Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Praktikum Biologi

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Djukri, MS


Dr. Drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun oleh:

Desy Purwasih (20708251008)

PPROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbalalaamiin, Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat sehat sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Biologi. Laporan ini merupakan tugas akhir matakuliah Praktikum
Biologi dalam kehidupan. Laporan ini terdiri dari lima praktikum yang dilakukan secara
sederhana dirumah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Djukri, M.S dan Bapak Dr. Drh.
Heru Nurcahyo, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Biologi dalam Sistem
Kehidupan. Ucapkan terima kasih pula kami tujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyelesaian praktikum ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, April 2021


Hormat Kami,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................................... i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................... 1

Praktikum I................................................................................................................. 2

Praktikum II .............................................................................................................. 7

Praktikum III..............................................................................................................12

Praktikum IV .............................................................................................................17

Praktikum V...............................................................................................................25

1
PRAKTIKUM I
FOTOSINTESIS (UJI SACH)

A. Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui apakah cahya diperlukan dalam proses
fotosintesis.

B. Dasar Teori
Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik
(CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi
diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan
digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Tergantung pada bahan yang
digunakan, maka jumlah mol C yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan
tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi kebalikan dari reaksi kimia
fotosintesis (Syamsuri, 2000).
Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintetik. Di
dalam daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang. Pada keduanya
mengandung kloroplas yang mengandung klorofi atau pigmen hijau yang merupakan
salah satu pigmen fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari (Harborne,
1997). Proses fotosintesis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
cahaya
6CO2 + 12H2O C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
pigmen. f.s
Cahaya yang dapat dipergunakan dalam fotosintesis ini mempunyai syarat kualitas
(jenis gelombang) dan kuantitas (intensitas cahaya) tertentu. Dalam kondisi normal,
cahaya matahari memenuhi semua syarat itu, sehingga secara alami, cahaya matahari
merupakan sumber energi bagi fotosintesis. Pigmen fotosintetik, sebagai penangkap
energi cahaya matahari, berupa klorofil dan atau karotenoid. CO2 dan H2O sebagai
substrat fotosintesis dapat berasal dari sisa oksidasi dalam jaringan fotosintetik. Selain
itu, CO2 dapat pula diambil dari atmosfir melalui proses difusi melalui stomata,
sedangkan H2O diambil dari lingkungan melalui proses absorbsi di akar atau bagian
penyerapan lainnya.

2
Klorofil adalah pigmen yang merupakan katalisator fotosintesis yang sangat penting
dalam semua jaringan tumbuhan berfotosintesis. Klorofil terdapat dalam kloroplas dan
sering berkaitan dengan protein, tetapi mudah diekstraksi ke dalam pelarut lipid. Di
dalam tumbuhan, paling sedikit terdapat lima jenis klorofil. Selain klorofil, di dalam
tumbuhan juga terdapat pigmen warna lain yang disebut karotenoid. Selain sebagai
pigmen warna, karotenoid juga membantu dalam fotosintesis. Terdapat lebih dari 300
jenis karotenoid, tetapi yang terdapat dalam tumbuhan tinggi hanya sedikit, umumnya
berupa karoten. Salah satu turunan karotenoid, yaitu hidrokarbon tak jenuh turunan
likopen atau turunan likopen teroksigenesi dikenal sebagai Xantofil. Xantofil yang
umum terdapat berupa monohidroksikaroten (ketrin dan rubixantin,
dihidroksikaroten(zeakantin) atau dihidroksi-epoksikaroten (violaxantin) (Harborne,
1997).
Pigmen-pigmen tanaman biasanya dijumpai dalam plastid serta dalam vakuola.
Tipe-tipe plastid ialah kloroplas, kromoplas, dan leukoplas. Kloroplas berwarna hijau
sebagai akibat adanya pigmen klorofil yang lebih banyak. Kromoplas berwarna kunimg,
jingga atau merah karena pigmen karotenoid. Leukoplas adalah plastid tanpa pigmen,
biasanya terdapat pada jaringan tidak terkena cahaya (Hatta, 2002).
Warna hijau ditimbulkan oleh klorofil yang terdapat di dalam kloroplas. Dalam
kloroplas juga dijumpai karotenoid yaitu pigmen kuning sampai merah, tetapi ditutpi
oleh klorofil. Karotenoid akan tampak jika hanya terdapat sedikit atau tidak ada klorofil
sama sekali. (Purwoko, 1999)

C. Alat dan Bahan


 Alakohol 96%
 Air/Aquades
 Yod KI/Lugol
 Wajan/panci
 Mangkuk tahan panas
 Alat pemanas (Kompor)
 Tanaman berdaun lebar
 Penjepit kertas
 Kertas timah

D. Prosedur Kerja
3
1. Pada malam sebelum hari praktikum, tutuplah sebagian daun yang sehat dengan
kertas timah/aluminium foil, dan jepitlah dengan klip.
2. Setelah terdedah cahaya selama 2-3 jam, petiuklah daun tersebut, lalu dimasukkan
kedalam air mendidih selama beberapa saat (5 menit). Kemudian pindahkan daun
tersebut kedalam wadah tahan panas yang berisi 100-150 ml alkohol.
3. Panaskan alkohol berisi daun tersebut dalam air mendidih (dengan water bath).
Hentikan pemanasan jika daun sudah berwarna putih, kemudian ditiriskan.
4. Tetesilah permukaan daun dengan lugol atau Yod-KI. Amatilah warna permukaan
daun tersebut. Antara bagian daun yang tertutup dengan kertas timah/aluminium foil
dengan yang tidak ditutup, apakah ada perbedaan warna? Apa perbedaannya!

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel: Hasil Uji Lugol terhadap Amilum Daun


Hasil uji lugol
Jenis daun Gejala pada bagian daun yang Gejala pada bagian daun yang tidak
ditutup ditutup
Daun singkong Terang Gelap, keungu-unguan
(Manihot
esculenta)
Daun Terang Gelap, keungu-unguan
Cery/kersen
(Muntinga
calabura L)

Percobaan Sachs bertujuan membuktikan apakah cahaya mutlak dibutuhkan


untuk fotosintesis, dalam percobaan ini menggunakan daun singkong (Manihot
esculenta) dan Daun Cery/kersen (Muntinga calabura L). Percobaan Sachs ini diakukan
pada hari Jumat tanggal 19 Februari 2021 dimulai dengan membungkus sebagian
permukaan daun tersebut dengan aluminium foil pada sore hari. Adapun tujuan
membungkus daun tersebut dengan aluminium foil adalah agar daun yang tertutup tidak
terkena sinar matahari sehingga proses fotosintesis tidak dapat berlangsung.
Kemudian daun tersebut dipetik dan direbus atau dipanaskan selama lima menit.
Setelah lima menit daun diangkat dimasukkan kedalam gelas yang berisi alkohol lalu
memanaskannya di dalam watebath yang berisi air. Hal ini bertujuan agar klorofil pada
daun dapat larut. Adapun perubahan warna pada daun setelah diangkat yaitu daun

4
singkong dan daun ceri berwarna hijau muda sebelum dipanaskan pada alkohol dan pucat
setelah dipanaskan dalam larutan alkohol. Selanjutnya daun kemudian dimasukkan ke
dalam piring dan ditiriskan lalu diberi larutan iodium dengan menetesi permukaan daun.
Larutan iodium ini berfungsi sebagai indikator untuk menentukan apakah pada daun
terdapat amilum/glukosa atau tidak. Dari hasil percobaan beberapa daun setelah di tetesi
larutan iodium di dapat pada daun singkong dan daun ceri/kersen bagian daun yang tidak
tertutup aluminium foil berwarna gelap ungu kebiru-biruan sedangkan bagian daun yang
tertutup aluminium foil berwarna terang.
Pada langkah tersebut pemanasan dilakukan untuk mematikan jaringan,
penambahan alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil. Dari percobaan yang kami
lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa daun yang tidak ditutupi aluminium foil
menunjukan perubahan warna menjadi gelap (biru tua/hitam). Ini berarti pada proses
fotosintesis menghasilkan amilum. Sedangkan pada daun yang ditutup dengan
aluminium foil tidak menunjukan perubahan warna, karena tidak melakukan fotosintesis
(cahaya tidak dapat ditangkap klorofil karena tertutup oleh aluminium foil) sehingga
tidak menghasilkan amilum.
Adapun kegagalan pada salah satu percobaan dikarenakan kesalahan praktikan
dalam menutup daun menggunakan alumunium foil, kemudian kesalahan memilih daun
pada intensitas cahaya yang tidak tinggi. Dapat pula terjadi karenaa pada saat pemanasan
klorofil belum larut sempurna.

F. Kesimpulan
Pada percobaan fotosintesis ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan
menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi
cahaya matahari. Adapun persamaan reaksi fotosintesis yaitu:
cahaya
6CO2 + 12H2O C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
pigmen. f.s

2. Dari hasil percobaan Sachs dapat disimpulkan bahwa dalam proses fotosintesis
mutlak membutuhkan cahaya dan menghasilkan glukosa/ amilum.

5
G. Daftar Pustaka
Harborne, 1997. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT.Gramedia
Hatta, 2002. Fisiologi Tanaman. Jakarta : PT.Bina Aksara
Purwoko, 1999. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga
Syamsuri, I. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga

H. Lampiran

6
7
PRAKTIKUM II
INTENSITAS CAHAYA MATAHARI MENENTUKAN LAJU FOTOSINTESIS

A. Tujuan
Praktikum ini dilakukan Untuk mengetahui hubungan intensitas cahaya dengan laju
fotosintesis.

B. Dasar Teori
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai
kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan
suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu
tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya
matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut.
Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses
fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat
menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya
matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi
yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan
menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya
matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi
(Utomo, 2007).  
Dalam reaksi fotosintesis, sebanyak 691.000 kalori energi radiasi diserap dan
dikonversi ke dalam bentuk glukosa. Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan
cahaya, menunjukkan adanya pengaruh intensitas cahaya yang besar terhadap laju
keseluruhan reaksi fotosintesis. Pada keadaan intensitas cahaya rendah, laju fotosintesis
akan akan rendah pula. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai faktor pembatas (Ismail,
2011).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul
yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa,
monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling
sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer,

8
trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer
terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002). 
Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik
(CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi
diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan
digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan reaksinya dapat
dituliskan :
Klorofil
6CO2 + 6H2O  → C6H12O6 + 6O2 + Energi
Sinar matahari
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co2 yang dilepaskan
dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi
merupakan kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis (Syamsuri, 2000). Perbedaan antara
jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan
Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung
pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi
tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi
merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen
dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti
alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan
jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat
= 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini
tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi
dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk, 2005).

9
C. Alat dan Bahan
 2 Botol air mineral 600 ml
 2 Tanaman Hydrilla
 Air/aquades
 Cahaya matahari

D. Prosedur Kerja
1. Ambillah tanaman hydrillah secukupnya usahakan yang banyak memiliki daun
2. Kemudian sediakan botol air mineral bekas, lalu masukkan tanaman hydrilla ke
dalam botol, kemudian tambahkan air ke dalam botol lalu tutup dengan rapat.
Lakukan pada botol A dan botol B.
3. Letakan kedua botol di tempat yang berbeda. Botol A di letakkan di tempat yang
terdedah matahari dan botol B di tempat yang tertutup atau tidak terpapar matahari.
4. Setelah 30 menit, amatilah apa yang terjadi pada kedua botol.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel: Hasil uji fotosintesis pada hydrilla
Jenis botol Hasil Uji Fotosintesis
Botol A +++++++
(terpapar matahari)
Botol B ++++
(tidak terpapar matahari)

Berdasarkan dari percobaan diperoleh hasil bahwa botol A dengan hydrilla yang
terpapar matahari menghasilkan banyak gelembung dibandingkan botol B yang tidak
terpapar matahari langsung. Fotosintesis itu sendiri memiliki definisi yang dikemukakan
oleh Delvin (1975) adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton)
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH).
Hasil percobaan menunjukan bahwa fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor yaitu cahaya matahari. Dibuktikan dengan botol A yang menghasilkan
banyak gelembung. Gelembung udara pada botol merupakan Oksigen yang dihasilkan

10
oleh fotosintesis. Sedangkan pada botol B tidak banyak menghasilkan gelembung karena
botol tidak terpapar langsung. Walau begitu hal ini menunjukan bahwa pada kondisi
gelap atau tidak terpapar matahari langsung fotosintesis tetap bisa dilakukan walau tidak
maksimal.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pada botol A menghasilkan banyak
gelembung, sedangkan pada botol B tidak banyak menghasilkan gelembung karena pada
botol B tidak terpapar matahari secara langsung. Gelembung yang dihasilkan merupakan
oksigen dari hasil fotosintesis. Pada botol A yang terpapar matahari menghasilkan
banyak gelembung hal ini berarti laju fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya matahari.

G. Daftar Pustaka
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Ismail. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kimball. 1983. Biologi Universitas. Jakarta : Erlangga.
Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Biologi Umum. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Lovelles, A, R. 1997. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan. Jakarta:PT Gramedia.
Simbolon. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Syamsuri, I. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Utomo, B. 2007. Fotosintesis pada Tumbuhan [Karya Ilmiah]. Medan: Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

H. Lampiran Foto

11
12
PRAKTIKUM III

DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI

A. Tujuan
Praktikum ini dilakukan Untuk mengetahui :
1) Laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji
2) Batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan biji

B. Dasar Teori
Dormansi benih merupakan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada
suatu kisaran keadaan luas yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut.
Dormansi dapat disebabkan karena tidak mampunya benih secara total untuk
berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk
perkecambahannya. Dormansi benih dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan
keadaan fisiologis embrio, atau kombinasi dari keduanya (Tamin, 2007).
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji
mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang
panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi
merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada
kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa
diakibatkan karena ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Suyitno,
2007).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo (Salisbury, 1985).

13
C. Alat dan Bahan
 Biji berkulit tipis: kacang hijau (Phaseolus radiatus)
 Biji berkulit keras: Asam (Tamarindus indica)
 Mangkuk kecil dapat dibuat dari memotong botol bekas
 kapas/pasir/tanah
 aquades

D. Prosedur Kerja
1) Siapkan 6 mangkuk atau tempat lainnya sebagai tempat pengecambahan dua macam
kelompok biji (satu jenis biji kulit tipis dan satunya kulit tebal)
2) Siapkan dua set perlakuan untuk kedua jenis biji yang saudara pilih seperti berikut:
a) Perlakuan I : media tanpa diberi air (hanya dengan kapas kering)
b) Perlakuan II : media diberi air sedikit (kapas sekedar basah)
c) Perlakuan III : media diberi air hingga biji tergenang air
3) Siapkan masing-masing 30 butir biji untuk kedua kelompok biji tersebut dan berilah
perlakuan seperti berikut:
a) 10 biji diberi perlakuan I
b) 10 biji diberi perlakuan II
c) 10 biji diberi perlakuan III
4) Tempatkan semua petridish pada tempat yang sama
5) Amati setiap gejala yang ditunjukkan untuk tiap kelompok biji. Perkecambahan
diakhiri apabila salah satu kelompok percobaan sedah berkecambah 100%.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah biji yang berkecambah pada berbagai perlakuan


Hari Biji Kulit Tipis Biji Kulit Tebal
ke Kering Basah Terendam Kering Basah Terendam
1 - - - - - -
2 - - Berkecamba - - -
h
3 - - Berkecamba - - -
h

14
Dalam praktikum ini praktikan dituntut untuk mengamati dormansi dan
perkecambahan dari beberapa biji yang menjadi bahan praktikum yaitu diantaranya biji
berkulit tipis yang meliputi biji kacang hijau (Vigna radiata) dan biji berkulit tebal yaitu
biji asam (Tamarindus indica). Pengamatan yang dilakukan praktikan yaitu untuk
mengetahui perkecambahan dari suatu biji tergantung dari tebal atau tipisnya suatu biji
selain itu juga untuk membandingkan masa dormansi dari biji yang berkulit tipis dengan
biji yang berkulit tebal serta mengetahui factor yang mempengaruhinya. Pengamatan
tersebut dilakukan sampai salah satu biji berkecambah.
Banyak hal yang mempengaruhi proses dormansi baik faktor internal antara lain
yaitu ketebalan kulit biji, adanya zat kimia, embrio yang belum masak dan konsentrasi
etilen yang cenderung rendah serta faktor eksternal yaitu temperature, tidak adanya
cahaya untuk membantu proses perkecambahan. Pada praktikum ini yang menjadi
pembeda dari pengamatan pada tiap-tiap kelompok yaitu ketebalan biji, dimana
ketebalan biji tersebut berpengaruh dalam proses dormansi karenaketebalan kulit biji
mempengaruhi penyerapan air.
Praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok kami yaitu mengenai pengamatan
dormansi dan perkecambahan dari biji Asam atau dengan nama latin Tamarindus indica
L dengan menggunakan media tanam berupa gelas plastic dengan kapas di dalamnya.
Kemudian menggunakan biji Asam yang sebelumnya direndam terlebih dahulu untuk
memilih biji yang masih bagus dengan ditandai dengan tenggelamnya biji tersebut
karena terdapat embrio di dalamnya. Praktikum ini terdapat 3 perlakuan dimana
perlakuan yang pertama yaitu media yang digunakan kering, yang kedua media yang
digunakan basah, dan yang ketiga media yang digunakan kapas terendam, air disini
berperan sebagai pengaktif enzim dan hormone pertumbuhan yang ada pada biji kedelai
dimana enzim tersebut membantu proses pembentukan energi agar sel-sel dapat
membuat biji tumbuh. Kemudian dimasukkan biji tersebut ke dalam media-media yang
telah disiapkan, tiap media terdapat 2 biji yang disini berperan sebagai ulangan yang
kemudian media tersebut diberi tanda agar mudah mengetahui biji yang lebih cepat
proses dormansi dan perkecambahannya. Semua media tersebut diletakkan di tempat
yang sama dengan kondisi yang sama.
Biji sendiri mempunya arti seperti yang dikemukakan oleh (Hidayat, 1995) Biji
dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Biji masak terdiri dari 3 bagian yaitu
embrio, endosperm (hasil pembuahan ganda), dan kulit biji yang dibentuk oleh dinding
bakal biji termasuk kedua integumennya. Embrio adalah sporofit muda yang tidak segera
15
melanjutkan pertumbuhannya, melainkan memasuki masa dorman. Saat itu biasanya
embrio tahan stres. Embrio senantiasa diiringi cadangan makanan baik organik maupun
anorganik yang berada disekeliling embrio atau di dalam jaringannya sendiri. Kulit biji
atau testa bersifat tahan atau kadang-kadang memiliki permukaan yang memudahkan
penyebarannya oleh angin. Biji mampu bertahan pada lingkungan yang keras.
Pada praktikum ini biji yang mengalami perkecambahan hanya biji kacang hijau
pada kondisi air terendam, sedangkan pada kondisi basah dan kering biji tidak
mengalami perkecambahan. Sedangkan pada biji asam pada tiga perlakuan yang
diberikan biji tidak mengalami perkecambahan. Hal ini disebabkan biji yang dormansi
dimana Menurut Sutopo (2002), benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut
sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang
secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau
sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Oleh karena itu biji
diberikan perlakuan yaitu diletakkan pada kondisi terendam air, kering dan basah. Pada
kondisi terendam air biji kulit tipis berkecambah karena tipe biji ini memiliki kulit tipis
sehingga air mudah masuk kedalam biji yang merangsang hormone pertumbuhan
sehingga biji berkecambah. Pada biji kulit tebal, biji memiliki fisik biji yang kulitnya
tebal mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding
tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin
sehingga Impermeabilitas terhadap air. Jadi kulit tebal tidak mengalami perkecambahan.

F. Kesimpulan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui Laju perkecambahan menurut ketebalan kulit
biji dan Batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan biji. Praktikum ini menunjukan
bahwa biji kulit tipis mengalami laju perkecambahan lebih cepat dari pada biji kulit
tebal. Perkecambahan dihasilkan karena biji kulit tipis dan tebal diberikan perlakuan
pada kapas terendam air, basah, dan kering. Hal ini menunjukan bahwa air merangsang
perkecambahan pada biji karena air berfungsi sebagai perangsang hormone pertumbuhan
pada biji saat dormansi.

G. Daftar Pustaka
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
16
Salisbury, Frank B, Cleon Wross. 1985. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung.
Suyitno, Al. MS. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. UNY
Yogyakarta
Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectonagrandis Linn. F.). Jurnal
Agronomi, 1(1), 7-14.

H. Lampiran

17
PRAKTIKUM IV

ANATOMI AKAR, BATANG & DAUN

A. Tujuan
Untuk mengetahui susunan anatomi batang, akar, dan daun.

B. Dasar Teori
Organologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari alat-alat atau organ-organ pada
tumbuhan. Organologi merupakan bagian dari ilmu botani. Organ pada tumbuhan yang
pokok adalah batang, akar dan daun.
Batang
Jika dibuat penampang lintang batang dan diamati di bawah mikroskop, maka akan
terlihat tiga daerah pokok yaitu: epidermis, korteks, dan stele.
1. Epidermis adalah bagian yang paling luar batang, biasanya hanya terdiri atas satu
lapisan sel, jarang dijumpai multiple epidermis. Lapisan tersebut tersusun dari
sel-sel epidermis serta stomata dan trikomata. Trikomata ini mungkin glandular,
mungkin non glandular, tergantung pada species yang bersangkutan. Epidermis
berfungsi sebagai pelindung. Misalnya pada batang yang mengalami
pertumbuhan menebal sekunder.
2. Korteks adalah daerah yang terdapat di sebelah dalam dari epidermis, Korteks
biasanya terdiri atas banyak lapisan sel terutama pada jaringan parenkim sebagai
jaringan dasar. Parenkim yang letaknya dibagian perifer, biasanya mengandung
kloroplas, sehingga jaringan ini disebut klorenkim. Jaringan yang letaknya
dibagian dalam epidermis yang mengandung zat warna antosian disebut
hipodermis. Sering juga didapatkan kolenkim yang sebagai jaringan penguat.
Jaringan sklerenkim jika ada berupa sklereida dan bila didaerah korteks terdapat
sel minyak, sel lendir, sel kristal, kelenjar minyak merupakan tanda karakteristik
species yang bersangkutan. Bagian dalam dari korteks adalah endodermis yang
pada batang disebut ploeoterma. Jaringan ini tidak terlalu nyata dan biasanya
ditandai dengan adanya butir-butir amilum, maka disebut sarang mestom.
3. Stele adalah bagian yang terdapat disebelah dalam endodermis. Di daerah stele
terdapat berkas-berkas pengangkutan dan empulur (medula), diantara berkas

18
pengangkutan terdapat jari-jari empulur, sedang disebelah luar berkas
pengangkutan terdapat daerah yang disebut daerah perikambial
Akar
Seperti pada batang, maka pada akarpun dibedakan menjadi tiga bagian pokok yaitu
epidermis, korteks, dan stele.
1. Epidermis, pada akar hanya dijumpai pada bagian-bagian akar yang masih muda.
Epidermis akar disebut epiblem atau rizodermis. Biasanya epidermis akar tidak
mempunyai kutikula. Hal ini sehubungan dengan fungsinya untuk menyerap air.
Tetapi pada berbagai tumbuhan tertentu terlihat adanya lapisan kutin, misalnya
pada palmae, poaceae dan ricinus. Di daerah tertentu pada akar terdapat rambut-
rambut akar, yang berasal dari epidermis sendiri. Adanya rambut akar ini akan
memperluas bidang penghisapan air serta garam-garam mineral dari tanah.
2. Korteks, merupakan jaringan disebelah dalam epidermis, lapisan subepidermal
pada korteks adalah jaringan eksodermis. Sel-sel epidermis yang tidak berkutin
umurnya tidak panjang dan lekas mati dan tugasnya diambil alih oleh eksodermis.
Di daerah akar ada sel-sel yang berdinding tipis dan tidak mengalami penebalan,
yang berguna untuk pertukaran zat. Namun ada bagian yang mengalami
penebalan caspary. Endodermis yang dalam keadaan primer, penebalannya
berupa pita caspary, mengandung lignin, suberin, atau kutin. Pada penampang
lintang yang kelihatan sebagai titik-titik caspary pada dinding radialnya, misalnya
pada pterodophyta dan akar Dicotyledoneae. Penebalan sel endodermis ada yang
berbentuk U, misal pada Monocotyledoneae. Pada umunya yang disebut
endodermis adalah bagian yang terdalam dari korteks, jadi letaknya disebelah luar
stele.
3. Stele, bagian terluar stele adalah perikambium (perisikel). Sel-selnya bersifat
parenkimatis, biasanya terdiri atas satu lapis sel. Pada akar Zea Mays, perisekel
tidak merupakan lingkaran penuh, karena adanya berkas xylem yang menonjol
sampai ke endodermis. Di sebelah dalam berkas xylem yang menonjol sampai ke
endodermis. Di sebelah kanan dalam berkas pengangkutan stele pada akar
mungkin terdapat empulur, namun tidak ada. Berkas pengangkutan-pengangkutan
pada akar tipenya radial, yaitu berkas xylem dan berkas floem tersusun berganti-
ganti menurut arah radial.
Daun

19
Daun yang lengkap terdiri atas upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan
helaian daun (lamina). Pada lamina terdapat ibu talang daun (costa), cabang tulang daun
(nervus lateralis), urat daun (vena) dan daerah intervenium. Epidermis daun mengandung
stomata, trikomata, sel-sel kipas atau sel-sel lain yang asalnya sama dengan sel
epidermis. Stomata biasanya terdapat di bagian epidermis bawah saja, namun kalau ada
di kedua epidermis, biasanya jumlah stomata dibagian bawah yang lebih banyak. Pada
tanaman air yang daunnya mengapung di atas permukaan air mempunyai stomata pada
epidermis atas daunnya. Trikomata juga bermacam-macam dan dapat dipakai sebagai
indikator jenis yang bersangkutan. Pada tepi daun mungkin juga terdapat hidatoda.
Daerah yang terdapat diantara epidrmis atas dan epidermis bawah merupakan asimilasi
yang disebut mesofil.
Berdasarkan susunan mesofilnya, tipe daun dapat dibagi menjadi beberapa macam
yaitu:
1. Sentris, bentuk penampung lintang silindris, sehingga susunan mesofil radian
simetris, misalnya daun pinus.
2. Isobilateral, disebelah bawah epidermis atas serta disebelah atas epidermis bawah
terdapat jaringan palisaden 1-5 lapisan. Misalnya Melaleuca Leucadendron
3. Dorsiventral, bentuknya pipih, mungkin mesofilnya :
a. Hanya terdiri fari jaringan spora saja, misalnya pada Zea Mays
b. Hanya terdiri dari jaringan palisaden saja, misalnya Psidium guajava
c. Bagian atas terdiri dari palisaden, bagian bawah spons, Mirabilis jalapa
d. Jaringan palisaden terdapat dibagian atas dan bawah, tetapi tidak sama tebal
(tidak simetris), misalnya Ficus elastica.

C. Alat dan Bahan


1. Mikroskop
2. Preparat awetan akar, batang, dan daun

D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan preparat awetan
2. Mengambil salah satu preparat (akar/batang/daun) dan mengamati dibawah
mikroskop
3. Mengambar dan mendokumentasikan
4. Memberi keterangan gambar
20
5. Mengulangi langkah (b, c, d) untuk preparat awetan yang lain
E. Hasil Pengamatan

(Sofyan, 2017)

F. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi preparat awetan akar,
batang, dan daun. Dari beberapa jenis awetan tumbuhan yang disediakan, kami memilih
satu tanaman untuk mempermudah dalam mengamati struktur anatominya. Tanaman
yang dipilih adalah tanaman jagung (Zea mays). Klasifikasi tanaman jagung:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

21
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays.
Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop dapat diamati struktur anatomi yaitu:
1. Akar tanaman jagung
Fungsi akar secara umum adalah untuk mencari zat hara, air, dan garam mineral
dari dalam tanah.Selain itu, ada fungsi khusus, misalnya sebagai penyimpan hasil
fotosintesis (sebagai cadangan makanan), misalnya pada umbi-umbian. Jagung
merupakan tanaman monokotil (berkeping satu). Dari gambar penampang
melintang batang diketahuai bahwa, diketahui bahwa akar tanaman jagung tersusun
atas jaringan epidermis, korteks, endodermis, perisikel, floem dan xylem. Adapun
keterangan dari masing – masing jaringan yaitu:
Epidermis
Lapisan terluar akar tersusun atas sel- sel yang rapat satu sama lain tanpa ruang antar
sel, berdinding tipis. Sel-sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tidak
memiliki kutikula. Ciri yang paling khas dari epidermis akar adalah pembentukan
rambut akar yang berkembang dari sel epidermis yang khusus dan sel tersebut
mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan trikoblas.
Rambut akar merupakan organ yang sangat sesuai untuk mengambil air dan garam
mineral dari dalam tanah. Oleh karena itu dilihat dari struktur dari epidermis yang
terdiri sel- sel yang rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel. Fungsi dari epidermis
yaitu melindungi kerusakan mekanis pada jaringan lunak yang berada di sebelah
dalam jaringan epidermis mencegah penguapan air yang berlebihan pada jaringan
dalam, Epidermis disebut juga dengan jaringan pelindung.
Perisikel
Perisikel adalah suatu lapisan sel yang bisa menjadi meristematik dan mulai
membelah kembali.
Endodermis
Bagian sebelah dalam dari korteks terdapat jaringan endodermis yang terdiri atas
satu lapis sel dengan dinding sel tebal yang mengandung lilin (suberin) dan lignin.
Penebalan pada dinding sel endodermis tersebut menghasilkan tampilan seperti pita,
dinamakan pita Kaspari. Endodermis berada diantara silinder pusat dan korteks.
22
Pada dinding sel-sel endodermis terdapat plasmodesmata. Endodermis merupakan
jaringan yang dapat mengatur pemasukan air ke dalam jaringan angkut (xilem) yang
berada di dalam silinder pusat. Endodermis juga berfungsi menyimpan makanan
cadangan.Pada endodermis dapat dijumpai sel- sel yang dindingnya tidak mengalami
penebalan, sel ini disebut dengan sel peresap (pelalu).
Xylem dan Floem
Xilem berfungsi untuk mengangkut zat hara (air mineral) ke daun. floem berfungsi
untuk mendistribusikan proses fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
Korteks
Bagian akar antara stele dan epidermis yang terisi penuh dengan jaringan dasar.
Terdiri dari jaringan parenkim, didapatkan juga jaringan mekanik, baik kolenkim
maupun sklerenkim. Sering didapatkan pada sel-sel yang kortek yang mengandung
bahan ergastik, cadangan makanan atau kelenjar.mengalami pertumbuhan sekunder,
melalui aktivitas kambium, sehingga diameter bertambah. Akibat pertambahan
diameter, maka sel-sel floem akan terdesak ke arah luar untuk mengimbangi
pertumbuhan tersebut, sel-sel parenkim yang menyusun jari-jari empulur
mengadakan dilatasi melalui pembentangan sel-selnya ke arah tangensial dan sel-
selnya bertambah ken arah tangensial melalui pembelahan radial.Pada monokotil
akan dapat didapatkan jaringan ikatan pembuluh yang tersebar. Pada tumbuhan
herba, didapatkan ruang-ruang antar sel yang disebut aerenkim yang bentuknya
bervariasi. Oleh kolenkima yang terletak tepat dibawah epidermis. Sklerenkima,
dalam bentuk sel-sel serat di dalam berkas pembuluh, juga membantu menyokong
batang.
2. Batang tanaman jagung
Fungsi batang yaitu  untuk mendukung bagian tumbuhan di atas tanah, selain itu
juga sebagian alat transportasi yaitu jalan pengangkutan  air dan zat makanan dari
akar kedaun dan jalan pengangkutan hasil amilasi dari daun ke bagian lain, baik
yang berada di bawah maupun diatas tanah. Batang tanaman jagung tersusun atas
jaringan Floem, Xylem, Epidermis, jaringan dasar. Adapun penjelasan lebih lanjut
dari ke empat jaringan tersebut adalah:
Epidermis
Merupakan jaringan yang ada disebelah luar, yang dinding sebelah luarnya
dikelilingi oleh kutikula, kadang-kadang didapatkan stomata, trikomata dan lenti sel.

