Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

DI SD N BALIREJO
Tugas Mata Kuliah :
Pendidikan Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
Pokok Bahasan :
Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen Siswa dengan Gangguan Emosi dan Perilaku di
Sekolah Inklusif.

Dosen :
Dr. Ibnu Syamsi,M.Pd
Aini Mahabbati, M.A

Disusun oleh:
Ridho Caesar Irianto
Ulimaz Almira Baits
Lita Wahyuni
Tri Avivah Kusuma Dewi
Ziani Fikri

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2015

Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur ata kehadirat-Nya, yang telahmelimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan
tentang identifikasi dan assesment anak dengan gangguan emosi dan prilaku.
Laporan kuliah lapangan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan banyuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan kuliah lapangan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan kuliah lapangan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengankami memohon maaf
seta mohon pembaca memberikan kritik maupun saran agar kami dapat memperbaiki lapoan
kuliah lapangan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kuliah tentang identifikasi dan assesment ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, Desember 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakng Kuliah Lapangan

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu, untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku , sebagai hasil dari pengalaman individu salam interaksi
dengan lingkungan (Moh.Surya 1981:32)
Belajar merupakan kewajiban setiap individu tak pandang itu yang berusia tua
maupun muda, karena belajar itu bersifat sepanjang hayat. Seseorang akan berhenti
belajar jika ia telah meninggal. Banyak yang beranggapan bahwa belajar itu harus
dilakukan secara formal yaitu di bangku sekolah hingga ke perguruan tinggi.
Namun sejatinya belajar juga dapat dilakukan secara non formal seperti misalnya
kuliah lapangan atau observasi, sekolah alam, taman belajar al-quran dan masih
banyak lagi. Seperti dengan mata kuliah anak dengan gangguan emosi dan perilaku
ini mahasiswa tidak hanya mencari ilmu dari bangku kuliah dan perpustakan saja,
namun mahasiswa pun juga dituntut melakukan observasi dengan tujuan tidak hanya
mencari informasi namun kita juga mampu untuk melihat secara nyata seperti apa
anak dengan gangguan emosi dan perilaku tidak hanya melalui teori-teori yang
disampaikan oleh dosen.
Secara formal observasi ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah anak
dengan gangguan emosi dan perilaku dalam proses identifikasi dan assesmnent yang
dilakukan sekolah. Secara luar untuk memperkaya wawasan kita tentang siapa itu
anak dengan gangguan emosi dan perilaku, seperti apa jenis-jenis anak dengan
gangguan emosi dan perilaku, penyebab paling besar dari anak gangguan emosi dan
perilaku di kehidupan nyata apakah sama dengan yang ada secara teori, berlatih untuk
melakukan identifikasi anak dengan ganggguan emosi dan perilaku secara mandiri
dengan menerapkan ilmu yang dperoleh di bangku kuliah tanpa didampingi oleh
dosen pengampu. Serta mencari informasi tentang kemampuan pihak sekolah dalam
melakukan identifikasi dan assesment pada anak sudah sejauh mana.
Selain itu observasi ini juga membangun kerjasama dengan sekolah inklusi yang
nantinya akan memudahkan mahasiswa untuk melakukan observasi lanjutan anak
dengan gangguan emosi dan prilaku, tentunya kerjasama ini nantinya akan
menguntukan kedua belah pihak. Misalnya bagi mahasiswa dapat memperoleh
informasi yang valid dan lengkap dari guru yang setiap hari menangani anak tersebut,
Selain itu juga membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian yang secara tidak
langsung jugak mambantu skripsinya jika mengambil kekhususan anak dengan
gangguan emosi dan perilaku, sedang untuk pihak sekolah sendiri dapat berkerja sama
dengan dosen dan mahasiswa yang ahli dalam bidang ini dan mereka pun akan
terbantu karena mereka dapat mendapat ilmu yang cukup banyak tentang anak dengan
gangguan emosi dan perilaku, yang nantinya guru dapat menerapkan ilmu-ilmu
tersebut untuk memperbaiki perilaku anak tersebut menjadi lebih baik dengan
metode-metode yang benar.

Pokok bahasan yang kami ambil adalah Pelaksanaan identifikasi dan assesment
siswa dengan gangguan emosi dan perilaku di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi
Kami menagmbil pokok bahasan ini karena kami ingin mencari informasi bagaimana
penerapan identifikasi dan assesment di SLB maupun di sekolah inklusi apakah sama
dengan teori yang kami dapatkan di bangku kuliah, atau ada inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh guru, mengingat bahwa identifikasi dan assesment itu sangat lah
penting untuk anak kedepannya nanti , karenan identifikasi dan assesment itu
digunakan sebagai dasar bagi anak kedepannya nanti, bila kita melakukan identifikasi
dan assesment secara baik dan benar sesuai dengan informasi atu prosedur yang
didapat , besar peluang kita mendapatkan banyak informasi tentang anak seperti
faktor penyebab, masuk dalam tipe apa, apa kelebihan dan kelemahan anak yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk memutuskan langkah selanjutnya
tentang metode belajar seperti apa yang nanti tidak hanya membantu dalam akademik
saja namun jugak untuk mengurangi frekuensi kenakalannya yang di harapkan jugak
pada akhirnya anak dapat menjadi lebih baik.
Kami memilih sekolah inklusi sebab kami ingin mengetahui bagaiman pihak sekolah
melakukan identifikasi dan assesmnnet mengigat sebagian besar atau hampir
seluruhnya guru di sekolah yang latar belakang pendidikannya adalah pendidikan
guru sekolah dasar bukan dari pendidikan khusus, apakah mereka juga melakukan
identifikasi dan assesment pada siswanya atau tidak, berbeda dengan di sekolah luar
biasa yang pasti sudah tahu tentang pentingnya assesmentt bagi para siswa serta guru
di slb pun sudah dibekali ilmu tentang itu. Lokasi yang kami pilih untuk obseravasi
adalah SD N BALIREJO , kami memilih sd trersebut karena letaknya ada di tengah
kota yogykarta, akses ke sekolah tersebut juga mudah tidak terlalu jauh dari kampus
kami , serta yang menarik kami memilih sekolah ini jugak karena sekolah ini dikenal
dengan sebutan sekolah jelek, awalnya SD N BALIREJO bukan sekolah inklusi
namun sejak januari 2015 dinas menetapkan skolah ini sebagai sekolah inklusi
mengingat cukup banyak anak dengan gangguan emosi dan perilaku dengan berbagai
macam tipe sserta kami juga ingin mencari informasi bagaimana pihak sekolah untuk
melakukan identifikasi dan assemsment mengingat guru disana yang dibekali dengan
pemahaman inklusi juga terbatas.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat: SD N BALIREJO
Area / Lokasi : Lapangan olahraga, ruang kelas, ruang guru
Hari / Tanggal : Senin, 14 Desember 2015
Waktu
: 08.00 10.00
Sumber Data : observasi untuk mencari informasi yang dilakukan dengan
wawancara terhadap wali kelas agar diperoleh data tentang latar belakang anak dan
keluarganya, mencari informasi sejelas-jelasnya tentang perilaku anak dan
karakternya seperti apa, wawancara kepada kepala sekolah untuk memperoleh
informasi tentang identifikasi dan assesmnet terhadap anak yang diduga memiliki
gangguan perilaku dan emosi, serta mengambil dokumentasi untuk memperjelas akan
kebenaran dari wawancara serta observasi yang dilakukan
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan sekolah mengenai pentingnya identifikasi dan asesmen dalam


pelaksanaan layanan pendidikan untuk anak dengan gangguan emosi dan perilaku ?

2. Bagaimana sekolah melaksanakan prosedur IDENTIFIKASI dan ASESMEN siswa dengan


gangguan emosi dan perilaku? darimana sekolah mendapatkan informasinya ?
3. Pihak mana saja (kolaborasi) yang dilibatkan sekolah dalam upaya identifikasi dan
asesmen ? bagaimana bentuk keterlibatannya?
4. Apa faktor penyebab gangguan emosi dan perilaku pada siswa tersebut yang diketahui
sekolah ? darimana sekolah mendapatkan informasinya ?
5. Bagaimana sekolah menerapkan hasil identifikasi dan asesmen (kalau melaksanakan)
untuk intervensi perilaku atau pembelajaran/pendidikannya ? atau apabila sekolah tidak
melaksanakan asesmen .... Bagaimana dasar pemberian layanan intervensi perilaku dan
pembelajaran ?
6. Bagaimana penempatan anak dengan gangguan emosi dan perilaku di kelas?
7. Apa kenadala yang dialami pihak sekolah dalam proses identifikasi dan assesment ?

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Sekoalh
Lingkungan fisik SD N BALIREJO
Alamat :
Kondisi bangunan : bangunan dari SD N BALIREJO kurang memadai sebab
sekolah ini tidak memiliki halaman yang mendukung untuk kegiatan upacara
maupun olahraga sebab ukuran lapangan yang kecil, bangunannya pun kurang
memadai sebab tidak memiliki ruang guru cukup, ruang kepala sekolah , ruang
koperasi, ruang koperasi di sekolah menjadi satu dengan ruang guru dan ruang
kepala sekolah hanya diberi papan sekat untuk membatasinya, siswa pun bebas
untuk keluar masuk sehingga kondisinya jadi tidak kondusif, sekolah ini juga
tidak memiliki kantin serta ruang pertemuan yang layak , ruang kelasnya pun
tidak mamenuhi untuk kegiatan belajar secara kondusif. Ada beberapa bagian dari
sekolah yang sudah rusak seperti plafon yang yang sudah berlubang sarana dan
prasaarana yang menunjang proses belajar pun tidak semua dalam kondisi yang
bagus.
Lingkunagn non fisik
Keamanan : Untuk keamanan dilingkungan SD N BALIREJO cukup aman sebab
disekolah ini ada penjaga sekolah sebnayak 1 orang.
Kenyaman : lingkungan di SD N BALIREJO pun cukup nyaman lingkungan
bersih, sebab ada penjaga kebersihan di sekolah ini yang membersihkan sekolah
dan lingkungan sekolah. Selain itu di sekolah ini juga dilengkapi dengan sarana
dan prasarana yang menunjang kebersihan sekolah seperti: tempat sampah organik
dan nonorganik, sapu, alat pel, kemonceng dan lain sebagainya.

Keteraturan : Untuk keteraturan sendiri juga sudah baik , namun masih perlu
sedikit perbaikan. Misalnya kantin sekolah perlu perbaikan karena letaknya yang
tidak teratur di banding rungan yang lain.
B. IDENTIFIKASI DAN ASSESMENT ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI
DAN PERILAKU
1. Pandangan sekolah mengenai identifikasi dan assesment dalam
pelaksanaan layanan pendidikan untuk anak dengan gangguan emosi dan
prilaku adalah pihak sekolah berbendapat bahwa iidentifikasi dan
assesmnet itu sendiri sangat lah penting, sebab proses assement dan
identifikasi digunakan sebagai sumber informasi tentang kemampuan anak
pada anak normal proses ini berjalan tidak berkelanjutan mungkin hnaya
pada waktu kelas 1 atau pada saat penerimaan siswa baru , sedang untuk
anak gangguan emosi dan perilaku sendiri identifikasi dan assesmnet
dilakukan secara berkelanjutan. Proses indentifikasi dan assesment selain
penting juga memudahkan guru untuk menentukan progaram pembelajaran
yang cocok diterapkan untuk anak dengan gangguan emosi dan perilaku.
2. Untuk anak dengan gangguan emosi dan perilaku ini proses identifikasi
dan assesment dilakukan secara berkelanjutan sejak awal anak masuk ke
sekolah hingga saat ini , dilakukan secara berkelanjutan sebab anak-anak
sekarang itu sudah sangat pintar berpura-pura , misalnya saja steven ia
adalah salah satu anak dengna gangguan emosi dan prilaku yang duduk
dikelas 5, dia adalah pindahaan dari SD SOSROWIJAYAN , awal pertama
ia masuk perilakunya manis sekali, ia pun ramah pada ibu guru pintar
menggunakan bahasa karama, namun lama kelamaan terlihat juga perilaku
aslinya kalau dia itu nakal, suka memukuli temannya, maka dari itu
sekolah harus melakukan assesment secara berkelanjutan , informasi yang
kami gunakan sebagai data untuk identifikasi dan assesment itu sebagai
berikut :
Cataan prilaku anak selama proses kegiatan belajar mengajar di
kelas yang dicatat setiap hari termasuk siapa yang tidak
berangkat, kasus-kasus yang dilakukan anak, kegiatan belajar
disekolah
Guru mencari informasi karakter sifat anak yang mengalami
gangguan emosi dan prilaku dari golongan darah dan cara
menghadapinya
Mencari informasi dari orang tuanya serta latar belakang
keluarganya
Mencari informasi dari buku dan internet tentang assesmnet
dan identifikasi.
3. Dalam proses identifikasi dan assesment SD N BALIREJO berkerjasama
dengan beberapa pihak seperti :
Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Bentuk kerjasama dengan UAD sendiri dari pihak psiokologi
dan PGSD setiap 3 bualn sekali para mahasiswa datang untuk

mengecek tingkat prestasi akademik nya dan memeriksa


keadaan psikologinya

4.

5.

6.

7.

Puskesmen umbulharjo 2
Kerjasama dengan puskesmen umbulharjo 2 berjalan setiap
bulan , ada dari beberapa ddokter yang datang untuk memeriksa
kesehatan gizi anak dan memberikan beberapa imunisasi
Dinas pendidikan
Sedang untuk kerjasama dengan pihak dinas itu memberikan
para pelaku assesmnet secara grastis , namun dari pihak sekolah
sendiri belum tahu kapan pelaku assesment datang karena
mereka masih menunggu konfirmasi dari dinas mengingat ada
banyak sekolah yang antri untuk memperoleh pelaku assesment
Univesitas Gajah Mada (UGM)
Kerjasama denga UGM sendiri hanya beberapa kali datang
untuk memeriksa keadaan psikologis anak namun sudah
hampir setahun ini mereka belum datang kembali.
Faktor penyebab anak dengan gangguan emosi dan prilaku yang diketahui
pihak sekolah terdiri dari faktor lingkungan keluarga anak seperti genetik,
pola asuhnya serta faktor lingkungan sosialnya tempat ia berteman,
lingkungan tempat tinggalnya
Setelah melakukan identifikasi dan assesment pihak sekolah memeperoleh
informasi tentang anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
serta kelebihan dan kekurangan nya, sebagai contoh kita ambil siswa kles
5 yang bernama steven, ia adalah anak yang mengalami gangguan emosi
dan preilaku di SD N BALIREJO tipe prilakunya menentaang dia suka
berkelahi dengan adek kelas, sesama teman, kakak kelas bahkan tak jarang
jugak steven sering mengajak berkelahi dengan guru kelasnya. Dia juga
mempunyai geng di luar sekolahnya hal ini membuat steven sering
membolos untuk bertemu dengan gangnya. Setelah guru kelas melakukan
identifikasi dan assesmnent didapat informasi bahwa steven mengalami
gangguan emosi dan perilaku dengan tipe ynag suka menentang dan
berkelahi di dapat juga bahwa steven lemah dalam hal membaca hal ini
terbukti dari saat guru memintanya membaca ia tidak mampu ia perlu
mengeja satu persatu kata, untuk layanan pendidikanya guru selalu
meminta steven duduk di meja depan sehingga dalam proses pembelajar
membaca steven selalu memperoleh bagian untuk selalu membaca hal ini
diharapkan agar steven selalu berlatih untuk membaca secara terus
menerus.
Penempatan anak dengan gangguan emosi dan prilaku di SD N
BALIREJO adalah sebagai berikut
Dikelas 1 ada 1 anak dia itu hiperaktif
Dikelas 3 ada
Dikelas 5 ada 3 anak
Dikelas 6 ada
Kesulitan yang dialami untuk melakukan identifikasi dan assesmnet anak
dengan gangguan emosi dan perilaku di SD N BALIREJO adalah tidak
adanya pelaku assesmnet yang ahli, tidak adanya guru pendamping
khusus, kurang nya guru yang paham dengan keinklusian dan

pemahaman dengan anak berkebutuhan khusus, sistem pengajaran anak


dengan kebutuhan khusus.
C. Pembahasan
Dari hasil observasi yang diperoleh bahwa anak dengan gangguan emosi dan
prilaku yang ada di SD N BALIREJO sebagian besar adalah tipe ODD .......
D. Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kami lakukan di SD N BALIREJO tentang identifikasi
dan assesment diperoleh bahwa proses identifikasi dan asssesmnet anak dengan
gangguan emosi prilaku tidak hanya dilakukan di SLB saja, namun jugak di
lakukan di sekolah-sekolah inklusi. Sebab identifikasi dan assesment digunakan
sebagai salah satu tahap untuk mengumpulkan data maupun informasi baik itu
latar belakang anak, larat belakang kehipun orang tua, keadaan lingkungan tempat
tinggal, dengan siapa ia berteman, bagaiman pergaulannya, apa kelebihan dan
kekuranganya dari anak dengan gangguan emosi dan prilaku. Dari data dijadkan
sebagai bukti untuk mengambil kepurusan anak tersebut masuk dalam tipe apa
dari anak dengan gangguan emosi dan perilaku, serta sebagai dasar untuk
menentukan keputusan mengenai layangan pendidikan yang akan diperlukan.
Selain itu identifikasi dan asesment itu tidak selalu dilakukan untuk anak dengan
kebutuhan khusus. Namun identifikasi dan assesmnet sendiri juga perlu dilakukan
oleh setiap murid baik itu yang berkebutuhan khusus maupun yang normal.
E. Saran
Saran yang dapat kami berikan sebagai berikut :
1. Sebaiknnya dinas secepatnya mengurus proses penempatan pelaku
assesmnet bagi sekolah inklusi di wilayah Yogyakarta. Karena
sekolah membutuhkan para pelaku assesment untuk membantu
ataupun memberikan ilmunya dalam melakukan identifikasi dan
assesmnet secara baik dan benar, serta dalam pengambilan keputusan.
2. Jika memang dinas kesulitan dalam penyebaran para pelaku
assesment. Mungkin dari dinas maupun sekolah inklusi dapat
bekerjasama dengan dosen maupun mahasiswa PLB di UNY dalam
melakukan identifikasi dan assesment anak dengan gangguan emosi
dan prilkau.
3. Perluhnya dinas melakukan sosialisasi maupun pembekalan terhadap
guru di sekolah inklusi tentang proses identifakasi dan assesment
yang benar.
4. SD N BALIREJO juga perlu berkerjasama dengan orang yang ahli
dalam bidang anak dengan kebutuhan khusus seperti anak dengan
gangguan emosi dan prilaku. Kerja sama dapat dilakukan dengan
mahasiswa maupun dosen PLB UNY.
5. Perlu ada GPK (Guru Pendamping Khusus) di SD N BALIREJO
mengingat sampai saat ini tidak ada guru pendamping khusus disana.

Anda mungkin juga menyukai