TERJADI PADA
NEONATUS, BAYI, BALITA
DAN ANAK PRASEKOLAH
dr.NOOR HARTINI
POKOK BAHASAN
1. Diare
2. Kejang
3. Gizi buruk
4. Infeksi saluran
pernafasan
5. malaria
6. Demam Berdarah
7. Meningitis
8. Campak
9. Varisela
1. DIARE
1. DIARE
Perubahan frekuensi dan konsistensi tinja
Diare Cair Akut
BAB
Disentri
Diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah, terlihat
secara kasat mata
Etiologi
Diare cair akut
20%-80%
Disentri
WHO
DIAGNOSIS
Tentukan
Persistensinya
lebih dari14 hari?
Etiologi
ada darah?
Dibedakan :
dengan dehidrasi
tanpa dehidrasi
1. DIARE
Tanda dehidrasi :
mata dan ubun ubun cekung
anak rewel, gelisah
kencing berkurang
kelembapan kulit berkurang
Turgor kulit lambat kembali
1. Diare
Tanpa dehidrasi :
Tetap
dirawat Bidan
Minum ASI teruskan
Minum cairan Rehidrasi oral
Dengan dehidrasi sedang berat
Harus dirujuk
Sambil dirujuk, tetap diberi ASI/ ASI peras
Minum Cairan Rehidrasi oral
Rehidrasi
Sesuai derajat dehidrasi
Tanpa dehidrasi rencana terapi A
Dengan dehidrasi tak berat rencana
terapi B
Dengan dehidrasi berat
rencana
terapi C
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
Teruskan mengobati anak diare di rumah
Berikan terapi awal bila terkena diare
MENERANGKAN EMPAT CARA TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA
BIASANYA UNTUK MENCEGAH DEHIDRASI
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti
oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau
tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak,
seperti dijelaskan dalam kotak di bawah (Catatan: jika anak
berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat
lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan
cair).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah
larutan oralit seperti di bawah.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
2.
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
3.
BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG
GIZI
Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang
biasa diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan atau
belum mendapat makanan padat, dapat diberikan
susu.
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat
makanan padat:
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacangkacangan, sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau
2 senclok teh minyak sayur tiap porsi.
Berikan sari buah atau pisang halus untuk
menambahkan kalium.
Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau
tumbuk makanan dengan balk.
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
4.
BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA
ANAK TIDAK MEMBAIK
DALAM 3 HARI ATAU
MENDERITA SEBAGAI BERIKUT :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
* ANAK HARUS DIBERI ORALIT DI RUMAH APABILA:
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C.
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila
diare memburuk.
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare
yang datang ke petugas kesehatan merupakan
RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang)
Pada dehidrasi ringan-sedang, cairan rehidrasi oral
diberikan dengan pemantauan yang dilakukan di
Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam.
Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan
selama 4 jam pertama
RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang)
Jika anak minta minum lagi, berikan.
RENCANA TERAPI C
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi berat)
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAk, teruskan
ke bawah.
Apakah saudara dapat
menggunakan cairan IV
secepatnya?
Ya
Umur
Tidak
Tida
k
Segera rujuk anak
untuk rehidrasi
melalui nasogastrik
atau intravena
Pemberian pertama
30 ml/kg dalam
Kemudian 70ml/kg
dalam
1 jam
5 jam
30 menit
2 jam
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat
tetesan intravena
Juga berikan oralit (5ml/KgBB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai lagi penderita menggunakan
tabel penilaian. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B, atauC)
untuk melanjutkan terapi.
Ya
Tid
ak
Apakah saudara dapat
menggunakan pipa
nasogastrik untuk
rehidrasi ?
Ya
Dukungan Nutrisi
Tetap diteruskan sesuai umur anak
Suplementasi zinc
Pemberian zinc
meskipun
Antibiotik Selektif
Indikasi
Demam
Tinja berdarah
Muntah berulang
Makan atau minum sedikit
Anak sangat haus
Diare makin sering
Belum membaik dalam 3 hari
S sonnei
S boydii
S flexneri
S dysenteriae tipe 1
Campylobacter jejuni
E coli enterovasif
E coli entero-hemoragik
Salmonella non tifoid
Entamoeba histolytica
Komplikasi
Perforasi usus
Megacolon toksik
Prolaps rektal
Kejang
Sepsis
Sindroma hemolitik uremik
Hiponatremia
Protein losing enteropathy
Penatalaksanaan Disentri
Pantau setelah 2 hari pengobatan :
demam, diare berkurang, darah dalam feses,
peningkatan nafsu makan
Membaik Teruskan selama 5 hari
Tidak
membaik hentikan pemberian
antibiotik sebelumnya dan berikan antibiotik
yang sensitif terhadap shigella berdasarkan
area
Jika kedua jenis antibiotika tersebut di atas
tidak memberikan perbaikan maka amati
kembali adanya penyulit atau penyebab selain
disentri
Kontrol
Tidak membaik atau bertambah berat
Panas tinggi
Kejang
Penurunan kesadaran
Tidak mau makan dan menjadi lemah
ya
Gizi buruk
tidak
Antimikroba
tidak
ya
Membaik 2 hari
tidak
Dehidrasi
ya
< 1 tahun
Campak 6 mg terakhir
tidak
Ganti anti mikroba
tidak
Membaik 2 hari
Rujuk ke RS
Lanjutkan pengobatan
Sampai 5 hari
Rujuk ke RS
ya
tidak
Rujuk ke RS
Atau berikan
pengobatan amubiasis
Lanjutkan pengobatan
sampai 5 hari
2. KEJANG
Kejang merupakan keadaan darurat dan
Pendahuluan
Efek jangka panjang
Definisi Kejang
Adalah manifestasi klinis dari lepas muatan
1.
Klonik
2.
3.
4.
Tonik
Myoklonik
Kejang neonatus
Jitteriness Vs Kejang
Manifestasi klinik
Jitteriness
Kejang
Peka rangsang
Bentuk gerakan
dominan
Tremor
klonik
Gerakan dapat
berhenti dengan
fleksi pasif
Perubahan fungsi
otonom
Perubahan pada
tanda vital
penurunan saturasi
oksigen
Jitterines.WMV
Spasme
Etiologi Kejang
Etiologi Kejang
Idiopatik
1.
2.
Sindrom Epilepsi
Etiologi Kejang
Etiologi
Awitan kejang
0-3 hari
HIE
Perd Intrakranial
Infeksi SSP
Frekuensi
+++
++
++
++
Malformasi otak
++
++
Hipoglikemi
Hipokalsemi
Kel Metabolik
Sindrom epilepsi
+
+
Buku ajar
Catatan
1,87mmol/L)
Hipoglikemia : kadar glukosa darah < 45 mg/dl (< 2,6
mmol/L )
Hiponatremia : kadar natrium < 120 mg/dl
Hipernatremia : kadar natrium > 150 mg/dl
terbanyak
Kejang biasanya terjadi dalam 24 jam setelah lahir dan
berhubungan dengan keadaan asfiksia pada bayi baru
lahir
Ada tiga derajat HIE
HIE derajat ringan : bayi tampak iritabel, lethargy
hiperaktif dan tonus otot meningkat
HIE derajat sedang : penurunan kesadaran, hipotonus,
kejang
HIE derajat berat : koma, tonus otot sangat nmenurun
dan tidak bereaksi terhadap rangsangan
Gangguan metabolik
Hipoglikemia
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik dan neurologi
3. Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
5.
Anamnesis
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kejang pada keluarga
Obat obatan yang diminum ibu
Riwayat infeksi antenatal dan
intrapartum
Asfiksia
Trauma kelahiran
Pengelolaan
Tujuan
Pengelolaan
Khusus
Terapi awal
Terapi
rumatan
Hipoglikemia
Hipokalsemia
Kalsium Glukonas
5% 4 ml/kg iv
Pyridoksin (Vit B6 )
50 -100 mg iv
Pengelolaan
Obat anti kejang
Terapi standart :
1.
2.
3.
Obat
Dosis awal
Dosis rumat
Phenitoin
15 -20 mg/kgBB IV
Kec max
1mg/kgBB/mnt
Midazolam
Phenobarbital
Bekerja pada reseptor
GABA
Waktu paruh 3-7 hari
Onset terapi 10-20
menit
Efek terapi 1-3 hari
Dosis 20 mg/kg BB,
max 600mg
Kec pemberian 1 mg/kg
Bb/menit
Efeksamping depresi
pernafasan
Sediaan 1ml=100mg
Phenitoin
Phenitoin
Midazolam
1. Onset 2-5 menit
2. Efek terapi 30 -60
3.
4.
5.
6.
menit
Waktu paruh 1,8
-6,4 jam
Dosis 0,2 mg /kgBB
Efek samping
depresi pernafasan
1ml= 5 mg, 1ml =
1mg
Prognosis
Penyebab
Normal (%)
HIE sedangberat
50
25
25
Bayi kurang
bulan
58
23
18
Meningitis
20
40
40
Malformasi
otak
60
40
Hipokalsemi
Hipoglikemi
50-100
50
50
Resusitasi
Diazepam 5-10 mg
Per-rektal max 2 kali
Jarak 5 menit
Prehospital
Hospital/
ED
Airway
Breathing
Circulation
0-10 min
10-20 min
atau
Midazolam 0.2 mg/kg/iv/im
atau
Lini pertama
ICU/ED
Note :
Tambahan
5-10 mg/kg/iv
Fenitoin 20 mg/kg/iv
(20 min/50 ml NS)
Fenobarbital 20 mg/kg/iv
(rate >10 min)
Lini
kedua
20-30
min
30-60
min
Lini
ketiga
ICU
Refrakter SE
64
3. KURANG ENERGI
PROTEIN
Pengertian KEP
Seseorang yang
kurang gizi yang
disebabkan oleh
rendahnya
komsumsi energi
dan protein dalam
makanan sehari
hari atau
gangguan penyakit
penyakit tertentu
Cara deteksi
KEP
Indikator
Kriteria KEP
Berdasarkan KMS
Kwashiorkor
Marasmus-Kwashiorkor
Gabungan dari marasmus
dan kwashiorkor
Marasmus
Wajah spt orang tua
Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis
Kwashiorkor
Hepatomegali
Edema
MARASMIC
KWASHIORKHOR
Infeksi
Prwtn anak
& bumil
Kemisinan, kurang
pendidikan, kurang
ketrampilan
Struktur
ekonomi
Yankes
Sebab Tidak
langsung
Sebab Dasar
Faktor kemiskinan
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Pengetahuan mengenai pemeliharaan
lingkungan yang sehat.
Penanganan KEP
1) pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena,
selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada
tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
2) komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia,
dehidrasi dan defiseiensi vitamin diberikan secara
bersamaan.
3) penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui
terapi tumbuh kembang anak.
4) penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi
kepada ibu karena sangat penting pada saat akan keluar
rumah sakit akan mempengaruhi keberhasilan
penanganan KEP di rumah.
Pencegahan KEP
mempertahankan status gizi anak yang sudah baik
tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi
di institusi kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas
Pembantu).
mengurangi resiko untuk mendapat penyakit,
mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang,
penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI.
memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang
sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi.
Lanjutan
.
Meningkatkan
status
ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan
segala sektor ekonomi masyarakat
(pertanian, perdagangan, dan lainlain).
4. INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT
(ISPA)
DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
SISTEM RESPIRASI
ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)
PARU-PARU
Types of Respiratory
Infections
Influenzae (Flu)
Pharyngitis
Otitis Externa
Otitis Media
Sinusitis
Laryngitis
Bronchitis
Bronchiliolitis
Pneumonia (infection
in alveoli)
EPIDEMIOLOGI
ISPA merupakan penyebab kematian terbesar
EPIDEMIOLOGI
Studi mortalitas pada Riskesdas 2007
EPIDEMIOLOGI
Program Pengendalian Penyakit ISPA membagi
EPIDEMIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit
Suhu tubuh
meningkat
Retraksi intercostal
Gambaran paru
abnormal
Pemeriksaan darah
abnormal
Patogenesis
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,
KLASIFIKASI ISPA
Di atas 5 th :
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh
KLASIFIKASI ISPA
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak
menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk
usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
PNEUMONIA
DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah inflamasi yang
PNEUMONIA
Gejala Gangguan
Respiratori
Batuk
Sesak napas
Retraksi dada
Takipnea
Napas cuping hidung
Air hunger
Merintih
Sianosis
Diagnosis
Predikator paling kuat pneumonia
o Takipnea
o Batuk
o Napas cuping hidung
o Retraksi
o Ronki
o Suara napas melemah
Klasifikasi Takipnea
Usia
Frekuensi
< 2 bulan
60 x/mnt
2 12 bulan
50 x/mnt
1 5 tahun
40 x/mnt
5-12 tahun
30 x/mnt
Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan
lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA.
5.MALARIA
Cara infeksi:
- Melalui gigitan nyamuk vektor
4 hr : P.m
STADIUM BERKERINGAT
Plasmodium
falciparum
ANEMIA BERAT
KEJANG-KEJANG
KOMA / PINGSAN
GAGAL GINJAL
6. DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD)
PENGERTIAN DBD
DBD merupakan salah satu penyakit
menular yang dapat menimbulkan
wabah. Penyakit ini merupakan salah
satu masalah kesehatan di Indonesia
yang dapat menimbulkan kekuatiran
karena perjalanan penyakitnya yang
cepat
dan
dapat
menyebabkan
kematian dalam waktu singkat.
PENYEBAB DBD
Penyebab DBD adalah virus dengue yang
sampai saat ini dikenal dengan 4 serotipe :
1. Dengue 1
2. Dengue 2
3. Dengue 3
4. Dengue 4
Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak
ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan
beberapa serotipe dapat terjadi.
PENULARAN DBD
PATWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Darah :
1. LPB positif.
2. Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)
3. Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan
indikator akan timbulnya rejatan.
4. Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
5. Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau
ketiga.
6. Masa perdarahan memanjang.
7. Protein rendah (hipoproteinemia)
8. Natrium rendah (hiponatremia)
9. SGOT/SGPT bisa meningkat
10.Astrup : Asidosis metabolic
KLASIFIKASI
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk
penyakit DBD, pencegahan utama demam berdarah terletak
pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk DBD.
Pemberantasan sarang nyamuk DBD adalah kegiatan
membrantas telur, jentik dan kepompong nyamuk DBD di
tempat-tempat pembiakannya.
PEMBERANTASAN
Cara Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu :
1.
2.
3.
seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak.
Menutup lubang pada potongan bambu / pohon dengan tanah.
Menaburkan bubuk Larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampung air.
Memasang kawat kasa.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
Menggunakan kelambu.
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
7. MENINGITIS
Definisi
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan
ETIOLOGI
Bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh:
Hemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae dan
Neisseria meningitidis.
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur:
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta
hemolitikus, Listeria monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza,
meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus,
Pneumococcus,
PATOGENESIS
Jenis Meningitis :
Viral meningitis
Bakteri meningitis
Meningitis jamur
Lanjutan...
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
Manifestasi Klinis
Meningitis
Anak dan Remaja
Demam
Mengigil
Sakit kepala
Muntah
Perubahan pada sensorium
Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
Peka rangsang
Agitasi
Bayi dan Anak Kecil
Demam
Muntah
Peka rangsang yang nyata
Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
Fontanel menonjol.
Tanda Klinik
Jenis meningitis
Glukosa
protein
Sel
Bakteri akut
Rendah
tinggi
PMNs,
sering> 300/mm
Virus akut
Normal
mononuklear
<300/mm
Berkenaan dgn
penyakit TBC
Rendah
tinggi
mononuklear dan
PMNs, <300/mm
Jamur
Rendah
tinggi
<300/mm
Ganas
Rendah
tinggi
biasanya
mononuklear
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Tujuan terapi
Menghilangkan
infeksi
dengan
menurunkan tanda-tanda dan gejala
Mencegah
kerusakan
neurologik
seperti kejang, tuli, koma, dan
kematian
Terapi Meningitis
Terapi meningitis bacterial
terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus
sawar darah otak, contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan
quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan
hasil kultur.
Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta
unit diberikan secara intravena setiap 2 jam.
Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta
unit/hari, anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 juta unit/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk
anak-anak.
Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin, dapat diberikan
sampai 5 hari bebas panas.
Terapi meningitis TB
diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian penurunan
dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison
keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.
Terapi meningitis viral
diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam, dosis
pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam
diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis
herpetic meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
Terapi meningitis jamur
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan :
Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus
Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan amfoterisin B
dan kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada amfoterisin B,
dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin
B dipakai.
Terapi suportive
memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan
oksigenasi
Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit
diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan
dipertahankan pada dosis yang cukup untuk memperpanjang
clotting time dan partial thromboplastin time menjadi 2 atau 3
kali harga normal.
Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya
Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau salisilat
10 mg/kg/dosis
Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, tetapi hanya bila didapatkan tanda awal dari
impending herniasi.
Monitoring
Tekanan darah
Glukosa
Respirasi
RR dan HR
Volume output urin
8. CAMPAK (MORBILI)
adalah penyakit infeksi virus akut
Menular
Penularan terjadi secara droplet dan kontak
MORBILI (CAMPAK)
Skin rash
(maculopapular
rash) appeared
when body
temperature
reached the
highest level
Komplikasi Campak
Otitis media akut
Ensefalitis
Pneumonia
Diare
Stomatitis
Infeksi mata dan kebutaan
TERAPI CAMPAK
1. Pengobatan bersifat simptomatik
9. VARISELA
Varicella ("cacar air") merupakan penyakit yang sangat
menular
Disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang merupakan
bagian dari keluarga virus herpes.
Meskipun tergolong penyakit ringan, namun dapat
menyebabkan akibat yang serius terhadap bayi, orang
dewasa dan wanita hamil
Banyak negara yang kini melakukan vaksinasi rutin
terhadap anak-anak untuk mencegah cacar air
Penularan Varisela
Cacar air sangat cepat menular
Menyebar dari orang satu ke orang lain melalui kontak
daerah wajah, punggung, dada, lengan dan kaki. Bintik merah ini akan
menjadi bisul kecil berisi cairan, kemudian pecah dan mengeras,
kadang diikuti dengan rasa gatal. Bintik merah berisi cairan ini akan
timbul selama 5-7 hari.
Komplikasi Varisela
Meskipun bagi anak-anak penyakit ini tergolong
Penatalaksanaan Varisela
Varisela sebenarnya bisa sembuh sendiri
Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgesik
antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
Penderita
MEKANISME PENULARAN
Seorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan DBD, virus ini berada dalam darah selama 4 7 hari. Bila penderita DBD
digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam
lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1
minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap menularkan
kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya dan menjadi penular (Infektif).