Semester
: VI (Enam)
Dosen Praktikum
Asisten Praktikum
: Anamika Labitta
Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan
2. Materi
3. Penyusun
Nama
NIM
: 25010115183020
4. Lokasi Kegiatan
Semarang,
Juni 2016
Mengetahui,
Asisten Praktikum
Praktikan
Anamika Labitta
25010112140171
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Kerja Pengujiaan Boraks Dalam Sampel Makanan (Siomay)
Gambar 4.1 Hasil Uji Kertas Kurkumin Setelah Dicelupkan Dalam Larutan Sampel
Yang Telah ditambahkan larutan NaOH 4 tetes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia,oleh karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi gizi
dan mempunyai bentuk yang menarik.akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak
mengandung bahan berbahaya,mikroorganisme maupun cemaran lainnya yang dapat
menyebabkan keracunan penyakit.Perusahaan makanan dan minuman di Indonesia
saat ini berkembang dengan sangat pesat.Ditemukan makanan dan minuman
kemasan yang hanya diproduksi hanya mementingkan aspek dan selera konsumen
tanpa memperdulikan aspek kesehatan.[1]
Siomay selama perkembangannya sangat diminati oleh masyarakat Indonesia
dan mudah ditemukan di tempat-tempat jajanan atau pesta-pesta yang ada, bahkan
banyak juga masyarakat yang kesehariannya menjadikan siomay menjadi makanan
rutinnya sebagai lauk-pauk alternatif mereka. Siomay yang sering kita dapati di
tempat jajanan ataupun tempat lainnya masih belum memiliki banyak pilihan nilai
variasi rasa atau keanekaragaman bahan baku yang digunakan. Bahan pembuat
siomay yang awalnya terbuat dari daging babi cincang, kemudian diganti dengan
daging ikan segar yang gurih, seperti ikan tenggiri dan udang bahkan ada yang
menggunakan daging ayam, sedangkan komponen pembentuk lain dalam pembuatan
siomay adalah tepung kanji dan putih telur.[2]
Daging ikan yang biasa digunakan dalam
tenggiri karena memiliki rasa yang gurih, tekstur rapat, dan sedikit kenyal, serta
mampu menimbulkan aroma yang tajam.
bahwa
kadar lemak ikan tenggiri cukup rendah (3,28%) dan proteinnya cukup tinggi
(21,40%). Selanjutnya Suzuki (1981) dalam Adrianti (2002), menyatakan ikan yang
tidak berlemak dapat membentuk gel yang baik dengan kekuatan gel yang tinggi dan
ikan yang berlemak kemampuan gelnya rendah.[3]
Dimana bahan kimia tersebut tidak boleh digunakan dalam pembuatan makanan
dan dapat berakibat fatal. Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan.
Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus
diperbaiki. Hal ini tentu saja akan merugikan terutama dari sisi kesehatan
masyarakat. Bahan berbahaya yang umumnya sering digunakan untuk membuat
makanan menjadi kenyal dan tahan lama adalah boraks. Mengkonsumsi boraks
dalam jumlah sedikit dan berlangsung dalam cukup lama dapat menyebabkan
timbulnya rasa mual,muntah,diare dan kejang perut. Sedangkan dalam pemakaian
cukup lama dapat menyebabkan demam,anuria,kerusakan ginjal
bahkan sampai
C. Manfaat Praktikum
1. Mampu mengetahui dan menggunakan alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum pengujian kadar boraks dalam sampel makanan (siomay)
2. Mampu mengetahui dan mempraktekan cara kerja dalam pengujian boraks dalam
sampel makanan (siomay)
3. Mengetahui hasil uji kandungan boraks dalam sampel makanan (siomay)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun
minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman.[5]
B. Kualitas Pangan
Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa
dan tekstur) dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah tidak
selalu bebas dari senyawa yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat
mengandung senyawa yang merugikan kesehatan orang yang mengkonsumsinya.
