Anda di halaman 1dari 25

CBD

ILMU KESEHATAN ANAK

Pembimbing:
dr. Rizky Nugroho

Disusun oleh:
Rizky Nugroho
01.2075418

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
SEPTEMBER 2013

BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara
22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan
orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis,
pengobatan, pencegahan serta TB pada infeksi Human Immunodefficiency Virus (HIV).
Gejala TB pada anak seringkali tidak khas, Diagnosis pasti ditegakkan dengan
menemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologis yang representatif dan
berkuallitas baik. Seringkali, sekalipun spesimen dapat diperoleh, M. Tuberculosis
jarang ditemukan pada sediaan langsung maupun kultur. Oleh karena itu, uji tuberkulin
memegang peranan penting dalam mendiagnosis TB pada anak.
Banyaknya jumlah anak yang terinfeksi dan sakit TB menyebabkan tingginya
biaya pengobatan yang diperlukan, sehingga pencegahan infeksi TB merupakan salah
satu upaya yang harus dilakukan. Sumber penularan TB umumnya adalah orang dewasa
dengan basil tahan asam (BTA) sputum positif. Oleh karena itu dalam program TB lebih
ditekankan pada pasien Tb dewasa. Akibatnya penanganan TB anak belum mendapat
perhatian yang memadai.
Karena sulitnya mendiganosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang
diikuti overtreatment, di lain pihak terjadi juga underdiagnosis dan undertreatment.
Untuk menanggulangi hal tersebut dalam menegakkan diagnosis TB pada anak
diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua data klinis dan penunjang yang
mendukung, tidak hanya berdasarkan satu data saja, misalnya hanya berdasarkan
pemeriksaan foto thoraks.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama Penderita

: An. A F

2. Umur

: 10 tahun 6 bulan

3. Jenis Kelamin

: Laki - Laki

4. Pendidikan

: SD

5. Alamat

: Tanjungsari Rt 02/03 Demak

6. Nama Ayah

: Bp. S

7. Umur

: 47 tahun

8. Pendidikan

: SMP

9. Agama

: Islam

10. Pekerjaan

: Petani

11. Alamat

: Tanjungsari Rt 02/03 Demak

12. Nama Ibu

: Ibu K

13. Umur

: 40 tahun

14. Pendidikan

: SD

15. Agama

: islam

16. Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

17. Alamat

: Tanjungsari Rt 02/03 Demak

B.

DATA DASAR
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien, pada tanggal 22 April 2013 jam 15.00
WIB
Keluhan utama : Batuk

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1 bulan ini anak batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan, tidak sesak nafas.
3 minggu ini anak panas semlenget, anak juga sering berkeringat di malam
hari, tidak mual, tidak muntah dan tidak mencret. Anak memiliki riwayat kontak
dengan penderita tuberculosis yaitu nenek dan kakaknya yang tinggal dalam
satu rumah dengan pasien. Tetangga pasien juga terkena tuberculosis. Nafsu
2

3
makan anak sangat menurun sehingga anak malas makan, dan berat badannya
menurun. Buang air besar (BAB) dan Buang air kecil (BAK) anak normal dan
tidak ada masalah. Anak sudah berulang kali berobat ke bidan tapi belum ada
perubahan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Anak tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Penyakit Anak yang pernah diderita:

Faringitis/Tonsilitis

: disangkal

Enteritis

: disangkal

Bronkitis

: disangkal

Disentri basiler

: disangkal

Pneumonia

: disangkal

Disentri amoeba

: disangkal

Morbili

: disangkal

Typh.abdominalis : disangkal

Pertusis

: disangkal

Cacing

: disangkal

Varisela

: disangkal

Operasi

: disangkal

Difteri

: disangkal

Trauma

: disangkal

Malaria

: disangkal

Reaksi obat/alergi : disangkal

Polio

: disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Kakak pasien menderita TB paru dan baru menjalani pengobatan selama 3
bulan. Nenek pasien mempunyai riwayat tuberculosis dan sudah berobat selama
6 bulan tapi masih batuk. Tetangga pasien juga terkena tuberculosis.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama bapak,
ibu, kakak dan neneknya. Pasien berobat dengan jamkesmas.
Kesan ekonomi kurang.

