Anda di halaman 1dari 4

Fitnah Memandang Laki-laki Berparas Wanita (Al Murdan)

A. Definisi Al Murdan Yang dimaksud dengan al amrad atau disebut juga al murdan adalah seorang pemuda yang mulai tumbuh jenggot dan kumisnya (bulu halus) dan belum tampak jenggotnya. (Lisan Al 'Arab : 6/4172) Berkata Ibnul Qaththan v: Dan yang kami maksudkan dengannya adalah anak yang belum tumbuh jenggotnya atau belum mencapai usia baligh. Yang mana pandangan senang untuk melihatnya, dan tabi'at sebagian manusia terdorong menuju hawa nafsu untuk menganggapnya sebagai perbuatan yang baik. (Ahkamun Nazhar hal. 257) B. Dalil Haram Melihat Kepada Al Murdan 1. Al Quran

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur : 30)
2. Hadits

Dari Abu Hurairah zbahwa Rosulullah n bersabda :

Setiap anak cucu Adam ada bagiannya dari perbuatan zina, maka kedua mata bisa berbuat zina dan zinanya adalah memandang. (Ahmad dan selainnya)
3. Perkataan Para Salaf

{ }

Berkata 'Umar bin Al Khaththab z: Tidaklah datang kepada seorang alim dari tujuh perkara yang akan menghancurkan yang lebih ditakutkan atas dirinya dari seorang anak yang berparas wanita. (Talbis iblis, hal. 311) Berkata Abus Sa'ib v: Benar-benar aku lebih merasa takut atas seorang ahli ibadah dari fitnah seorang anak laki-laki yang berparas wanita di bandingkan tujuh puluh gadis. (Dzammul Hawa, hal. 92) Berkata Fath Al Mushili v: Aku berteman dengan tiga puluh dari ulama yang mulia, semuanya memberikan wasiat kepadaku ketika berpisah agar aku tidak berteman dengan anak laki-laki yang masih muda. (Dzammul Hawa) Berkata Baqiyyah bin Al Walid v: Mereka membenci untuk melihat kepada anak laki-laki yang berwajah bagus. (Dzammul Hawa)

Berkata Ibnul Jauzi v: Suatu kaum tidak bermaksud menyengaja berteman dengan al murdan. Hanyalah mereka mendidik anak tersebut untuk bertaubat dan bersifat zuhud, kemudian mereka menemaninya dengan tujuan untuk memberikan kebaikan kepadanya. Kemudian iblis membuat perkara yang samar kepada mereka, dan mengatakan: jangan kalian mencegahnya dari perkara yang baik! Kemudian mereka berulang kali memandang kepadanya dengan tidak sengaja dan berkobarlah fitnah di dalam kalbu mereka, sampai setan mampu menjerat mereka sesuai dengan kemampuannya. Terkadang mereka yakin dengan agama mereka sendiri, maka setan membinasakan mereka dan melemparkan mereka ke dalam maksiat yang paling dalam sebagaimana yang dilakukan terhadap Barshisha1. (Talbis Iblis, hal. 309) Berkata Al Hafizh Ibnul Qayyim v: Dan faidah menundukan pandangan, berlipat-lipat dari apa yang telah kami sebutkan. Hanyalah kami memberikan peringatan yang keras atas permasalahan tersebut, terlebih dalam masalah melihat kepada sesuatu yang tidak dijadikan oleh Allah jalan untuk bisa ditunaikan hajat kepadanya secara syari'at, seperti al murdan yang bagus wajahnya. Maka sesungguhnya mengumbar pandangan kepada mereka merupakan racun yang mematikan dan penyakit yang kronis. (Ghadhdhul Bashar, hal. 26) Berkata Ibnu Hajar Al Haitami v: Ucapan salaf untuk menghindari mereka, peringatan untuk melihat mereka, peringatan untuk terjatuh dalam fitnah mereka dan bercampur dengan mereka sangat banyak tidak bisa dihitung. Mereka -ridhwanullahi 'alaihimmenamakannya dengan al murd (busuk dan bangkai) karena syari'at yang mulia, dan agama yang jelas dan tinggi kedudukannya, telah menyatakan kotornya perbuatan melihat kepada mereka, melarang untuk bercampur dengan mereka dan bersepi sepi dengan mereka karena akan mengantarkan ke dalam perkara yang busuk. (Kitab Tahrirul Maqal, hal. 63) Sebagian tabi'in berkata, Tidak ada yang lebih aku khawatirkan mengenai seorang pemuda ahli ibadah, termasuk binatang buas sekali pun, selain pemuda amrad yang mendatanginya. Dikatakan, Janganlah seorang laki-laki bemalam di suatu tempat bersama seorang pemuda amrad.2 Sebagian ulama mengharamkan khalwat (mojok) bersama pemuda amrad, di dalam rumah, di kedai, atau di tempat pemandian diqiyaskan kepada larangan berkhalwat dengan wanita. Di antara para pemuda amrad itu ada yang ketampanannya melebihi kecantikan seorang wanita. Maka fitnahnya pun lebih besar. Sebab ada satu kejahatan yang bisa dilakukan berhubungan dengannya yang tidak bisa dilakukan berhubungan dengan wanita. Juga ada kejahatan yang lebih mudah dilakukan berhubungan dengannya dibandingkan jika dilakukan berhubungan dengan wanita. Jadi pantas saja jika ini lebih diharamkan.
1 Barshisha adalah ahli ibadah dari Bani Isra'il yang kufur disebabkan jeratan iblis dan tipu daya mereka yang dilakukan dengan bertahap. 2 Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Asy Syu'ab (5015) dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa (hal.92) dari An Najib As Sari.

