+++
+++
berbagai negara dimana suplay gypsum tersedia dalam jumlah besar seperti Inggris,
Prancis, Jerman dan India.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut proses yang cocok digunakan
dalam pembuatan ZA di Indonesia adalah proses netralisasi, karena memiliki banyak
keuntungan. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk ZA dengan
metode netralisasi adalah amoniak dan asam sulfat (reaktan murni). Metode netralisasi
lebih banyak digunakan terutama di Indonesia karena mudah, cepat, memiliki konversi
yang tinggi, dan menggunakan bahan baku yang mudah didapat.
Berikut ini merupakan gambar diagram alir proses pembuatan pupuk ZA dengan
metode netralisasi:
gas amonia (basa) dan asam sulfat (asam kuat). Reaksi ini dilakukan pada tekanan
atmosfer. Reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5 Kcal/mol)
Reaksinya adalah reaksi eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan panas, dalam
hal ini sebanyak 65,5 kcal/gmol. Panas yang timbul ini dikendalikan dengan
pendinginan menggunakan air pada reaktor. Dalam proses ini lebih effisien karena
reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di Saturator yang mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai penetral (netralisasi) dan pembentukan kristal (kristalisasi).
c. Tahap Pemisahan
Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan
adalah centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada tahap netralisasi, kemudian
dipompakan ke centrifuge lalu dipisahkan antara kristal dan mother liquor. Mother liquor
dialirkan kembali ke tahap netralisasi.
d. Tahap Pengeringan
Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah tahap pengeringan. Tahap
pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile yang
terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti
ammonium sulfat (ZA), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan
menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu
rotary dryer , perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat
yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan
menggunakan alat tray dryer. Selama proses pengeringan dalam tray dryer terjadi
peristiwa- peristiwa fundamental secara bersamaan yang meliputi transfer panas
dari media pengering (biasanya udara) ke padatan yang dikeringkan dan transfer
massa air dari padatan yang dikeringkan ke media pengering (udara).
e. Tahap Penyerapan
Tahap penyerapan dilakukan jika setelah tahap pengeringan masih tersisa cairan
yang tidak volatile.
f. Tahap Penampungan Produk
Produk atau hasil yang didapatkan ditampung untuk selanjutnya dianalisis kadar
nitrogen, kadar sulfur, kadar air, dan ukuran butirannya.
Dalam industri
deliming ataupun
Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa, isolasi protein,
makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-alkohol (IFICF, 2009).
c.
Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses pewarnaan (Martin
Resources, 2008).
d.
Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur bakteri dan
mikroorganisme penghasil enzim (Martin Resources, 2008).
Lapisan Nata yang terbentuk merupakan hasil samping dari metabolisme
bakteri Acetobacter xylinum, yaitu merupakan kapsul selubung bakteri yang
tersusun atas selulosa. Seperti halnya tumbuhan atau mahluk hidup lainnya,
bakteri Acetobacter
xylinum mebutuhkan
nutrien
untuk
metabolisme
c.
d.
Reaksi kerjanya lambat sehingga sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar dan
pupuk susulan untuk semua jenis tanaman. Selain itu adalah karena unsur hara
belerang dibutuhkan tanaman sejak awal pertumbuhan.
e.
f.
Pemakaiannya harus disertai kapur, jika tidak maka dapat bersifat racun bagi
tanah. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi
dengan besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan
mangan.
g.
Pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa dan pemberiannya
tidak boleh berlebihan. Karena sifat reaksinya asam, sehingga kelebihan pupuk
ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam.
3.
h.
i.
KESIMPULAN
a. Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung
unsur hara nitrogen dalam bentuk ion ammonium dan unsur hara sulfur dalam bentuk
ion sulfat.
b. Macam-macam proses pembuatan pupuk ZA yaitu proses netralisasi langsung, Proses
Karbonasi Batubara, Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum.
c.
(Martin Resources.
4. Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur bakteri
e. Pupuk ZA merupakan pupuk fast release karena dalam waktu singkat unsur hara
langsung dapat dimanfaatkan oleh tanah.
DAFTAR PUSTAKA