Metode Pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sedangkan dalam buku Wina Sanjaya (2008:147) disebutkan bahwa metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
2. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil
posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang
topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua
posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Langkah-langkah :
• Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya
kontra
• Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh
kedua kelompok diatas
• Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok
pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
• Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari
setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
• Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
• Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
3. Metode Diskusi
Metode ini merupakan interaksi antar siswa atau siswa dengan guru untuk
menganalisa, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu. Metode ini menghadapkan siswa pada suatu permasalahan
sehingga metode ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen dalam Sanjana, 2008:154)
Langkah-langkah penggunaan
a. Persiapan
• menentukan topik yang akan didiskusikan
• merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
• merumuskan masalah yang akan didiskusikan
• menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi
b. Pelaksanaan
• membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota)
• menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
• membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi
• memberikan rangsangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi
• mencatat ide dan saran-saran yang penting
• kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam
diskusi antar kelompok
• hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru atau pimpinan dikusi
dalam bentuk tertulis
3. Simposium
Metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai
kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut
disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan
pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara.
Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus
pula terdiri atas beberapa pembicara sedikitnya dua orang. Tetapi symposium
berbeda dengan panel didalam cara pembahasan persoalan. Sifatnya lebih formal.
Seorang anggota symposium terllebih dahulu menyiapkan pembicaraannya
menurut satu titik pandangan tertentu. Terhadap sebuah persoalan yang sama
diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disoroti dari titk tolak
yang berbeda-beda.
4. Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa
orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi
panel berbeda dengan diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat
langsung tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu
digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa
disuruh untuk mrumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan, Muhibbin Syah ( 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran, Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Metode Demonstrasi juga bisa kita definisikan sebagai metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-
langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa. Untuk memperjelas
pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu
sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja suatu mesin cuci atau apa
yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi :
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya
terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana
siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai
pengalaman yang berharga.
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat
membangkitkan minat siswa.
5. Guru harus dapat memperagakan demonstrasi dengan sebaik-baiknya, karena
itu guru perlu mengulang-ulang peragaan di rumah dan memeriksa semua alat yang
akan dipakai sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas
semuanya berjalan dengan baik
Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah:
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.
Metode demontrasi dapat dilaksanakan manakala:
1. Kegiatan pembelajaran berrsifat normal, magang atau latihan bekerja
2. Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak
3. Guru, pelatih , instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan
yang panjang
4. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
5. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/ praktik yang kita
laksanakan
6. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan
7. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat
dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi
Langkah-langkah :
1. Perencanaan
• Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.
• Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di
laksanakan.
• Memperhitungkan waktu yang di butuhkan.
• Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi diri apakah :
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa, apakah semua
media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa
dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu
• Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
6. Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses
kejadian atau benda yang sebenarnya. Simulasi berasal dari kata "Simulate" artinya pura-
pura atau berbuat seolah-olah. Simulation juga berarti tiruan atau perbuatan yang pura-
pura saja. Simulasi sebagai metode penyajian adalah suatu usaha untuk memperoleh
pemahaman akan hakikat suatu prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses
kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (tidak sesungguhnya). Dengan simulasi
memungkinkan siswa mampu menghadapi kenyataan yang sesungguhnya atau
mempunyai kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya.
Agar penggunaan metode simulasi mencapai tujuan dan manfaat yang diinginkan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. tiap siswa atau kelompok siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
melakukan simulasi
b. tiap siswa terlibat langsung dalam peranannya masingmasing
c. simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi
kenyataan dengan baik
d. disiapkan petunjuk simulasi dapat secara terperinci atau secara garis besar
e. dalam simulasi diusahakan dapat digambarkan secara lengkap tentang situasi,
proses yang diperkirakan terjadi dalam kenyataan sesungguhnya
Kelebihan metode :
• Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi
dunia kerja
• Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan
• simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa
• memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematic
• simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam prose pembelajaran
Kelemahan metode :
• Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidk selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan
• Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan
• Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi
Langkah-langkah :
1. Persiapan
• menentukan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi
• guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akin disimulasikan
• guru menetapkan pemain yang akin terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan
• guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa
yang terlibat dalam pemeranan simulasi
2. Pelaksanaan
• simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
• para sisw lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
• guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan
• simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak untuk mendorong siswa
berfikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan
3. Penutup
• melakukan diskusi baik baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi
• merumuskan kesimpulan.
