Pembimbing:
dr. Rizky Nugroho
Disusun oleh:
Rizky Nugroho
01.2075418
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
SEPTEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara
22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan
orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis,
pengobatan, pencegahan serta TB pada infeksi Human Immunodefficiency Virus (HIV).
Gejala TB pada anak seringkali tidak khas, Diagnosis pasti ditegakkan dengan
menemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologis yang representatif dan
berkuallitas baik. Seringkali, sekalipun spesimen dapat diperoleh, M. Tuberculosis
jarang ditemukan pada sediaan langsung maupun kultur. Oleh karena itu, uji tuberkulin
memegang peranan penting dalam mendiagnosis TB pada anak.
Banyaknya jumlah anak yang terinfeksi dan sakit TB menyebabkan tingginya
biaya pengobatan yang diperlukan, sehingga pencegahan infeksi TB merupakan salah
satu upaya yang harus dilakukan. Sumber penularan TB umumnya adalah orang dewasa
dengan basil tahan asam (BTA) sputum positif. Oleh karena itu dalam program TB lebih
ditekankan pada pasien Tb dewasa. Akibatnya penanganan TB anak belum mendapat
perhatian yang memadai.
Karena sulitnya mendiganosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang
diikuti overtreatment, di lain pihak terjadi juga underdiagnosis dan undertreatment.
Untuk menanggulangi hal tersebut dalam menegakkan diagnosis TB pada anak
diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua data klinis dan penunjang yang
mendukung, tidak hanya berdasarkan satu data saja, misalnya hanya berdasarkan
pemeriksaan foto thoraks.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama Penderita
: An. A F
2. Umur
: 10 tahun 6 bulan
3. Jenis Kelamin
: Laki - Laki
4. Pendidikan
: SD
5. Alamat
6. Nama Ayah
: Bp. S
7. Umur
: 47 tahun
8. Pendidikan
: SMP
9. Agama
: Islam
10. Pekerjaan
: Petani
11. Alamat
: Ibu K
13. Umur
: 40 tahun
14. Pendidikan
: SD
15. Agama
: islam
16. Pekerjaan
17. Alamat
B.
DATA DASAR
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien, pada tanggal 22 April 2013 jam 15.00
WIB
Keluhan utama : Batuk
3
makan anak sangat menurun sehingga anak malas makan, dan berat badannya
menurun. Buang air besar (BAB) dan Buang air kecil (BAK) anak normal dan
tidak ada masalah. Anak sudah berulang kali berobat ke bidan tapi belum ada
perubahan.
Faringitis/Tonsilitis
: disangkal
Enteritis
: disangkal
Bronkitis
: disangkal
Disentri basiler
: disangkal
Pneumonia
: disangkal
Disentri amoeba
: disangkal
Morbili
: disangkal
Typh.abdominalis : disangkal
Pertusis
: disangkal
Cacing
: disangkal
Varisela
: disangkal
Operasi
: disangkal
Difteri
: disangkal
Trauma
: disangkal
Malaria
: disangkal
Polio
: disangkal
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat Perinatal
Pasien lahir spontan, aterm, dengan dibantu bidan, Berat Badan 3000 gram,
langsung menangis dan kemerahan.
2. Riwayat Makan Minum
Anak mengkonsumsi ASI sampai sekarang, saat umur 6 bulan di tambahkan
dengan pendamping ASI seperti bubur bayi, nafsu makan anak cukup baik
Kesan : Kualitas Kuantitas Diit : cukup
Berapa Kali
1x
Umur
1 bulan
2.
DPT
3x
2,4,6 bulan
3.
Polio
4x
0,2,4,6 bulan
4.
Hepatitis B
3x
0,1,6 bulan
5.
Campak
1x
9 bulan
6.
MMR
7.
HIB
8.
Tifus Abdominalis
9.