Banyak sekali anjuran dan pesan dari para ulama salaf supaya menghindar dari memandangi mereka. Para salaf menyebut para pemuda amrad itu dengan 'antan (sesuatu yang berbau busuk). Sebab mereka benar-benar harus dijauhi menurut syara'. Pandangan di sini sifatnya umum, pandangan terhadap ketampanan atau pun yang lainnya. Suatu ketika Sufyan ats Tsauri masuk ke pemandian umum. Tiba-tiba masuk seorang anak yang berwajah tampan. Sufyan pun berkata, Keluarkan ia dari sini. Sesungguhnya aku melihat bersama setiap wanita itu satu setan, namun aku melihat bersama setiap pemuda tampan itu ada belasan setan.3 Seorang laki-laki mengunjungi Imam Ahmad bin Hanbal bersama seorang pemuda tampan. Melihat hal itu Imam Ahmad bertanya, Apa hubunganmu dengannya? Ia kemenakan saya. jawab orang itu. Lalu Imam Ahmad bin Hanbal bertutur, Lain kali jangan ke sini bersamanya. Juga jangan berjalan di muka umum bersamanya supaya orang yang tidak mengenalmu atau mengenalnya berprasangka buruk kepadamu!4 C. Bantahan Kepada Orang yang Mengatakan Tidak Timbul Apa-apa Ketika Melihat Al Murdan Berkata Ibnul Jauzi v: Aku mengatakan : Dan fuqaha mengatakan: Barang siapa yang bangkit syahwatnya ketika melihat kepada al amrad maka diharamkan atasnya untuk melihat dia. Dan barang siapa yang mengaku syahwatnya tidak bangkit ketika melihat kepada al amrad yang bagus wajahnya maka dia telah berdusta. Hanyalah dibolehkan sesekali (dengan tuntutan hajat yang pasti) agar tidak dirasa berat dengan pelarangan untuk sering bercampur. Apabila sering melihat maka ini menunjukkan akan perbuatan jelek, sesuai dengan tuntutan bangkitnya hawa nafsu. (Talbis Iblis, hal. 302) Beliau berkata pula: Hanyalah dibolehkan untuk melihat kepada al amrad ketika tidak ada syahwat. Maka ketika tidak ada syahwat dan dia takut bangkit syahwatnya dengan melihat, maka pendapat sahabat kami padanya ada dua ucapan. Kapan saja tabi'atnya sehat maka syahwat ada pada dirinya dan pengharaman mengikutinya, barang siapa yang mengaku dia tidak tertarik maka sungguh dia orang yang sangat pendusta. Apabila kita menetapkan kejujurannya maka dia adalah hewan dan bukan manusia. (Dzammul Hawa, hal. 101) D. Kapan Dibolehkan Melihat Al Amrad dan Bagi Siapa ? Berkata Syaikhul Islam v: Maka melihat kepada al murdan pembagiannya ada tiga: a) Yang pertama: Pandangan yang disertai dengan syahwat. Maka ini haram secara mutlak. b) Yang kedua: Pandangan yang dipastikan tidak ada syahwat padanya (maka ini tidak haram). Seperti pandangan seseorang yang wara' (orang yang menjauhkan diri dari dosa dan maksiat) kepada puteranya yang tampan, puterinya yang cantik dan ibunya yang cantik. Maka ini tidak disertai dengan syahwat, kecuali apabila seseorang dari kalangan manusia yang paling fajir, maka kapan saja syahwat itu ada maka perkaranya menjadi haram. Berdasarkan ini maka pandangan seseorang yang tidak condong kalbunya kepada al murdan sebagaimana para sahabat dan umat-umat yang tidak mengenal perbuatan keji ini, tidak terbesit pada kalbunya dari syahwat; karena dia tidak menganggap hal ini dan dia orang yang selamat kalbunya pada hal seperti ini.
3 Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Asy Syu'ab (5021) dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa (hal.94). 4 Ibnul Jauzi telah mencantumkan sebuah bab di dalam kitabnya Dzammul Hawa tentang larangan melihat amrad (anak muda yang belum tumbuh jenggotnya), silahkan merujuk ke sana.

c) Yang ketiga: hanyalah terjadi perselisihan di antara ulama pada bagian yang ketiga, yaitu pandangan yang tidak disertai dengan syahwat; akan tetapi dikhawatirkan akan bangkit syahwat tersebut. Maka padanya ada dua pendapat pada madzhab Imam Ahmad : 1. Tidak boleh dan ini yang paling shahih di antara keduanya dan dihikayatkan dari nash Asy Syafi'i dan yang lainnya. 2. Dibolehkan; karena yang menjadi asal adalah tidak bangkitnya syahwat, maka tidak diharamkan dengan sekedar keraguan bahkan boleh jadi perkaranya menjadi makruh. Pendapat yang pertama adalah yang benar sebagaimana yang benar dalam madzab Asy Syafi'i dan Ahmad bahwa melihat kepada wajah wanita ajnabiyyah tanpa ada hajat ini tidak diperbolehkan, walaupun syahwat tidak ada, akan tetapi dikhawatirkan bangkitnya syahwat, oleh sebab itu diharamkan bersepi-sepi dengan wanita ajnabiyyah karena hal itu adalah dugaan adanya persangkaan jelek padanya. Diriwayatkan bahwa dalam satu perjalanannya, Isa bin Maryam q menjumpai api yang membakar seorang laki-laki. Beliau mengambil air untuk memadamkannya. Api padam dan berubah menjadi seorang anak muda. Namun sebaliknya orang lakilaki tadi justru berubah menjadi api. Beliau pun ta'jub menyaksikan hal itu, lalu bertanya, Wahai Rabb-ku, kembalikanlah keduanya kepada keadaan mereka semula di dunia agar aku dapat menanyai keduanya oleh karena apa mereka mendapatkan perlakuan seperti itu. Maka Allah menghidupkan keduanya. Ternyata mereka adalah seorang laki-laki dan seorang anak muda. Isa bin Maryam q bertanya kepada keduanya, Ada apa gerangan dengan kalian? Orang itu menjawab, Wahai Ruh Allah, sesungguhnya di dunia aku dulu terfitnah dengan rasa cinta kepada anak muda ini sehingga timbul nafsuku untuk melakukan sodomi dengannya. Maka tatkala aku mati dan anak muda ini juga mati, ia pun dijadikan sebagai api yang membakarku dan sekali waktu aku dijadikan sebagai api yang membakarnya. Demikianlah adzab yang ditimpakan kepada kami sampai hari kiamat. Disalin dengan diringkas dari buku : Judul Indonesia : Fitnah Memandang Laki-laki Penterjemah : Abu Sabiq 'Aly Judul Asli : Tahdzirul Ikhwan Min Mushahabatil Murdan Penulis : Abu Anas Al Fayid Al 'Auni Ar Rasyidi As Salafi Penerbit : Al Qamar Media Jl. Raya Jogja Magelang km. 12 Magelang Jawa Tengah 56551 Cetakan I dan Judul Indonesia Penterjemah Judul Asli Penulis Penerbit : Dosa Dosa Besar (Adz Dzahabi) : Abu Zuhar Imtihan Asy Syafi'i : Al Kabair : Syamsuddin Muhammad bin 'Utsman bin Qaimaz At Turkumaniy Al Fariqiy Ad Dimasyqiy Asy Syafi'iy : Pustaka Arafah Solo Cetakan V

Anda mungkin juga menyukai