Anda di halaman 1dari 8

REFARAT

DIVISI PICU

Kepada Yth,

PELOD (PEDIATRIC LOGISTIC ORGAN DYSFUNCTION) VERSUS


PRISM (PEDIATRIC RISK OF MORTALITY)
Penyaji
Supervisor

: Richo Wijaya
: Prof. dr. H. Chairul Yoel, Sp.A(K)
Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K)
dr. Yunnie Trisnawati,M.Ked(Ped),Sp.A(K)
dr. Gema Nazri Yanni,M.Ked(Ped),Sp.A
dr. Rina Amalia C Saragih,M.Ked(Ped),Sp.A
dr. Aridamuriany D Lubis,M.Ked(Ped),Sp.A
dr. Putri Amelia, M.Ked(Ped),Sp.A
dr. Badai Buana Nasution,M.Ked(Ped),Sp.A

Hari / Tanggal :

Maret 2016

Pendahuluan
Penilaian derajat kesakitan (severity score of illness) telah dikembangkan sebagai tindak
lanjut meningkatnya perhatian terhadap evaluasi dan pemantauan pelayanan kesehatan.
Dengan sistem penilaian derajat kesakitan dimungkinkan melakukan audit komparatif dan
penelitian evaluatif perawatan intensif. Penilaian klinis derajat berat sakit merupakan elemen
penting dalam menentukan prognosis dan pelayanan rujukan pada pasien Unit Perawatan
Intensif Anak (UPIA) karena memberikan penilaian objektif dan mencakup sejumlah data
klinis yang akan memberikan suatu kesimpulan yang berpengaruh pada lama, kualitas, dan
biaya perawatan. Komponen penting penilaian dan perbaikan kualitas pelayanan di UPIA
adalah ketajaman sistem skoring yang mampu menilai secara objektif mengenai morbiditas,
mortalitas, lama perawatan, atau biaya selama perawatan.1
Skor yang telah dikembangkan untuk anak, adalah

pediatric logistic organ

dysfunction (PELOD), pediatric risk of mortality (PRISM), dan pediatric index of mortality
(PIM). Penilaian ini sudah dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu untuk memprediksi
kematian.2 Skor didapatkan dari variabel-variabel yang relevan dengan risiko dan skoring
kematian kemudian dihitung dengan analisis statistik multivariate regresi logistik. Sistem skor
yang berkembang sekarang dapat dibagi ke dalam skoring yang lebih spesifik, yaitu skor
disfungsi organ, skor prediksi kematian, dan skor lainnya.1
Sistem skor dapat memfasilitasi perbandingan melalui klasifikasi penyakit atau status
kesehatan, meningkatkan pengambilan keputusan, kualitas tatalaksana, dan memperbaiki
penelitian klinis.1 Sistem skor ini telah berkembang keseluruhan termasuk skoring pada anak.
Skor ini berkembang bukan untuk memprediksi outcome dari pasien sendiri, melainkan suatu
media atau alat untuk menilai atau mengukur performance dari UPIA terhadap unit lain dan
1

atau penilaian kriteria pada percobaan klinis. Pediatric Risk of Mortality (PRISM) dan
Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) skor adalah modalitas yang sering digunakan
untuk memprediksi kematian pada pasien anak.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk menjelaskan perbedaan antara PELOD
dan PRISM skor
SKOR PELOD
Skor PELOD merupakan salah satu metode prognostik yang digunakan untuk
memprediksi tingkat keparahan disfungsi organ di UPIA. Sistem skoring ini dibuat untuk
menjelaskan penyakit saat awal pasien sakit kritis yang dirawat di UPIA. Skor ini menilai
beberapa gangguan fisiologis dan ko-morbiditas saat masuk UPIA untuk memaksimalkan
prediksi risiko mortalitas pasien.3
Sejak tahun 2003, PELOD mulai diperkenalkan dan telah beberapa kali mengalami
validasi. Validitas dikatakan baik apabila diskriminasi dan kalibrasi memberikan hasil yang
baik. Diskriminasi mengacu pada seberapa baik skor tersebut mendiagnosis atau memprediksi
hasil akhir, sementara kalibrasi mengacu pada akurasi terhadap risiko prediksi.3
Disfungsi dan gagal organ merupakan penyebab kematian terbesar di UPIA dengan
persentase sebesar 26 sampai 50 persen. Keterlibatan kegagalan organ menjadi hal penting
dalam memprediksi mortalitas pasien karena hubungan langsung telah dibuktikan pada tahun
1986 antara mortalitas dan tingkat keparahan dari organ yang terlibat.4
Pada PELOD skor terdapat 6 organ yang terlibat dalam memprediksi angka mortalitas
yaitu organ jantung, paru, hati, ginjal, darah dan sistem saraf pusat. Masing-masing organ
yang terlibat memiliki komponen yang akan dinilai lebih lanjut. 4 Komponen yang dinilai
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Skor PELOD4
ORGAN

10

20

12 15
reaktif

7 11
tidak dapat
dinilai

46
Keduanya
tetap

3
tidak dapat
dinilai

< 195
< 150

-----

> 195
> 150

-----

> 75
> 85
> 95

-------

35 75
45 85
55 95

< 35
< 45
< 55

SARAF
Skala koma Glasgow
Reaksi pupil
JANTUNG
Detak jantung per menit
< 12 tahun
> 12 tahun
Tekanan darah sistolik (mmHg)
1 bulan 1 tahun
1 12 tahun
< 12 tahun

GINJAL
Kreatinin (mg/dl)
1 bulan 1 tahun
1 12 tahun
> 12 tahun
PARU

< 0,622
< 1,131
< 1,583

-------

> 0,622
> 1,131
> 1,583

-------

Laju nafas
< 3 bulan
3 12 bulan
> 12 bulan

< 60
< 50
< 40

60 80
50 70
40 60

> 80
> 70
> 60

-------

Retraksi dada

---

---

---

---

Retraksi
dada bawah
< 90%

4,5
35

1,5 4,4
< 35

< 1,5
---

-----

< 950
60
( 1,40)

> 950
> 60
(> 1,40)

-----

-----

SpO2

---

90%
DARAH
Leukosit ( x 109/L)
Trombosit ( x 109/L)
HATI
Aspartat transaminase (IU/l)
Waktu Prothrombin (atau INR)

Adapun rumus untuk menghitung skor PELOD adalah :

Data skor PELOD biasa diperoleh dari data hasil luaran saat masuk atau dirawat
sampai pulang atau sejak perawatan sampai 2 jam sebelum meninggal. Skor PELOD selama
perawatan di UPIA tidak dapat disimpulkan secara keseluruhan sebelum pasien dipulangkan
atau meninggal.4,6
SKOR PRISM
PRISM merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk memprediksi
tingkat kematian di UPIA. Skor PRISM berasal dari penelitian di Amerika Serikat di mana
11.165 pasien dari 32 rumah sakit. Sekitar 350 UPIA di Amerika Serikat memiliki perangkat
untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan skor PRISM. Penilaian resiko mortaliti
dilakukan dengan mengumpulkan data fisiologi 12 jam pertama, demografi dan data
diagnostik. Data laboratorium diambil paling sedikit satu kali dalam 24 jam pertama setelah
dirawat.7
Skor PRISM mempunyai kemampuan membedakan prognosis pasien (misalnya
kematian) dengan pasien yang tidak akan meninggal. Selain kemampuan membedakan ini,
skor PRISM juga mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan pasien
3

meninggal pada berbagai tingkat skor. Kemampuan tersebut dihitung/analisis secara statistik
dengan Hosmer Lemeshow goodness of fit test.5
Skor PRISM dipublikasikan pada tahun 1996 dan dapat digunakan untuk pasien
penyakit kritis pada neonatus, bayi, anak-anak, dan remaja, tetapi bukan untuk bayi prematur
atau dewasa. Skor PRISM terdiri dari 14 variabel/tanda meliputi sistem kardiovaskular,
syaraf, fungsi vital, status asam basa, pemeriksaan kimiawi, pemeriksan hematologi, dan
faktor lain seperti status operasi dan beberapa penyakit tertentu. Skor PRISM tidak dapat
digunakan pada penyakit spesifik tertentu seperti fulminant hepatic failure, gagal ginjal akut,
sakit kritis karena tenggelam, kanker, atau pasien transplantasi sumsum tulang. Skor PRISM
telah digunakan secara luas di Amerika Utara dan telah divalidasi dengan subjek penelitian
yang besar pada berbagai ruang rawat intensif anak yang berbeda. Skor PRISM telah
dipatenkan dan bagi yang mau menggunakan skor ini harus membayar untuk mendapatkan
rumus menghitung besarnya kemungkinan pasien meninggal.5
Variabel atau parameter PRISM terdiri dari 14 variabel yang terbagi menjadi 23 range
variable.
Tabel 2. Skor PRISM8

RINGKASAN
Derajat kesakitan telah dikembangakan sebagai metode untuk menilai atau
mengevaluasi pemantauan kualitas pelayanan di unit perawatan intensif anak dalam hal resiko
kesakitan dan kematian pasien.
Metode yang dipakai dapat berupa skor PELOD, skor PRISM dan skor PIM. Penilaian
tersebut menggunakan beberapa variable kategori fisiologi dan keadaan klinis serta data
penunjang berupa hasil laboratorium pasien.
Skor PELOD memiliki varibel yang lebih sedikit dibandingkan dengan skor PRISM.
Skor PELOD lebih memperhitungkan tingkat keparahan organ sedangkan skor PRISM
menggabungkan antara sistem organ dengan hasil laboratoirum. Selain itu, skor PELOD
lebih mudah diaplikasikan dibandingkan dengan skor PRISM karena perhitungan skor
PELOD sudah ada dilakukan di media elektronik sedangkan skor PRISM masih harus
berlangganan. Pada dasarnya skor PELOD dan PRISM dapat digunakan di unit perawatan
intensif anak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Marlina G, Hudaya D, Garna H. Perbandingan penggunaan pediateic index of mortality
(PIMS2) dan skor pediatric logistic organ dysfunction (PELOD). Sari Pediatri
2008;10(4):262-3.
2. Goncalves JP, Severo M, Rocha C, Jardim J, Mota T, Ribeiro A. Performance of PRISM
III and PELOD-2 score in a pediatric intensive care unit. Eur J Pediatr. Springer 2015.
3. Salim H, Suparyatha IB, Nym BHI. Penggunaan skor pediatric logistic organ dysfunction
harian sebagai predictor mortalitas anak yang dirawat di unit perawatan intensif anak. Sari
Pediatri 2014;16(2):141-6.
4. Gaur A, Ambey R, Sharma A. Modified pediatric logistic organ dysfunction scoring
system: a feasible tool in pediatric intensive care units. IJMSRP 2015;2(1):32-6.
5. Iskandar HR, Mulyo D, Pudjiadi A, Pratiwi A, Suryatin Y. Perbandingan pediatric logistic
organ dysfunction dan pediatric risk of mortality III sebagai predictor kematian sindroma
syok dengue di ruang rawat intensif anak. Sari Pediatri 2011;12(6):440-6.
6. Leteurte S, Duhamel A, Grandbastien B, Proulx F, Cotting J, Gottesman R,et al. Daily
estimation of severity of multiple organ dysfunction syndrome in critically ill children.
Can Med Assoc J 2010;182(11):1181-7.
7. Marcin JP, Pollack MM. Review of the acuity scoring systems for the pediatric intensive
care unit and their use in quality improvement. J Intensive Care Med 2007;22(3):131-5.
8. Bhadoria P, Bhagwat AG. Severity scoring systems in pediatric intensive care units. Indian
J Anaesth 2008;52Supl 5:663-75.

Anda mungkin juga menyukai