Cacar Air
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 10 tahun 6 bulan
Berat badan
: 36 kg
Tinggi badan
: 68 cm
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
o nadi
: 72x/menit
o RR
: 20x/menit
o t
: 37,8C
Status Internus
Kepala
: mesocephale
Rambut
Kulit
: tidak sianosis
Mata
(-/-)
Hidung
Telinga: discharge ( -)
Mulut
Leher
Tenggorok
Dinding thorax
Paru
I : retraksi
hemithorax dextra dan sinistra simetris
Pa : sterm fremitus dextra sama dengan sinistra
Pe : sonor di seluruh lapangan paru
Aus: suara dasar
: Vesikuler
: datar
Pa
: tidak teraba
6
Genital
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
Akral sianosis
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Capillary refill
< 2
< 2
Kulit
-/-
Pemeriksaan neurologis
8 9,5
0,9
= - 1.6 (normal)
HAZ
68 69,5
2,7
= -0,5 (normal)
WHZ
88
= 0 (normal)
0,8
Kesan :status gizi : gizi baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 22 April 2013
Laboratorium darah :
Hemoglobin
: 14,3 g/dl
Hematokrit
: 41,2 %
Leukosit
: 3,57 ribu/uL
Eritrosit
: 5,29 juta/uL
Trombosit
: 113 ribu/uL
Eusinofil
: 0,3 %
Basofil
: 0,0 %
Neutrofil
: 31,9 %
Limfosit
: 52,7 %
Monosit
: 15,1 %
MCV
: 77,9 fl
MCH
: 27,0 pg
7
MCHC
: 34,7 g/dl
Gol darah
: O/positif
TB Paru
1. Assesment : TB Paru
DD :
Bronkitis kronik
Asma bronkiale
TB Paru
Ip Dx : S : O : ro.thoraks
Ip Rx :
O2 2L
Lapixime 3x200 mg
Lampron 3x6,25 mg
Sanmol 3x80 mg
Puyer:
Nalgestam tab
Cetirizine 1,5 mg
Triamcort 0,75 mg
Cobazym 1000 cap
8
Diminum 3x1
Fisioterapi
Protein 9% - 15%
: 79,2kkal - 132kkal
: 396kkal 484kkal
: 308kkal 396kkal
perut
sakit
perut
sakit
(-),
makan (+), minum (+), (+), minum (+), BAB makan (-), minum (+),
BAB dan BAK (+) dan BAK (+) normal
BAB
dan
BAK
(+)
Keadaan
normal
Compos mentis, lemah
normal
Compos mentis
Umum
TTV
44x/ menit
48 x/ menit
44 x/ menit
39 C ( rectal )
37,3C ( axilla)
38C ( axilla)
TB Paru
O2 2L
TB Paru
Infus 2A1/2N 10 tpm
TB Paru
Infus 2A1/2N 10 tpm
Lapixime 3x200 mg
Lapixime 3x200 mg
Lapixime 3x200 mg
Lameson 3x6,25 mg
Lameson 3x6,25 mg
Lameson 3x6,25 mg
Sanmol 3x80 mg
Mikasin 2x100 mg
Sanmol 3x80 mg
Sanmol 3x80 mg
Invomit 3x0,8 cc
Puyer:
Puyer:
Nalgestam tab
Nalgestam tab
Cetirizine 1,5 mg
Puyer:
Hematokrit: 35,7 %
Leukosit : 8,39 ribu/uL
Eritrosit : 4,95 juta/uL
Trombosit
466
ribu/uL
Eusinofil : 0,4 % (L)
Basofil
: 0,1 %
Neutrofil : 36 %
Limfosit : 56,5 %
Monosit : 7 %
MCV
: 72,1 fl (L)
MCH
: 24,0 pg
MCHC
33,3
g/dl
(H)
LED1
: 11 mm/jam
LED2
: 25 mm/jam
10
Cetirizine 1,5 mg
Triamcort 0,75 mg
Nalgestam tab
Triamcort 0,75 mg
Cetirizine 1,5 mg
Diminum 3x1
Triamcort 0,75 mg
Diminum 3x1
Program
Diminum 3x1
Evaluasi KU dan TTV, Evaluasi KU dan TTV, Evaluasi KU dan TTV,
fisioterapi
fisioterapi
fisioterapi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU ANAK
DEFINISI
TB (Tuberkulosis) paru pada anak merupakan penyakit yang disebabkan oleh
suatu jenis bakteri yang fokus primernya menyerang paru tapi juga bisa menimbulkan
gejala sistemik dan komplikasi pada organ lain secara spesifik.
EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sepertiga penduduk
dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. Tuberculosis, dengan angka tertinggi di
Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Peningkatan jumlah kasus TB diberbagai tempat pada saat ini, diduga
disebabkan oleh berbagai hal seperti diagnosis tidak tepat, pengobatan tidak adekuat,
program penanggulangan yang tidak dilaksakan dengan tepat, infeksi endemik HIV,
migrasi penduduk, meningkatnya kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang kurang
memadai.
Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh rumah Sakit (RS) Pusat pendidikan di
Indonesia selama 5 tahun (2004-2009) adalah sebesar 14,1 %. Kelompok usia terbanyak
adalah usia 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi , 12 bulan didapatkan 16,5%.
Karena sulitnya menegakkan diagnosis TB pada anak, data TB anak sangat
terbatas, termasuk di Indonesia.
ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
Penyebab utama dari penyakit ini adalah suatu bakteri berbentuk basil yang
tahan terhadap asam yang bernama Mycobacterium tuberculosa.
Faktor resiko yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya
penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko infeksi dan
faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (resiko penyakit).
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan
orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,
lingkungan yang tidak sehat (sanitasi dan higiene yang tidak baik), dan tempat
11
12
penampungan umum (asrama, panti asuhan, bangsal rumah sakit, dll) yang banyak
pasien TB dewasa aktif.
Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting adalah pajanan orang dewasa
yang infeksius terutama dengan BTA positif yang menular melalui droplet nuclei yang
sangat infeksius. Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak ataupun orang
dewasa disekitarnay. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan didalam
sekret endobronkial pasien anak, pertama karena jumlah kuman pada TB anak biasanya
sedikit (paucibacillary) tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah yang sedikit
tersebut sudah mampu menyebabkab sakit, kedua dikarenakan lokasi infeksi primer
yang biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus sehingga tidak terjadi
produksi sputum, dan yang ketiga tidak terdapatnay reseptor batuk didaerah parenkim
meyebabkan jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak.
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Faktor
resiko sakit TB yang pertama adalah usia. Anak berusia <5 tahun mempunyai resiko
lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya
belum berkembang sempurna (imatur) dan berkurang resikonya secara bertahap seiring
bertambahnya usia. Anak berusia <5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TB
diseminata ( TB milier dan meningitis TB) dengan angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Keadaan immunocompromise juga merupakan salah satu faktor resiko
penyakit TB akibat kerusakan sistem imun sehingga kuman TB yang dorman
mengalami aktivasi.
PATOGENESIS
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB karena ukuran
bakteri yang sangat kecil <5m yang menular melalui droplet nuclei yang terhirup
dapat mencapai alveolus. Masa inkubasi TB berlangsung selama 2-12 minggu. Pada
keadaan imun yang baik, bakteri TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis non spesifik, akan tetapi pada individu yang tidak dapat menghancurkan
seluruh bakteri, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB sebagian besar,
sedangkan sebagian kecil bakteri yang tidak dihancurkan dapat difagosit dan akan terus
berkembangbiak dalam makrofag dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag yang
selanjutnya membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon bakteri TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe menuju
13
kelenjar limfe regional yaitu yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletk di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
peritrakeal. Gabungan dari fokus primer, limfangitis dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex).
Pada saat terbentuknya komplek primer, infeksi dinyatakan telah terjadi, dimana
imunitas seluler tubuh terhadap bakteri TB terbentuk yang dapat diketahui dengan
adanya hipersentivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu uji tuberkulin positif yang
selama masa inkubasi uji tuberkulin masih negatif.
Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi dengan baik,
sistem imun seluler berkembang dan proliferasi bakteri TB akan terhenti akan tetapi
sejumlah kecil bakteri dapat tetap hidup dalam granuloma. Setelah imunitas selular
terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna
membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi
tetapi biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Bakteri Tb dapat tetap
hidup dan menetap selama bertahun-tahun
Manifestasi sistemik, gejala bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain seperti demam yang
ditemukan antara 40-80% kasus TB.
14
o Demam biasanya tidak tinggi, hilang timbul, dan dalam jangka waktu
yang lama lebih dari 14 hari atau berulang tanpa sebab yang jelas disertai
keringat malam.
o Batuk lama lebih dari tiga minggu dengan sebab lain yang telah
disingkirkan
o Anoreksia
o
BB turun tanpa sebab yag tidak jelas atau tidak naik (turun, tetap, atau
naik tapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh) dalam satu bulan dengann
penanganan gizi yang adekuat
15
o
DIAGNOSIS
Anamnesis TB selain dari gejala yang dikeluhkan fokus adalah menggali kontak
atau pajanan anak terhadap pasien TB dewasa atau suspek BTA positif. Diagnosis pasti
TB ditegakkan dengan ditemukannya M. Tubercuosis pada pemeriksaan sputum, bilas
lambung, cairan serebrospinal (LCS), cairan pleura atau biopsi cairan. Pada anak
kesulitan menegakkan diagnosis pasti karena sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary)
dan suitnya pengambilan spesimen (sputum). Sputum yang representatif untuk
dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah sputum yang yang kental dan purulen,
berwarna hijau dan kekuningan dengan volume 3-5 ml yang sulit diperoleh dari anak.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain:
o Imunisasi BCG
16
o Infeksi Mycobacterium atipik
Uji tuberkulin negatif bisa dijumpai pada 3 keadaan seperti:
o Tidak ada infeksi TB
o Dalam masa inkubasi infeksi TB
o Anergi keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai keadaan,
sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin
walaupun sebenarnya sudah terinfeksi TB.
Radiologi
Foto thoraks posisi AP bisa juga disertai posisi lateral untuk melihat
pembesaran KGB didaerah hilus, pada TB anak foto thoraks memberikan
gambaran tidak khas, namun secara umum, gambaran sugestif TB adalah
sebagai berikut:
o Fokus ghon
o Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
o Konsolidasisegmental atau lobaris
o Milier
o Kalsifikasi dengan infiltrat
o Atelektasis
o Kavitas
o Efusi pleura
Mikrobiologi
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pemeriksaan
mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan M. Tuberculosis. Pada anak sulit dilakukan karena dahak sering
tertelan sehingga spesimen diambil dari gaster dengan NGT yang sering
ditolak karena pasien tidak nyaman.
17
0
Tidak jelas
Laporan
keluarga,
Kavitas(+)
3
BTA(+)
BTA(-) atau
tidak tahu
Uji tuberkulin
Negatif
Positif
Berat
badan/keadaan
gizi
BB/TB <90%
atau BB/U<80%
Deman tanpa
sebab yang
jelas
>2minggu
Batuk
>3 minggu
Pembesaran
kelenjar getah
bening di leher,
ketiak atau di
pangkal paha
Ada
pembengkakan
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul,lutut,
falang.
Ada
pembengkakan
Foto rontgen
dada
Normal/tidak Ditemukan
jelas
infiltrat
pembesaran
kelenjar
Konsolidasi
segmental
/lobar
Ditemukan
Kalsifikasi dan
infiltrat
Pembesaran
kelenjar dan
infiltrat
18
atelektasis
Catatan :
-
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring
TB anak
Pasien usia balita yang mendapat skor 5 dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih
lanjut
PENATALAKSANAAN
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o
Dosis harian
Dosis 2x/minggu
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
(mg/kgbb/hari)
(mg/kgbb/hari)
INH
Rifampisin
50-70 (maks. 4 g)
15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
50 (maks. 2,5 g)
19
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g)
Catatan :
-
Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorbsi dengan baik
melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan)
Dosis kombinasi pada TB anak
Berat badan (kg)
2 bulan
4 bulan
5-9
10-14
15-19
20-23
RH (75/50)
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
Catatan :
Bila BB 33 kg, dosis disesuaikan dengan dosis tunggal dan perhatikan dosis
maksimal
PENCEGAHAN
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Dosis untuk bayi
sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,1 ml diberikan secara intadermal. Bila BCG
diberikan pada usia > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu. Manfaat BCG telah dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu sebesar 80%
efektif untuk mencegah TB milier, meningitis TB dan spondilitis TB pada anak.
Efek samping yang sering ditemukn adalah ulserasi lokal dan limfadenitis
(adenitis supuratif) dengan insiden 0,1-1%. Kontraindikasi imunisasi BCG ini
20
adalah keadaan imunokompromais, gizi buruk, dan pada bayi prematur BCG
ditunda sampai bayi mencapai berat bedan optimal.
Kemoprofilaksis
Terdapat 2 macam kemoprofilaksis, yaitu:
o Kemoprofilaksis primer
Bertujuan untuk mencegah terjadinya
kemoprofilaksis
ini
diberikan
isoniazid
dengan
dosis
5-10
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien anak Najwan usia 7,5 bulan dengan riwayat penyakit sekarang 3
minggu SMRS batuk berdahak disertai pilek, batuk pada malam hari, dahak tidak bisa
dikeluarkan, sesak nafas, anak juga panas, berkeringat di malam hari, tidak mual, tidak
muntah dan tidak mencret. 3 hari SMRS sesak nafas, sesak timbul kumat-kumatan,
tidak dipengaruhi aktivitas, posisi, dan emosi, timbul terutama pada malam hari. saat
sesak mengeluarkan bunyi nafas grok. Anak memiliki riwayat kontak dengan
penderita batuk lama.
Diagnosa pada pasien ini yaitu TB Paru dan status gizi baik, dengan diagnosa
banding bronkitis kronik, bronkopneumoni, asma bronkiale dan satus gizi buruk. Pada
anamnesa yang telah dilakukaan pasien mengaku batuk berdahak namun tidak bisa
keluar, pada bronkitis kronik, bronkopneumoni dan asma bronkiale juga didapatkan
gejala batuk. Sesak nafas, pada asma bronkiale juga memiliki gejala klinis yaitu sesak
nafas tetapi sesak nafas pada pasien ini tidak dipengaruhi oleh faktor pencetus, riwayat
alergi, aktivitas maupun posisi, tidak berkurang saat pasien duduk sehingga diagnosis
banding asma bronkiale dapat disingkirkan.
Bronkitis kronik dapat disingkirkan karena pada penyakit ini batuk lebih sering
terjadi pada pagi hari saat bangun tidur, dan batuk produktif berlangsung minimal 2
minggu, yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas, tetapi pada pasien ini
tidak ditemukan gejala tersebut.
Pasien dinyatakan menderia TB paru oleh karena dari anamnesa ditemukan
bahwa atuk sudah 3 minggu, sering berkeringat pada malam hari pada malam hari,
sesak tidak dipengaruhi faktor pencetus dan riwayat alergi juga perubahan posisi,
dengan memiliki riwayat penyakit dahulu pernah mengalami penyakit seperti ini 1
bulan yang lalu, dan memiliki riwayat keluarga yaitu kakak penderita baru saja selesai
menjalani pengobatan TB selama 6 bulan dan juga riwayat kontak dengan tetangga
yang menpunyai riwayat batuk lama. Pada pemeriksaan fisik auskultasi paru juga
ditemukan suara ronkhi.
22
23
Diagnosis status gizi pada pasien ini adalah gizi baik karena hasil pengukuran
antropometri dengan z-score pasien menunjukan hasil gizi baik, dan secara klinis tidak
ditemukan tanda gizi buruk.
Pasien ini dapat diberikan terapi O2, OAT, antipiretik, bronkodilator, mukolitik
dan dilakukan fisioterapi dikarenakan untuk membantu mengelurkan mukus pada
pasien.Selama menjalaani perawatan dirumah sakit pasien mengalami peningkatan
kesehatan diantaranya, sudah tidak sesak, tidak batuk dan demam, pasien juga di
monitoring KU dan TTV. Pasien diberi edukasi yaitu Tirah baring, Minum obat teratur,
Makan makanan yang bergizi, dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak edisi ke-2, 2007, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
UKK Respirologi PP IDAI, Jakarta.
24