PENDAHULUAN
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Analisis Pengambilan Keputusan
DISUSUN OLEH :
MOHAMMAD NUZULUL SAPUTRO
1711-023
(3).Pengambilan Keputusan
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau
kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti,
dan kondisi konflik.
b. Pendapat Para Ahli tentang Proses Pengambilan Keputusan
(1).Menurut Simon (1960)
Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan
keputusan. Proses ini terdiri atas tiga fase, yaitu :
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis
alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk
mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan
yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
INTELLIGENCE
(Penelusuran Lingkup Masalah)
DESIGN
(Perancangan Penyelesaian Masalah)
CHOICE
(Pemilihan Tindakan)
Ilmu Manajemen/
Operation Research
IMPLEMENTATION
(Pelaksanaan Tindakan)
(1991)
mengemukakan
model-model
pengambilan
keputusan
bounded
rationality
(rasionalitas
terbatas),
yaitu
proses
masalah tertentu.
Menyederhanakan masalah
Penetapan standar minimum dari serangkaian kriteria keputusan
Mengidentifikasi serangkaian alternatif yang dibatasi
Menganalisis dan membandingkan setiap alternatif, apakah memenuhi
kendala, lebih besar atau sama dengan standar minimum dari
serangkaian keputusan
Apakah alternatif yang memenuhi syarat itu ada ?
Jika ya, pilih salah satu alternatif yang dianggap terbaik
Jika tidak, dilakukan kembali pencarian alternatif seperti pada langkah
kelima
MASALAH
Perumusan
Kebutuhan akan
Keputusan
MASALAH
Penyederhanaan
Masalah
Standar
Minimum
x
y
z
Perumusan
Kriteria
A1
A2
A3
Identifikasi
Alternatif
1. A1 > x, y, z ?
2. A2 > x, y, z ?
3. A3 > x, y, z ?
Bandingkan alternatifalternatif berdasarkan
kriteria yang telah disepakati
?
Ya
Pilihan
Memuaskan
Penentuan
Pilihan Terbaik
Tidak
A4
A5
A1
Pemilihan
Alternatif yang
Disukai
MASALAH
Perumusan
Kebutuhan akan
Keputusan
A1
?
A2
Identifikasi
Calon Alternatif
Pembanding
A3
Identifikasi
Alternatif
A1
atau
A2
Pembandingan
Alternatif
Kriteia
Implicit
Favorite
A1
Perumusan Kriteria
Tambahan
Pemilihan Alternatif
Idaman
sistematis.
mengembangkan
Di
suatu
sini
intuisi
gagasan
diberi
yang
kekuasaan
mencoba
penuh
untuk
untuk
memunculkan
Pendekatan
yang
lebih
baik
adalah
terlebih
dahulu
10
Masing-masing
individu
mencari
kebaikan
untuk
11
LINGKUNGAN
ANALISIS KEPUTUSAN
Kecerdasan
Tidak pasti
Kompleks
Dinamis
Persaingan
Terbatas
Pilihan
Alternatif
Penetapan
kemungkinan
Persepsi
Infromasi Struktur Model
LOGIKA
Penetapan nilai
Preferensi waktu
Falsafah
Preferensi Preferensi risiko
Keputusan
Hasil
Aksi
Sukses,
tidak
Sensitifitas
nilai informasi
Bingung,
cemas
Berfikir
Puji,
cela
b. Intuitif Emosional
Pengambil keputusan dengan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan
pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri
dengan menggunakan proses alam bawah sadar. Proses ini dapat didorong oleh
naluri, orientasi kreatif, dan konfrontasi kreatif. Mereka yang menentang
pendekatan ini mengemukakan bahwa cara ini tidak secara efektif
menggunakan semua sarana yang ada bagi keputusan modern.
12
LINGKUNGAN
Kecerdasan
Pilihan
Tidak pasti
Kompleks
Dinamis
Persaingan
Terbatas
Intuisi
Persepsi
Bingung,
cemas
Informasi
Falsafah
Logika tidak
dapat
diperiksa
Hasil
Keputusan
Preferensi
Rasa tidak
enak
Berfikir
Aksi
Puji,
cela
Sukses,
tidak
berkaitan
dengan
persoalan-persoalan
rutin
yang
tidak
akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam
hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah
masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat
mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa
orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat
keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan
ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok
benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
c. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule
after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha
menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain,
pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih
berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada
anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi
pimpinan
kelompok
bahwa
pendapatnya
yang
perlu
Sumber :
http://hutantropis.com/metode-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi
http://juliadi.wikispaces.com
15