Disorganisasi Keluarga PDF
Disorganisasi Keluarga PDF
Nur Sehah
1131003043
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan karya tulis ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Pembentukkan Konsep Diri
Anak Broken Home (Disorganisasi Keluarga.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai proses pembentukkan konsep
diri pada anak broken home atau disorganisasi keluarga. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang proses pembentukkan konsep diri
pada anak broken home dan faktor faktor yang mempengaruhinya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.
ii
DAFTAR ISI
iii
PENDAHULUAN...
10
4. KESIMPULAN...
12
IV.1 Simpulan..
12
IV.2 Saran/Rekomendasi
13
DAFTAR PUSTAKA.
14
LAMPIRAN
iii
I.
PENDAHULUAN
2.
Bagaimana peran keluarga terutama orang tua dalam pembentukkan konsep diri
anak?
2.
II.
keluarganya atau mungkin karena dia menikah lagi. Pada umumnya masalah tersebut
disebabkan karena kesulitan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
tuntutan kebudayaan.
Di dalam zaman modern ini, disorganisasi keluarga mungkin terjadi karena konflik
peranan social atas dasar perbedaan ras, agama atau faktor social ekonomis. Ada juga
disorganisasi keluarga karena tidak adanya keseimbangan dari perubahan perubahan
unsur unsure warisan sosial (social heritage). Keluarga, menurut pola masyarakat
agraris, menghadapi persoalan persoalan dalam menyongsong modernisasi, khususnya
industrialisasi. Ikatan keluarga dalam masyarakat agraris didasarkan atas dasar faktor
kasih sayang dan faktor ekonomis di dalam arti keluarga tersebut merupakan suatu unit
yang memproduksi sendiri kebutuhan kebutuhan primernya.
Dengan dimulainya industrialisasi pada suatu masyarakat agraris, peranan keluarga
berubah. Biasanya ayah yang wajib mencari penghasilan. Seorang ibu, apabila
penghasilan ayah tidak mencukupi, turut pula mencari penghasilan tambahan. Hal yang
jelas adalah bahwa pola pendidikan anak anak mengalami perubahan. Sebagian dari
pendidikan anak anak benar benar diserahkan kepada lembaga lembaga
pendidikan di luar rumah seperti di sekolah. Pada hakikatnya, disorganisasi keluarga
pada masyarakat yang sedang dalam keadaan transisi menuju masyarakat yang modern
dan kompleks disebabkan karena keterlambatan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
sosial-ekonomis yang baru.
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Konsep
diri menyebabkan: selective exposure, selective perception, and selective attention
(Anita Taylor, 1997). William D. Brooks (1974): those physical, social, and
psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our
interaction with others. Konsep diri bukan saja sekedar deskriptif, namun penilaian
tentang diri pribadi (Anita Taylor, 1977).
Charles Horton Cooley (1864-1929), menyatakan bahwa konsep diri terkait dengan
looking glass self (Rakhmat, 2005: 99). Aplikasi Cooley untuk dapat menjadi subjek
dan objek persepsi sekaligus. Terdapat dua komponen; kognitif (self-image) dan afektif
Anggota keluarga adalah yang pertama dan paling penting yang mempengaruhi
bagaimana kita menilai diri sendiri. Karena memang interaksi dengan keluarga itu
mendominasi masa masa awal kita. (Widiastuti, 2011: 130).Wood (dalam Widiastuti,
2011: 130 - 133) berpendapat keluarga memilki beberapa cara dalam membangun
pribadi kita, yaitu melalui:
1. Direct Definition
Komunikasi yang secara eksplisit mengungkapkan bagaimana keluarga itu
melabelkan diri kita dan tingkah laku kita. Dari sini lah seorang anak itu mulai
mempelajari bagaimana orang lain memberikan presepsi dan ekspetasi atau penilain
kepadanya sehingga mulai dapat engajari bagaimana mereka harus menghargai diri
mereka sendiri.
2. Life Script
Anggota keluarga membentuk pribadi seorang anak dengan aturan untuk hidup dan
identitas.
3. Attachment Style
Pola orang tua mendidik seorang anak yang mengajari bagaimana untuk melihat
konsep diri dan hubungan pribadi.
a. Secure attachment style
Muncul ketika seorang anak mula mula diberikan respon perhatian dan peduli
yang secara konsisten memperhatikan dan mencintainya. Orang yang pemberian
cara semacam ini dari orang tuanya, dia cenderung menjadi orang yang penuh
kasih sayang, bisa mengatasi tantangan dan kekecewaan dalam hubungan dekat.
III.
dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan pada kelebihan orang lain. Inilah sifat yang ketiga, sikap hiper kritis.
Keempat, orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak disenangi
orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi pada orang lain
sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap
dirinya sebagai korban dari system sosial yang tidak beres.
Kelima, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap kompetisi
seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya.
Sebaliknya, orang yang memilki konsep diri positif ditandaidengan lima hal :
1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
2) Ia merasa setara dengan orang lain;
3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu;
4) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Dalam kenyataan, memang tidak ada orang yang betul betul sepenuhnya berkonsep
diri negatif atau positif, tetapi untuk efektivitas komunikasi interpersonal, sedapat
mungkin kita memperoleh sebanyak mungkin tanda tanda konsep diri positif. D.E.
Hamachek menyebutkan sebelas tanda tanda konsep diri positif:
1) Ia meyakini betul betul nilai nilai dan prinsip prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip prinsip
itu bila pengalaman dan bukti bukti baru menunjukkan masalah.
10
cenderung, dan mungkin diajari, untuk berpikir dalam term menjadi diri ideal atau
memenuhi standar yang ditentukan orang lain. Secara umum, orang yang lebih ingin
menggapai yang ideal adalah mereka yang mendapat pengasuhan yang hangat dan
suportif dari orang tuanya, sedangkan orang yang lebih memerhatikan opini orang lain
adalah mereka yang sering mendapat asuhan yang kurang baik (Manian, Strauman, &
Denney, 1998). Perbedaan cultural juga memengaruhi seberapa jauh diri ideal atau diri
semestinya akan mengatur perilaku. Secara spesifik; orang dengan diri independen lebih
mungkin termotivasi oleh diskrepansi antara diri mereka dan diri ideal, sedangkan orang
yang dibesarkan diri interdependen lebih mungkin memerhatikan orang lain (Lee,
Acker, & Gardner, 2000). Secara keseluruhan, orang merasakan nyaman saat ada
kesesuaian antara tujuan dengan orientasi mereka (Bianco, Higgins, &Klem, 2003;
Higgens, Idson, Freitas, Spiegel, &Molden, 2003).
11
IV.
KESIMPULAN
IV.1 Simpulan
Peranan keluarga adalah yang pertama dan paling penting, dimana orang tua sebagai
panutan dan teladan bagi perkembangan anaknya. Terutama terhadap perkembangan
psikis dan emosi untuk mengarahkan dan mengontrol perkembangan serta pembentukan
karakter bagi anaknya. Orang tua menjadi salah satu faktor sangat penting dalam
pembentukkan karakter anak-anak nya selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan.
Ketika orangtua tidak melaksanakan peran semestinya maka yang akan timbul adalah
disorganisasi keluarga.
Disorganisasi keluarga terjadi pada masyarakat-masyarakat sederhana karena suami
sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer keluarganya atau
mungkin karena dia menikah lagi. Pada umumnya masalah tersebut disebabkan karena
kesulitan-kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan.
Di dalam zaman modern ini, disorganisasi keluarga terjadi karena konflik peranan
social atas dasar perbedaan ras, agama atau faktor social ekonomis. Ada juga
disorganisasi keluarga karena tidak adanya keseimbangan dari perubahan-perubahan
unsur-nsur warisan sosial (social heritage).
Dengan dimulainya industrialisasi pada suatu masyarakat agraris, peranan keluarga
berubah. Biasanya ayah yang wajib mencari penghasilan. Seorang ibu, apabila
penghasilan ayah tidak mencukupi, turut pula mencari penghasilan tambahan. Hal yang
jelas adalah bahwa pola pendidikan anak-anak mengalami perubahan. Sebagian dari
pendidikan anak-anak benar-benar diserahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan di
12
luar rumah seperti di sekolah. Pada hakikatnya, disorganisasi keluarga pada masyarakat
yang sedang dalam keadaan transisi menuju masyarakat yang modern dan kompleks
disebabkan karena keterlambatan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosialekonomis yang baru.
Dalam fenomena ini huubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat
disimpulkan dengan ucapan para penganjur berpikir positif: You dont think what you
are, you are what your think. Karena konsep diri memiliki dua pengaruh besar yang
akan menentukan kepribadian seseorang, yaitu: konsep diri positif dan konsep diri
negatif.
seseorang, yang akan dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan, sosial, dan pergaulan.
IV.2 Saran/Rekomendasi
Bagi penulis selanjutnya mengenai tulisan ini, diharapkan agar lebih cermat dalam
memilih pendekatan untuk menganalisa dan metode yang akan digunakan karena
pergantian waktu mempengaruhi perkembangan zaman teknologi yang semakin
canggih.
Adapun untuk pembaca, penulis kembali menghimbau bagi orang tua agar lebih
memperhatikan segala aspek permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Supaya anakanak tidak menjadi korban disorganisasi keluarga. Karena akan merugikan pihak anak
dan pihak orang tua atau mungkin masyarakat sekitar atas kesenjangan negatif yang
dilakukan anak. Kondisi apapun yang terjadi dalam permasalah keluarga, orang tua
tetap bertanggung jawab dalam melaksanakan perannya sebagai orang tua. Oleh karena
itu, orang tua berperan aktif dalam mengarahkan dan mngontrol perkembangan karakter
anak supaya mengantisipasi hal negatif mampu merusak konsep diri anak. Dan mencari
referensi lain sebagai sumber informasi mengenai konsep diri anak untuk membantu
pemahaman yang lebih.
13
DAFTAR PUSTAKA
14