Disusun oleh :
Desy Purwasih (20708251008)
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang
bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah.
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman
(Muntikah & R. Maryam, 2017).
Makanan dan minuman yang dikemas biasanya mengandung bahan tambahan, yaitu
suatu bahan yang ditambahkan kedalam makanan dan minuman selama produksi,
pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan untuk tujuan tertentu. Salah satu bahan
tambahan yang sering digunakan adalah pengawet makanan dan minuman. Salah satu
senyawa yang digunakan dalam makanan sebagai bahan pengawet yaitu adam sorbat. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan membahas mengenai senyawa asam sorbat dalam bahan
makanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Bahan pengawet?
2. Apa yang dimaksud Asam Sorbat?
3. Bagaimana struktur Kimia asam sorbat?
4. Apa Manfaat dari Asam sorbat?
5. Bagaimana penggunaan asam sorbat dalam bahan pangan?
6. Dampak penggunaan asam sorbat dalam makanan?
7. Bagaimana regulasi penggunaan asam sorbat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh tujuan sebagaai berikut:
1. Untuk memahami apa yang dimaksud Bahan pengawet
2. Untuk mendeskripsikan Asam Sorbat
3. Untuk mengetahui struktur Kimia asam sorbat
4. Untuk mendeskripsikan Manfaat dari Asam sorbat
5. Untuk memahami penggunaan asam sorbat dalam bahan pangan
6. Untuk mengetahui dampak/efek penggunaan asam sorbat dalam makanan
7. Untuk menjelaskan regulasi penggunaan asam sorbat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Pengawet
Bahan tambahan pangan atau zat aditif bahan pangan didefiniskan sebagai suatu zat
bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada
umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan, cita rasa, tekstur, atau
sifat-sifat penyimpangannya. Zat yang ditambahkan terutama yang mempunyai nilai gizi,
seperti vitamin dan mineral tidak dimasukkan ke dalam golongan ini (F.G Winarno,
1997).
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu
diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Penyimpangan dalam
pengggunaanya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai
penerus pembangunan bangsa. Kita membutuhkan pangan yang aman dikonsumsi, lebih
bermutu, bergizi dan mampu bersaing pada pasar global (Cahyadi, 2008).
Bahan pengawet termasuk dalam salah satu kelompok bahan tambahan makanan.
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai
sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Penggunaan pengawet
dalam bahan pangan harus tepat, baik jenis dan dosisnya.
Berdasarkan Permenkes No. 722/88 terdapat 26 jenis pengawet yanmg diizinkan
untuk digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet tersebut adalah: asam
benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium
benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat,
kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil
p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitri,
natrium propionat, natrium sulfit, nisin, propil -p- hidroksi benzoat. Penggunaan bahan
pengawet tersebut harus mengikuti dosis yang ditetapkan (Ilmu Teknologi Pangan, 2017)
B. Asam Sorbat
Asam sorbat merupakan anti mikroba yang ditemukan oleh E miler dari jerman
(1930) dan CM golding USA (1940). Komponen dari asam sorbat diisolasi dari minyak
mentah rowanberry (sorb apple atau tanaman dari pegunungan). Asam sorbat pertama
kali dipatenkan oleh C.W. gooding 1945.
Asam sorbat mulai dikomersialkan sejak tahun 1940 sampai 1950. Asam sorbat
mulai meluas sejak menjadi preservatif agent. Penelitian menunjukan asam sorbat
merupakan agen yang aman. Hasil dari pengembangaannya asam sorbat dikembangkan
secara ektensif pada makanan dan material lain di dunia. Riset pada tahun 1950 dan 1960
berhasil mengetahui mekanisme, asam sorbat, aktivitas pertumbuhan mikroba, dan
aplikasi komponen bahan tambahan makanan. Pada tahun 1970 riset intensif dilakukan
untuk mengetahui potensi asam sorbat dan garam sebagai anti botulinum agent pada
produk daging dan perannya terhadap reduksi nitrit dan nitrosamin serta efek kesehatan
terhadap asam sorbat (C. Wisnu, 2006)
c) Produk Bakery
Selain penggunaan asam propionat sebagai pengawet dari produk bakery pada
umumnya, asam sorbat juga digunakan sebagai pengawet yang efektif mencegah
pertumbuhan mold dan aktif pada pH tinggi serta mencegah aflatoksin. Kadar sorbat
dalam penggunaan bakery antara 0,03%-0,3%. Asam sorbat dan kalsium propionat
merupakan kombinasi yang lebih baik daripada gula dan garam saat digunakan untuk
memperpanjang umur simpan produk roti. Selain menghambat pertumbuhan mold,
sorbat juga menghambat pertumbuhan bakteri pathogen seperti S. Aureus pada pie krim.
Potassium sorbat juga meningkatkan umur simpan dari tortila asam, khususnya bila
dikombinasikan dengan kalsium propionat. Konsentrasi 0,05%-0,1% dapat mencegah
pembusukan pada pie crust, produk adonan dingin, pizza dan topping, muffin dan adonan
campuran.
d) Produk Daging
Pengguanaan potasium sorbat pada produk daging biasanya dilakukan pada produk
sosis kering selama proses pengeringan. Pengganaan potassium sorbat difungsikan
sebagai penghambat pertumbuhan mold dan penghambatan Clostridia, Salmonella dan
S. aureus yang dapat menghasilkan toksin serta merupakan bakteri patogen. Penggunaan
sorbat dapat difungsikan sebagai pengawet yang lebih aman daripada sodium nitrit. Nitrit
sendiri telah terindikasi sebagai bahan aditif yang mempunyai efek karsinogenik karena
bereaksi dengan amina membentuk nitrosamine selama proses pemasakan dan berbahaya
bagi kesehatan. Penggunaan sorbat pada produk daging dapat memperbaiki kualitas
sensoris pada produk seperti warna dan flavor.
e) Produk Miscellaneous
Sorbat banyak juga digunakan pada produk emulsi seperti margarin, mayonaise,
salad dressing dan produk lain. Agar sorbat memiliki efek yang lebih baik dalam
penghambatan mikroba maka dilakukan kombinasi dengan garam potasium dan
pengawet lainnya seperti benzoat. Pengguanaan sorbat dalam produk lain adalah produk
berbasis gula dan konfeksionari pada konsentrasi 0,05%-0,2% yang mampu menghambat
pertumbuhan mold dan osmophilik yeast seperti pada produk coklat dan praline.
Simpulan
Asam sorbat digunakan sebagai pengawet dalam berbagai jenis makanan seperti keju,
produk bakeri, sayuran dan buah, produk daging, dan produk Miscellaneous. Asam sorbat
menghambat jamur dan pada umumnya ditambahkan ke bahan makanan dalam bentuk
garamnya. Asam sorbat kemungkinan memberikan efek iritasi kulit apabila langsung dipakai
pada kulit, sedangkan untuk garamnya belum diketahui efeknya terhadap tubuh. Regulasi asam
sorbat diatur dalam Permenkes No. 722/88. Asupan harian yang diterima (acceptable daily
intake atau ADI) asam sorbat adalah 25 mg/kg berat badan.
DAFTAR PUSTAKA