C. DATA KHUSUS
1. Riwayat Perinatal
Pasien lahir spontan, aterm, dengan dibantu bidan, Berat Badan 3000 gram,
langsung menangis dan kemerahan.
2. Riwayat Makan Minum
Anak mengkonsumsi ASI sampai sekarang, saat umur 6 bulan di tambahkan
dengan pendamping ASI seperti bubur bayi, nafsu makan anak cukup baik
Kesan : Kualitas Kuantitas Diit : cukup

3. Riwayat Imunisasi Dasar dan Ulang


No Imunisasi
1. BCG

Berapa Kali
1x

Umur
1 bulan

2.

DPT

3x

2,4,6 bulan

3.

Polio

4x

0,2,4,6 bulan

4.

Hepatitis B

3x

0,1,6 bulan

5.

Campak

1x

9 bulan

6.

MMR

7.

HIB

8.

Tifus Abdominalis

9.

Cacar Air

Kesan : imunisasi dasar lengkap


4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Senyum (2 bulan), miring (3 bulan), tengkurap (3 bulan), duduk (5 bulan), gigi
keluar (8 bulan), merangkak (6 bulan), berdiri (8 bulan), dan berjalan belum bisa
Kesan perkembangan baik dan sesuai umur
5. Riwayat KB Orang Tua
Ibu menggunakan KB suntik
D. PEMERIKSAAN FISIK

Jenis kelamin

: Laki - Laki

Umur

: 10 tahun 6 bulan

Berat badan

: 36 kg

Tinggi badan

: 68 cm

Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital

o nadi

: 72x/menit

o RR

: 20x/menit

o t

: 37,8C

Status Internus
Kepala

: mesocephale

Rambut

: hitam, tumbuh merata

Kulit

: tidak sianosis

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra

(-/-)
Hidung

: epistaksis ( -), nafas cuping hidung ( -/-)

Telinga: discharge ( -)
Mulut

: gusi berdarah (-), bibir kering (-),lidah kotor (-)

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Tenggorok

: faring hiperemis (-)

Dinding thorax
Paru

I : retraksi
hemithorax dextra dan sinistra simetris
Pa : sterm fremitus dextra sama dengan sinistra
Pe : sonor di seluruh lapangan paru
Aus: suara dasar

: Vesikuler

Suara tambahan : Ronkhi (+/+)


Jantung I
Pa

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis tidak teraba

Aus : BJ I-II regular, bising (-)


Abdomen I

: datar

Aus : peristaltik (+) normal


Pe

: timpani(+), pekak alih(-), pekak(-)

Pa

: supel, nyeri tekan (-), defance muskular (-)


Hepar : tidak teraba
Lien

: tidak teraba

6
Genital

: laki laki, dalam batas normal

Ekstremitas

Superior

Inferior

Akral dingin

-/-

Akral sianosis

-/-

-/-

Oedem

-/-

-/-

Capillary refill

< 2

< 2

Kulit

-/-

: Turgor kembali cepat

Pemeriksaan neurologis

: Refleks fisiologis (+) Normal


Refleks patologis (-)

STATUS GIZI BERDASAR Z SCORE


WAZ

8 9,5
0,9

= - 1.6 (normal)

HAZ

68 69,5
2,7

= -0,5 (normal)

WHZ

88
= 0 (normal)
0,8
Kesan :status gizi : gizi baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 22 April 2013
Laboratorium darah :
Hemoglobin

: 14,3 g/dl

Hematokrit

: 41,2 %

Leukosit

: 3,57 ribu/uL

Eritrosit

: 5,29 juta/uL

Trombosit

: 113 ribu/uL

Eusinofil

: 0,3 %

Basofil

: 0,0 %

Neutrofil

: 31,9 %

Limfosit

: 52,7 %

Monosit

: 15,1 %

MCV

: 77,9 fl

MCH

: 27,0 pg

7
MCHC

: 34,7 g/dl

Gol darah

: O/positif

Pemeriksaan Radiologi Foto Thoraks


COR : Normal
PULMO : bercak hilus kanan kiri
Kedua sinus para...... lancip
Kesan : TB duplex
F. INITIAL PLAN :

TB Paru

Status Gizi baik

1. Assesment : TB Paru
DD :

Bronkitis kronik

Asma bronkiale
TB Paru

Ip Dx : S : O : ro.thoraks
Ip Rx :

O2 2L

Infus 2A1/2N 10 tpm

Lapixime 3x200 mg

Lampron 3x6,25 mg

Sanmol 3x80 mg

Isprinol 3x1/2 cth

Apialis drop 1x0,5 cc

Vostrin syr 3x1,5 cc

Puyer:
Nalgestam tab
Cetirizine 1,5 mg
Triamcort 0,75 mg
Cobazym 1000 cap

8
Diminum 3x1

Fisioterapi

Ip Mx : keadaan umum,tanda-tanda vital


Ip Ex : menghindari orang dewasa yang sedang batuk

2. Assesment : Gizi baik


DD :
Gizi buruk
Gizi baik
Ip Dx :
S:O: Ip Rx : memberi makanan yang kaya akan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Total kebutuhan energi

: 8kg x 110kkal/kg = 880kkal

Protein 9% - 15%

: 79,2kkal - 132kkal

Karbohidrat 45% - 55%

: 396kkal 484kkal

Lemak 35% - 45%

: 308kkal 396kkal

Ip Mx : KU, Tanda Vital, penambahan BB dan TB


Ip Ex :
o Asupan makanan yang bergizi seimbang
o Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
o Olah raga yang teratur
o Menimbang berat badan secara rutin
Waktu
Tanggal
Keluhan

Hari ke-1 perawatan


Hari ke 2 perawatan
Hari ke 3 perawatan
10 Maret 2013
11 Maret 2013
12 Maret 2013
Panas (+), Batuk (+), Panas (-), Batuk (+), Panas (+), Batuk (-),
Pilek (+), sesak napas Pilek (+), sesak napas Pilek (-), sesak napas
(+), mual (-), muntah (-), mual(-), muntah (-), (-), mual (+), muntah
(-),

perut

sakit

(-), perut sakit (-), makan (+),

perut

sakit

(-),

makan (+), minum (+), (+), minum (+), BAB makan (-), minum (+),
BAB dan BAK (+) dan BAK (+) normal

BAB

dan

BAK

(+)

Keadaan

normal
Compos mentis, lemah

Compos mentis, lemah

normal
Compos mentis

Umum
TTV

112x/ menit isi cukup

110x/ menit isi cukup

110x/ menit isi cukup

44x/ menit

48 x/ menit

44 x/ menit

39 C ( rectal )

37,3C ( axilla)

38C ( axilla)

TB Paru
O2 2L

TB Paru
Infus 2A1/2N 10 tpm

TB Paru
Infus 2A1/2N 10 tpm

Infus 2A1/2N 10 tpm

Lapixime 3x200 mg

Lapixime 3x200 mg

Lapixime 3x200 mg

Lameson 3x6,25 mg

Lameson 3x6,25 mg

Lameson 3x6,25 mg

Sanmol 3x80 mg

Mikasin 2x100 mg

Sanmol 3x80 mg

Isprinol 3x1/2 cth

Sanmol 3x80 mg

Isprinol 3x1/2 cth

Apialis drop 1x0,5 cc

Invomit 3x0,8 cc

Apialis drop 1x0,5 cc

Vostrin syr 3x1,5 cc

Isprinol 3x1/2 cth

Vostrin syr 3x1,5 cc

Puyer:

Apialis drop 1x0,5 cc

Puyer:

Nalgestam tab

Vostrin syr 3x1,5 cc

Nalgestam tab

Cetirizine 1,5 mg

Puyer:

Laboratorium Hemoglobin : 11,9 g/dl


Darah

Hematokrit: 35,7 %
Leukosit : 8,39 ribu/uL
Eritrosit : 4,95 juta/uL
Trombosit

466

ribu/uL
Eusinofil : 0,4 % (L)
Basofil

: 0,1 %

Neutrofil : 36 %
Limfosit : 56,5 %
Monosit : 7 %
MCV

: 72,1 fl (L)

MCH

: 24,0 pg

MCHC

33,3

g/dl

(H)
LED1

: 11 mm/jam

LED2

: 25 mm/jam

Gol darah : A/positif


Foto rontgen
Assesment
Terapi

10
Cetirizine 1,5 mg

Triamcort 0,75 mg

Nalgestam tab

Triamcort 0,75 mg

Cobazym 1000 cap

Cetirizine 1,5 mg

Cobazym 1000 cap

Diminum 3x1

Triamcort 0,75 mg

Diminum 3x1
Program

Cobazym 1000 cap

Diminum 3x1
Evaluasi KU dan TTV, Evaluasi KU dan TTV, Evaluasi KU dan TTV,
fisioterapi

fisioterapi

fisioterapi

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU ANAK
DEFINISI
TB (Tuberkulosis) paru pada anak merupakan penyakit yang disebabkan oleh
suatu jenis bakteri yang fokus primernya menyerang paru tapi juga bisa menimbulkan
gejala sistemik dan komplikasi pada organ lain secara spesifik.
EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sepertiga penduduk
dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. Tuberculosis, dengan angka tertinggi di
Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Peningkatan jumlah kasus TB diberbagai tempat pada saat ini, diduga
disebabkan oleh berbagai hal seperti diagnosis tidak tepat, pengobatan tidak adekuat,
program penanggulangan yang tidak dilaksakan dengan tepat, infeksi endemik HIV,
migrasi penduduk, meningkatnya kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang kurang
memadai.
Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh rumah Sakit (RS) Pusat pendidikan di
Indonesia selama 5 tahun (2004-2009) adalah sebesar 14,1 %. Kelompok usia terbanyak
adalah usia 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi , 12 bulan didapatkan 16,5%.
Karena sulitnya menegakkan diagnosis TB pada anak, data TB anak sangat
terbatas, termasuk di Indonesia.
ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
Penyebab utama dari penyakit ini adalah suatu bakteri berbentuk basil yang
tahan terhadap asam yang bernama Mycobacterium tuberculosa.
Faktor resiko yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya
penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko infeksi dan
faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (resiko penyakit).
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan
orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,
lingkungan yang tidak sehat (sanitasi dan higiene yang tidak baik), dan tempat

11

12
penampungan umum (asrama, panti asuhan, bangsal rumah sakit, dll) yang banyak
pasien TB dewasa aktif.
Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting adalah pajanan orang dewasa
yang infeksius terutama dengan BTA positif yang menular melalui droplet nuclei yang
sangat infeksius. Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak ataupun orang
dewasa disekitarnay. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan didalam
sekret endobronkial pasien anak, pertama karena jumlah kuman pada TB anak biasanya
sedikit (paucibacillary) tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah yang sedikit
tersebut sudah mampu menyebabkab sakit, kedua dikarenakan lokasi infeksi primer
yang biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus sehingga tidak terjadi
produksi sputum, dan yang ketiga tidak terdapatnay reseptor batuk didaerah parenkim
meyebabkan jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak.
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Faktor
resiko sakit TB yang pertama adalah usia. Anak berusia <5 tahun mempunyai resiko
lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya
belum berkembang sempurna (imatur) dan berkurang resikonya secara bertahap seiring
bertambahnya usia. Anak berusia <5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TB
diseminata ( TB milier dan meningitis TB) dengan angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Keadaan immunocompromise juga merupakan salah satu faktor resiko
penyakit TB akibat kerusakan sistem imun sehingga kuman TB yang dorman
mengalami aktivasi.
PATOGENESIS
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB karena ukuran
bakteri yang sangat kecil <5m yang menular melalui droplet nuclei yang terhirup
dapat mencapai alveolus. Masa inkubasi TB berlangsung selama 2-12 minggu. Pada
keadaan imun yang baik, bakteri TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis non spesifik, akan tetapi pada individu yang tidak dapat menghancurkan
seluruh bakteri, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB sebagian besar,
sedangkan sebagian kecil bakteri yang tidak dihancurkan dapat difagosit dan akan terus
berkembangbiak dalam makrofag dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag yang
selanjutnya membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon bakteri TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe menuju

