Anda di halaman 1dari 177

MASALAH YANG LAZIM

TERJADI PADA
NEONATUS, BAYI, BALITA
DAN ANAK PRASEKOLAH

dr.NOOR HARTINI

POKOK BAHASAN
1. Diare
2. Kejang
3. Gizi buruk
4. Infeksi saluran

pernafasan
5. malaria

6. Demam Berdarah
7. Meningitis
8. Campak
9. Varisela

1. DIARE

Diare masalah kesehatan masyarakat

di negara berkembang dan negara maju


Diare di Indonesia penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun

1. DIARE
Perubahan frekuensi dan konsistensi tinja
Diare Cair Akut
BAB

lembek atau cair / berupa air saja, frekuensi > 3X


atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan < 14
hari
Pada 0-2 bulan dengan ASI eksklusif, frekuensi BAB
bisa mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja yang lunak,
sering berbiji-biji, dan berbau asam

Disentri
Diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah, terlihat
secara kasat mata

Etiologi
Diare cair akut
20%-80%

anak di dunia rotavirus


Penelitian di 6 rumah sakit (Indonesia) 55%
kasus diare akut pada balita rotavirus

Disentri
WHO

sebagian besar Shigella


Penelitian di 6 rumah sakit (Indonesia)
Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni,
Escherichia coli (E. coli) dan Entamoeba
histolytica

DIAGNOSIS
Tentukan
Persistensinya
lebih dari14 hari?
Etiologi

ada darah?
Dibedakan :
dengan dehidrasi
tanpa dehidrasi

1. DIARE
Tanda dehidrasi :
mata dan ubun ubun cekung
anak rewel, gelisah
kencing berkurang
kelembapan kulit berkurang
Turgor kulit lambat kembali

Menentukan Derajat Dehidrasi

1. Diare
Tanpa dehidrasi :
Tetap

dirawat Bidan
Minum ASI teruskan
Minum cairan Rehidrasi oral
Dengan dehidrasi sedang berat
Harus dirujuk
Sambil dirujuk, tetap diberi ASI/ ASI peras
Minum Cairan Rehidrasi oral

Lima Lintas Tatalaksana Diare

Rehidrasi
Sesuai derajat dehidrasi
Tanpa dehidrasi rencana terapi A
Dengan dehidrasi tak berat rencana
terapi B
Dengan dehidrasi berat
rencana
terapi C

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
Teruskan mengobati anak diare di rumah
Berikan terapi awal bila terkena diare
MENERANGKAN EMPAT CARA TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA
BIASANYA UNTUK MENCEGAH DEHIDRASI
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti
oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau
tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak,
seperti dijelaskan dalam kotak di bawah (Catatan: jika anak
berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat
lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan
cair).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah
larutan oralit seperti di bawah.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:

2.

BERI TABLET ZINC


Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet)
per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per
hari
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut,
meskipun anak telah sembuh dari diare.
Cara pemberian tablet zinc:
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan
air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak
yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau
dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Tunjukkan cara penggunaan tablet zinc kepada

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
3.
BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG
GIZI
Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang
biasa diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan atau
belum mendapat makanan padat, dapat diberikan
susu.
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat
makanan padat:
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacangkacangan, sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau
2 senclok teh minyak sayur tiap porsi.
Berikan sari buah atau pisang halus untuk
menambahkan kalium.
Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau
tumbuk makanan dengan balk.

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare tanpa dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU:
4.
BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA
ANAK TIDAK MEMBAIK
DALAM 3 HARI ATAU
MENDERITA SEBAGAI BERIKUT :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
* ANAK HARUS DIBERI ORALIT DI RUMAH APABILA:
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C.
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila
diare memburuk.
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare
yang datang ke petugas kesehatan merupakan

JIKA AKAN DIBERIKAN LARUTAN ORALIT DI RUMAH,


MAKA PERLU DIPERLUKAN ORALIT DENGAN FORMULA BARU
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi
sebagai berikut:
Natrium
: 75 mmol/L
Klorida
: 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous
: 75 mmol/L
Kalium
: 20 mmol/L
Sitrat
: 10 mmol/L
Total Osmolaritas
: 245 mmol/L
KETENTUAN PEMBERIAN ORALIT FORMULA BARU:
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Larutkan 1 bungkus orallt formula baru dalam 1 liter air matang,
untuk persediaan 24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun: berikan 50 sampai
100 ml tiap kali buang air besar.
Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih: berikan 100 sampai
200 ml tiap kali buang air besar.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih
tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.

TUNJUKKAN KEPADA IBU CARA


MEMBERIKAN ORALIT

Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk


anak dibawah umur 2 tahun.
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak
yang lebih tua.
Bila anak muntah, tunggulah 10 menit.
Kemudian berikan cairan lebih lama (misalnya
satu sendok tiap 2-3 menit).
Bila diare berlanjut setelah oralit habis,
beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan dalam cara pertama atau
kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.

RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang)
Pada dehidrasi ringan-sedang, cairan rehidrasi oral
diberikan dengan pemantauan yang dilakukan di
Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam.
Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan
selama 4 jam pertama

RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang)
Jika anak minta minum lagi, berikan.

Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan


rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan
kembali rehidrasi oral pelan-pelan
o Lanjutkan ASI kapanpun anak meminta
Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak
o Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan
terapi
o Mulai beri makan anak di klinik
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam
terapi 3 jam di rumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam Rencana Terapi A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk
mengobati anak di rumah

RENCANA TERAPI C
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(penderita diare dengan dehidrasi berat)
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAk, teruskan
ke bawah.
Apakah saudara dapat
menggunakan cairan IV
secepatnya?

