Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, petama kali pupuk
ditemukan oleh Justus Von Liebig seorang ahli kimia dari jerman, pupuk tersebut
berupa tulang yang dihaluskan kemudian penemuanya dikembangkan lagi oleh John
Bannetuntuk meningkatkan hasil pertanian yang sebelumnya hanya melakukan
pemupukan secara tradisional. Pada awalnya tidak banyak petani yang langsung
percaya. Akan tetapi setelah diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbangan
masyarakat, dan terbukti peningkatan yang signifikan, maka kini semakin banya
petani yang mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir
di seluruh pelosok Nusantara.Saat ini pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan
pertambahan luas areal pertanian. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pupuk za
merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara belerang, tetapi
tidak baik jika digunakan berlebihan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non
organik. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen
seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan (pupuk anorganik) yang dirancang
untuk memberi tambahan haranitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah
singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium
sulfat (NH4SO4). Pada umumnya, amonium sulfat banyak digunakan sebagai pupuk
untuk memberikan unsur hara nitrogen dan sulfur pada tanaman pertanian dan
perkebunan. Amonium sulfat merupakan pupuk yang baik bagi tanaman padi,
tanaman jeruk, tumbuhan-tumbuhan yang merambat, dan terutama dapat digunakan
untuk tanah yang mempunyai pH yang tinggi. Manfaat dari pupuk ZA adalah dapat
meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap
gangguan hama, penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil
panen (Horties, 2011).
Dalam pupuk ZA mengandung beberapa unsur hara, diantaranya unsur hara
belerang (S) memiliki manfaat yg besar untuk pertumbuhan tanaman. Adapun

manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir hijau
sehingga daun lebih hijau, menambah kandungan protein dan vitamin tanaman,
berperan dalam sintesis minyak yang berguna pada proses pembuatan gula, dan
memacu pertumbuhan anakan produktif (Ihsan, 2012). Keberadaan unsur belerang
dapat dianalisis dengan metode gravimetri. Metode ini dipilih karena unsur belerang
(S) pada pupuk ZA termasuk unsur makro yaitu sebesar 23,8 % (SNI 02-1760, 2005).
Selain mengandung unsur hara belerang (S), Ammonium Sulfat (ZA) juga
mengandung unsur hara nitrogen (N). Unsur hara nitrogen (N) yang berasal dari Urea
dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali
menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991),
definisi nitrogen (N) membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. nitrogen (N)
berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentukan protein,
esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi
perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara
yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Di samping digunakan sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan sebagai
nutrisi penambah kadar nitrogen dalam proses fermentasi, sebagai campuran cairan
pemadam kebakaran, penyamakan, makanan ternak, termasuk proses pembuatan
makanan (Hal. 726-728, Kirk-Othmer, 1994).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea,karena reaksi kerja pupuk ZA agak lambatsehingga digunakan sebagai pupuk
dasar dan susulan,senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu
lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, serta aman digunakan untuk semua jenis
tanaman. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah,
pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu
diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 %(dalam bentuk sulfat)dan nitrogen
21 %(dalam bentuk ammonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea,
sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara
belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini
menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena
tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya


dapatterukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi
denganperbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup,
dan (4)Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan denganpupuk organik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa definisi pupuk ZA?
b. Bagaimana cara pembuatan pupuk ZA?
c. Metode apa yang sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA?
d. Bagaimana aplikasi dan cara penggunaan pupuk ZA dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi pupuk ZA sebagai pupuk anorganik.
b. Mengetahui cara pembuatan pupuk ZA dalam industri.
c. Mengetahui metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA.
d. Mengetahui macam-macam aplikasi dan cara penggunaan pupuk ZA dalam
kehidupan sehari-hari.

2. ISI
2.1 DEFINISI PUPUK ZA
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman
dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Pupuk digolongkan
menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses
pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos
dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk
kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan
hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik

dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk
tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa
unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Contoh pupuk majemuk antara lain
diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal ZA merupakan hara makro
utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam
produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi N membatasi
pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan
asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen
enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Amonium Sulfat [(NH4)2SO4] adalah senyawa kimia yang berwujud padat,
berwarna putih, berbentuk kristal (pada T > 513oC), larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, dan memiliki titik leleh 235-280oC pada tekanan 1 atm. Menurut Hilman
dkk. (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA)
yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks
koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan tercuci air. Wujud
pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah.
Ammonium Sulfat banyak dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan biasa
disebut pupuk ZA (Zwuafel Ammonium), terutama pada tanaman industri dan
perkebunan diantaranya tebu, tembakau, cengkeh, kopi, lada, kelapa sawit, dan teh.
Selain sebagai pupuk, senyawa Amonium Sulfat juga digunakan dalam bidang
industri seperti untuk pengolahan air, fermentasi, bahan tahan api dan penyamakan.
Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk anorganik yang terdiri dari unsur Sulfur (24%
berat) dalam bentuk ion Sulfat dan unsur Nitrogen (21% berat) dalam bentuk ion
Amonium (James G. Speight, 2002).

Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara


Nitrogen (N) dan Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara Belerang adalah :
1.

Membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau.

2.

Menambah kandungan protein dan vitamin tanaman.

3.

Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan gula.

4.

Memacu pertumbuhan anakan produktif.

5.

Memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus pada


tembakau omprongan).

6.

Memperbaiki

aroma,

mengurangi

penyusutan

selama

penyimpangan,

memperbesar umbi bawang merah dan bawang putih.


Pemberian belerang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi
padi sawah. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang selalu membutuhkan
amonium sulfat sebagai pupuk nitrogen. Keuntungan penggunaan Amonium Sulfat
(pupuk ZA) dibandingkan pupuk nitrogen lainnya yaitu :
1.

Mengandung unsur nitrogen dan sulfur sedangkan unsur sulfur ini tidak dimiliki
pupuk nitrogen lainnya, misal urea (CO(NH2)2), amonium nitrat (NH4NO3) dan
sendawa chili (NaNO3). Kedua unsur ini merupakan jenis unsur hara yang
dibutuhkan

tanaman

dalam

jumlah

besar

atau

disebut

makronutrient

(Setyamidjaja, 1986).
2.

NH4+ dapat diserap secara langsung oleh tanaman sehingga tidak membutuhkan
mikroorganisme tanah untuk mengurai senyawa NH4+ menjadi unsur nitrogen,
seperti pada pupuk urea (CO(NH2)2).

2.2 MACAM-MACAM PROSES PEMBUATAN PUPUK ZA


2.2.1 Proses Netralisasi Langsung
Amonium sulfat dibuat dalam suatu unit netralizer dan crystalizer dengan
mereaksikan langsung gas amonia dengan asam sulfat yang masuk melalui alur
recycle slurry, direaksikan dan dipanaskan di slurry recycle. Slurry kemudian di
flash pada upper chamber dibawah tekanan vakum yaitu sekitar 55 - 58 mmHg.
Panas reaksi yang terjadi dalam reaktor dikontrol dan dihilangkan dengan
penambahan air atau pendinginan dengan udara ke dalam reaktor. Unit netralizer
dan crystalizer dibuat terpisah untuk memudahkan sistem operasi dan control
proses. Kesetimbangan optimum antara energi udara pendingin dengan yield kristal
diperoleh ketika unit crystalizer di- control pada suhu 63 66C.

Dalam proses ini kondisi pH yaitu berkisar 3-3,5. pH perlu dijaga agar tetap
pada range tersebut untuk menghindarkan yield minimum, dan kristal yang tipis.
Kelebihan asam akan menyebabkan pertumbuhan kristal berlebih terutama di pipa,
sehingga memerlukan pelarutan kembali kristal dengan steam. Sebaliknya,
kekurangan asam menyebabkan mutu kristal yang rendah, sehingga akan
menyebabkan sistem pencucian dan storage sulit, serta kandungan nitrogen juga
rendah (Gowariker,dkk., 2009). Reaksi:
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5 Kcal/mol)
2.2.2 Proses Karbonasi Batubara
Amonium sulfat dapat diproduksi dari hasil samping pembakaran batubara
(coke-oven gas). Batubara bituminous digunakan untuk pabrikasi gas dan produksi
coke (arang). Batubara ini mengandung 1-2% nitrogen (N) dan dapat diperoleh 1520% NH3, yaitu berkisar 2,5-3 kg NH3/ ton batubara. Gas NH3 yang diperoleh akan
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan amonium sulfat. Ada tiga metode
yang bisa digunakan, yaitu direct method, indirect method dan semi direct method.
1.

