Lapsus Demensia Vaskuler
Lapsus Demensia Vaskuler
PENDAHULUAN
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada
usia tua. Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul
karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan
gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan
fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan
motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada penyakit
serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder
mengenai otak 1.
Stroke pada usia lanjut adalah sesuatu yang sering dijumpai. Kaitan antara
demensia dengan stroke adalah kompleks. Katzman melaporkan bahwa penyebab
terbanyak kedua demensia adalah penyakit serebrovaskular (20 - 25%) sesudah
penyakit Alzheimer (60-70%). Jadi selain menyebabkan defisit neurologis fokal,
stroke juga dihubungkan dengan demensia. Sebagian pasien stroke akan
mengalami demensia. Diperkirakan sekitar 25% dari penderita stroke bisa
mengalami penurunan kemampuan kognitifnya hingga ke taraf demensia.
Demensia paska stroke iskemik akut berpengaruh terhadap lamanya survival
paska stroke iskemik akut dan memberikan akibat yang signifikan pada prognosis
1,2
.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Demensia
Demensia adalah Sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik
atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (Kortikal yang multiple)
yaitu daya
ingat, daya
terjadi
pada
pada
kondisi
lain
penyakit
mengenai otak 1.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia 1.
2.2.
Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di
Amerika Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian
di Asia. Prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih
2,2% di Jepang. Di Jepang, 50% dari semua jenis demensia pada individu
berumur lebih dari 65 tahun adalah demensia vaskular. Di Amerika Latin, 15%
dari semua demensia adalah demensia vascular3.
Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang
telah mengalami stroke berbanding kontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien
mengalami demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko
relative kejadian demensia adalah 5,5%. Demensia vaskular paling sering pada
laki-laki, khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya
atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden meningkat sesuai dengan
peningkatan umur3.
2.3
Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas
65 tahun adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran
antara keduanya. Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya
adalah demensia Lewy body (Lewy body dementia), penyakit Pick, demensia
frontotemporal, hidrosefalus tekanan normal, demensia alkoholik, demensia
infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus (HIV) atau sifilis) dan
penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan
penatalaksanaan klinis berhubungan dengan penyebab yang reversibel seperti
kelaianan metabolik (misalnya hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya
defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau sindrom demensia akibat
depresi. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kemungkinan penyebab demensia 3:
atau hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks
dan banyak
faktor
fungsinya.
Telah dilakukan
Gambar 2.3 Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko
cardiovascular dan A7.
Stress oksidatif dan inflamasi yang diinduksi dari factor-faktor tersebut
bertanggungjawab terhadap kerusakan dari fungsi unit neurovascular. Yang
menyebabkan hipoksia-iskemia, demyelinisasi axonal, dan penurunan potensi
perbaikan dari white matter dengan perubahan oligodendrycte progenitor cell.
Kerusakan dari white matter berkontribusi terhadap VCI dan AD7.
alba
dari
hemisfera
serebral
dan
nuklei
abu-abu
Gambar 2.5. Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari suatu
kasus
demensia vascular.
Infark
lakunar
bilateral
multipel
patofisiologi
dimana
patologi
vaskuler
menyebabkan
kerusakan kognisi masih belum jelas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam
kenyataannya beberapa patologi vaskuler yang berbeda dapat menyebabkan
kerusakan kognisi, termasuk trombosis otak, emboli jantung, dan perdarahan6.
Dementia multi infark merupakan akibat dari infark multiple dan bilateral.
Terdapat riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal
seperti hemiparesis, hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering
disertai disarthia, gangguan berjalan (sleep step gait). Forced laughing/crying,
refleks babinski dan inkontinensia. CT scan otak menunjukan hipodens bilateral
disertai atrifi kortikal kadang disertai dilatasi ventrikel.
2. Infark Lakuner6
2.6.
Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes kognitif dan
fourth
baik tetapi spesifitas yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IVTR adalah seperti berikut5:
Skor
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
the National
Association International
Institute of Neurological
pour
Neurosciences (NINDS-AIREN)9.
10
la Recherch at
en
dimanifestasikan
dengan kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif (orientasi,
atensi, bahasa,
fungsi
praksis), ditemukan
visuospasial,
fungsi
eksekutif,
kontrol motor,
defisit harus cukup berat sehingga mengganggu aktivitas harian dan tidak
disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran,
psikosis, aphasia
berat
atau
kemunduran
sensorimotor
delirium,
major.
Juga
gangguan sistemik atau penyakit lain yang menyebabkan defisit memori dan
kognisi.
B. Penyakit serebrovaskular
Adanya
tanda
fokal
pada
pemeriksaan
neurologi
seperti
thalamus, basal
forebrain),
lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi substansia alba
periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di atas.
C. Hubungan antara dua kelainan di atas
- Awitan demensia 3 bulan pasca stroke
- Deteriorasi fungsi kognitif mendadak atau progresi defisit kognitif
yang fluktuasi atau stepwise
2. Gambaran klinis konsisten dengan diagnosis probable vascular dementia
A. Adanya gangguan langkah dini (langkah kecil marche a petits pas, atau
langkah magnetik, apraksi-ataxic atau Parkinson)
B. Riwayat unsteadiness dan jatuh tanpa sebab
C. Urgensi dan frekuensi miksi dini serta keluhan berkemih yang lain bukan
disebabkan oleh kelainan urologi
D. Pseudobulbar palsy
E. Perubahan
personaliti
dan
suasana
hati,
abulia,
depresi,
Gejala Klinis
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular yaitu subkortikal,
aktivitas
harian
peningkatan
kesukaran
dalam
pasien
bertahap
yang mendukung
demensia
vaskular
adalah
mengeluh somatik, dan inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala
fokal.
membuat keputusan diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan menurun
lagi.
Awitan dapat perlahan atau mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama
dapat menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke
menyebabkan gejala yang serta-merta6.
2.8.
Faktor Resiko
Faktor resiko demensia vaskuler yaitu6:
1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis( Asia,
Africo- American), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.
2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret,
penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa
terapi penggantian estrogen, dan gambaran EKG yang abnomal.
3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada
hemostatis, konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres
psikologik, paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida,
herbisida, plastik), sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah
volume kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark.
Diagnosis Banding
1. Penyakit alzheimer
Biasanya demensia vaskular
2.9.
selama
telah
yang
dibedakan
mungkin
dari
demensia
menyertai
tipe
penyakit
gejala
14
pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk
penyakit serebrovaskular5.
Individu
keracunan
15
penting
adalah
hipertensi.
vaskular.
Penelitian
Faktor
resiko
yang
yang
interaksi
yang melakukan
aktivitas
yang menstimulasi
intelektual
2.11.
Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu
dilakukan.
Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum
sebelum melakukannya.
Banyak bersabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien lebih sukar
untuk mengingat sesuatu. Belajar teknik relaksasi juga berkesan.
16
B. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia
vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin B6 dan
vitamin B12 yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine
yang merupakan faktor resiko stroke.
2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular
resiko
Agen
dapat
diperlambat
jika
faktor
platlet
berguna
untuk mencegah
stroke
berulang.
Pada
demensia vaskular, aspirin mempunyai efek positif pada defisit kognitif. Agen
antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan clopidogrel.
Aspirin
Mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi
prostaglandin sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin atau gagal
dengan terapi aspirin.
Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi
penelitian
yang
17
2.12.
Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer.
kematian
adalah
komplikasi
dari
demensia,
18
penyakit
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Penderita
Nama
:
Usia
:
Jenis kelamin :
Alamat:
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Status nikah :
Suku bangsa :
Agama
:
Nomor reg
:
MRS
:
Ny. SS
64 tahun
Perempuan
Perum Dirgantara Permai A3/14 Malang
IRT
SMA
Menikah
Jawa
Islam
10023856
4 Juni 2013
3.2. Anamnesis
Keluhan utama: pelupa
19
Status Interna :
Status Neurologi :
GCS : 456
Meningeal Sign : Kaku kuduk -,
Brudzinski I: -/-, Brudzinski II -/Pemeriksaan Saraf Kranial : parese N. VII dan XII D UMN
Pemeriksaan Sistem Motorik : hemiparese D
Tonus: N N Kekuatan: 4+ 5
N N
4+ 5
Pemeriksaan Sistem Sensorik: dalam batas normal
Pemeriksaan Sistem Refleks :
20
A. Refleks Fisiologis :
BPR +2/+2
TPR +2/+2
KPR +2/+2
APR +2/+2
B. Refleks patologis:
T -/-
(-)
Mini mental State Examination : 4 lihat lampiran
CDT (Clock Drawing Test) : 0 lihat lampiran
Skor iskemik Hachinski : 11 lihat lampiran
Geriatric depression scale : 2
3.4. Diagnosis
Diagnosa klinis:
Acute memory loss
Onset 7 hari yang lalu
Onset bangun tidur
HT (+) uncontrolled
Parese n.VII & XII D UMN
Hemiparese D
Diagnosa topis: cortex subcortex S
Diagnosa klinis: susp demensia vaskuler
3.5. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium ( Saat MRS 4 Juni 2013) :
Hasil lab 4 Juni 2013
Hb
: 12,9
Eritrosit
: 4,49 x 106
Leukosit
: 10.070
Hematokrit : 39,3
Trombosit
: 378.000
MCV
: 86,10
MCH
: 28,60
MCHC
: 33,20
RDW
: 14,10
Hitung jenis: neutrofil
82,4
Limfosit
7,8
Monosit
8,2
21
Eosinofil
Basofil
1,1
0,2
CT scan
:
Infark kronis di periventrikel lateral kornu anterior kiri, korteks
22
1.7. Terapi
1.8.
Follow Up
Tanggal
4/6/2013
S
Lupa-lupa
O
GCS 456, TD :
23
A
Susp.
P
GD1/GD2, Lipid
Demensi
a
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
MMSE 4
GDS 0
profile, as urat
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
5/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Myeri
Demensi
kepala (-)
BAB &
BAK dbn
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
20mg
Fluoxetin 1x10mg
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
7/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
20mg
Fluoxetin 1x10mg
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
8/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
24
20mg
Fluoxetin 1x10mg
GD1/GD2, Lipid
profile, as urat
O2 2 lpm n.c (k/p)
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
vaskuler
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
10/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
CDT = 0
20mg
Fluoxetin 1x10mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
Daftar EEG
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
11/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
vaskuler
20mg
Fluoxetin 1x10mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
EEG (13/6)
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-020mg
25
12./6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
Fluoxetin 1x10mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
HCT 25mg-0-0
c/ psikiatri
EEG (13/6)
MRI kepala +
kontras (daftar)
O2 2 lpm n.c (k/p)
Inf. NaCl 0,9% 30
tpm
Inj. Citicholine 3 x
250 mg
Inj ranitidin 2 x 50
mg
PO: Aspilet 1x 160
mg
Simvastatin 0-0-
13/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Susp.
(+)
Nyeri kepala
Demensi
(-)
BAB &
BAK dbn
Gelisah (-)
vaskuler
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
20mg
Donepezil 1x5mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
HCT 25mg-0-0
EEG hari ini
MRI
kepala+kontras (26
Juni 2013)
Venflon (+)
PO:
Aspilet 1x 160 mg
Simvastatin 0-020mg
Donepezil 1x5mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
HCT 25mg-0-0
Citicholine
14/6/2013
Lupa-lupa
GCS 456, TD :
Demensi
(+)
Nyeri kepala
vaskuler
(-)
26
2x250mg
EEG hari ini
MRI
kepala+kontras (26
Juni 2013)
BAB &
UMN
Motorik 4+/5
4+/5
BAK dbn
Gelisah (-)
Venflon (+)
PO:
Aspilet 1x 160 mg
Simvastatin 0-0-
Px di
20mg
Donepezil 1x5mg
Diltiazem 3x30mg
Captopril 3x25mg
HCT 25mg-0-0
Citicholine
KRSkan
dengan
kontrol
poliklinis
2x250mg
Gambaran klinis
Onset mendadak
Perburukan bertahap
Perjalanan berfluktuasi
Kebingungan nocturnal
Kepribadian relatif baik
Depresi
Keluhan somatic
Emosi tidak tetap
Riwayat hipertensi
Riwayat stroke
Bukti hubungan aterosklerosis
Keluhan neurologis fokal
Tanda neurologis fokal
Skor
2
0
0
1
1
0
0
1
1
2
1
0
2
27
berat
28
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Demensia ditegakkan berdasarkan anamnesis bahwa pasien berusia
64 tahun, menjadi pelupa secara mendadak sekitar 1 minggu yang lalu, dengan onset
mendadak saat bangun tidur. Pasien menjadi tidak bisa mengingat segala sesuatu yang ada
dirumah, bahkan nama kedua anaknya sendiri. Tidak ingat kegiatan apa saja yang rutin
dilakukan (misalnya masak, menyapu, mandi, makan, dan sebagainya). Pasien jadi sering
marah-marah, dan untuk berpakaian pasien seringkali harus dibantu oleh anaknya. Saat onset,
tidak diketahui adanya kelemahan pada anggota gerak tubuhnya, bicara pelo, wajah asimetris,
maupun gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Pasien saat ini kesulitan
mengingat nama orang baik yang baru dikenal.
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular yaitu subkortikal, bervariasi dan
biasanya menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan aktivitas harian
seperti makan, berpakaian,
vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik. Tanda dan gejala fisik yang muncul
adalah kehilangan memori/pelupa, kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih
ekstremitas, konsentrasi berkurang, defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk
inisiasi, merencana dan mengorganisasi atau sering atau inkontinensia urin dan alvi.
Inkontinensia urin terjadi akibat kandung kencing yang hiperrefleksi.Sementara itu, tanda dan
gejala perilaku dapat berupa perbicaraan yang tidak jelas, gangguan bahasa, depresi,
halusinasi, inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek pseudobulbar), dan sukar
menurut perintah. Riwayat
kerusakan
bertahap
pasien
yang mendukung
demensia
vaskular
adalah
somatik, dan inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala fokal. Contoh kerusakan
bertahap adalah kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh periode
yang stabil dan kemudian akan menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau mendadak.
Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat menyebabkan penurunan memori yang perlahan
sedangkan stroke menyebabkan gejala yang serta-merta6
Hasil pemeriksaan MMSE menunjukkan nilai 4 dan CDT 0 yang menunjukkan
adanya gangguan fungsi kognitif yang berat. Hasil skor iskemik Hachinski > 7 pasien ini
menunjukkan bahwa pasien ini mengalami suatu demensia vaskular. Skor GDS < 5 pada
pasien ini menunjukkan bahwa pasien tersebut saat ini tidak dalam kondisi depresi. Sesuai
30
dengan kriteria NINDS-AIREN, pasien tersebut masuk dalam kriteria probable vascular
dementia. Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan fisik yang mendukung adanya defisit
neurologis fokal berupa kelemahan nervus fascialis dan hipoglossus kiri dan adanya
kelemahan ekstrimitas kiri pasien. Hasil imaging baik CT-Scan kepala maupun MRI Kepala
menunjukkan adanya infark lakunar multiple di daerah diencephalon dan lesi infark di lobus
frontal. Hasil EEG yang menunjukkan adanya fokus epileptogenik di temporal kiri juga dapat
menunjukkan suatu lesi yang dapat menyebabkan gangguan memori (demensia). Menurut
Chui, dkk, 1999, diagnosis demensia vaskuler adalah adanya penurunan fungsi intelektual,
bukti adanya stroke berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun radiologis, dan
hubungan adanya demensia dan penyakit serebrovaskuler pada temporal10.
Pada kasus ini, demensia kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak dan
hipertensi yang merupakan salah satu faktor resiko demensia karena menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah. Riwayat stroke tidak diketahui secara jelas, karena pasien maupun
keluarga tidak menyadari adanya kelemahan pada ekstremitas sisi kanan pasien. Dengan
faktor resiko yang dimiliki pasien, dapat disimpulkan pasien pernah mengalami stroke dan
kejadian demensia yang dialami pasien dapat merupakan dampak dari stroke di masa lampau
dan/atau bersamaan dengan stroke onset yang baru. Kesimpulan ini didukung oleh hasil
temuan CT scan dan MRI kepala.
Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan demensia Alzheimer karena gejala klinis
gangguan memori yang menonjol, tetapi karena gangguan tersebut bersifat mendadak,
disertai dengan adanya defisit neurologis fokal, didukung dengan skor Hachinski yang lebih
dari 7, maka diagnosis yang lebih sesuai adalah demensia vaskuler. Pada pasien dengan
gejala demensia harus dibedakan lebih dahulu dengan depresi. Hal ini dibuktikan dengan skor
depresi Hamilton yang menunjukkan tidak adanya depresi. Demensia yang terjadi akibat
yang lain seperti tumor otak, infeksi, dehidrasi, malnutrisi, dan kelainan yang lain juga telah
diberdakan baik melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan penunjang (laboratorium, imaging
dan EEG).
Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu Aspilet 1x160 mg, captopril 3x25 mg,
citicholin 3x500 mg, dan antioksidan Ginkobiloba 1x1. Penatalaksanaan non farmakologis
pada penderita demensia antara lain program aktivitas harian penderita (kegiatan harian yang
teratur dan sistematis, misalnya aktivitas fisik yang baik, melaksanakan Latih, Ulang,
Perhatikan dan Assosiasi), serta orientasi realitas (penderita diingatkan akan waktu dan
tempat, beri tanda khusus untuk suatu tempat tertentu).
31
BAB V
KESIMPULAN
Laporan kasus ini menampilkan wanita usia 64 tahun dengan penurunan daya ingat
disertai gangguan kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan fungsi sosial setelah
yang didiagnosis sebagai demensia vaskular. Diagnosis ditegakkan melalui riwayat penyakit
yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gambaran
klinis yang menyokong diagnosis DVa pada pasien ini mengarah ke diagnosis Dva tipe
hipoperfusi dementia .
Terapi untuk demensia vaskular meliputi terapi farmakoterapi dan non-farmakoterapi
Terapi farmakoterapi berupa terapi untuk mencegah serangan stroke dan memperbaiki fungsi
kognitif dan perilaku. Terapi non-farmakoterapi pada penderita demensia bertujuan untuk
mempertahankan fungsi kognisi yang masih ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1993. 49-67.
2. Budiarto, Gunawan. 2007. Dementia Vaskular serta kaitannya dengan stroke.
Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah nasional II Neurobehaviour. Airlangga
University Press, Surabaya.
3. Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184.
32
4. MemoryDisoders.Diaksesdarihttp://www.gabehavioral.com/Memory
%20Disorders.htm. 10 Juli 2013.
5. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive
disorders.
Kaplan
&
Sadock's
Synopsis
of
Psychiatry:
dari
http://www.geriatricsandaging.ca/fmi/xsl/article.xsl?
lay=Article&Name=Dementia:%20Biological%20and%20Clinical%20AdvancesPart
%20I&-find. 10 Juli 2013.
9. Roman, G.C. dkk. (1993). The Internet Stroke Center. Ninds-Airen Diagnostic
Criteria.43 (2): 250-60. Diunduh dari http://www.strokecenter.org/trials/scales/nindsairen.html.
10. Lovestone, Simon dan Gauthier, Serge. 2001. Management of Dementia. London:
Lundbeck Institude.
33