Ya

Umur

Tidak

Apakah ada terapi IV


terdekat (dalam 30 menit)?

Tida
k
Segera rujuk anak
untuk rehidrasi
melalui nasogastrik
atau intravena

Pemberian pertama
30 ml/kg dalam

Kemudian 70ml/kg
dalam

Bayi < 1 tahun

1 jam

5 jam

Anak 1-5 tahun

30 menit

2 jam

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat
tetesan intravena
Juga berikan oralit (5ml/KgBB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai lagi penderita menggunakan
tabel penilaian. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B, atauC)
untuk melanjutkan terapi.

Ya

Tid
ak
Apakah saudara dapat
menggunakan pipa
nasogastrik untuk
rehidrasi ?

Mulai diberi cairan IV (intravena) segera. Bila penderita bisa minum,


berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100ml/kgBB cairan Ringer
Laktat (atau cairan normal salin, atau ringer asetat bila ringer laktat tidak
tersedia), sebagai berikut :

Ya

Kirim penderita untuk terapi intrevena


Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara
memberikannya selama perjalanan
Mulai rehidrasi mulut dengan oralit melalui pipa
nasogastrik atas mulut. Berikan 20 ml/kg/jam selama 6
jam (total 120 ml/kg)
Nilailah penderita tiap 1-2jam :
oBila muntah atau perut kembung berikan cairan
pelan-pelan
oBila tehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk
penderita untuk terapi intravena
Catatan : 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana
Setelah
o Bila mungkin,
amati penderita sedikitnya 6 jam setelah
terapi
yang sesuai

rehidrasi untuk memastikan


bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang
dengan memberi oralit
o Bila umur anak diatas 2 yahn dan kolera baru saja berjangkit
di daerah saudara,

Dukungan Nutrisi
Tetap diteruskan sesuai umur anak

menu sama pada anak sehat


ASI tetap diteruskan frekuensi lebih
sering dari biasanya
Tujuan mencegah gizi buruk
Adanya perbaikan nafsu makan fase
kesembuhan

Suplementasi zinc
Pemberian zinc

Mengurangi lama dan beratnya diare


Mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan
Mengembalikan nafsu makan anak
Dosis zinc untuk anak

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per


hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Diberikan selama 10-14 hari berturut-turut

anak sudah sembuh dari diare

meskipun

Zinc berperan sebagai :


Antioksidan
Penguat sistem imun
Aktivasi limfosit T
Menjaga keutuhan epitel usus

Antibiotik Selektif
Indikasi

Diare berdarah (disentri) dan kolera

Nasihat Kepada Orang Tua


Kembali segera jika

Demam
Tinja berdarah
Muntah berulang
Makan atau minum sedikit
Anak sangat haus
Diare makin sering
Belum membaik dalam 3 hari

Etiologi disentri karena


Infeksi

S sonnei
S boydii
S flexneri
S dysenteriae tipe 1
Campylobacter jejuni
E coli enterovasif
E coli entero-hemoragik
Salmonella non tifoid
Entamoeba histolytica

Etiologi Disentri Non infeksi


Alergi susu sapi
Intususepsi
Def vit K
Henoch-Schnlein Purpura
Kolitis ulserativa
Penyakit Crohns
NEC

Manifestasi klinis Disentri


Darah dalam tinja
Demam
Nyeri perut
Nyeri pada rektum
Tenesmus

Komplikasi
Perforasi usus
Megacolon toksik
Prolaps rektal
Kejang
Sepsis
Sindroma hemolitik uremik
Hiponatremia
Protein losing enteropathy

Penatalaksanaan Disentri
Pantau setelah 2 hari pengobatan :
demam, diare berkurang, darah dalam feses,
peningkatan nafsu makan
Membaik Teruskan selama 5 hari
Tidak
membaik hentikan pemberian
antibiotik sebelumnya dan berikan antibiotik
yang sensitif terhadap shigella berdasarkan
area
Jika kedua jenis antibiotika tersebut di atas
tidak memberikan perbaikan maka amati
kembali adanya penyulit atau penyebab selain
disentri

Kontrol
Tidak membaik atau bertambah berat
Panas tinggi
Kejang
Penurunan kesadaran
Tidak mau makan dan menjadi lemah

ya
Gizi buruk
tidak
Antimikroba
tidak
ya
Membaik 2 hari
tidak
Dehidrasi
ya
< 1 tahun
Campak 6 mg terakhir
tidak
Ganti anti mikroba
tidak
Membaik 2 hari

Rujuk ke RS

Lanjutkan pengobatan
Sampai 5 hari
Rujuk ke RS

ya

tidak
Rujuk ke RS
Atau berikan
pengobatan amubiasis

Lanjutkan pengobatan
sampai 5 hari

2. KEJANG
Kejang merupakan keadaan darurat dan

merupakan tanda atau gejala kelainan


pada otak
Keadaan anatomi dan fungsi otak pada masa
neonatus masih dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan
Bangkitan kejang pada bayi baru lahir
sangat sulit dikenal.
Manifestasi klinis sangat bervariasi , sulit
dibedakan dengan gerakan bayi normal

Pendahuluan
Efek jangka panjang

Nilai ambang kejang turun


Gangguan belajar dan memori
Angka kejadian 2,6/1000 kelahiran
hidup bayi aterm
Angka kejadian 30-130/ 1000 kelahiran
hidup bayi preterm.

Definisi Kejang
Adalah manifestasi klinis dari lepas muatan

listrik berlebihan dari selsel neuron di otak


yang terganggu fungsinya
Gangguan tersebut bisa disebabkan oleh
kelainan fisiologis,anatomis,biokimia atau
gabungan dari ketiga kelainan tersebut.
Kejang dapat terjadi akibat adanya
depolarisasi (penurunan muatan negatif
dari keadaan potensial istirahat)

Tipe kejang pada neonatus


Subtle ( tersamar, tidak terlihat )

1.

Klonik

2.

3.
4.

Pergerakan muka,mulut, lidah


menyeringai,menghisap,mengunyah,menelan,mengua
p
Pergerakan bola mata
Kedip kedip, deviasi bola mata
Pergerakan anggota gerak
Mengayuh,berenang, melangkah
Manifestasi pernafasan
Apne,
Fokal atau multifokal

Tonik
Myoklonik

Kejang neonatus

s emua ada xvid.avi

Kejang VS Bukan Kejang

Jitteriness Vs Kejang
Manifestasi klinik

Jitteriness

Kejang

Gerakan bola mata

Peka rangsang

Bentuk gerakan
dominan

Tremor

klonik

Gerakan dapat
berhenti dengan
fleksi pasif

Perubahan fungsi
otonom

Perubahan pada
tanda vital
penurunan saturasi
oksigen

Jitterines.WMV

Spasme

Kontraksi otot yang tidak terkendali detik - menit


Dipicu sentuhan, suara dan cahaya
Bayi tetap sadar
Trismus
Opistotonus
Gerakan tangan seperti mengepal atau meninju

IDAI (UKK perinatologi) ,


Bk panduan manajemen masalah
BBLuntuk dokter,bidan, perawat RS

Etiologi Kejang

Kelainan pada SSP


1.
2.
3.
4.

Asfiksia : HIE ( Hypoxic Ischemic Encephalopathy )


Trauma : Perdarahan
Infeksi
: Meningitis, ensefalitis
Kelainan Bawaan : Malformasi otak

Kelainan Sistemik yang berpengaruh pada SSP


1.
2.
3.
4.
5.

Gangguan Metabolik (glukosa,Calsium,Natrium,Mg)


Kelainan metabolisme ( inborn error of metabolism )
Kelainan yang berhubungan dengan obat (putus obat)
Hiperbilirubinemia ( Kern Ikterus)
Infeksi : TORCH, Sepsis

Etiologi Kejang

Idiopatik
1.
2.

Benign Familial neonatal


The Fifth Day Fit

Sindrom Epilepsi

Etiologi Kejang
Etiologi

Awitan kejang
0-3 hari

HIE

Perd Intrakranial

Infeksi SSP

Frekuensi

> 3 hari Preterm


Aterm
+++

+++

++

++

++

Malformasi otak

++

++

Hipoglikemi

Hipokalsemi

Kel Metabolik

Sindrom epilepsi

+
+

Buku ajar

Catatan

Hipokalsemia : kadar calcium < 7,5 mg/dl (<

1,87mmol/L)
Hipoglikemia : kadar glukosa darah < 45 mg/dl (< 2,6
mmol/L )
Hiponatremia : kadar natrium < 120 mg/dl
Hipernatremia : kadar natrium > 150 mg/dl

Hypoxic Ischemic encephalopathy


Merupakan penyebab kejang pada bayi baru lahir yang

terbanyak
Kejang biasanya terjadi dalam 24 jam setelah lahir dan
berhubungan dengan keadaan asfiksia pada bayi baru
lahir
Ada tiga derajat HIE
HIE derajat ringan : bayi tampak iritabel, lethargy
hiperaktif dan tonus otot meningkat
HIE derajat sedang : penurunan kesadaran, hipotonus,
kejang
HIE derajat berat : koma, tonus otot sangat nmenurun
dan tidak bereaksi terhadap rangsangan

Infeksi susunan syaraf pusat


Meningitis

Biasanya terjadi pada minggu pertama setelah lahir


Penyebab terbanyak adalah Streptokokus group B, E.
Coli, kuman gram negatif
Kurang lebih 25% bayi dengan sepsis berkembang
menjadi meningitis
Ensefalitis
Herpes Simplek dan enterovirus
Infeksi kongenital : toxoplasma dan Cytomegalovirus.

Gangguan metabolik
Hipoglikemia

Banyak terjadi pada bayi lahir dengan ibu


menderita diabetes, bayi berat badan lahir
rendah
Dapat juga terjadi pada bayi dengan asfiksia
atau menderita infeksi
Hipokalsemia
banyak terjadi pada bayi dengan asfiksia,
bayi prematur dan gangguan endokrin

Perdarahan intra kranial


Perdarahan subarakhnoid

Terjadi karena robekan vena akibat partus lama


UUB membonjol, tangis bayi melengking
Perdarahan Intraventrikuler
Bayi dengan asfiksia, trauma kepala
Perdarahan subdural
Terjadi karena robekan tentorium di dekat falk serebri
Penyebab
Trauma kepala, gangguan pembekuan darah (def vit K )
asfiksia
Pemeriksaan Penunjang : CT Scan Kepala

Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik dan neurologi
3. Pemeriksaan penunjang

1.
2.
3.
4.
5.

Darah, elektrolit dan metabolik


Pungsi lumbal
Skreening sepsis ; kultur darah; TORCH
USG kepala /CT scan kepala
EEG

Anamnesis
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kejang pada keluarga
Obat obatan yang diminum ibu
Riwayat infeksi antenatal dan

intrapartum
Asfiksia
Trauma kelahiran

Pemeriksaan Fisik dan neurologis


Tanda vital
Tingkat kesadaran
Lingkar kepala, UUB
Pemeriksaan fisik lengkap
Pemeriksaan Syaraf kranial
Refleks primitif
Tonus otot, kekuatan otot

Pengelolaan
Tujuan

Menghentikan kejang dan mencegah berulangnya


kejang
Mencari dan mengobati penyebab kejang
Menghindari seminimal mungkin kerusakan otak
Mencegah komplikasi
Umum
Pertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
sistemik baik
Oksigenasi adekuat
Pemasangan akses vena
Pada kejang yang sering, pemberian minum dihentikan
Koreksi kelainan yang ada ; hipoglikemia, hipokalsemia

Pengelolaan
Khusus
Terapi awal

Terapi
rumatan

Hipoglikemia

Glukose 10% 2ml/kg Glukose 10 %


bb iv
8 mg/kg BB

Hipokalsemia

Kalsium Glukonas
5% 4 ml/kg iv

Pyridoksin (Vit B6 )

50 -100 mg iv

Pengelolaan
Obat anti kejang
Terapi standart :
1.
2.
3.

Lini pertama : Phenobarbital


Lini kedua : Phenitoin
Lini ketiga : Midazolam

Dosis obat anti kejang

Obat

Dosis awal

Dosis rumat

Phenobarbita 20-40 mg/kg BB IV


l
Kec IV 12mg/kgBB/mnt

3-4 mg/kgBB/hr IM,po


12 jam stlh dosis awal

Phenitoin

15 -20 mg/kgBB IV
Kec max
1mg/kgBB/mnt

3-4 mg/kg BB/hr IV.po

Midazolam

0,15- 0,2 mg/kgBB IV

0,1 0,4 mg/kg BB/ jam IV

Phenobarbital
Bekerja pada reseptor
GABA
Waktu paruh 3-7 hari
Onset terapi 10-20
menit
Efek terapi 1-3 hari
Dosis 20 mg/kg BB,
max 600mg
Kec pemberian 1 mg/kg
Bb/menit
Efeksamping depresi
pernafasan
Sediaan 1ml=100mg

Phenitoin

Phenitoin

Memblok pintu kanal


natrium
Onset 10-30 menit
Efek terapi 12-24 jam
Waktu paruh 24 jam
Dosis 20mg/kg bb, max
1000mg
Kec pemberian 1
mg/kgbb/menit
Efek samping hipotensi
Sediaan 1ml = 50 mg
Pengenceran dengan
menggunakan Na Cl

Midazolam
1. Onset 2-5 menit
2. Efek terapi 30 -60
3.
4.
5.
6.

menit
Waktu paruh 1,8
-6,4 jam
Dosis 0,2 mg /kgBB
Efek samping
depresi pernafasan
1ml= 5 mg, 1ml =
1mg

ALUR PENATALAKSANAAN KEJANG PADA NEONATUS


(1)

Bayi baru lahir dengan Kejang


1. Tentukan tipe dan karakteristik kejang
2. Pastikan jalan nafas, pernafasan , sirkulasi sistemik dan
temperatur baik
3. Beri Oksigen
4. Cari akses vena dan ambil sampel darah dan periksa
kadar gula drah, kalsium, magnesium, natrium, kalium,
analisa gas darah, dhematulogi lengkap, skreening
sepsis.
Jika Hipoglikemia Obati
Jika hipokalsemia Obati
5. Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Prognosis

( Rennie JM 2005,Hans Js, Olson2004 )

Penyebab

Meninggal (%) Cacat (%)

Normal (%)

HIE sedangberat

50

25

25

Bayi kurang
bulan

58

23

18

Meningitis

20

40

40

Malformasi
otak

60

40

Hipokalsemi
Hipoglikemi

50-100
50

50

Prinsip tatalaksana status epileptikus


pada bayi dan anak
1. Resusitasi
2.Penghentian kejang
3.Mencegah kejang berulang : terapi
rumatan
4.Investigasi etiologi

Rosenow F. Epileptic Disord 2002


Sirven JI. Am Fam Physician 2003

Resusitasi

Diazepam 5-10 mg
Per-rektal max 2 kali
Jarak 5 menit

Prehospital

Hospital/
ED

Airway
Breathing
Circulation

Diazepam 0.25-0.5 mg/kg/iv /io


(kec 2 mg/min, dosis maks 10 mg)

0-10 min

10-20 min

atau
Midazolam 0.2 mg/kg/iv/im

atau

Lini pertama

Lorazepam 0.5-0.1 mg/kg/iv/


(rate < 2 mg/min)

ICU/ED

Note :
Tambahan
5-10 mg/kg/iv

Fenitoin 20 mg/kg/iv
(20 min/50 ml NS)

Fenobarbital 20 mg/kg/iv
(rate >10 min)

Lini
kedua
20-30
min
30-60
min
Lini
ketiga

ICU

Refrakter SE
64

Kesepakatan UKK Neurologi 2011

3. KURANG ENERGI
PROTEIN

Pengertian KEP

Seseorang yang
kurang gizi yang
disebabkan oleh
rendahnya
komsumsi energi
dan protein dalam
makanan sehari
hari atau
gangguan penyakit
penyakit tertentu

Cara deteksi
KEP

KEP dapat dideteksi


dengan cara
antropometri yaitu
mengukur BB dan
umur yang
dibandingkan
dengan indeks BB
untuk standar WHONCHS sebagaimana
tercantum dalam
KMS

Indikator

Kriteria KEP
Berdasarkan KMS

Manifestasi KEP klinis (WHO,2000):

Marasmus : Terjadi bila gizi utama yang kurang


adalah kalori atau karbohidrat
Kwasiorkor : terjadi bila gizi utama yang kurang
adalah protein
Marasmus Kwasiorkor : akibat kekurangan
energi dan protein, dimana gambaran klinisnya
merupakan gabungan dari kedua kelainan tersebut

Gejala Klinis KEP Berat


Marasmus
Sangat kurus, tampak
tulang terbungkus kulit

Kwashiorkor

Edema yang dapat terjadi


di seluruh tubuh
wajah sembab dan
Wajah seperti orang tua
membulat
cengeng dan rewel
Mata sayu
Rambut tipis, kemerahan
Kulit keriput
seperti rambut jagung,
mudah dicabut dan rontok
Jaringan lemak sumkutan Cengeng, rewel dan apatis
minimal/tidak ada
Pembesaran hati, otot
mengecil (hipotrofi),
bercak merah ke coklatan
Sering disertai diare kronik di kulit dan mudah
dan penyakit kronik
terkelupas (crazy pavement
,tekanan darah dan jantung dermatosis)
serta pernafasan kurang.
Sering disertai penyakit
infeksi terutama akut, diare
dan anemia.

Marasmus-Kwashiorkor
Gabungan dari marasmus
dan kwashiorkor

Marasmus
Wajah spt orang tua

Rambut masih hitam

Iga gambang, sangat kurus

Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis

Kwashiorkor

Hepatomegali

Edema

MARASMIC
KWASHIORKHOR

Gejala klinis KEP ringan


Pertumbuhan mengurang atau berhenti
BB berkurang, terhenti bahkan turun
Ukuran lingkar lengan menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi normal atau
menurun
Tebal lipat kulit normal atau menurun
Aktivitas dan perhatian kurang
Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

Faktor Penyebab Masalah


KEP
Malnutrisi
Asupan makanan
Persediaa
n
mkn di RT

Infeksi
Prwtn anak
& bumil

Kemisinan, kurang
pendidikan, kurang
ketrampilan
Struktur
ekonomi

Yankes

Sebab Tidak
langsung
Sebab Dasar

Pada umumnya KEP, disebabkan oleh :

Faktor kemiskinan
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Pengetahuan mengenai pemeliharaan
lingkungan yang sehat.

EPIDEMIOLOGI KURANG ENERGI PROTEIN

Masalah KEP di Sulawesi Selatan masih menjadi masalah gizi utama


yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Hasil Survei
Gizi Mikro tingkat Sulawesi Selatan Tahun 2011 menunjukkan balita
yang menderita gizi kurang 24,4% dan gizi buruk 9,6% (Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2011). Data dasar kegiatan
TGP (Tenaga Gizi Pendamping) tahun 2006 menunjukkan bahwa
balita yang menderita gizi kurang sebanyak 18,8% dan gizi buruk
9,7% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2006 b). Jumlah
balita yang menderita KEP di Kecamatan Mangarabombang Takalar
tahun 2006 mencapai 33,7%, yaitu gizi buruk 12,5% dan gizi kurang
22,2% (Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2006).

Kriteria Gizi Kesmas

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)


BB/U : > 80% dari median baku digolongkan sebagai
underweight.

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


TB/U: < 90% digolongkan sebagai stunted/ pendek.

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


BB/TB: < 80% dari median baku digolongkan sebagai wasted/
kurus

4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)


LL/U : < 70% digolongkan gizi buruk

Penanganan KEP
1) pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena,
selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada
tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
2) komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia,
dehidrasi dan defiseiensi vitamin diberikan secara
bersamaan.
3) penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui
terapi tumbuh kembang anak.
4) penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi
kepada ibu karena sangat penting pada saat akan keluar
rumah sakit akan mempengaruhi keberhasilan
penanganan KEP di rumah.

Tatalaksana KEP berat


1.Pengobatan dan pencegahan
hipoglikemia
2.Pengobatan dan pencegahan hipotermia
3.Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
4.Koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit

Tatalaksana KEP berat


5.Pengobatan dan pencegahan infeksi
6.Mulai pemberian makan
7.Masa tumbuh kejar
8.Koreksi defisiensi mikro nutrient
9.Berikan stimulasi sensorik dan dukungan
emosional
10.Tindak lanjut di rumah

Tata laksana diet pada


KEP
1.Kebutuhan energi dari 100-200 kalori per
Kg BB/hari
2.Kebutuhan protein 1 6 gr per kg BB/hari
3.Pemberian suplementasi vitamin dan
mineral
4.Cara pemberian disesuaikan kemampuan
penderita
5.Porsi kecil tapi sering
6.ASI tetap diteruskan
7.Bentuk makanan disesuaikan kemampuan

Pencegahan KEP
mempertahankan status gizi anak yang sudah baik
tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi
di institusi kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas
Pembantu).
mengurangi resiko untuk mendapat penyakit,
mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang,
penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI.
memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang
sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi.

Lanjutan
.

Merehabilitasi anak yang menderita

KEP pada fase awal/BGM.

Meningkatkan peran serta masyarakat

dalam program keluarga berencana.

Meningkatkan

status
ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan
segala sektor ekonomi masyarakat
(pertanian, perdagangan, dan lainlain).

4. INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT
(ISPA)

DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

merupakan penyakit yang sering dijumpai


dengan manifestasi ringan sampai berat.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah
ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA
berat, dapat menjadi pneumonia.

SISTEM RESPIRASI

ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)

PARU-PARU

Types of Respiratory
Infections
Influenzae (Flu)
Pharyngitis
Otitis Externa
Otitis Media
Sinusitis
Laryngitis

Bronchitis
Bronchiliolitis
Pneumonia (infection

in alveoli)

Laryngotracheobronchitis (croup disease)

EPIDEMIOLOGI
ISPA merupakan penyebab kematian terbesar

baik pada bayi maupun pada anak balita


survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005
di 10 provinsi, diketahui bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia, yaitu sebesar 22,30% dari seluruh
kematian bayi.
Survei yang sama juga menunjukkan bahwa
pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada anak balita yaitu sebesar 23,60%.

EPIDEMIOLOGI
Studi mortalitas pada Riskesdas 2007

menunjukkan bahwa proporsi kematian


pada bayi (post neonatal) karena
pneumonia sebesar 23,8% dan pada
anak balita sebesar 15,5%.

EPIDEMIOLOGI
Program Pengendalian Penyakit ISPA membagi

penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu


Pneumonia dan bukan Pneumonia.
Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu Pneumonia berat dan
Pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan
Pneumonia.

EPIDEMIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit

jalan napas bagian atas ini ialah virus


dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Pneumonia = ISPA, sehingga angka
penemuan kasus pneumonia
menggambarkan penatalaksanaan
kasus ISPA.

Gejala & Tanda Umum


Demam
Sakit kepala
Nyeri tenggorokan
Hidung buntu, pilek
Batuk
Nafas cepat & dalam

Suhu tubuh

meningkat
Retraksi intercostal
Gambaran paru
abnormal
Pemeriksaan darah
abnormal

Patogenesis
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,

udara pernapasan yang mengandung kuman yang


terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi
pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan
yang tidak hygienis.
Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk
penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya
atau berlebihannya pemakaian antibiotik

KLASIFIKASI ISPA
Di atas 5 th :
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh

adanya tarikan dinding dada kedalam (chest


indrawing), stridor dan nafas cepat
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis
oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia

KLASIFIKASI ISPA
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak
menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk
usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

PNEUMONIA

DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah inflamasi yang

mengenai parenkim paru


Sebagian besar disebabkan oleh

mikroorganisme (virus/bakteri) dan


sebagian kecil disebabkan oleh faktor
lain

PNEUMONIA

Gejala Infeksi Umum


Demam
Sakit kepala
Gelisah
Malaise
Penurunan napsu makan
Keluhan gastrointestinal seperti mual,

muntah, atau diare

Gejala Gangguan
Respiratori
Batuk
Sesak napas
Retraksi dada
Takipnea
Napas cuping hidung
Air hunger
Merintih
Sianosis

Pneumonia Pada Neonatus dan


Bayi Kecil
Sering terjadi akibat transmisi vertikal

ibu-anak yang berhubungan dengan


proses persalinan
Infeksi terjadi akibat kontaminasi

dengan sumber infeksi dari ibu,


misalnya melalui aspirasi mekonium,
cairan amnion, atau dari serviks ibu.

Pneumonia Pada Neonatus dan


Bayi Kecil
Serangan apnea
Sianosis
Merintih
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam

Pneumonia Pada Neonatus dan


Bayi Kecil
Angka mortalitas sangat tinggi di

negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%


Angka kematian di Indonesia dan di
negara berkembang lainnya diduga
lebih tinggi

Diagnosis
Predikator paling kuat pneumonia

adalah demam, sianosis, dan lebih dari


satu gejala respiratori sebagai berikut :

o Takipnea
o Batuk
o Napas cuping hidung
o Retraksi
o Ronki
o Suara napas melemah

Klasifikasi Takipnea
Usia

Frekuensi

< 2 bulan

60 x/mnt

2 12 bulan

50 x/mnt

1 5 tahun

40 x/mnt

5-12 tahun

30 x/mnt

Pedoman Diagnosis dan Tata


Laksana Untuk Pelayanan
Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan
lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA.

5.MALARIA

Parasit penyebab malaria


(Plasmodium) :
Plasmodium falciparum (malaria
tropika)
Plasmodium vivax (malaria
tertiana)
Plasmodium malarie (malaria
kuartana)
Plasmodium ovale (jarang,
Indonesia Timur, Afrika )

Infeksi malaria secara


alami:
melalui gigitan
nyamuk Anopheles
betina

Cara infeksi:
- Melalui gigitan nyamuk vektor

(Anopheles betina yang mengandung


sporozoit)
- Infeksi intra uterin (malaria kongenital)
- Transfusi
- Menggunakan jarum suntik yang
terkontaminasi dengan Plasmodium

Gejala Klinis Malaria


MASA INKUBASI
P.falciparum : 12 hr
P.vivax / P. ovale : 13 17 hr
P. malariae : 28 30 hr
STADIUM DINGIN
15 Mnt 1 JAM
STADIUM DEMAM
SUHU MENINGKAT SP 42C / LEBIH
2 4 JAM, KRN SKIZON PECAH
PERIODE TIAP 3 hr : P.f, P.v & P. o

4 hr : P.m
STADIUM BERKERINGAT

Gejala Malaria Berat


Biasanya karena

Plasmodium
falciparum
ANEMIA BERAT
KEJANG-KEJANG
KOMA / PINGSAN
GAGAL GINJAL

6. DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD)

PENGERTIAN DBD
DBD merupakan salah satu penyakit
menular yang dapat menimbulkan
wabah. Penyakit ini merupakan salah
satu masalah kesehatan di Indonesia
yang dapat menimbulkan kekuatiran
karena perjalanan penyakitnya yang
cepat
dan
dapat
menyebabkan
kematian dalam waktu singkat.

PENYEBAB DBD
Penyebab DBD adalah virus dengue yang
sampai saat ini dikenal dengan 4 serotipe :

1. Dengue 1
2. Dengue 2
3. Dengue 3
4. Dengue 4
Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak
ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan
beberapa serotipe dapat terjadi.

PENULARAN DBD

Penularan DBD umumya melalui gigitan


nyamuk Aedes Aegypti. Meskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang
biasanya hidup di kebun-kebun.

DBD pada umumnya menyerang anak-anak 15 Tahun,


tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya
kecenderungan proporsi pada dewasa. Biasanya nyamuk
Aedes Aegypti betina mencari mangsa pada siang hari.
Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari
dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 10.00 dan
pukul 16.00 17.00.

TEMPAT POTENSIAL BAGI


PENULARAN DBD
A. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endermis).
B. Tempat-tempat umum seperti sekolah, RS,

Puskesmas, Hotel, Pasar, Restoran, dan


Tempat Ibadah.
C. Pemukiman baru di pinggir kota.
Karena lokasi ini penduduknya berasal dari
berbagai
wilayah
maka
kemungkinan
diantaranya terdapat penderita atau orier yang
membawa virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.

TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN NYAMUK AEDES


AEGYPTI
Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti : drum,

tangki, tempayan, bak mandi/wc dan ember.


Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti :
tempat minum burung, vas bunga, barang-barang bekas (ban, kaleng,
botol, plastik,dll).
Tempat penampungan air alamiah seperti : lobang batu/pelepah daun,
tempurung kelapa, potongan bambu.

PATWAY

TANDA DAN GEJALA

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

a.

Darah :
1. LPB positif.
2. Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)
3. Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan
indikator akan timbulnya rejatan.
4. Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
5. Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau
ketiga.
6. Masa perdarahan memanjang.
7. Protein rendah (hipoproteinemia)
8. Natrium rendah (hiponatremia)
9. SGOT/SGPT bisa meningkat
10.Astrup : Asidosis metabolic

KLASIFIKASI

KOMPLIKASI

PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk
penyakit DBD, pencegahan utama demam berdarah terletak
pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk DBD.
Pemberantasan sarang nyamuk DBD adalah kegiatan
membrantas telur, jentik dan kepompong nyamuk DBD di
tempat-tempat pembiakannya.

PEMBERANTASAN
Cara Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu :
1.
2.
3.

Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti : Bak


mandi/WC, drum, dll. (M1)
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti : Gentong Air,
Tempayan, dll (M2).
Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).

SELAIN ITU DITAMBAH DENGAN CARA LAIN


YANG
DISEBUT 3M PLUS
a.
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang sejenis
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak.
Menutup lubang pada potongan bambu / pohon dengan tanah.
Menaburkan bubuk Larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampung air.
Memasang kawat kasa.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
Menggunakan kelambu.
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

7. MENINGITIS
Definisi
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan

arahnoid dan piamatter di otak serta spinal


cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi
Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur

ETIOLOGI
Bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh:

Hemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae dan
Neisseria meningitidis.
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur:
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta
hemolitikus, Listeria monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza,
meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus,
Pneumococcus,

Infeksi Dapat mencapai


selaput otak melalui:
Aliran darah karena infeksi misalnya tonsilitis,

faringitis, pneumonia, endokarditis dan infeksi


gigi
Perluasan langsung dari infeksi misal infeksi
sinus paranasalis, abses otak, mastoiditis
Implantasi langsung dari trauma kepala terbuka,
tindakan bedah otak, pungsi lumbal, mielokel
Meningitis pada neonatus bisa karena aspirasi
cairan amnion, infeksi transplasental

PATOGENESIS
Jenis Meningitis :

Viral meningitis
Bakteri meningitis
Meningitis jamur

Lanjutan...
Agen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan


ventrikuler

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf


spinal

Kerusakan neurologist

GEJALA & TANDA KLINIK


Gejala awal meningitis bakteri mirip

dengan kondisi penyakit lain, dan meliputi:


sakit kepala berat
demam
mual (rasa sakit)
muntah (yang sakit)
umumnya merasa tidak sehat

Manifestasi Klinis
Meningitis
Anak dan Remaja
Demam
Mengigil
Sakit kepala
Muntah
Perubahan pada sensorium
Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
Peka rangsang
Agitasi
Bayi dan Anak Kecil

Demam
Muntah
Peka rangsang yang nyata
Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
Fontanel menonjol.

Tanda Klinik
Jenis meningitis

Glukosa

protein

Sel

Bakteri akut

Rendah

tinggi

PMNs,
sering> 300/mm

Virus akut

Normal

normal atau tinggi

mononuklear
<300/mm

Berkenaan dgn
penyakit TBC

Rendah

tinggi

mononuklear dan
PMNs, <300/mm

Jamur

Rendah

tinggi

<300/mm

Ganas

Rendah

tinggi

biasanya
mononuklear

DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik

leher kaku, sakit kepala parah, dan demam.


pembengkakan di mata, yang menunjukkan
tekanan intrakranial meningkat, dan ruam
kulit.
Tes darah
Computed tomography (CT scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI scan) dari otak
Spinal tap

Tujuan terapi
Menghilangkan

infeksi
dengan
menurunkan tanda-tanda dan gejala
Mencegah
kerusakan
neurologik
seperti kejang, tuli, koma, dan
kematian

Terapi Meningitis
Terapi meningitis bacterial
terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus
sawar darah otak, contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan
quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan
hasil kultur.
Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta
unit diberikan secara intravena setiap 2 jam.
Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta
unit/hari, anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 juta unit/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk
anak-anak.
Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin, dapat diberikan
sampai 5 hari bebas panas.

Terapi meningitis TB
diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian penurunan
dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison
keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.
Terapi meningitis viral
diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam, dosis
pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam
diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis
herpetic meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
Terapi meningitis jamur
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan :
Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus
Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan amfoterisin B
dan kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada amfoterisin B,
dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin
B dipakai.

Terapi suportive
memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan
oksigenasi
Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit
diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan
dipertahankan pada dosis yang cukup untuk memperpanjang
clotting time dan partial thromboplastin time menjadi 2 atau 3
kali harga normal.
Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya
Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau salisilat
10 mg/kg/dosis
Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, tetapi hanya bila didapatkan tanda awal dari
impending herniasi.

Monitoring
Tekanan darah
Glukosa
Respirasi
RR dan HR
Volume output urin

8. CAMPAK (MORBILI)
adalah penyakit infeksi virus akut
Menular
Penularan terjadi secara droplet dan kontak

langsung dengan pasien


Virus Morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama stadium kataral sampai 24 jam
setelah timbul bercak di kulit

Manifestasi Klinis Campak


Masa inkubasi 10-20 hari
Gejala campak:
Demam tinggi, batuk, pilek, mata merah
Diare
Ruam makulopapular menyeluruh mulai dari
belakang telinga
Bercak koplik

MORBILI (CAMPAK)

Skin rash
(maculopapular
rash) appeared
when body
temperature
reached the
highest level

Komplikasi Campak
Otitis media akut
Ensefalitis
Pneumonia
Diare
Stomatitis
Infeksi mata dan kebutaan

TERAPI CAMPAK
1. Pengobatan bersifat simptomatik

- Antipiretik bila demam


- Obat batuk (kalau perlu)
- Kecukupan cairan dan nutrisinya
- Vitamin A sesuai umur
- Kebersihan kulit, mulut dan mata
Pasien diisolasi untuk mencegah penularan
Pencegahannya: higiene sanitasi yang baik,
hindari kontak dengan penderita, imunisasi

Pasien Campak Harus


Dirujuk Bila:
Kesadaran menurun atau kejang
Pneumonia
Dehidrasi karena diare
Gizi buruk
Otitis media akut
Kekeruhan pada kornea
Luka pada mulut yang dalam atau luas

9. VARISELA
Varicella ("cacar air") merupakan penyakit yang sangat

menular
Disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang merupakan
bagian dari keluarga virus herpes.
Meskipun tergolong penyakit ringan, namun dapat
menyebabkan akibat yang serius terhadap bayi, orang
dewasa dan wanita hamil
Banyak negara yang kini melakukan vaksinasi rutin
terhadap anak-anak untuk mencegah cacar air

Penularan Varisela
Cacar air sangat cepat menular
Menyebar dari orang satu ke orang lain melalui kontak

langsung, saat mereka batuk atau bersin (droplet), atau


kontak langsung dengan ruam yang timbul pada kulit
orang yang menderita cacar air
Masa penularan membutuhkan kurang lebih 2 hari
sebelum terlihat gejala, sampai semua bintik merah pada
kulit menjadi pecah dan kering.

Manifestasi Klinis Varisela


Masa inkubasi 14-21 hari
Demam tinggi
Batuk kering
Pilek
Nyeri kepala
Malaise
timbulnya bintik-bintik merah yang khas dan gatal yang keluar di

daerah wajah, punggung, dada, lengan dan kaki. Bintik merah ini akan
menjadi bisul kecil berisi cairan, kemudian pecah dan mengeras,
kadang diikuti dengan rasa gatal. Bintik merah berisi cairan ini akan
timbul selama 5-7 hari.

Komplikasi Varisela
Meskipun bagi anak-anak penyakit ini tergolong

penyakit ringan, namun cacar air sangat serius bagi


bayi, orang dewasa dan wanita hamil
Bisa terjadi komplikasi yang parah dan juga infeksi
pada kulit, radang paru-paru,radang otak (infeksi
otak), dan bahkan kematian.
Infeksi terhadap wanita yang sedang mengandung
bisa berakibat kematian bagi bayi yang
dikandungnya.

Penatalaksanaan Varisela
Varisela sebenarnya bisa sembuh sendiri
Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgesik
antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
Penderita

sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan yang


mengandung aspirin, karena akan ada kemungkinan beresiko terkena
Reye's syndrome.
Pasien dengan resiko tinggi dapat diobati dengan obat antivirus untuk
mengurangi durasi penyakit dan resiko komplikasi.
Komplikasi akan ditangani sesuai dengan kondisi yang ada
Menjaga kebersihan kulit, pakaian dan kuku dipotong pendek
Tirah baring

MEKANISME PENULARAN
Seorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan DBD, virus ini berada dalam darah selama 4 7 hari. Bila penderita DBD
digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam
lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1
minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap menularkan
kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya dan menjadi penular (Infektif).

Anda mungkin juga menyukai