Direct Method
Dalam direct method, semua gas yang terbentuk didinginkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan sejumlah tar, kemudian dialirkan ke- bubble saturator
spray, dimana kemudian dicuci asam sulfat untuk membentuk slurry amonium
sulfat. Kristal amonium sulfat yang terbentuk dalam cairan turun kemudian
dipisahkan dan dicuci dalam centrifuge lalu dikeringkan. Kristal kering yang
dihasilkan dikirim lewat conveyor untuk disimpan.
Kelebihan:
a. Biaya investasi dan operasi yang rendah.
Kekurangan:
a. Di dalam kristal yang diperoleh didapati sejumlah tar dan pyridin, sehingga
memerlukan rekristalisasi kembali sebelum dipasarkan.
b. Tingkat korosinya tinggi, klorid dari minyak dan tampungan air yang
digunakan akan menghasilkan Amonium Klorida dan menyebabkan korosi,
kecuali telah dipasangi peralatan khusus pencegah korosi.
c. Sulit untuk mengatur tingkat optimum asam bebas yang dibutuhkan untuk
menekan impurities dan optimum pH untuk menaikkan pertumbuhan kristal.

2.

Indirect Method
Pada proses ini, gas panas dari oven utama didinginkan dengan resirkulasi
cairan pencuci dan water scrubbing. Campuran cairan kemudian dipanaskan
dengan steam dalam kolom stripper tipe bubble untuk melepaskan amonia
bebas dalam senyawa garam. Steam lewat melalui kolom kedua stripper
kemudian amonia dan cairan dicampur dengan uap sehingga diperoleh amonia
mentah yang selanjutnya didestilasi ulang atau diubah menjadi amonium sulfat
dalam saturator kristaliser. Amonium sulfat yang diperoleh bebas dari
impurities serta prosesnya fleksibel.
Kelebihan:
a. Hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan yield recovery
Ammonia yang lebih tinggi.
Kekurangan:
a. Limbah buangan yang perlu diolah kembali agar tidak mencemari
lingkungan.
b. Amonia yang hilang besar karena reaksi dan absorpsi yang tidak sempurna.

3.

Semi Direct Method


Metode ini merupakan gabungan dari direct method dan indirect method.
Dalam proses ini gas mula mula didinginkan dan dicuci untuk
menghilangkan sejumlah tar dan untuk memproduksi larutan kondensat yang
banyak mengandung amonia bentuk gas. Kemudian amonia cair dipanaskan
sampai suhu 700C dan diabsorbsi dengan asam sulfat encer 5-6% dan
menghasilkan larutan amonium sulfat jenuh dengan suhu 50700C. Semi direct method memproduksi amonium sulfat atau posfat dan amonia dengan
yield yang tinggi. (Gowariker,dkk., 2009)

2.2.3 Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum


Metode ini disebut juga dengan dengan proses Merseburg. Metode ini
didasarkan pada penggabungan amonia dan karbon dioksida untuk menghasilkan
larutan amonium karbonat. Larutan amonium karbonat yang terbentuk direaksikan
dengan gypsum (CaSO4.2H2O) sehingga diperoleh amonium sulfat dan kalsium
karbonat.
Reaksi:
NH3 + H2O NH4OH
2NH4OH + CO2 (NH4)2CO3 + H2O

CaSO4.2H2O + (NH4)2CO3 (NH4)2 SO4 + CaCO3 + 2 H2O


Reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses Merseburg bersifat eksotermik.
Keuntungan:
a. Proses menggunakan bahan baku gypsum (Gypsum FGD) dari buangan PLTU
batu bara yang berharga murah.
b. Prosesnya tidak membutuhkan supply sulfur (Gowariker,dkk., 2009).
c. Proses reaksi pada suhu dan tekanan rendah (kondisi vakum).
d. Proses pembuatan amonium sulfat dari gypsum sintetik menghasilkan konversi
83% dan kemurnian hingga 99% (Chou, 1995).
e. Kalsium karbonat sebagai hasil samping yang dapat digunakan untuk produksi
semen, dan pupuk.
Secara umum perbedaan antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No.

Pembanding
Netralisasi
++
+
+++
+
+

1
Katalis
2
Reaksi samping
3
Reversibel
4
Suhu (oC)
5
Tekanan (atm)
6
Konversi (%)
7
Jenis bahan baku
8
Jumlah alat proses
Keterangan: ( + = rendah, ++ = sedang, +++ = tinggi )

Proses
Karbonasi
Batubara

+
+
+
++
+++

Merseburg

+
+
++
+++
+++

2.3 PRODUKSI PUPUK ZA DENGAN PROSES NETRALISASI


Ammonium sulfat (ZA) dapat dibuat dengan berbagai cara yang telah diuraikan.
Namun ada beberapa pertimbangan dalam memilih metode yang tepat dilakukan di
Indonesia. Pada tahun 1920-an, proses karbonasi batubara sangatlah populer di
kalangan industri. Namun pada perkembangannnya, proses ini semakin berkurang
seiring dengan meningkatnya instalasi oil-gas proccess dan penggunaan minyak serta
gas alam untuk pemanasan. Proses Merseburg pertama kali dilakukan di Inggris pada
tahun 1951 dan di India pada tahun 1967. Proses ini cocok untuk digunakan di

berbagai negara dimana suplay gypsum tersedia dalam jumlah besar seperti Inggris,
Prancis, Jerman dan India.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut proses yang cocok digunakan
dalam pembuatan ZA di Indonesia adalah proses netralisasi, karena memiliki banyak
keuntungan. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk ZA dengan
metode netralisasi adalah amoniak dan asam sulfat (reaktan murni). Metode netralisasi
lebih banyak digunakan terutama di Indonesia karena mudah, cepat, memiliki konversi
yang tinggi, dan menggunakan bahan baku yang mudah didapat.
Berikut ini merupakan gambar diagram alir proses pembuatan pupuk ZA dengan
metode netralisasi:

Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan ZA dengan Proses Netralisasi

Tahapan dalam proses netralisasi adalah sebagai berikut:


a. Tahap penguapan
Dalam proses pembuatan pupuk ZA alat yang digunakan saat penguapan adalah
vavorizer. Amonia atau NH3 merupakan zat yang pada suhu ruangan memiliki fase
liquid atau cair. Maka dari itu amonia perlu diuapkan untuk memperoleh fase
gasnya. Dengan begitu gas amonia bisa bereaksi dengan asam sulfat membentuk
amonium sulfat (ZA).
b. Tahap netralisasi
Alat yang digunakan pada tahap netralisasi pada proses pembuatan pupuk ZA
adalah saturator. Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat dibuat dari netralisasi,
yaitu reaksi yang melibatkan basa dengan asam sebagai reaktannya. Dalam hal ini

gas amonia (basa) dan asam sulfat (asam kuat). Reaksi ini dilakukan pada tekanan
atmosfer. Reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5 Kcal/mol)
Reaksinya adalah reaksi eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan panas, dalam
hal ini sebanyak 65,5 kcal/gmol. Panas yang timbul ini dikendalikan dengan
pendinginan menggunakan air pada reaktor. Dalam proses ini lebih effisien karena
reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di Saturator yang mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai penetral (netralisasi) dan pembentukan kristal (kristalisasi).
c. Tahap Pemisahan
Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan
adalah centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada tahap netralisasi, kemudian
dipompakan ke centrifuge lalu dipisahkan antara kristal dan mother liquor. Mother liquor
dialirkan kembali ke tahap netralisasi.
d. Tahap Pengeringan
Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah tahap pengeringan. Tahap
pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile yang
terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti
ammonium sulfat (ZA), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan
menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu
rotary dryer , perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat
yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan
menggunakan alat tray dryer. Selama proses pengeringan dalam tray dryer terjadi
peristiwa- peristiwa fundamental secara bersamaan yang meliputi transfer panas
dari media pengering (biasanya udara) ke padatan yang dikeringkan dan transfer
massa air dari padatan yang dikeringkan ke media pengering (udara).
e. Tahap Penyerapan
Tahap penyerapan dilakukan jika setelah tahap pengeringan masih tersisa cairan
yang tidak volatile.
f. Tahap Penampungan Produk
Produk atau hasil yang didapatkan ditampung untuk selanjutnya dianalisis kadar
nitrogen, kadar sulfur, kadar air, dan ukuran butirannya.

2.4 APLIKASI PUPUK ZA DAN PENGGUNAANNYA DALAM PERTANIAN


2.4.1 APLIKASI ZA DI BIDANG INDUSTRI
Senyawa amonium sulfat atau lebih dikenal juga dengan nama ZA biasa
digunakan sebagai pupuk sumber nitrogen bagi tanaman. Namun ZA juga bisa
digunakan dalam bidang industri, antara lain adalah sebagai berikut:
a.

Dalam industri

penyamakan digunakan untuk proses

deliming ataupun

menghilangkan zat kapur dari kulit (ISTT, 2010).


Pembuangan kapur bertujuan untuk menetralkan kulit dari basa akibat pengapuran
(pH 11) menjadi mendekati pH netral yaitu 8 keadaan pH netral ini digunakan
dalam proses agar dapat bekerja dengan baik. Disamping itu juga untuk
menghindari pengerutan kulit dan timbulnya endapan kapur yang terdapat bereaksi
dengan bahan penyamak. Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah asam sulfat,
asam semut atau garam amonium sulfat. Penggunaan bahan kimia tersebut
biasanya dilakukan dengan cara mencampur garam amonium sulfat (ZA) dengan
salah satu asam tersebut.
b.

Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa, isolasi protein,
makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-alkohol (IFICF, 2009).

c.

Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses pewarnaan (Martin
Resources, 2008).

d.

Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur bakteri dan
mikroorganisme penghasil enzim (Martin Resources, 2008).
Lapisan Nata yang terbentuk merupakan hasil samping dari metabolisme
bakteri Acetobacter xylinum, yaitu merupakan kapsul selubung bakteri yang
tersusun atas selulosa. Seperti halnya tumbuhan atau mahluk hidup lainnya,
bakteri Acetobacter

xylinum mebutuhkan

nutrien

untuk

metabolisme

tubuhnya. ZA adalah salah satu nutrisi/makanan yang berperan sebagai sumber


Nitrogen pada metabolisme bakteri tersebut, selain gula, dan substrat air kelapa
yang digunakan pada proses fermentasi nata. ZA.

2.4.2 CARA PENGGUNAAN PUPUK ZA


Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi
tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Pupuk ZA dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman. Berikut ini adalah cara penggunaan pupuk ZA:
a.

Cara penggunaan pupuk ini adalah dengan menebarkannya di tanah.

ZA merupakan pupuk akar, yaitu pupuk yang penyerapannya lewat akar


tanaman. Maka dari itu pupuk ini digunakan dengan cara penebaran di tanah.
b.

ZA termasuk pupuk fast release.


Pupuk fast release yaitu pupuk yang jika ditebarkan ke tanah maka dalam
waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis,
bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci
oleh air.

c.

Tidak menyerap banyak air (higroskopis), sehingga meskipun pupuk ini


termasuk fast release akan tetap menguntungkan jika digunakan.

d.

Reaksi kerjanya lambat sehingga sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar dan
pupuk susulan untuk semua jenis tanaman. Selain itu adalah karena unsur hara
belerang dibutuhkan tanaman sejak awal pertumbuhan.

e.

Pupuk ZA dapat dicampur dengan pupuk yang lain.

f.

Pemakaiannya harus disertai kapur, jika tidak maka dapat bersifat racun bagi
tanah. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi
dengan besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan
mangan.

g.

Pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa dan pemberiannya
tidak boleh berlebihan. Karena sifat reaksinya asam, sehingga kelebihan pupuk
ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam.

3.

h.

Dianjurkan untuk dipakai pada daerah yang panas.

i.

Tahan disimpan dalam waktu lama karena senyawa kimianya stabil.

KESIMPULAN
a. Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung
unsur hara nitrogen dalam bentuk ion ammonium dan unsur hara sulfur dalam bentuk
ion sulfat.
b. Macam-macam proses pembuatan pupuk ZA yaitu proses netralisasi langsung, Proses
Karbonasi Batubara, Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum.

c.

Aplikasi penggunaan pupuk ZA dalam bidang industri diantaranya :


1. Dalam industri penyamakan digunakan untuk proses deliming ataupun

menghilangkan zat kapur dari kulit.

2. Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa, isolasi

protein, makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-alkohol.


3. Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses pewarnaan

(Martin Resources.
4. Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur bakteri

dan mikroorganisme penghasil enzim.


d. Penggunaan pupuk ZA dapat dilakukan dengan cara menebarkan langsung ke tanah, dan
pemakaiannya harus disertai kapur, jika tidak maka dapat bersifat racun bagi tanah.

e. Pupuk ZA merupakan pupuk fast release karena dalam waktu singkat unsur hara
langsung dapat dimanfaatkan oleh tanah.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/176781873/pupuk-ZA Diakes pada 22 Maret 2014.


http://www.scribd.com/doc/97314951/Proposal-Analisa-PupukZAhttp://faedahjaya.com/distributor-pupuk/tentang-pupuk-za diakses pada 22
Maret 2014.
http://feronikafajriyanti.blogspot.com/2012/05/pupuk-za.html diakses pada 22 Maret
2014.
http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/kegunaan-ammonium-sulfatnh42so4.html Diakses pada 22 Maret 2014.
http://jatisolomonkulturjaringan.blogspot.com/2011/09/jenis-jenis-pupuk-danpenggunaannya.html#.Uy1X-_s8t5k Diakses pada 22 Maret 2014.
http://tha.co.id/berita-2-anjuran-pemupukan-berimbang-.html Diakses pada 22 Maret
2014.
http://id.scribd.com/doc/115626175/Under-Process-Kimia-Industri Diakses pada 22
Maret 2014.
http://oksigenpertanian.wordpress.com/category/tanaman-pangan/tanamanpadi/pupuk/ Diakses pada 22 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai