Analisis Profitabilitas
Analisis Profitabilitas
1.1
didefinisikan
sebagai
pendapatan
dan
keuntungan
angka
unik
yang
menunggu
kesempurnaan
sistem
laporan
keuangan
secara
wajar.
Namun,
laporan
akuntansi
2.1
segmen
yang
penting.
Namun,
berdasarkan
segmen
ini
memisahkan
segmen
serta
keengganan
yang
dapat
membagi
informasi
jarang
pengungkapan
dilakukan
karena
penuh
sulitnya
manajemen
membahayakan
untuk
posisi
kompetitifnya.
Sebuah segmen dianggap signifikan bila penjualan, laba (rugi)
operasi, atau aktiva yang dapat diidentifikasi besarnya sama atau
lebih dari 10 % dari jumlah gabungan seluruh segmen operasi
perusahaan.
Untuk
tiap
segmen,
harus
dilaporkan
beberapa
menjadi
industri
dan
perdagangan
rokok;
percetakan,
Pertumbuhan penjualan
Analisis tren penjualan menurut segmen berguna untuk
menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sering kali
berasal
dari
faktor-faktor
seperti,
perubahan
harga,
Marlboro
menyumbangkan
15,0%
dan
12,2%
sementara
volume
penjualan
pada
segmen
ini
disebabkan
oleh
peningkatan
volume
penjualan
sebesar 1,3% dari 32,8 miliar di tahun 2007 menjadi 33,2 miliar
batang pada tahun 2008. Volume penjualan rokok SKT Dji Sam
Soe tumbuh 5,1% dan menyumbangkan masing-masing 26,5%
dan 33,2% dari volume dan nilai penjualan domestik di tahun
2008 dibandingkan 27,6% dan 34,6% di tahun 2007. Volume
penjualan Sampoerna A Hijau menurun 4,7% dari 13,3 miliar
batang di tahun 2007 menjadi 12,6 miliar batang di tahun 2008.
Rokok Sampoerna A Hijau menyumbangkan masing-masing
17,2% dan 14,9% dari volume dan nilai penjualan rokok
domestik pada tahun 2008 dibandingkan 19,8% dan 17,5% di
tahun 2007.
Pertumbuhan aktiva
Analisis tren aktiva yang dapat diidentifikasikan menurut
segmen relevan bagi analisis profitabilitas. Membandingkan
pengeluaran
modal
terhadap
beban
penyusutan
Saat
menganalisis
laporan
segmen
2.2
diperbaharui.
Analisis
pelanggan-konsentrasi,
stabilitas.
Konsentrasi dan ketergantungan pendapatan pada satu
ketergantungan,
dan
segmen.
- Ketergantungan pendapatan pada staf pejualan.
- Diversifikasi geografis.
2.2.2 Diskusi dan analisis manajemen (Managements Discussion
and Analysis-MD&A)
MD&A atas kondisi keuangan dan hasil operasi sering kali
berguna bagi analisis terhadap daya tahan pendapatan. SEC
mensyaratkan
beberapa
pengungkapan
yang
bersifat
termasuk pendapatan.
Manajemen harus melaporkan
perubahan
komponen
yang
memengaruhi
atau
mungkin
melaporkan
apakah
karena
sumber
kenaikan
pertumbuhan
harga,
kenaikan
informasi
yang
berpandangan
ke
depan,
2.3
Hubungan
antara
Pendapatan,
Piutang,
dan
Persediaan
Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan digunakan
sebagai :
- Petunjuk penting bagi evaluasi hasil operasi.
- Untuk memprediksi kinerja di masa depan.
2.3.1 Pendapatan dan Piutang Usaha
Pemahaman hubungan antara pendapatan dan piutang usaha
diperlukan dalam evaluasi kuaitas laba. Sebagai contoh :
Bila tingkat pertumbuhan piutang usaha melebihi tingkat
pertumbuhan
pendapatan,
menemukan
penyebabnya.
pendapatan
didorong
perlu
dilakukan
Penyebabnya
oleh
insetif
analisis
mungkin
yang
lebih
untuk
karena
besar,
2008
2007
2006
2005
2004
3895
3624
2.66%
51034
2
2383
19.63
%
42947
7
1992
7.47%
13293
8
73,95
%
3530
48.13
%
32436
0
24,48
%
27143
4
58.23
%
57,34
%
secara
terus
menerus
untuk
meningkatkan
investasinya,
penyebaran
pangsa
pasar
rokok,
persaingan
2008
2007
2006
2005
2004
3895
3624
3530
2383
1992
1320
1198
1155
738
609
4765
6085
6524
7722
5006
6161
4086
4824
3377
3986
bahan
baku
pada tahun
Sedangkan
kenaikan, hal
kenaikan
pada
tahun
2004-2007
mengalami
produksi
dan
keberhasilan
pendapatan
untuk
2.4
daripada
metode
lainnya.
Analisis
harus
perusahaan
dalam
pencapaian
laba
perusahaan.
Jika
untuk
setiap
satu
barang
yang
terjual,
perusahaan
Margin adalah:
3.2
Pusatkan
perhatian
pada
perubahan
volume
dengan
penyederhanaan.
Asumsi
tersebut
mengabaikan
kenaikan
penjualan
adalah
perubahan
volume,
Interpretasi
hasil
analisis
perubahan
laba
kotor
memerlukan
ANALISIS
HARGA
POKOK
PENJUALAN
PADA
HM
SAMPOERNA
Gross Profit Margin
GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih
GPM Tahun 2008
= (Rp34.680.445.000.000 - Rp24.695.196.000.000)/ Rp34.680.445.000.000
= 0,2879
GPM Tahun 2007
= (Rp29.787.725.000.000 - Rp21.025.772.000.000)/Rp29.787.725.000.000
= 0,2941
Gross profit margin tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan 2007
sebesar 0,0062. Gross profit margin tahun 2008 menunjukkan bahwa dari
setiap satu unit barang yang terjual diperoleh keuntungan kotor sebesar
Rp0,2879. Penurunan gross profit margin ini disebabkan oleh peningkatan
harga pokok penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
penjualan bersihnya.
MENGANALISIS BEBAN PERUSAHAAN
Sebagian besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan
diukur
terhadap
pendapatan.
Hal
ini
disebabkan
karena
pendapatan
perubahan
relative
pos-pos
tersebut
lintas
tahun,
Analisis
rasio
mengukur
operasi
hubungan
(operating
antara
ratio
beban
analysis).
operasi
Rasio
(atau
operasi
komponen-
pendanaan
dan
pajak.
Untuk
menginterprestasikan
ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas alasan variasi dalam
komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban penjualan,
pemasaran, umum, dan administrasi.
Beban Penjualan
Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama,
yaitu ;
1. Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama
2. Penilaian beban piutang tak tertagih
3. Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah
ke masa depan
Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan
Pentingnya hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan
bervariasi antara industry dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu,
beban penjualan utam adalah komisi yang sangat variable, sedangkan bagi
perusahaan lainnya beban penjualan sebagian besar tetap. Komponen
variable dan komponen tetap tersebut harus dibedakan agar dapat dianalisis
harus
diarahkan
pada
kenaikan
beban
penjualan
yang
ke
masa
depan
tersebut
sangat
subjektif
dan
harus
tersebut
memberikan
pandangan
atas
kecenderungan
karena
dihitung
berdasarkan
berlalunya
waktu.
Bila
perhitungannya
Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan
jadi
harus
diinterprestasikan
berdasarkan
analisis
yang
memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam
pemeliharaan
dan
perbaikan,
hubungannya
dengan
penjualan
dapat
Beban Pajak
Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara
perusahaan dan pemerintah.
Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut
sebagai tarif pajak efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio),
dipengaruhi oleh perbedaan antara pajak permanen. Tarif pajak efektif
dihitung sebagai berikut :
Dari beban usaha yang ada tersebut merupakan beban yang akan terus
menerus
ada
pada
setiap
periodenya
karena
mendukung
operasi
Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan
penyusutan
perusahaan
pada
tahun
2008
sebesar
yang
timbul
dari
pembiayaan
pembangunan
pabrik
baru,
Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset dimana beban
ini termasuk salah satu beban yang belum tentu pada setiap periodenya
terjadi karena tidak selalu pada setiap penilaian asset tetap yang dilakukan
setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban penurunan nilai asset
tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007 sebesar
Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban
penurunan
nilai
sebesar
61,99%.
Kenaikan
yang
signifikan
ini
mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai asset yang cukup besar pada
tahun 2008 dari hasil revaluasi atas asset.
Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen dari
program pension sebesar Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang
merupakan beban yang timbul hanya pada periode tersebut karena adanya
perubahan imbal kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran pasti.
Sehingga laba bersih yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal
dari operasi tetapi juga ada karena beban-beban lain yang hanya pada
periode ini saja dibebankannya.