23
Lapisan epidermis umumnya hanya satu lapis, namun yang didapatkan dilapisan
bawah epidermis yang bentuknya sama dengan epidermis disebut hypodermis.
Berkas pembuluh (Xylem dan Floem)
Sama seperti pada akar, xilem berfungsi untuk mengangkut zat hara (air mineral) ke
daun. floem berfungsi untuk mendistribusikan proses fotosintesis ke seluruh tubuh
tumbuhan.
Jaringan dasar
Masing-masing berkas pembuluh batang dikelilingi oleh jaringan dasar. Jaringan
dasar pada tanaman monokotil sebagian besar adalah parenkima, akan tetapi banyak
batang diperkuat oleh kolenkima yang terletak tepat dibawah epidermis.
Sklerenkima, dalam bentuk sel-sel serat di dalam berkas pembuluh, juga membantu
menyokong batang.
3. Daun tanaman jagung
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun
batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Secara umum tanaman
monokotil tidak memiliki tangkai daun, sebaliknya tangkai daun berbentuk pelepah
yang membungkus batang. Pada daun monokotil tersusun dari beberapa jaringan
diantaranya, epidermis, parenkim, kolenkim, tulang daun, dan stoma. Adapun
penjelasan dari jaringan penyusun daun adalah sebagai berikut:
Epidermis
Daun diselubungi oleh epidermis, dengan sel-sel yang saling menutupi secara rapat
seperti potongan puzzle. Epidermis, merupakan lapisan pertahanan pertama yang
melawan kerusakan `fisik dan organisme patogenik.
Parenkim
Sel-sel parenkim melakukan sebagain besar fungsi metabolik tumbuhan, mensintesis
dan menyimpan berbagai produk organik karena pada daun fotosintesis terjadi pada
sel parenkim.
Kolenkim
Sel kolenkim memberi dukungan tanpa menghambat pertumbuhan karena tidak
memiliki dinding sekunder dan lignin yang merupakan agen pengerasan , tidak ada
pada dinding primernya. Sel kolenkim membantu dalam menyokong tanaman (daun)
muda.
Tulang daun

24
Jaringan pembuluh suatu daun sambung menyambung dengan xylem dan floem
batang. Jejak daun, yang bercabang dari vaskuler dalam batang, menembus melalui
tangkai daun ke daun. Di dalam daun, tulang daun akan membagi diri secara
berulang-ulang dan bercabang di seluruh mesofil. Ini menyebabkan xylem dan floem
berhubungan sangat dekat dengan jaringan fotosintetik, yang mendapat air dan
mineral dari xylem dan mengisi gula dan produk organik lainnya ke dalam floem
untuk dikirim ke bagian lain tumbuhan.
Stoma
Rintangan epidermal disela hanya oleh stomata, yaitu pori yang sangat kecil yang
diapit oleh sel epidermal yang mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga.
Masing-masing stomata sesungguhnya merupakan suatu celah antara pasangan sel
penjaga. Stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di
sekitarnya dan sel-sel fotosintatik dibagian dalam daun. Stomata juga merupakan
jalan hilangnya air pada tumbuhan melalui penguapan, suatu proses yang disebut
transpirasi.

G. Kesimpulan
1. Akar tanaman monokotil (contohnya jagung) tesusun atas jaringan endodermis,
perisikel, xylem, floem, epidermis, dan korteks. Untuk batang tanaman monokotil
(contohnya jagung) tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar, dan berkas
pembuluh. Sedangkan untuk batang tanaman dikotil (contohnya labu) tersusun atas
jaringan epidermis, korteks, xylem, floem, empulur, dan sklerenkim. Untuk daun pada
tanaman monokotil (contohnya lili) tersusun atas jaringan epidermis, parenkim,
kolenkim, tulang daun, parenkim, dan stoma
2. Jaringan penyusun tanaman monokotil dan dikotil berbeda, dari gambar terlihat jelas
susunan jaringan berbeda dan ada bebrapa jaringan pada tanaman dikotil yang tidak
ada pada tanaman monokotil.

H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A, Jane B.Reece & Lawrence G. Mitchell. (2002). Biologi (ed 5-jilid 2
terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Rompas, Yolanda. 2011. Struktur sel epidermis dan stomata daun beberapa tumbuhan.
Jurnal bioslogos, 1(1), 1-7.

25
I. Lampiran
-

26
PRAKTIKUM V

PREPARAT SQUASH UJUNG AKAR BAWANG

A. Tujuan
Menyiapkan preparat pembelahan sel tumbuhan.

B. Dasar Teori
Dikenal beberapa pembelahan inti pada sel tumbuhan yaitu: 1. Pembelahan inti
langsung (pembelahan amitosis, amitose, fragmentasi) 2. Pembelahan inti tidak langsung
(meitosis, mitose, kariokinase) 3. Pembelahan inti tidak langsung a-typis (pembelahan
reduksi, meiosis,meiose).
1) Amitosis
Pembelahan inti dengan cara ini umumnya menunjukkan bahwa organisme telah tua,
disini inti terbagi menjadi dua atau lebih yang tidak sama besar dan tidak membawa
sifat-sifat keturunan yang sama. Pembelahan inti secara ini tidak diikuti oleh
pembelahan sel. Misalnya terdapat pada ruas-ruas ganggang kerang (Characeae) dan
pada tumbuhan famili Liliceae.
2) Mitosis

a. Interfase, fase ini disebut juga tingkat istirahat. Pada fase ini inti belum
membelah. Perkataan istirahat ini sebetulnya kurang tepat karena justru dalam
fase ini metabolisme paling giat dilakukan.
b. Profase, fase ini disebut juga tingkat pemulaan. Semula inti kelihatan keruh
selanjutnya tampak butir – butir kromatin membentuk benang-benang yang
susunannya tidak karuan, semakin lama semakin tebal dna kelihatan rangkap.
Pada akhir profase benang-benang itu terputus-putus menjadi benda-benda yang

27
berbentuk batang yang dinamakan kromosom. Tiap kromosom terdiri atas dua
benang kromonemata yang terpintal sebagai spiral dengan suatu sarung yang
disebut matriks. Pada kromosom terdapat penebalan yang kaya nukleotida disebut
kromomer. Jarak antara kromomer satu dengan yang lain adalah khas untuk
masing-masing kromosom. Diduga bahwa kromomer adalah pembawa gen (sifat-
sifat keturunan).
Pada tiap kromosom terdapat suatu lekukan yang membagi kromosom
menjadi dua bagian yang sama dan yang tidak, disebut sentomer (kinetokor) ini
dianggap sebagai tempat. pegangan benang-benang spindle. Bagian di kiri dan
kanan sentromer disebut “lengan” kromosom. Selain itu terdapat lekukan lain
yang disebut lekukan sekunder. Pada salah satu ujung lengan kromosom terdapat
bangunan tambahan bertangkai disebut trabant atau satelit. Pada akhir profase
kromonema membelah membujur sehingga terdiri dari dua belahan membujur
yang disebut kromatida.
Selama pembentukan kromosom, di dalam plasma pada kedua kutub yang
berlawanan dari inti terbentuk benda-benda berbentuk cawan yang disebut tudung
kutub. Dari kedua tudung kutub ini keluar benang-benang yang menghubungkan
kedua tudung kutub tersebut. Benang-benang tadi kemudian memgang kromosom
dan mendorong kromosom ketengah-tengah inti sehingga terbentuk gambaran
seperti tong yang terdiri atas benang-benang dengan kromosom ditengah-tengah.
c. Metafase, pada fase ini kromosom menempatkan diri pada sebuah bidang yang
dinamakan bidang equarorial. Bentuk kromosom tidak lurus, tetapi sedikit
bengkok. Jika dilihat dari atas kromosom itu tersusun sedemikian rupa sehingga
seakan-akan merupakan bintang. Oleh karenanya fase ini disebut juga tingkat
bintang (aster stadium). Pada metafase kromosom dalam keadaan dalam keadaan
paling pendek.
d. Anafase, pada fase ini kromatida yang ada di bidang equatorial ditarik ke arah
kedua kutub. Dalam gerakan ini diduga bahwa benang-benang yang
menghubungkan dari kutub satu ke kutub lain merupakan penunjang, sedangkan
benang yang memegang kromatida sebagai penariknya. Dari susunan satu bintang
menjadi susunan dua bintang (diaster stadium). Kromatida itu menjadi kromosom
anakan yang segera membelah membujur menjadi dua kromatida. Pada akhir
anafase kedua kromonemata saling berjauhan, sehingga kelihatan lebih jelas.

28
Menjelang selesainya anafase, matriks, matriks lenyap. Sepasang
kromonemata yang menjadi bebas tersebut, di dalam telofase kehilangan
lingkaran-lingkaran spiralnya yang beraturan dan akhirnya merupakan susunan
benang-benang yang dikenal sebagai rangka inti pada interfase.
e. Telofase, setelah sampai pada kedua kutub, kromosom tadi kemudian mengumpul
lagi menjadi benang-benang yang tidak beraturan dan membentuk dua inti baru.
Sementara itu benang-benang spindle yang hampir memenuhi seluruh sel
menebal pada bidang equatorial dan penebalan itu bersentuhan satu sama lain,
sehingga dengan demikian secara serentak dan sekaligus (simultan) terbentuk
dinding pemisah yang membagi sel induk menjadi sua sel anakan.
Pembelahan mitosis diikuti dengan pembelahan plasma. Mitosis tergantung pada
temperatur, memerlukan waktu satu jam atau lebih. Tiap sel anakan mempunyai
jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Karena pembelahan kromosom
membujur, maka substansi kromosom anakan sama satu dengan lainnya. Sifat-
sifatnya pun sama pula dengan induknya. Jumlah kromosom dinyatakan dengan
2n (merupakan bilangan genap, karena n menyatakan bilangan bulat). Ini terdapat
pada sel-sel tubuh (somatis). Harga 2n biasanya 12-40, tetapi ada yang sampai
400. Oleh pengaruh zat-zat kimia, misalnya kolkisin, akan terjadi pembelahan
kromosom yang tidak diikuti oleh pembelahan inti, maka akan terjadi keadaan
poliploidi (jumlah kromosom dalm satu inti lebih dari dua sel). Peristiwanya
disebut endomitosis (endomitose).

29
3) Meiosis
Pada sel-sel tertentu tumbuhan maupun hewan yang berkembang biak secara
generatif, karena ada perkawinan dari dua skelamin dan persatuan dari kedua
intinya, pembelahan intinya menyimpang dari mitosis. Kedua sel kelamin yang
mengadakan perkawinan tersebut mempunyai jumlah kromosom yang sama yaitu
stel atau n. Pada perkawinan itu kromosom tidak bersatu, sehingga inti zygot (hasil
perkawinan antara sel kelamin jantan dan betina) mempunyai 2n kromosom. Sel
kelamin tersebut bersifat haploid, sedangkan zygot bersifat diploid. Seluruh
kromosom di dalam sel-sel kelamin tersebut disebut genom, jadi di dalam sel diploid
terdapat 2 genom. Dari masing-masing genom terdapat kromosom yang
berpasangan, yang mempunyai bentuk besar dan jumlah gen yang sama. Kromosom-
kromosom semacam itu disebut homolog. Adanya pembelahan sel dengan
pengurangan jumlah kromosom merupakan hal yang sangat penting, karena bila
tidak demikian akan terjadi pelipat gandaan jumlah kromosom. Pembelahan meiosis
juga melalui fase-fase sebagai berikut :
Tingkatan I:
a. Profase : Pada fase ini masih dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang lebih kecil
yaitu:
Leptonema (leptoten): pada inti kelihatan benang-benang halus.
Zygonema (zygoten): mulai kelihatan membengtuk kromosom kembar.
Pachynema (pachyten): mulai kelihatan hanya ½ jumlah kromosom.
Diplonema (diploten): kromosom membelah membujur, terjadi empat
kromatida, saling berjatuhan, tetapi pada titik tertentu biasanya masih ada
hubungan yang disebut chiasma. Adanya ini menyebabkan peristiwa
crossing over.
Diakinese: kromosom tampak lenih tebal dan tersebar disepanjang tepi inti.
b. Metafase, dinding inti dan nucleoli lenyap, terbentuk benang spindle.
Kromosom bergerak ke bidang equatorial dengan sentromer ke arah kutub.
c. Anafase, Tiap belahan kromosom bergerak ke arah kutub.
d. Telofase, terbentuk dua inti yang haploid dengan reduksi jumlah kromosom.
Tingkatan istirahat (interkinase).

30
Tingkatan II : Berlangsung seperti mitosis, tetapi disini pada sel-sel haploid.
Bidang equatorial umumnya tegak lurus terhadap equatorial yang lama. Karena
akhirnya menjadi empat sel, makan pembelahan ini disebut juga pembelahan
tetrade.

C. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:

1. kompor listrik/lampu Bunsen 1. ujung akar bawang merah (± 3 mm


2. batang gelas dari ujung akar)
3. kaca penutup 2. larutan AAG (Asam Asetat Glasial)
4. botol kecil beserta tutupnya atau 40%
plastik bekas tempat film. 3. alkohol 70%
4. HCl pekat
5. pewarna asetokarmin/asetoorsein
6. gliserin.
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan ujung akar tanaman bawang merah dan dibersihkan, kemudian
dipotong ± 3mm dari ujung.
2. Bahan difiksasi dengan larutan AAG 40% selama 15 menit, kemudian bahan
dipindahkan ke dalam alkohol 70%.
3. Bahan kemudian dihidrolisis dengan HCl (campuran 5 cc HCl pekat ditambah 5 cc
aquadest).
4. Bahan dipanaskan pada temperatur 60º C selama 30 detik.
5. Kemudian bahan diwarnai dengan asetokarmin/asetoorsein.

31
6. Bahan diambil dan diletakkan di atas gelas obyek, kemudian dipencet/ditekan
dengan jarum preparat gepeng.
7. Preparat yang telah disquash kemudian ditetesi dengan gliserin dan ditutup dengan
kaca penutup.
8. Preparat diamati di bawah mikroskop.
9. Hasilnya: Preparat semi permanen.

E. Hasil Pengamatan

(Sofyan, 2017)

F. Pembahasan
Pada percoaban ini hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan akar bawang
merah. Agar akar yang digunakan bagus maka caranya adalah dengan cara menusuk
bawang merah dengan lidi lalu bagian bawah (tempat tumbuhnya akar) dicelupkan
kedalam air (agar mudah menggunakan botol) selama sampai akar keluar. Air yang
digunakan bisa air biasa tanpa harus dicampur dengan unsur nutrisi tanaman. Lalu akar
dibersihkan kemudian dipotong kurang lebih 3 mm dari ujung akar. Akar yang sudah
dipotong tidak boleh digunakan kembali. Bila ingin digunakan kembali maka harus
dicelupkan ke dalam air sampai akar tumbuh memanjang. Akar yang dipotong
dimasukkan ke dalam larutan AAG (asam asetat glasial) 40 %, hal ini bertujuan untuk
agar menghentikan proses pembelahan sel. Setelah kurang lebih 15 menit akar
dipindahkan ke dalam alkohol 70%. Kemudian dihidrolisis dengan HCl 1 N dan
32
dipanaskan pada dalam air selama 30 detik pada suhu 600C agar akar lunak. HCl
kemudian dibuang dan ditambahkan warna asetokarmin agar sel-sel ketika diamati tidak
transparan selama kurang lebih 15 menit. Acetocarmin adalah salah satu pewarna yang
sering digunakan karena mudah didapat dan penyerapan warna yang lebih cepat.
Fungsinya adalah untuk memberi pigmen warna pada kromosom dan sel-sel akar bawang
agar mudah untuk diamati. Lalu akar (1 buah) diambil dan diletakkan pada batang gelas
kemudian ditutup dengan kaca penutup dan ditekan agar akan hancur, hal ini bertujuan
untuk agar sel-selnya terlihat dibawah miskroskop.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa sel akar bawang tidak berada pada fase
pembelahan. Berdasarkan hasil pengamatan melalui mikroskop, tidak ditemukan tanda-
tanda fase pembelahan, dan yang terlihat hanya dinding sel, membran plasma,
sitoplasma, dan inti sel. Untk bagian dalam inti sel seperti benang-benang kromatin tidak
terlihat. Hal ini kemungkinan dikaenakan, dala melakukan pengamatan dilakukan di pagi
hari yaitu pukul 08.00 pagi, sehingga fase pembelahan tidak dapat teramati. Hal ini
dikarenakan proses pembelahan terjadi pada waktu tertentu. Selain itu kemungkinan juga
disebabkan oleh mikroskop yang digunakan, dimana hanya mampu mengamati sampai
inti sel saja, tidak mampu mengamati sampai bagian dalam inti sel.

G. Kesimpulan
a. Dengan membuat preparat squash maka fase-fase pembelahan sel mitosis pada akar
bawang merah dapat diketahui. hal ini dikarenakan oleh inti sel yang terlihat keruh.
Dari hasil pengamatan terlihat butir-butir kromatin membentuk benang-benang yang
susunannya tidak beraturan.
b. Fase-fase pembelahan sel mitosis secara teori terdiri dari : Interfase , Profase,
Prometafase, Metafase, Anafase, Telofase dan Sitokenesis

J. Daftar Pustaka
Anonim. (2010). Fase mitosis akar bawang (Alium cepa). Tersedia di
http://biologi.unnes.ac.id/webbio/?tf=news&aksi=lihat&id=35. Diakses pada
tanggal 14 April 2021.
Anonim. (2011). Pembelahan sel. Tersedia di
http://www.budisma.web.id/wpcontent/uploads/2011/08/BAB-4PEMBELAHAN-
SEL.pdf. Diakses pada tanggal 14 April 2021.

33
Campbell, Neil A, Jane B.Reece & Lawrence G. Mitchell. (2002). Biologi (ed 5-jilid 2
terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Eti Ernawiati, (2008). Efek Mutagenik Umbi Kembang Sungsang(Gloriosa Superba
Lindl.)Terhada Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang Bombay. J. Sains MIPA, 14
(2), 129-132.
Moh. Imam Bahrul. 2015. Studi Identifikasi Mitosis Akar Bawang Merah (Allium Cepa)
Menggunakan Metode Squash Sebagai Media Pembelajaran. UMM.

K. Lampiran
-

34

Anda mungkin juga menyukai