Jenis-jenis Simulasi :
a. Sesiodrama
Sesiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalah yang menyangkut
hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran
keluarga yang otoriterdan lain sebagainya. Sesiodrama digunakan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak
dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk
terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
c. Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
Metode ini digunakan agar penanaman dan pengembangan aspek nilai, moral
dan sikap siswa akan lebih mudah dicapai bilamana siswa secara langsung
mengalami (memerankan) peran tertentu, dari pada hanya mendengarkan penjelasan
ataupun melihat/mengamati saja.
Langkah-langkah :
1. Persiapan
a. menentukan permasalahan sebagai topik
b. merumuskan tujuan pembelajaran
c. merumuskan langkah-langkah bermain peran
d. menyiapkan ceritera yang akan diperankan
e. mengidentifikasikan peran yang diperlukan, lokasi, pengamat, dan
sebagainya
2. Pelaksanaan
a. memilih peserta
b. mengatur tempat main
c. mempersiapkan pengamat
d. memainkannya
e. diskusi dan evaluasi
f. memainkan kembali
g. diskusi dan evaluasi
h. mengemukakan pengalaman dan generalisasi
7. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan
bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu yang terbatas.
Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:
• menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
• mendorong perilaku kreatif
• membiasakan berpikir komprehensif
• memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
Langkah-langkah :
Fase Pemberian tugas
• Tujuan yang akan dicapai
• Jenis tugas yang jelas dan tepat
• Sesuai dengan kemampuan siswa
• Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
• Sediakan waktu yangcukup untuk mengerjakan tugas tersebut
Kekurangannya adalah :
• Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas
• Khusunya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikan adalah anggota tertentu saja , sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik
• Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan pervedaan individu siswa
• Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa
Langkah-langkah Penggunaan
Tahap persiapan
• pada langkah awal, guru menentukan kegiatan yang akan ditugaskan,
misalnya: membuat ikhtisar karangan, mengumpulkan gambar, menyusun kliping,
melakukan observasi, dan lain-lain
• guru menetapkan topik, dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan melalui
macam penugasan kepada para siswa
• menetapkan kelompok-kelompok dan waktu (penugasan pelaksanaan)
Tahap pelaksanaan
• siswa secara sendiri-sendiri atau kelompok melaksanakan tugas yang telah
ditentukan guru membimbing atau mengawasi selama kegiatan penugasan
berlangsung
Tahap penyelesaian
• siswa secara individual atau kelompok menyerahkan hasil penugasan kepada
guru
• guru memilih hasil penugasan untuk disampaikan dan dibahas dalam kelas
• guru memberikan penilaian tehadap hasil penugasan
Langkah-langkah penggunaan
Tahap persiapan atau perencanaan
a. menetapkan obyek yang akan diobservasi
b. menentukan alat/instrumen peroleh data dalam mengadakan observasi
c. membuat instrumen untuk mengadakan observasi
Tahap pelaksanaan
a. siswa secara langsung menuju obyek yang diobservasi
b. siswa mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diobservasi
c. siswa mengadakan pencatatan terhadap peristiwa, kejadian-kejadian atau gejala-gejala
yang terjadi
d. mendiskusikan hasil pengamatan dengan tim
e. menyusun laporan sebagai hasil observasi
Langkah-langkah Penggunaan
Persiapan
• Menentukan permasalahan sebagai topik. Topik ini dapat ditentukan dengan cara
menyajikan masalah yang jelas, yang menimbulkan pertanyaan ingin tahu sehingga
mendorong untuk pemecahannya. Masalah ini harus tumbuh dan sesuai dengan taraf
• kemampuan serta kecerdasan siswa
• Merumuskan Tujuan pembelajaran Khusus (TPK)
• Merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah
• Menentukan kriteria pemilihan pemecahan masalahyang terbaik
Pelaksanaan
• Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
• Menjelaskan pemecahan masalah
• Merumuskan permasalahan
• Menelaah permasalahan
• Membuat dan merumuskan hipotesa
• Menghimpun, mengelompokkan data sebagai bahanhipotesis
• Pembuktian hipotesis
• Menentukan pilihan pemecahan dan keputusan
1. Seleksitopik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan Kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 di atas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang
luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat
di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif
yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
Kegunaan Media
Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah
Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman
dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.
Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar
kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran
Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang pembelajaran apabila
keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajarannya.
a. Media audiktif
adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Yang termasuk jenis
media ini antara lain meliputi tape recorder dan radio.
b. Media visual
adalah media yang hanya mengandalkan indra pengelihatan. Yang temasuk jenis ini
antara lain meliputi gambar, foto, serta benda nyata yang tidak bersuara.
c. Media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Beberapa contoh media
audiovisual meliputi televisi, video, film, atau demonstrasi langsung.
Media audiovisual dapat Anda bedakan lagi menjadi
1) Audio visual diam
adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak). Misalnya,
film bingkai suara sound sistem, film rangkai suara, dan cetak suara.
adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.
Misalnya, film suara dan video-cassette.
1. Media nonproyeksi
Media nonproyeksi disebut juga media pameran atau displayed media. Media
a. Model
Model adalah benda nyata yang dimodifikasikan. Penggunaan model sebagai media
dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan realia karena harga
yang mahal, sulit pengadaannya, barangnya terlalu besar, bahkan mungkin terlalu kecil.
Menurut Heinich et.al (1996) model adalah gambaran tiga dimensi dari sebuah benda nyata.
Model dapat berukuran lebih besar, lebih kecil atau berukuran sama persis dengan benda
aslinya, dan dapat menampilkan bentuk yang lengkap dan rinci dari benda aslinya.
b. Bahan Grafis
Bahan grafis adalah media visual nonproyeksi yang mudah digunakan karena tidak
membutuhkan peralatan dan relative murah. Menurut Brown et.al (1985) ada lima jenis
media grafis yang memiliki keunggulan yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran yaitu:
graft, chart atau diagram, kartun, poster, peta atau globe. Masing-masing media grafis
memiliki keunggulan dan keunikan sendiri-sendiri.
Diagram visualisasi dalam bentuk grafis yang masih tergolong dalam gambar yang sederhana
adalah diagram. Penggunaan diagram pada umumnya ditujukan untuk menggambarkkan
suatu hubungan atau menjelaskan suatu proses. Diagram dapat memberikan gambaran
tentang suatu proses, misalnya mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran proses, seperti
tergambar dalam media di bawah ini
a. OHT
OHT merupakan media yang paling banyak digunakan karena relative mudah dalam
penyediaan materinya, karena hanya dibutuhkan bahan transparansi dan alat tulis. Namun
untuk hasil yang bagus sebaiknya alat tulis yang digunakan khusus untuk overhead
transparansi.
Beberapa cara mempersiapkan OHT dapat Anda pelajari pada bagian berikut :
1) Handmade transparancies, yaitu transparansi dengan buatan tangan.
2) Thermal fil process, salah satu cara untuk membuat transparansi dengan cara
menggunakan acetate film yang diletakkan di atas master materi yang akan
disajikan, kemudian dimasukkan alat khusus yang dinamakan thermal copier.
3) Electrostatic film process, merupakan cara membuat transparansi dengan jalan
berasal dari kertas biasa baik sebagai tulisan tangan, hasil print computer
c. Opaque proyektor
Opaque proyektor atau proyektor tak tembus pandang adalah media yang digunakan
untuk memproyeksikan bahan dan benda-benda yang tidak tembus pandang, seperti buku,
foto dan model-model baik dua dimensi maupun tiga dimensi.
3. Media Audio
Media audio merupakan media yang fleksibel karena bentuknya yang mudah dibawa,
praktis, dan relatif murah (misalnya radio, tape compo, pengeras suara).
Menurut Rowntree (1994) penggunaan media audio dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. media audio yang dipakai untuk mendengarkan,
b. media audio vision yang dipakai untuk mendengarkan dan melihat,
c. media audio visual yang dapat dipakai untuk mendengar, melihat dan melakukan.
4. Media Video
Media video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi.
Hal itu disebabkan oleh kemampuan video untuk memanipulasi kondisi waktu dan ruang
sehingga peserta didik atau siswa dapat diajak untuk melihat objek yang sangat kecil maupun
objek yang sangat besar, objek yang berbahaya, objek lokasinya jauh di belahan bumi lain,
maupun objek yang ada di luar angkasa.
5. Media Berbasis Komputer
Media komputer saat ini sudah sangat luas dimanfaatkan oleh dunia pendidikan. Menurut
Hannafin dan Peek (1998), potensi media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran sangat tinggi.
Hal ini antara lain dikarenakan terjadi interaksi langsung antara siswa dengan materi
pembelajaran. Selain itu, proses pembelajaran dapat berlangsung secara individual dan
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa sehingga potensi siswa dapat lebih
tergali. Media komputer juga mampu menampilkan unsur audio-visual yang bermanfaat
untuk meningkatkan minat belajar siswa, atau yang dikenal dengan program multi media.
Media komputer pun dapat memberi umpan balik bagi respon siswa dengan segera setelah
diberi materi.
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari
dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun
berada.
2. Penyusunan media yang terencana dan terstruktur dengan baik membantu pengajar untuk
menyampaikan materi dengan kualitas dan kuatitas yang sama dari satu kelas ke kelas
yang lain.
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana
belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
4. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa
5. Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara
penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas.
9. Dengan media yang makin lama makin canggih maka kegiatan pembelajaran tidak hanya
dilakukan di dalam kelas saja tetapi bisa di mana saja. Misalnya, dengan teleconference
pengajar dari luar kota bisa memberikan materinya, atau dengan CD peserta didik dapat
mengikuti proses pembelajaran melalui media secara mandiri sesuai dengan kebutuhan
mereka. Hal ini seperti halnya Anda yang jarak jauh bisa menggunakannya.
10. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai
ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
11. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi
perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa,
pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain
Menurut Prof. Drs. Hartono Kasmadi M.Sc. bahwa di dalam memilih media
pendidikan perlu dipertimbangkan adanya 4 hal yaitu : Produksi, peserta didik, isi, dan guru.
1) Pertimbangan produksi :
3) Pertimbangan Isi :
a. Curriculair relevance
Penggunaan media harus sesuai dengan isi kurikulum, tujuannya harus jelas, perlu
dengan baik.
b. Content Suondness.
Perlu kejelian dalam memilih media, yaitu pembelian yang efektif, disesuaikan
dengan kebutuhan. Pembelian hanya untuk referensi, bukan untuk demonstrasi.
Jika memungkinkan guru harus mampu membuat sendiri media yang cocok
dengan kebutuhan, up to date.
c. Presentation
Jika isi sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan, perlu juga cara menyajikan yang
harus benar.
4) Pertimbangan guru :
a. Teacher utilization
Guru harus mempertimbangkan dari segi pemanfaatan media yang akan
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan :
Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan
mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar
mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media
pengajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini, menurut Wijaya dkk (1991:2), disebabkan
perkembangan jaman yang terus terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu. Lembaga
pendidikan hendaknya tidak hanya puas dengan metode dan teknik lama, yang menekankan
pada metode hafalan, sehingga tidak atau kurang ada maknanya jika diterapkan pada masa
sekarang. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat siswa semakin akrab
dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia informasi dan
komunikasi. Karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh guru agar terus
mengadakan pembaharuan (inovasi).
Pembaharuan atau inovasi dalam dunia kependidikan sering diartikan sebagai suatu
upaya lembaga pendidikan dalam menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang
dengan cara memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru
sebagai jawaban atas perkembangan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang
cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas (Wijaya dkk, 1991:2).
Terkait dengan inovasi di bidang media pengajaran, mutu guru akan dapat ditentukan dari
seberapa jauh atau kreatif ia dalam pengembangan dan inovasi media pengajaran. Hal ini
akan sangat membantu tugasnya sebagai profesional. Menurut Sudarminto (dalam Samana,
1994:21), guru yang profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang
diajarkannya secara efektif dan efisien. Lebih lanjut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(sekarang menjadi Departemen Pendidikan Nasional) melalui Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru (P3G) (dalam Arikunto, 1990:239) telah merumuskan bahwa kompetensi
profesional guru menuntut seorang guru untuk memiliki pengetahuan yang luas serta
mendalam tentang bidang studi (subject matter) yang diajarkannya beserta penguasaan
metodologis, dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih metode yang
tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan dan melakukan
pembaharuan media pengajaran merupakan salah satu indikator kompetensi profesionalnya.
Konsekuensi yang harus diperhatikan adalah bahwa sikap statis (tidak kreatif) dan
cara-cara yang konvensional semua pihak yang terlibat dalam dunia kependidikan, terutama
guru, hendaknya dihilangkan. Guru harus aktif mencari dan mengembangkan sistem
pendidikan yang terbuka bagi inovasi teknologi media pengajaran. Dalam hal ini, penanaman
sikap inovatif pada guru sangat penting dilakukan (Wijaya, 1991:1-2).
Pertama, kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media; apakah untuk keperluan hiburan,
informasi umum, pembelajaran dan sebagainya.
Kedua, familiaritas media, yang melibatkan pengetahuan akan sifat dan ciri-ciri media yang
akan dipilih.
Ketiga, sejumlah media dapat diperbandingkan karena adanya beberapa pilihan yang kiranya
lebih sesuai dengan tujuan pengajaran (Rahardjo, 1986:62-63).
Sejalan dengan pendapat di atas, Miarso (1986:105) menyatakan bahwa hal pertama yang
harus dilakukan guru dalam penggunaan media secara efektif adalah mencari, menemukan,
dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai
dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada
pada kelompok belajarnya. Karaketristik ini antara lain adalah kematangan anak dan latar
belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan dengan usia
perkembangannya.
Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang disampaikan
guru juga hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan media. Setidaknya ada tiga fungsi
yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang
menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang
ada pada media.
Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini,
media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa.
Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan
keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya
atau yang ingin disampaikan oleh guru.
Seorang guru harus objektif. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media
siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isi, struktur, maupun
kedalamannya.
3. Sasaran Program
Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu siswa mempunyai kemampuan
tertentu pula, baik cara berpikir, daya imajinasi, kebutuhan, maupun daya tahan siswa
dalam belajarnya
4. Kualitas Teknik
Dari segi teknik, media pembelajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah
sudah memenuhi syarat atau belum.
5. Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan. Keefektifan yang dimaksud di sini berkenaan
dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi yang dimaksud di sini berkenaan dengan
proses pencapaian hasil tersebut.
Ada enam langkah yang bisa kita tempuh pada waktu mengajar dengan
mempergunakan media. Langkah-langkah tersebut disebutkan sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media.
b. Persiapan guru.
c. Persiapan kelas.
d. Langkah penyajian materi ajar dan pemanfaatan media.
e. Langkah kegiatan belajar siswa.
f. Langkah evaluasi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA