Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH REVISI

TAFSIR TARBAWI I

Tentang

PEDOMAN DALAM MEMILIH


(QS. AL-KAHFI : 29)

Oleh:

Alex Sandra
409.052

Dosen Pembimbing:
Dr. Risman Bustamam, M. Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-B)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) IMAM BONJOL PADANG
1432 H/ 2011 M
PEDOMAN DALAM MEMILIH
(QS. AL-KAHFI : 29)

I. Pendahuluan
Akhir-akhir ini banyak kita lihat dan kita saksikan bersama, bahkan mungkin
ada diantara kita yang mengalaminya yaitu salah dalam memilih. Baik memilih
pendidikan, pekerjaan dan yang paling penting adalah memilih dan menentukan
arah tujun hidup kita.
Kita harus menentukan dan memilih tujuan hidup kita dari sedini mungkin,
sebab kalau kita salah pilih maka kita bisa terperangkap dalam kehidupan dunia
yang semakin hari semakin berkembang.
Oleh karena itu, didalam makalah ini penulis akan mencoba untuk
menguraikan sedikit banyaknya tentang pedoman-pedoman dalam menentukan
tujuan hidup kita kedepan, agar kita bisa mencapai tujuan hidup kita sebagai
Insan Kamil. Sukses hidup didunia, bahagia hidup diakhirat. Disini akan
diuraikan bagaimana kita menentukan pilihan kita dengan sebaik-sebaiknya yang
didasarkan pada surat Al-Kahfi ayat yang ke-29.

II. Pembahasan
Lafaz Ayat dan Terjemah
        
      
      
      
)29 :‫ (الكحف‬ 
Artinya:
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.(Al-Kahfi: 29)

1. Kebenaran Yang Hakiki


   

1
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya", supaya
menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa kebenaran yang disampaikan
kepada mereka itu adalah dari Tuhan semesta alam. Dan adalah kewajiban
mereka untuk mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya.1
Dapat juga dikatakan bahwa, setelah pada ayat sebelumnya (QS. Al-
Kahfi: 28) Allah menuntun Rasulullah SAW menolak usul kaum musyrikin
tentang pengusiran kaum miskin dan lemah dari majelis beliau maka Allah
memerintahkan Rasulullah SAW untuk menegaskan kepada semua pihak
temasuk orang musyrikin yang angkuh itu bahwa; “dan katakanlah wahai
Nabi Muhammad bahwa; “kebenaran yakni wahyu ilahi yang aku sampaikan
ini datangnya dari Tuhan pemelihara kamu dari segala hal.2
Kebenaran itu datang dari Tuhan, bukan dari aku, bukan dari kamu dan
bukan dari siapapun diatas dunia ini kecuali hanya dari Allah SWT yang
kebenaran-Nya adalah diatas kita semuanya.3
Nilai-nilai yang terkandung dalam ayat ini tidak boleh untuk diubah dan
diabaikan, ia adalah harga mati, karena itu adalah haq, yakni sesuatu yang
mantap dan tidak mengalami perubahan, sebab sumbernya adalah Allah SWT.
Jadi, semua kebenaran yang ada diatas dunia ini adalah bersumber dari
Allah SWT, tidak ada kebenaran kecuali kebenaran yang datang dari Allah
SWT. Oleh karena itu tidaklah pantas kita menganggap bahwa kita adalah
orang yang selalu benar dan selalu menganggap orang lain rendah dari kita.
Kita harus menyadari bahwa diatas langit masih ada langit den begitu
seterusnya, dan kita harus mensyukuri apa yang teah diberikan oleh allah
kepada kita agar kita temasuk orang yang benar.
2. Satu Diantara Dua Pilihan
     
Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan "
"Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir

1
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_surah.asp?SuratKe=18
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera hati, 2002), h. 52
3
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juzu’XV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h.198

2
Dalam potongan ayat ini, bisa kita pahami bahwa didalam kehidupan kita
ini, Allah selalu memberi kita beberapa pilihan, karena dengan diberikannya
kebebasan dalam memilih maka kita akan semakin yakin dengan apa yang
kita pilih tesebut, berbuat berdasarkan hal tersebut karena memang tidak ada
paksaan dalam Agama Islam ini.
Disini Allah memberikan kepada kita dua pilihan, dimana kalau kita bisa
memilih yang terbaik dari yang dua tersebut maka kita akan bisa mencapai
kehidupan kita baik didunia maupun di akhirat dan hanya dengan memilih
pilihan yang terbaiklah kita akan bisa menjalani kehidupan kita dengan aman
dan damai.
Diantara dua pilihan yang harus kita pilih berdasarkan potongan ayat ini
adalah:
a. Iman
Allah mengatakan   (Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman), maka disini kita bisa mengambil
suatu kesimpulan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada kita untuk
memilih, kalau kita merasa bahwa iman itu adalah pilihan yang terbaik,
maka hendak berimanlah.
Secara singkat, iman dapat dijelaskan bahwa iman artinya
kepercayaan, yang intinya percaya dan megakui bahwa Allah itu ada dan
Esa, tiada Tuhan selain dia dan Muhammad adalah utusan-Nya. 4 Allah
berfirman:
      
      
        
       
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285)

4
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, (Bandung: Pustaka
Setia,2000), h.16

3
Seorang mukmin adalah orang yang mengenal Tuhannya, hidup
untuk-Nya, bersiap-siap untuk bertemu dengan-Nya dan tahu bahwa mati
tidak dapat memutuskan garis kehidupan, sebab garis kehidupan ini tidak
teputus oleh apapun. Kematian hanyalah sebuah titik peralihan menuju
kehidupan lain.5
Keimanan seseorang dinilai sempurna apabila ada pengakuan dengan
lidah, pembenaran dengan hati dan tidak bercampur dengan keraguan dan
dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari, serta adanya pengaruh terhadap
pandangan hidup dan cita-citanya.6
b. Kafir
Pilihan kedua yang ditawarkan oleh allah kepada kita adalah
 (dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir)
Kafir disini bermakna orang yang ingkar dan yang tidak beriman, dengan
kata kata lain, orang yang kafir adalah orang yang tidak mau
memperhatikan serta menolak semua hukum Allah atau hukum islam
yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW atau para penyampai
dakwah.
Orang yang kafir adalah orang yang zalim, orang yang aniaya. Karena
dia melawan kebenaran. Padahal kebenaran itu adalah dari tuhan. Dan dia
melawan akal murninya sendiri. Dia zalim artinya menganiaya dirinya
sendiri. Niscaya nerakalah tempat mereka, sebab mereka sendiri yang telah
memilih jalan kesana.7
Siapa yang ingkar dan membuang kebenaran yang datang dari Allah
itu, silahkan berbuat. Jika mereka ingkar, Rasulullah SAW tidak
memperoleh kerugian apa-apa sebagaimana halnya beliau tidak
memperoleh keuntungan apapun jika mereka beriman. Allah SWT
berfirman:
…        
) 7 : ‫( األسراء‬
Artinya:

5
Syeikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, (Gaya Media Pratama, 2004), h.
271
6
Rachnat Syafe’I, op.cit, h.17
7
Hamka, op.cit, h.199

4
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…
(QS. Al-Isra’: 7)

Itulah dua pilihan yang diberikan oleh Allah kepada kita, semoga kita bisa
memilah dan memilih jalan yang akan kita tuju karena hidup adalah pilihan.
Dan semoga kita diberi hidayah oleh Allah untuk memilih pilihan yang
terbaik, yaitunya menjadi manusia yang beriman sehingga tujuan hidup kita
selamat dunia dan akhirat akan dapat kita capai.

3. Balasan bagi orang yang zalim


a. Neraka yang Mengepung Mereka
      
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka,
yang gejolaknya mengepung mereka.

Sebelumya telah dijelaskan bahwa Allah memberikan kebebasan


kepada kita utuk memilih antara iman atau kafir. Maka diayat ini bisa kita
pahami bahwa Allah SWT telah menyediakan azab yang amat pedih bagi
orang yang zalim yakni mereka yang angkuh dan mempesekutukan Allah,
neraka yang gejolaknya mengepung mereka.
Jadi, jika manusia itu memilih kekafiran dan melepaskan keimanan,
berarti mereka telah melakukan kelaliman, yakni mereka telah meletakkan
sesuatu tidak pada tempatnya. Karena itu kepada mereka, Allah
memberikan ancaman yang keras, yaitu akan melemparkan mereka
kedalam neraka. mereka tidak akan lolos dari neraka itu, karena gejolak
api neraka itu mengepung mereka dari segala penjuru, sehingga mereka
laksana seorang yang tertutup dalam kurungan.

b. Minuman Dan Tempat Tinggal Yang Seburuk-Buruknya


     
     
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

5
Allah telah menetapkan dan menyediakan berbagai macam cobaan dan
azab bagi orang-orang yang kafir. Selain dari neraka yang telah
dipaparkan diatas tadi, maka Allah juga akan memberi mereka minuman
dengan air seperti cairan besi atu minyak yang keruh dan mendidih yang
menghanguskan muka mereka apabila didekatkan ke bibir apalagi jika
menyentuh bibir, lebih-lebih lagi bila diteguk.8
Sungguh alangkah jelek air yang mereka minum itu. Tidak mungkin
air yang mereka minum demikian panasnya itu dapat menyegarkan
kerongkongan, dan tidak dapat pula mendinginkan dada yang sedang
kepanasan, bahkan lebih menghancurkan diri mereka. Dan neraka yang
mereka tempati itu adalah tempat yang paling buruk dan penuh dengan
siksaan.9

B. Arti Kata-Kata Sulit


Kata (‫ )سرادق‬suraadiq berasal dari bahasa Persia. Ada yang memahaminya

dalam arti kemah dan ada juaga dalam arti penghalang yang menghalangi
sesuatu masuk kerumah atau kemah. Neraka diibaratkan dengaan bangunan
yang memiliki penghalang berupa gejolak api, sehingga yang disiksa tidak
dapat keluar, dan pihak lain pun tidak dapat masuk untuk menolong.
Dengan demikian, yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu. perlu
dicatat biasanya rumah atau kemah-kemah yang mempunyai suradiq adalah
rumah orang yang berpunya, dengan demikian, penggunaan kata ini disini
merupakan cemoohan untuk penghuni neraka.10

C. Hubungan Ayat Dengan Pendidikan


Kalau kita lihat dan kita cermati secara mendalam, ayat ini sangat relevan
dan sanat sesuai dengan dunia pendidikan kita pada saat sekarang ini, didalam
ayat ini Allah telah mengatakan bahwa didalam kehidupan kita ini Allah telah
memberikan kepada kita dua pilihan, yang baik dan yang buruk.

8
M. Quraish Shihab, op.cit, h. 52
9
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_surah.asp?SuratKe=18
10
M. Quraish Shihab, op.cit, h. 52

6
Begitu pula didalam pendidikan, kita harus bisa untuk memilah dan
memilih kemana arah tujuan pendidikan yang sedang kita lalui ini. Kalau kita
ingin pendidikan kita ini berhasil dan menjadi orang yang sukses, marilah kita
belajar dengan sungguh-sungguh, Insyaallah kita akan mendapatkan apa yang
kita cita-citakan tersebut. Dan sebaliknya, kalau kita hanya mengikuti
pendidikan ini untuk menyenangkan hati orang tua dan hanya untuk
mendapatkan ijazah dan nilai, maka memang hanya itu lah yang akan kita
dapatkan.
Kita juga harus memilih pendidikan yang akan kita lalui sesuai dengan
minat dan kemanpuan kita, seperti jurusan dan program studi. Betapa banyak
saudara-saudara kita yang gagal dalam bangku pendidikannya hanya karena
salah dalam memilih dan menenukan pilihan jurusan, dan yang lebih parahnya
lagi yang memilih kan jurusan baginya justru orang tua yang tidak mengetahui
dan memahami bakatnya. Jangan sampai pendidikan yang kita lalui ini
menjadi sia-sia hanya karena salah dalam memilih.

III. Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kita ambil beberapa ibrah atau pelajaran bahwa,
kebenaran itu hanya berasal dari allah. Dan dalam menghadapi kebenaran itu
tidaklah berbeda antara orang kaya dengan orang yang miskin dan antara yang
kuat dengan yang lemah.
Didalam hidup ini, Allah memberi kita dua pilihan, apakah kita akan
menjadi orang yang beriman, atau menjadi orang yang kafir, terserah kepada
diri kita masing-masing. Kalau kita memilih menjadi orang yang beriman,
maka itu adalah pilihan yang baik dan insya allah kita akan memperoleh
surga nantinya. Tapi sebaliknya, kalau kita memilih kafir, maka neraka ah
yang akan kita dapatkan.
Oleh karena itu, marilah kita tentukan pilihan kita dari sekarang, agar kita
bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dan cita-citakan.
B. Saran

7
Didalam makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
susunan katanya, penulisannya dan lain sebagainya. Maka kami sebagai
pemakalah mengucapakan banyak ma’af atas kekurangan kami karna kami
hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung, dan semoga dengan kritik
dan saran yang di berikan bisa kami jadikan pelajaran untuk memperbaiki
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’anul Karim
Hamka, 1992, Tafsir Al-Azhar, Juzu’XV, Jakarta: Pustaka Panjimas.
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_surah.asp?SuratKe=18
Ghazali , Syeikh Muhammad, 2004, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Gaya Media Pratama.
Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Pesan Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an, Jakarta: Lentera hati
Syafe’i , Rachmat, 2000, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, Bandung:
Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai