Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PROFITABILITAS

1. ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN


Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khusunya
investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satusatunya faktor penentu perubahan nilai efek (sekuritas). Pengukuran dan
peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor
ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan
sumber pembiayaan bunga dan pokok. Ketika mengevaluasi profitabilitas
perusahaan, kita berfokus pada beberapa pertanyaan seperti :

Apakah ukuran laba yang paling relevan bagi perusahaan?

Bagaimana kualitas laba ?

Komponen laba apakah yang paling penting untuk peramalan laba?

Bagaimana daya tahan (termasuk stabilitas dan tren) laba dan


komponen komponennya?

Bagaimana kekuatan laba ( earning power) perusahaan ?

1.1

Faktor-Faktor Pengukuran Laba Perusahaan


Laba

didefinisikan

sebagai

pendapatan

dan

keuntungan

dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan. Laba


bukanlah

angka

unik

yang

menunggu

kesempurnaan

sistem

pengukuran laba secara cepat. Pertimbangan-petimbangan praktis


adalah sebagai berikut :
1. Masalah estimasi. Pengukuran laba bergantung pada estimasi
atas hasil di masa depan. Estimasi-estimasi tersebut memerlukan
alokasi pendapatan dan beban pada periode sekarang dan masa
depan.
2. Metode akuntansi. Standar akuntansi yang mengatur pengukuran
laba merupakan hasil pengalaman profesional, agenda badan
pengatur, peristiwa bisnis, dan pengaruh sosial lainnya.
3. Insentif pengungkapan. Idealnya, praktisi berkepentingan atas
penyajian

laporan

keuangan

secara

wajar.

Namun,

laporan

keuangan dan pengukuran laba menanggung tekanan kompetensi,


keuangan, dan masyarakat.
4. Keragaman pengguna. Laporan keuangan merupakan laporan
bertujuan umum bagi banyak pengguna dengan kebutuhan yang
beragam.
1.2

Analisis Laba Dua Tahap


Tahap pertama adalah analisis akuntansi dan pengukurannya.

Analisis ini memerlukan pemahaman atas akuntansi pendapatan dan


beban. Analisis ini juga memerlukan pemahaman atas

akuntansi

aktiva dan kewajiban karena banyak aktiva yang merupakan beban


yang ditangguhkan dan kewajiban yang merupakan penghasilan yang
ditangguhkan.
Tahap kedua adalah menerapkan alat analisis pada laba (dan
komponen-komponennya) serta menginterpretasikan hasil analisis
tersebut. Penerapan alat analisis ini bertujuan untuk mencapai tujuan
terkait dengan penggunaan laba. Tujuan ini meliputi peramalan laba,
penilaian daya tahan laba dan kualitas laba, serta estimasi kekuatan
laba.

2. ANALISIS PENDAPATAN PERUSAHAAN


Analisis pendapatan perusahaan (disebut juga penjualan) berfokus pada
beberapa pertanyaan sebagai berikut :

Apakah sumber utama pendapatan ?

Bagaimana daya tahan sumber pendapatan?

Bagaimana kaitan antara pendapatan, piutang, dan persediaan ?

Kapan pendapatan dicatat dan bagaimana pendapatan diukur ?

2.1

Sumber Utama Pendapatan

Informasi ini khususnya penting bagi analisis perusahaan yang


terdivesifikasi. Dalam perusahaan yang terdiversifikasi, tiap pasar atau lini
produk sering kali memiliki pola pertumbuhan, profitabilitas, dan potensi
masa depan yang berbeda-beda. Common size analysis merupakan alat yang

sangat baik untuk menganalisis sumber pendapatan. Common size analysis


menyajikan tiap kelompok utama pendapatan sebagai persentase atas total
pendapatan.

2.1.1 Tantangan Perusahaan yang Terdiversifikasi


Analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiversifikasi
harus memisahkan dan menginterpretasikan dampak masingmasing segmen bisnis pada perusahaan secara keseluruhan. Hal ini
menantang untuk dilakukan mengingat segmen atau divisi yang
berbeda memiliki tingkat profitabilitas, risiko, dan pertumbuhan
yang bervariasi. Inilah alasan mengapa analisis memerlukan
memerlukan banyak informasi rinci berdasarkan segmen usaha.
2.1.2 Pelaporan Segmen
Informasi yang dilaporkan dalam hasil operasi dan posisi
keuangan berdasarkan segmen bervariasi. Pengungkapan penuh
menyediakan laporan laba, neraca, dan laporan arus kas rinci untuk
setiap

segmen

yang

penting.

Namun,

berdasarkan

segmen

ini

memisahkan

segmen

serta

keengganan

yang

dapat

membagi

informasi

jarang

pengungkapan

dilakukan

karena

penuh
sulitnya

manajemen

membahayakan

untuk
posisi

kompetitifnya.
Sebuah segmen dianggap signifikan bila penjualan, laba (rugi)
operasi, atau aktiva yang dapat diidentifikasi besarnya sama atau
lebih dari 10 % dari jumlah gabungan seluruh segmen operasi
perusahaan.

Untuk

tiap

segmen,

harus

dilaporkan

beberapa

informasi keuangan tahunan ( SFAS 131) seperti :


1. Penjualan kepada segmen lain maupun kepada pelanggan
eksternal
2. laba operasi pendapatan dikurangi beban operasi
3. Aktiva yang dapat diidentifikasi
4. Beban atau pendapatan bunga dan pajak
5. Keuntungan dan kerugian dari pos khusus

6. Beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi.


Selain itu, perusahaan harus melaporkan pendapatan sebesar 10%
atau lebih yang diperoleh dari satu pelanggan.
Analisis pada HM Sampoerna
Suatu segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang
menyediakan barang atau jasa yang memiliki risiko serta tingkat
pengembalian yang berbeda dengan segmen usaha lainnya.
Sebuah segmen geografis menyediakan barang maupun jasa di
dalam lingkungan ekonomi tertentu yang memiliki risiko serta
tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen operasi
lainnya yang berada dalam lingkungan ekonomi lain.
Grup mensegmentasikan pelaporan keuangan sebagai berikut:
(i) segmen usaha (primer), yang mengklasifikasikan aktivitas bisnis
Grup

menjadi

industri

dan

perdagangan

rokok;

percetakan,

pengemasan dan pengangkutan; serta segmen usaha lainnya.


(ii) segmen geografis (sekunder), yang terdiri dari kegiatan usaha
dalam negeri dan luar negeri.
2.1.3 Implikasi Analisis atas Laporan Segmen
Laporan segmen harus dianalisis sebagai informasi lunak, yaitu
informasi yang dapat dimanipulasi dan diatur oleh manajemen.
Informasi tersebut harus diperlakukan dengan ketidakpastian dan
kesimpulan yang diambil dari informasi tersebut harus diuji oleh
sumber informasi alternatif. Namun demikian, data segmen yang
didukung dengan bukti altenatif dapat sangat berguna bagi analisis.
Data segmen dapat membantu analisis, khususnya analisis atas :

Pertumbuhan penjualan
Analisis tren penjualan menurut segmen berguna untuk
menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sering kali
berasal

dari

faktor-faktor

seperti,

perubahan

harga,

perubahan volume, akuisisi/divestasi, dan perubahan nilai


tukar.
Pada HM Sampoerna, Penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp
34,7 triliun untuk tahun 2008, meningkat sebesar 16,4% dari Rp
29,8 triliun di tahun 2007.

Penjualan bersih dari bisnis rokok domestik meningkat


menjadi Rp 33,9 triliun, atau 16,2% lebih tinggi dari Rp 29,2
triliun di tahun 2007. Penjualan dari bisnis rokok domestik
menyumbangkan 97,7% terhadap penjualan bersih konsolidasi
Perseroan. Kinerja yang baik pada bisnis rokok domestik pada
tahun 2008 ini didorong oleh kombinasi antara peningkatan
volume penjualan sebesar 9,6% menjadi 73,3 miliar batang
pada tahun 2007 dari 66,8 miliar batang di tahun 2007 dan
kenaikan harga jual selama tahun 2008. Perseroan kembali
memimpin pangsa pasar industri rokok pada tahun 2008 dengan
pangsa pasar sebesar 29,5%, meningkat 0,2% dibanding tahun
2007.
Rokok

Marlboro

menyumbangkan

15,0%

dan

12,2%

masing-masing terhadap jumlah volume dan nilai penjualan


rokok domestik pada tahun 2008 dibandingkan 14,2% dan
11,4% di tahun 2007. Rokok Marlboro mencapai pangsa pasar
sebesar 4,8% di tahun 2008 meningkat dari 4,6% di tahun 2007.
Rokok A Mild masih menjadi penyumbang terbesar
terhadap portofolio SKM Perseroan

dengan mencatat jumlah

volume penjualan termasuk Avolution, rokok kretek ramping


(slim) yang diluncurkan pada bulan Pebruari 2008, sebesar 26,6
miliar batang pada tahun 2008, atau 17,1% lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan pendapatan sebesar
25,2%, rokok A Mild menyumbangkan masing-masing 36,3% dan
35,6% dari jumlah volume dan nilai penjualan domestik pada
tahun 2008 dibandingkan 34,0% dan 32,8% di tahun 2007.
Secara keseluruhan, nilai penjualan yang disumbangkan rokok
SKM Perseroan meningkat sebesar 25,5% di tahun 2008,
menyumbangkan 38,7% dari jumlah nilai penjualan rokok
domestik,

sementara

volume

penjualan

pada

segmen

ini

meningkat sebesar 17,7% mencapai 29,4 miliar batang.


Pertumbuhan penjualan agregat sebesar 6,9% dari SKT
terutama

disebabkan

oleh

peningkatan

volume

penjualan

sebesar 1,3% dari 32,8 miliar di tahun 2007 menjadi 33,2 miliar

batang pada tahun 2008. Volume penjualan rokok SKT Dji Sam
Soe tumbuh 5,1% dan menyumbangkan masing-masing 26,5%
dan 33,2% dari volume dan nilai penjualan domestik di tahun
2008 dibandingkan 27,6% dan 34,6% di tahun 2007. Volume
penjualan Sampoerna A Hijau menurun 4,7% dari 13,3 miliar
batang di tahun 2007 menjadi 12,6 miliar batang di tahun 2008.
Rokok Sampoerna A Hijau menyumbangkan masing-masing
17,2% dan 14,9% dari volume dan nilai penjualan rokok
domestik pada tahun 2008 dibandingkan 19,8% dan 17,5% di
tahun 2007.

Pertumbuhan aktiva
Analisis tren aktiva yang dapat diidentifikasikan menurut
segmen relevan bagi analisis profitabilitas. Membandingkan
pengeluaran

modal

terhadap

beban

penyusutan

mengungkapkan segmen yang mengalami pertumbuhan


sesungguhnya.

Saat

menganalisis

laporan

segmen

geografis, analisis harus mewaspadai perubahan nilai tukar


mata uang asing yang dapat memberi pengaruh signifikan

pada nilai yang dilaporkan.


Profitabilitas
Rasio laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi
terhadap aktiva yang dapat diidentifikasi menurut segmen
merupakan angka yang berguna dalam analisis profitabilitas.
Karena kelemahan data laba segmen, analisis harus lebih
berfokus pada tren daripada berfokus pada tingkat absolut.
Rasio laba operasi 2008-2004

2.2

Daya tahan pendapatan

Analisis profitabilitas meningkat bila daya tahan pendapatan per


segmen dapat dinilai. Bagian ini membahas dua alat analisis yang
berguna untuk menilai daya tahan pendapatan :
2.2.1 Analisis persentase tren
Analisis persentase tren digunakan untuk menilai daya tahan
total pendapatan maupun pendapatan per segmen. Pendapatan
yang diindeks berdasarkan segmen sering dikorelasikan dan
dibandingkan dengan standar industri atau pesaing. Korelasi

otomatis di antara pendapatan antarperiode juga dapat dihitung


untuk mengukur daya tahan pendapatan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam analisis daya tahan pendapatan adalah :
- Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis.
- Antisipasi permintaaan atas barang dan jasa baru atau yang
-

diperbaharui.
Analisis
pelanggan-konsentrasi,

stabilitas.
Konsentrasi dan ketergantungan pendapatan pada satu

ketergantungan,

dan

segmen.
- Ketergantungan pendapatan pada staf pejualan.
- Diversifikasi geografis.
2.2.2 Diskusi dan analisis manajemen (Managements Discussion
and Analysis-MD&A)
MD&A atas kondisi keuangan dan hasil operasi sering kali
berguna bagi analisis terhadap daya tahan pendapatan. SEC
mensyaratkan

beberapa

pengungkapan

yang

bersifat

interpretatif dan menjelaskan dalam MD&A, diantaranya :


- Informasi tersebut berguna untuk memahami dan menilai
perubahan pos keuangan dari satu periode ke periode lain,
-

termasuk pendapatan.
Manajemen harus melaporkan

perubahan

komponen

pendapatan dan beban yang relevan untuk memahami


aktivitas operasi. Pengungkapan tersebut meliputi peristiwa
tidak biasa yang memengaruhi laba operasi, tren, atau
ketidakpastian

yang

memengaruhi

atau

mungkin

memengaruhi operasi, perubahan hubungan pendapatan dan


beban yang merugikan seperti kenaikan biaya bahan baku
-

dan tenaga kerja.


Manajemen harus
pendapatan,

melaporkan

apakah

karena

sumber

kenaikan

pertumbuhan

harga,

kenaikan

volume, inflasi atau peluncuran produk baru.


Manajer disarankan untuk menjelaskan hasil keuangan,
melaporkan

informasi

yang

berpandangan

ke

depan,

membahas tren dan tekanan yang tidak tampak dalam


laporan keuangan.

SEC menganggap MD&A sebagai sumber informasi yang relevan


untuk analisis kondisi keuangan dan hasil operasi dengan
mengevaluasi jumlah dan ketidakpastian arus kas.

2.3

Hubungan

antara

Pendapatan,

Piutang,

dan

Persediaan
Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan digunakan
sebagai :
- Petunjuk penting bagi evaluasi hasil operasi.
- Untuk memprediksi kinerja di masa depan.
2.3.1 Pendapatan dan Piutang Usaha
Pemahaman hubungan antara pendapatan dan piutang usaha
diperlukan dalam evaluasi kuaitas laba. Sebagai contoh :
Bila tingkat pertumbuhan piutang usaha melebihi tingkat
pertumbuhan

pendapatan,

menemukan

penyebabnya.

pendapatan

didorong

perlu

dilakukan

Penyebabnya

oleh

insetif

analisis

mungkin

yang

lebih

untuk
karena
besar,

perpanjangan masa kredit, atau strategi saat ini sebagai


anitisipasi pendapatan di masa depan. Faktor-faktor tersebut
berdampak pada pendapatan di masa depan dan memengaruhi
penagihan piutang.
Analisis pada HM Sampoerna :
Pendapatan
bersih
Persentase
perubahan
Piutang usaha
Persentase
perubahan

2008

2007

2006

2005

2004

3895

3624
2.66%
51034
2

2383
19.63
%
42947
7

1992

7.47%
13293
8
73,95
%

3530
48.13
%
32436
0
24,48
%

27143
4

58.23
%

57,34
%

Pada tahun 2008 pendapatan bersih naik sebesaar 7.47%


sedangkan piutang usaha turun besar 73,95%. Dari tahun 20042008 terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan terbesar
terjadi pada tahun 2006. Ini terjadi karena HM Sampoerna
berusaha

secara

terus

menerus

untuk

meningkatkan

investasinya,

penyebaran

pangsa

pasar

rokok,

persaingan

produk rokok yang berhasil di pasarnya. Piutang usaha secara


secara fluktuatif bergerak naik turun, pada tahun 2008 terdapat
penurunan secara cukup besar ini mengidentifikasikan bahwa
piutang usaha sebagian besar tertagih atau sebagian besar
penjualan secara tunai.
2.3.2 Pendapatan dan Persediaan
Analisis komponen persediaan sering memberikan petunjuk penting
bagi pendapatan dan aktivitas opersi di masa depan. Sebagai
contoh :
Bila kenaikan barang jadi disertai penurunan bahan baku
dan/atau barang dalam proses, diharapkan terjadi penurunan
produksi.
Analisis pada HM Sampoerna :
Pendapatan
bersih
Persediaan :
Barang Jadi
Barang dalam
proses
dan bahan baku
Total Persediaan

2008

2007

2006

2005

2004

3895

3624

3530

2383

1992

1320

1198

1155

738

609

4765
6085

6524
7722

5006
6161

4086
4824

3377
3986

Persedian barang jadi pada HM Sampoerna mengalami kenaikan


dari tahun ketahun sementara persediaan barang dalam proses
dan

bahan

baku

pada tahun

2007 ke 2008 mengalami

penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya penurunan


produksi dan keberhasilan pendapatan untuk mengikuti laju
produksi.

Sedangkan

kenaikan, hal
kenaikan

pada

tahun

2004-2007

mengalami

ini mengindikasikan bahwa pada terjadinya

produksi

dan

keberhasilan

pendapatan

untuk

mengikuti laju produksi.

2.4

Pengakuan dan pengukuran pendapatan

Beberapa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih


konservatif

daripada

metode

lainnya.

Analisis

harus

mempertimbangkan metode pengakuan pendapatan yang digunakan

oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis komparatif. Saat


meramalkan pendapatan, perlu dipertimbangkan apakah metode
pengakuan pendapatan yang digunakan merupakan ukuran yang
paling relevan bagi tujuan analisis atas kinerja dan aktivitas operasi.

3. MENGANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN


Harga Pokok Penjualan merupakan komponen beban yang terdapat
dalam
3.1

Mengukur Laba (Margin) Kotor


Gross Margin atau Gross Profit Margin adalah rasio antara
laba kotor dengan penjualan. Laba Kotor ini merupakan indicator
awal

perusahaan

dalam

pencapaian

laba

perusahaan.

Jika

perusahaan memiliki laba kotor yang negatif maka akan kecil


kemungkinan bagi perusahan untuk mendapatkan laba usaha.
Jadi dengan mengetahui rasio ini, analist dapat mengetahui
bahwa

untuk

setiap

satu

barang

yang

terjual,

perusahaan

memperoleh keuntungan kotor sebesar x Rupiah


Rumus yang dapat digunakan

untuk menghitung Gross Profit

Margin adalah:

GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih

Rasio laba kotor hanya dapat ditemui pada perusahaan yang


menjual produk atau perusahaan dagang atau manufaktur. Laba
kotor merupakan selisih antara penjualan dengan harga pokok
penjualan. Untuk perusahaan jasa tidak mempunyai laba kotor
karena sulit untuk mengidentifikasi harga pokok penjualannya.
Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin
keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar
yang bersifat monopolistis.

3.2

Menganalisis Perubahan Laba Kotor


Analisis ini dilakukan secara internal karena memerlukan data yang

tidak dipublikasikan kepada umum termasuk jumlah unit penjualan,


harga jual per unit, dan biaya per unit.
Cara untuk menganalisis perubahan laba kotor di foukuskan terlebih
dahulu kepada perubahan penjualan dan kemudian kepada perubahan
harga pokok penjualan.
Langkah- langkah yang mendasari analisis:

Pusatkan

perhatian

pada

perubahan

volume

dengan

mengasumsikan harga jual per unit tidak berubah sama dengan


tahun 1. Perubahan volume kemudian dikalikan dengan harga jual
per unit konstan menghasilkan perubahan positif pada penjualan

Kemudian pusatkan perhatian pada perubahan harga jual dengan


mengasumsikan volume adalah konstan. Penurunan atau kenaikan
pada harga jual dikalikan dengan volume konstan menghasilkan
penurunan atau kenaikan penjualan,

Volume konstan sementara harga jual berubah dan sebaliknyamerupakan

penyederhanaan.

Asumsi

tersebut

mengabaikan

perubahan bersama dalam volume dan harga jual. Perubahan


volume positif yang disertai penurunan harga jual menghasilkan
penurunan penjualan,

Tiga langkah diatas menjelaskan kenaikan penjualan. Komponen


penyebab

kenaikan

penjualan

adalah

perubahan

volume,

perubahan harga, dan gabungan perubahan volume dan harga jual.


3.3

Menginterpretasikan Perubahan Laba Kotor


Jenis perubahan umumnya terdiri dari salah satu atau kombinasi

dari faktor- faktor seperti:


-

Kenaikan/ Penurunan volume penjualan


Kenaikan/ Penurunan harga jual per unit
Kenaikan/ Penurunan biaya per unit.

Interpretasi

hasil

analisis

perubahan

laba

kotor

memerlukan

identifikasi faktor utama yang menyebabkan perubahan tersebut.

Menganalisis perubahan harga pokok penjualan dapat dilakukan


dengan analisis komparatif dengan berfokus pada metode akuntansi.

ANALISIS

HARGA

POKOK

PENJUALAN

PADA

HM

SAMPOERNA
Gross Profit Margin
GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih
GPM Tahun 2008
= (Rp34.680.445.000.000 - Rp24.695.196.000.000)/ Rp34.680.445.000.000
= 0,2879
GPM Tahun 2007
= (Rp29.787.725.000.000 - Rp21.025.772.000.000)/Rp29.787.725.000.000
= 0,2941
Gross profit margin tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan 2007
sebesar 0,0062. Gross profit margin tahun 2008 menunjukkan bahwa dari
setiap satu unit barang yang terjual diperoleh keuntungan kotor sebesar
Rp0,2879. Penurunan gross profit margin ini disebabkan oleh peningkatan
harga pokok penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
penjualan bersihnya.
MENGANALISIS BEBAN PERUSAHAAN
Sebagian besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan
diukur

terhadap

pendapatan.

Hal

ini

disebabkan

karena

pendapatan

merupakan ukuran utama atas aktivitas operasi perusahaan. Tiga analisis


yang sebagian didasarkan pada hubungan antara pendapatan beban adalah :

Analisis ukuran sama (common size analysis). Laporan laba rugi


common size menyatakan beban sebagai persentase pendapatan.
Hubungan antara beban dengan penjualan kemudian ditelusuri selama
beberapa periode atau diperbandingkan dengan pesaing.

Analisis angka indeks (index number analysis). Analisis angka indeks


atas laporan laba rugi menyatakan laba dan komponen-komponenya
dalam angka indeks yang terkait dengan tahun dasar. Analisis ini
menunjukan

perubahan

relative

pos-pos

tersebut

lintas

tahun,

sehingga dapat ditelusuri dan dinilai materialitasnya. Perubahan beban


dapat dibandingkan dengan perubahan pendapatan maupun beban
yang terkait. Dengan menerapkan analisis angka indeks pada neraca
common size, persentase perubahan beban dapat dikaitkan dengan
perubahan aktiva dan kewajiban.

Analisis

rasio

mengukur

operasi

hubungan

(operating
antara

ratio

beban

analysis).

operasi

Rasio

(atau

operasi

komponen-

komponen) dengan pendapatan. Rasio ini dapat dihitung sebagai


berikut ;

Harga pokok penjualan+ beban operasi


Pendapatan bersih
Bunga dan pajak biasanya tidak disertakan dari perhitungan ini
karena fokusnya pada efesiensi operasi (pengendalian beban), bukan
pengelolaan

pendanaan

dan

pajak.

Untuk

menginterprestasikan

ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas alasan variasi dalam
komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban penjualan,
pemasaran, umum, dan administrasi.
Beban Penjualan
Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama,
yaitu ;
1. Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama
2. Penilaian beban piutang tak tertagih
3. Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah
ke masa depan
Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan
Pentingnya hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan
bervariasi antara industry dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu,
beban penjualan utam adalah komisi yang sangat variable, sedangkan bagi
perusahaan lainnya beban penjualan sebagian besar tetap. Komponen
variable dan komponen tetap tersebut harus dibedakan agar dapat dianalisis

relative terhadap pendapatan. Semakin rinci komponen beban dilaporkan,


semakin bermakna analisis yang dihasilkan.
Jika persentase beban penjualan terhadap pendapatan meningkat,
perhatian

harus

diarahkan

pada

kenaikan

beban

penjualan

yang

menyebabkan kenaikan pendapatan bersangkutan. Setelah tingkat beban


penjualan tertentu, kenaikan penjulan marginal menjadi lebih kecil. Hal
tersebut biasa disebabkan oleh kejenuhan pasar, keloyalan pada merek, atau
beban yang meningkat di wilayah baru. Persentase beban penjualan terhadap
pendapatan bagi pelanggan baru harus dibedakan dari persentase bagi
pelanggan kini. Hal tersebut berimplikasi pada ramalan atas profitabilitas.
Jika perusahaan harus menanggung beban penjualan yang jauh lebih besar
untuk meningkatkan penjualan, maka profitabilitas perusahaan menjadi
terbatas atau dapat menurun.
Beban Piutang Tak Tertagih
Beban piutang tak tertagih biasanya diperlakukan sebagai beban
pemasaran. Karena besaran beban piutang tak tertagih terkait dengan
besaran penyisihan piutang tak tertagih,analisis yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan antara penyisihan dengan piutang uaha kotor.
Beban Pemasaran untuk Masa Depan
Beban promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan
manfaat kini dan masa depan. Mengukur manfaat masa depan beban-beban
tersebut sangatlah sulit. Pengeluaran untuk aktivitas pemasaran yang
megarah

ke

masa

depan

tersebut

sangat

subjektif

dan

harus

mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut sangat subjektif dan harus


mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut dari tahun ke tahun. Selain
pengeluaran tesebut mampu mempengaruhi penjualan di masa depan
pengeluaran

tersebut

memberikan

pandangan

atas

kecenderungan

manajemen untuk mengatur laba.


Beban penyusutan
Beban sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan
manufaktur dan jasa. Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap

karena

dihitung

berdasarkan

berlalunya

waktu.

Bila

perhitungannya

menggunakan aktivitas operasi, maka penyusutan menjadi biaya variable


berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya, hubungan antara penyusutan
dengan aktiva tetap kotor sering memiliki makna. Hubungan tersebut diukur
dengan rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan

Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan tarif penyusutan gabungan.


Rasio ini berguna untuk mengevaluasi tingkat pnyusutan dan untuk deteksi
penyesuaian (perataan) laba. Perhitungan ini dapat dilakukan berdasarkan
katagori aktiva.
Beban pemeliharaan dan Perbaikan
Beban pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko
penjualaan dan beban lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas
beban variable dan beban tetap, sehingga tidak terkait langsung dengan
penjualan,

jadi

harus

diinterprestasikan

berdasarkan

analisis

yang

memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam
pemeliharaan

dan

perbaikan,

hubungannya

dengan

penjualan

dapat

diinterpretasikan. Beban pemeliharaan dan perbaikan bersifat fleksibel dapat


diatur,dengan tujuan untuk tidak mengurangi laba pada periode tertentu
atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang likuid, namun ada juga
yang tidak dapat ditunda tanpa mengorbankan produktivitas.
Beban Umum dan Administrasi
Sebagian besar beban umum dan adiministrasi adalah beban tetap,
terutama karena beban

tersebut meliputi beban gaji dan sewa. Biaya ini

cenderung naik, khususnya pada masa-masa makmur. Saat menganalisis


beban tersebut, perhatian harus diarahkan pada tren persentasenya terhdap
pendapatan
Beban Pendanaan

Beban pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan


kreditor pada akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali
digantikan dengan pendanaan ekuitas. Beban bunga sering mencakup
amortisasi premium atau diskon utang dan amortisasi biaya penerbitan
utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman adalah tingkat bunga efektif ratarata yang dihitung sebagai berikut :

Total beban bunga


Utang berbunga ratarata
Sensitivitas perusahaan terhadap perubahan tingkat bunga juga dapat
diukur dengan mencari porsi utang yang dikaitkan dengan tingkat pasar
seperti tingkat bunga utama

Beban Pajak
Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara
perusahaan dan pemerintah.
Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut
sebagai tarif pajak efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio),
dipengaruhi oleh perbedaan antara pajak permanen. Tarif pajak efektif
dihitung sebagai berikut :

Beban pajak peng h asilan


Laba sebelum pajak peng h asilan

ANALISIS BEBAN PT HM SAMPOERNA


Beban Usaha yang ada pada PT HM Sampoerna, yaitu:

Dari beban usaha yang ada tersebut merupakan beban yang akan terus
menerus

ada

pada

setiap

periodenya

karena

mendukung

operasi

perusahaan. Maka analisis terkait beban usaha tersebut, yaitu:


1. Operating Ratio Analysis
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut ;

Harga pokok penjualan+ beban operasi


Pendapatan bersih
Operating Ratio untuk tahun 2008
= (Rp24.695.196.000.000 + Rp3.760.016.000.000)/Rp6.225.233.000.000
= 4,57
Operating Ratio untuk tahun 2007
= (Rp21.025.772.000.000 + Rp3.176.973.000.000)/Rp5.584.980.000.000
= 4,33
Operating ratio tahun 2008 mengalami kenaikan dibandingkan tahun
2007, yang mengindikasikan bahwa beban operasi tahun 2008 mengalami

penigkatan yang tidak signifikan dibanding tahun 2007 meskipun gross


profit margin tahun 2008 tidak sebesar tahun 2007. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan beban operasi 2008 lebih kecil dibandingkan kenaikan
penjualan bersih tahun 2008.
2. Beban Penjualan
Kenaikan beban penjualan perusahaan pada tahun 2008 dibandingkan
dengan tahun 2007 sebesar 20,24%, yaitu dari yang semula Rp2.458.051
juta pada 2007 menjadi Rp2.955.457 juta pada 2008.
3. Beban Penyusutan
Rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan

Rasio penyusutan tahun 2008 = Rp69.488.000.000 / Rp6.055.271.000.000


= 0,0115
Rasio penyusutan tahun 2007 = Rp25.197.000.000 / Rp4.977.696.000.000
= 0,0051
Rasio tersebut menunjukkan penigkatan yang cukup signifikan dalam
beban

penyusutan

perusahaan

pada

tahun

2008

sebesar

Rp44.291.000.000. Kenaikan yang cukup signifikan ini disebabkan karena


pada tahun 2008 terjadi pengkapitalisasian beban bunga ke dalam asset
tetap sebesar Rp59,2 milyar (dimana pada tahun 2007 sebesar Rp47,6
milyar)

yang

timbul

dari

pembiayaan

pembangunan

pabrik

baru,

dikapitalisasikan pada tahun berjalan. Tingkat biaya yang dikapitalisasi


sebesar 8,50% - 8,84%. Akibat pengkapitalisasian tersebut, beban
depresiasinya pun meningkat cukup signifikan di tahun 2008.
Beban lain-lain yang ada di HM SAMPOERNA yaitu:

Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset dimana beban
ini termasuk salah satu beban yang belum tentu pada setiap periodenya
terjadi karena tidak selalu pada setiap penilaian asset tetap yang dilakukan
setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban penurunan nilai asset
tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007 sebesar
Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban
penurunan

nilai

sebesar

61,99%.

Kenaikan

yang

signifikan

ini

mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai asset yang cukup besar pada
tahun 2008 dari hasil revaluasi atas asset.
Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen dari
program pension sebesar Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang
merupakan beban yang timbul hanya pada periode tersebut karena adanya
perubahan imbal kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran pasti.
Sehingga laba bersih yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal
dari operasi tetapi juga ada karena beban-beban lain yang hanya pada
periode ini saja dibebankannya.

Anda mungkin juga menyukai