Senyawa-senyawa yang dapat merugikan kesehatan dan tidak seharusnya terdapat di
dalam suatu bahan pangan dapat dihasilkan melalui reaksi kimia dan biokimia yang
terjadi selama pengolahan maupun penyimpanan, baik karena kontaminasi ataupun
terdapat secara alamiah. Selain itu sering dengan sengaja ditambahkan bahan
tambahan pangan (BTP) atau bahan untuk memperbaiki tekstur, warna dan
komponen mutu lainnya ke dalam proses pengolahan pangan.[6]
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate
decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk
mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks
adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup
menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari
boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman
boraks cukup tinggi.[5]
C. Siomay
tenggiri karena memiliki rasa yang gurih, tekstur rapat, dan sedikit kenyal, serta
mampu menimbulkan aroma yang tajam. Menurut, hasil analisa proksimat daging
ikan tenggiri menunjukkan bahwa kadar lemak ikan tenggiri cukup rendah (3,28%)
dan proteinnya cukup tinggi (21,40%). Ikan yang tidak berlemak dapat membentuk
gel yang baik dengan kekuatan gel yang tinggi dan ikan yang berlemak kemampuan
gelnya rendah.[2]
D. Pengertian Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia
natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika
larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks
atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik
dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk
makanan.[5]
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang
tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa
kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan
stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium
hidroksida dan asam borat. Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan
dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci
mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,
semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau
digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.[6]
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat
dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang
dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya
merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Meskipun boraks
berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga
dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai
konsumen.[3]
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur
sekitar 171C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian
gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan
penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan
pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100C yang secara
perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam
lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna dalam
30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak
tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida.[7]
Karekteristik boraks antara lain:
a. Warna adalah jelas bersih
b. Kilau seperti kaca
c. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5
gr/kg berat badan anak-anak.[5]
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada
kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks memiliki
efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia sebagai halnya
zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.[5]
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat
buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ
hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga
dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil
akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat.
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu
alat reproduksi pria.[9]
Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan
otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam,
anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan
kematian.[9]
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit,
alposia, anemia dan konvulsi. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa
mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati
dankulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan,
kulit yang luka atau membran mukosa.[5]
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga
seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis
keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut:[5]
a. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
Untuk
analisis
kualitatif
boraks
dengan
menggunakan
reaksi
4AgBO2 + 2H+
Ag2O + 2H3BO3
d. Uji Dengan Menggunakan Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (Uji Nyala Api)
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat
danmetanol atau etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah
menguap)dalarn sebuah cawan porselen kecil dan alkohol ini dinyalakan,
alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau disebabkan oleh
pembentukan metil borat B (OCH3) atau etil borat B (OC2H5). Kedua ester ini
beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa.
Modifikasi yang berikut dari uji nyala api ini yang tergantung pada sifat boron
tri fluorida (BF3) yang lebih mudah menguap, dapat dipakai dengan adanya
senyawa tembaga dan barium; zat-zat ini tidak membentuk senyawa-senyawa
yang mudah menguap pada kondisikondisi eksperimen berikut ini. Dicampur
dengan sesama borat dengan kalsium fluorida yang telah dijadikan bubuk dan
sedikit asam sulfat pekat, dan dibawah sedikit dari pasta yang terjadi tersebut
diatas cincin darikawat platinum, atau pada ujung batang kaca, sampai dekat
2Ba(BO2)2 + 2H+
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu Praktikum
Waktu pelaksanaan untuk Praktikum Keamanan Pangan Kesehatan Lingkungan
dengan materi Pengujian Kandungan Boraks Dalam Makanan, dengan sampel
makanan (siomay) dilakukan pada tanggal 20 April 2016
B. Tempat Praktikum
Lokasi kegiatan untuk Praktikum Keamanan Pangan Kesehatan Lingkungan dengan
materi Pengujian Kandungan Boraks Dalam Makanan, dengan sampel makanan
(siomay) dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
C. Alat
1. Gelas ukur 1 buah
2. Beakers glass 1 buah
3. Batang pengaduk/spatula 1 buah
4. Rak tabung 1 buah
5. Tabung reaksi
6. Pipet tetes 3 buah
7. Pipet ukur dan bulb 1 buah
8. Pisau
9. Talenan
10. Mortar dan penumbuk
11. Timbangan analitik
12. Vortex
D. Bahan
1. Test Kit Boraks
2. Kertas pH
3. HCl 10%
4. NaOH 10%
5. Sampel siomay
6. Aquades
7. Air panas
8. Kertas saring
E. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk pemeriksaan kadar boraks dalam makanan
adalah single sampling atau sampling tunggal. Metode single sampling atau sampling
klasik yaitu satu kali pengambilan sampel untuk satu wadah. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara membeli siomay pada pedagang siomay di pinggir jalan
Sirojudin kampus Universitas Diponegoro, siomay yang telah dibeli kemudian
dimasukkan ke dalam wadah tupper ware, ditutup kembali dengan rapat wadah
tupper ware, sampel siomay dibawa ke Laboratorium untuk diperiksa kandungan
boraks pada siomay tersebut
F. Skema Kerja
Uji kandungan Boraks Dalam Sampel Siomay
Sampel makanan (siomay) diiris dengan pisau dan dihaluskan dengan mortar
10 gram sampel siomay yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker glass
Ditambahkan kurang lebih 4 tetes HCl, hingga pH mencapai 1-2 (dicek menggunakan
kertas Ph)
Kertas test kit boraks dimasukkan ke dalam sampel kemudian kertas dikeringkan
Jika warna kertas berubah menjadi merah orange, maka sampel diduga positif boraks
Lakukan uji dengan NaOH diteteskan sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan
warna
Jika warna berubah hijau kehitaman maka sampel makanan positif boraks, namun jika
warna berubah merah kecoklatan makan sampel makanan negatif boraks
Gambar 3.1 Skema Kerja Pengujiaan Boraks Dalam Sampel Makanan (Siomay)
BAB IV
HASIL
A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum uji kandungan boraks pada sampel makanan (siomay)
didapatkan hasil praktikum pada kertas kurkumin tidak menunjukkan perubahan
warna kuning menjadi warna hijau kehitaman, melainkan pada kertas kurkumin
setelah dicelupkan dalam larutan sampel yang telah ditetesi 4 tetes HCl 10 % yang
kemudian diuji dengan mencelupkan kertas kurkumin setelah diteteskan larutan
NaOH sedikit demi sedikit terjadi perubahan warna pada kertas kurkumin dari warna
kuning menjadi warna merah kecoklatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
siomay tersebut negatif mengandung boraks
Gambar 4.1 Hasil Uji Kertas Kurkumin Setelah Dicelupkan Dalam Larutan Sampel
Yang Telah ditambahkan larutan NaOH 4 tetes
B. Pembahasan
tenggiri karena memiliki rasa yang gurih, tekstur rapat, dan sedikit kenyal, serta
mampu menimbulkan aroma yang tajam. Menurut hasil analisa proksimat daging
ikan tenggiri menunjukkan
(3,28%) dan proteinnya cukup tinggi (21,40%). Ikan yang tidak berlemak dapat
membentuk gel yang baik dengan kekuatan gel yang tinggi dan ikan yang
berlemak kemampuan gelnya rendah.[2]
c. Hasil Dari Pengujian Boraks Pada Sampel Makanan (Siomay)
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mampu mengetahui fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
pengujian kadar boraks dalam sampel makanan (siomay)
2. Mampu mengetahui dan mempraktekan cara kerja dalam pengujian kadar boraks
dalam sampel makanan (siomay)
3. Dari hasil pengujian kandungan boraks pada sampel makanan (siomay) dapat
disimpulkan bahwa pada sampel siomay tidak mengandung boraks atau negatif.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji kertas kurkumin yang terjadi perubahan
warna dari warna kuning menjadi warna merah kecoklatan. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 772/Menkes/Per/IX/1988 dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1168/Menkes/Per/X/1999 bahwa tidak
boleh ada kandungan boraks dalam makanan
B. Saran
1. Semoga hasil pengujian boraks pada sampel makanan (siomay) bisa dijadikan
bahan pertimbangan bagi masyarakat yang mengkonsumsi dan agar masyarakat
lebih hati-hati dalam memilih makanan
2. Semoga hasil pengujian boraks pada sampel makanan (siomay) bisa untuk
memperbaiki kualitas dagangan atau makanan yang dibuat dan dijual oleh
pedagang siomay
3. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya dan dampak dari
boraks bila terdapat pada makanan
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara
2. Anonim. 2012. http://siomaykriyukk.blogspot.com/2012/ 05/arti-kata-siomay.
html/. Diakses tanggal 31 Mei 2016
3. Ponco D.2002.Pemeriksaan Boraks pada Siomay di Pasar Perumnas Bekasi.
Karya Tulis Ilmiah.Jakarta : AKK Depkes.Jakarta
4. Depkes RI.1988.Peratura Mentri Kesehatan Repulik Indonesia
No.722/Menkes/IX/1988. Tentang Badan Tambahan Makanan. Jakarta
5. Saparinto dan Hidayati, 2006.Boraks dan MSG dalam baksa No 10 Juni 1990.
YLKI.Jakarta.
6. Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara
7. http://yunisiklil.blogspot.com/2010/10/boraks-dan-formalin.html. Diakses
tanggal 1 Juni 2016
8. http://www.remajagaptek.com/2011/10/bahaya-borax.html. Diakses tanggal 1
Juni 2016
9. Djamhuri, Agus. 2009. Racun dalam Makanan. Surabaya: Airlangga University
Press
10. SVehla, G. 1979. Vogel : Buku tekst Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro. Terjemahan oleh L. Setiono, A. Hadyana Pudjaatmaka 1995.
Jakarta:PT. Kalman Media Pustaka
LAMPIRAN