13
kelenjar limfe regional yaitu yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletk di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
peritrakeal. Gabungan dari fokus primer, limfangitis dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex).
Pada saat terbentuknya komplek primer, infeksi dinyatakan telah terjadi, dimana
imunitas seluler tubuh terhadap bakteri TB terbentuk yang dapat diketahui dengan
adanya hipersentivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu uji tuberkulin positif yang
selama masa inkubasi uji tuberkulin masih negatif.
Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi dengan baik,
sistem imun seluler berkembang dan proliferasi bakteri TB akan terhenti akan tetapi
sejumlah kecil bakteri dapat tetap hidup dalam granuloma. Setelah imunitas selular
terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna
membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi
tetapi biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Bakteri Tb dapat tetap
hidup dan menetap selama bertahun-tahun

dalam kelenjar ini, tetapi tidak

menimbulkan gejala sakit TB.


Fokus rimer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau
pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan
mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(kavitas).
MANIFESTASI KLINIS
Patogenesis TB sangat kompleks, sehingga manifestasi klinis TB sangat
bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor. Faktor yang berperan adalah bakteri
TB, pejamu, serta iteraksi atar keduanya. Anak kecil sering kali tidak menunjukan
gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelanjar hilus pada foto thoraks.
Manifestasi klinis TB terbagi menjadi dua :
-

Manifestasi sistemik, gejala bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain seperti demam yang
ditemukan antara 40-80% kasus TB.

14
o Demam biasanya tidak tinggi, hilang timbul, dan dalam jangka waktu
yang lama lebih dari 14 hari atau berulang tanpa sebab yang jelas disertai
keringat malam.
o Batuk lama lebih dari tiga minggu dengan sebab lain yang telah
disingkirkan
o Anoreksia
o

BB turun tanpa sebab yag tidak jelas atau tidak naik (turun, tetap, atau
naik tapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh) dalam satu bulan dengann
penanganan gizi yang adekuat

o Dare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare


o Malaise, Keluhan ini sulit diukur dan mungkin terkait dengan penyakit
penyerta.
-

Manifestasi spesifik bergantung pada organ yang terkena


o Pembesaran kelenjar limfe superfisialis, kelenjar yang sering terkena
adalah kelenjar kolli anterir dan posterior, aksila, inguinal, sub
mandibula dan supraklavikula, secara klinis karakteristik bersifat
multiple, unulateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada perabaan,
mudah digerakan.
o SSP yang paling sering adalah meningitis TB, keluhan berupa nyeri
kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk, muntah proyektil, dan
kejang.proes patolon=gis TB biasanya terbatas dibasal otak sehingga
gejala neurologis lain berhungungan dengan saraf kranial.
o Sistem skeletal yang paling sering ditemukan dari TB skeletal adalah
nyeri, bengkak pada sendi yang terkena dan gangguan atau keterbatasan
gerak. Pada bayi dan anak bagian tulang yang paling sering terkena
adalah epifisis tulang yang banyak vaskularisasinya. Bentuk yang paling
sering ditemukan adalah spondilitis TB berupa gibbus.
o Kulit terinfeksi bisa dengan 2 cara yaitu inokulasi langsung (infeksi
primer) dan akibat limfadenitis TB yang pecah menjadi skrofuloderma
(TB pasca primer). Betuk skrofuloderma adalah bentuk yang paling
sering ditemui terutama di leher, wajah, daerah parotis, submandibula,
supraklavikula dan lateral leher. Manifestasi ini ditemui pada lokasi yang
mempunyai kelenjar getah bening superfisial terbanyak.

15
o
DIAGNOSIS
Anamnesis TB selain dari gejala yang dikeluhkan fokus adalah menggali kontak
atau pajanan anak terhadap pasien TB dewasa atau suspek BTA positif. Diagnosis pasti
TB ditegakkan dengan ditemukannya M. Tubercuosis pada pemeriksaan sputum, bilas
lambung, cairan serebrospinal (LCS), cairan pleura atau biopsi cairan. Pada anak
kesulitan menegakkan diagnosis pasti karena sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary)
dan suitnya pengambilan spesimen (sputum). Sputum yang representatif untuk
dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah sputum yang yang kental dan purulen,
berwarna hijau dan kekuningan dengan volume 3-5 ml yang sulit diperoleh dari anak.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain:

Uji tuberkulin cara Mantoux yang dilakukan secara intrakutan dibagian


volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi
ataupun eritemanya yang diperiksa dengan cara palpasi untuk menetukan
tepi indurasi, ditandai dengan pulpen kemudian diameter transversal diukur
dengan alat pengukur transparan dan hasilnya dinyatakan dalam milimeter.
Secara umum hasil dikatakan positif bila 10 mm tanpa menghiraukan
penyebabnya sebagian besar akibat infeksi TB alamiah tapi masih mungkin
akibat imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin) . Pada anak balita yang
telah mendapat BCG diameter indurasi 10-15 mm dinyatakan uji tuberkulin
positif kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah tapi masih mungkin
disebabkan oleh BCG nya, tapi bila 15 mm hasil positif ini sangat
mungkin karena infeksi TB alamiah. Jika membaca hasil tuberkulin pada
anak usia lebih dari 5 tahun faktor BCG dapat diabaikan. Apabila diameter
0-4 mm dinyatakan uji tuberkulin negatif, dan bila 5-9 mm dinyatakan
positif meragukan.
Uji tuberkulin positif bisa dijumpai pada 3 keadaan seperti:
o Infeksi TB alamiah

Infeksi TB tanpa sakit TB (TB laten)

Infeksi TB dan sakit TB

TB yang telah sembuh

o Imunisasi BCG

16
o Infeksi Mycobacterium atipik
Uji tuberkulin negatif bisa dijumpai pada 3 keadaan seperti:
o Tidak ada infeksi TB
o Dalam masa inkubasi infeksi TB
o Anergi keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai keadaan,
sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin
walaupun sebenarnya sudah terinfeksi TB.

Radiologi
Foto thoraks posisi AP bisa juga disertai posisi lateral untuk melihat
pembesaran KGB didaerah hilus, pada TB anak foto thoraks memberikan
gambaran tidak khas, namun secara umum, gambaran sugestif TB adalah
sebagai berikut:
o Fokus ghon
o Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
o Konsolidasisegmental atau lobaris
o Milier
o Kalsifikasi dengan infiltrat
o Atelektasis
o Kavitas
o Efusi pleura

Mikrobiologi
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pemeriksaan
mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan M. Tuberculosis. Pada anak sulit dilakukan karena dahak sering
tertelan sehingga spesimen diambil dari gaster dengan NGT yang sering
ditolak karena pasien tidak nyaman.

17

SISTEM SKORING DIAGNOSIS TB PARU ANAK


IDAI mengeluarkan sistem scorring TB untuk lebih memudahkan penegakkan
diagnosis TB pada anak.
Parameter
Kontak TB

0
Tidak jelas

Laporan
keluarga,

Kavitas(+)

3
BTA(+)

BTA tidak jelas

BTA(-) atau
tidak tahu
Uji tuberkulin

Negatif

Positif

Berat
badan/keadaan
gizi

BB/TB <90%
atau BB/U<80%

Deman tanpa
sebab yang
jelas

>2minggu

Batuk

>3 minggu

Pembesaran
kelenjar getah
bening di leher,
ketiak atau di
pangkal paha

Ada
pembengkakan

Pembengkakan
tulang/sendi
panggul,lutut,
falang.

Ada
pembengkakan

Foto rontgen
dada

Klinis gizi buruk


atau BB/TB <70%
atau BB/U <60%

Normal/tidak Ditemukan
jelas
infiltrat
pembesaran
kelenjar
Konsolidasi
segmental
/lobar

Ditemukan
Kalsifikasi dan
infiltrat
Pembesaran
kelenjar dan
infiltrat

18

atelektasis

Catatan :
-

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter

Jika dijumpaiskrofuloderma, pasien dapat langsung didiagnosis TB

Foto thoraks bukan merupakan alat diagnostik utama pada TB anak

Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring
TB anak

Anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 14)

Pasien usia balita yang mendapat skor 5 dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih
lanjut

Gambaran sugestif paru berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal


dengan atau tanpa infiltrat, konsolidasi segmental atau lobar, milier, kalsifikasi
dengan infiltrat, atelektasis, tuberkuloma.

PENATALAKSANAAN
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,


Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,


Kapreomisin dan Kanamisin.

Dosis obat antituberkulosis (OAT)


Obat

Dosis harian

Dosis 2x/minggu

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)

INH

5-15 (maks 300 mg)

Rifampisin

10-20 (maks. 600 mg)

15-40 (maks. 900


mg)
10-20 (maks. 600
mg)

15-40 (maks. 900 mg)


15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid 15-30 (maks. 2 g)

50-70 (maks. 4 g)

15-30 (maks. 3 g)

Etambutol

50 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 1,25 g)

19
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

Catatan :
-

Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisisn, dosisnya tidak boleh


melebihi 10 mg/kgBB/hari.

Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorbsi dengan baik
melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan)
Dosis kombinasi pada TB anak
Berat badan (kg)

2 bulan

4 bulan

5-9
10-14
15-19
20-23

RHZ (75/50/150 mg)


1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

RH (75/50)
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

Catatan :

Bila BB 33 kg, dosis disesuaikan dengan dosis tunggal dan perhatikan dosis
maksimal

Bila BB < 5 kg, sebaiknya rujuk ke RS

Obat tidak boleh diberikan setengah dosis tablet

Perhitungan pemberian tablet diatas sudah memeperhatikan kesesuaian dosis per


KgBB

PENCEGAHAN

Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Dosis untuk bayi
sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,1 ml diberikan secara intadermal. Bila BCG
diberikan pada usia > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu. Manfaat BCG telah dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu sebesar 80%
efektif untuk mencegah TB milier, meningitis TB dan spondilitis TB pada anak.
Efek samping yang sering ditemukn adalah ulserasi lokal dan limfadenitis
(adenitis supuratif) dengan insiden 0,1-1%. Kontraindikasi imunisasi BCG ini

20
adalah keadaan imunokompromais, gizi buruk, dan pada bayi prematur BCG
ditunda sampai bayi mencapai berat bedan optimal.

Kemoprofilaksis
Terdapat 2 macam kemoprofilaksis, yaitu:
o Kemoprofilaksis primer
Bertujuan untuk mencegah terjadinya
kemoprofilaksis

ini

diberikan

isoniazid

infeksi TB. Pada

dengan

dosis

5-10

mg/KgBB/hari dengan dosis tunggal yang diberikan pada anak yang


kontak dengan TB menular terutama dengan BTA sputum positif, tetapi
belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif) yang diberikan selama 6 bulan
dan pada akhir bulan ketiga pemberian dilakukan uji tuberkulin ulang,
jika tetap negatif dilanjutkan sampai 6 bulan. Jika terjadi konversi
tuberkulin menjadi positif, evaluasi status TB pasien.
o Kemoprofilaksis sekunder
Bertujuan mencegah berkembangnya infeksi menjadi sakit TB
yang ditandai dengan uji tuberkulin positif, sedangkan klinis dan
radiologi normal. Tidak semua anak diberi kemoprofilaksis sekunder
tetapi hanya anak yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi untuk
berkembang menjadi sakit TB diberikan kemoprofilaksis selama 6-12
bulan.

21

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien anak Najwan usia 7,5 bulan dengan riwayat penyakit sekarang 3
minggu SMRS batuk berdahak disertai pilek, batuk pada malam hari, dahak tidak bisa
dikeluarkan, sesak nafas, anak juga panas, berkeringat di malam hari, tidak mual, tidak
muntah dan tidak mencret. 3 hari SMRS sesak nafas, sesak timbul kumat-kumatan,
tidak dipengaruhi aktivitas, posisi, dan emosi, timbul terutama pada malam hari. saat
sesak mengeluarkan bunyi nafas grok. Anak memiliki riwayat kontak dengan
penderita batuk lama.
Diagnosa pada pasien ini yaitu TB Paru dan status gizi baik, dengan diagnosa
banding bronkitis kronik, bronkopneumoni, asma bronkiale dan satus gizi buruk. Pada
anamnesa yang telah dilakukaan pasien mengaku batuk berdahak namun tidak bisa
keluar, pada bronkitis kronik, bronkopneumoni dan asma bronkiale juga didapatkan
gejala batuk. Sesak nafas, pada asma bronkiale juga memiliki gejala klinis yaitu sesak
nafas tetapi sesak nafas pada pasien ini tidak dipengaruhi oleh faktor pencetus, riwayat
alergi, aktivitas maupun posisi, tidak berkurang saat pasien duduk sehingga diagnosis
banding asma bronkiale dapat disingkirkan.
Bronkitis kronik dapat disingkirkan karena pada penyakit ini batuk lebih sering
terjadi pada pagi hari saat bangun tidur, dan batuk produktif berlangsung minimal 2
minggu, yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas, tetapi pada pasien ini
tidak ditemukan gejala tersebut.
Pasien dinyatakan menderia TB paru oleh karena dari anamnesa ditemukan
bahwa atuk sudah 3 minggu, sering berkeringat pada malam hari pada malam hari,
sesak tidak dipengaruhi faktor pencetus dan riwayat alergi juga perubahan posisi,
dengan memiliki riwayat penyakit dahulu pernah mengalami penyakit seperti ini 1
bulan yang lalu, dan memiliki riwayat keluarga yaitu kakak penderita baru saja selesai
menjalani pengobatan TB selama 6 bulan dan juga riwayat kontak dengan tetangga
yang menpunyai riwayat batuk lama. Pada pemeriksaan fisik auskultasi paru juga
ditemukan suara ronkhi.

22

23
Diagnosis status gizi pada pasien ini adalah gizi baik karena hasil pengukuran
antropometri dengan z-score pasien menunjukan hasil gizi baik, dan secara klinis tidak
ditemukan tanda gizi buruk.
Pasien ini dapat diberikan terapi O2, OAT, antipiretik, bronkodilator, mukolitik
dan dilakukan fisioterapi dikarenakan untuk membantu mengelurkan mukus pada
pasien.Selama menjalaani perawatan dirumah sakit pasien mengalami peningkatan
kesehatan diantaranya, sudah tidak sesak, tidak batuk dan demam, pasien juga di
monitoring KU dan TTV. Pasien diberi edukasi yaitu Tirah baring, Minum obat teratur,
Makan makanan yang bergizi, dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak edisi ke-2, 2007, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
UKK Respirologi PP IDAI, Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai