Anda di halaman 1dari 20

1

EVALUASI TEKNIS MESIN PEMERAS SANTAN KELAPA

Santosa1 dan Rinal Yonanda2

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang evaluasi teknis mesin pemeras santan
kelapa di PT. Aneka Mitra Indoguna (AMI) Indarung Padang pada bulan April 2004.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kecepatan putaran screw pemeras santan
kelapa yang optimum, melakukan uji teknis, dan analisis ekonomi terhadap mesin
tersebut.
Evaluasi kinerja mesin pemeras santan kelapa meliputi kapasitas pemerasan,
rpm optimum, efisiensi mesin pemeras, daya pemerasan, efisiensi pemakaian daya listrik,
rendemen santan kelapa, analisis ekonomi yang terdiri dari perhitungan biaya pokok,
BEP, NPV, dan B/C ratio. Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali perlakuan kecepatan,
yaitu 25 rpm, 40 rpm, dan 60 rpm, dengan tiga ulangan. Setiap unit penelitian
menggunakan tiga kg kelapa parut.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : pada putaran screw
25 rpm, kapasitas mesin pemeras 13,598 kg/jam, efisiensi pemerasan 79,034 %,
rendemen santan 82,222 %, biaya pokok Rp 710,58 / kg, dan BEP sebesar 3.561,68
kg/tahun. Pada putaran screw 40 rpm, kapasitas mesin pemeras 19,435 kg/jam, efisiensi
pemerasan 76,319 %, rendemen santan 73,333 %, biaya pokok Rp 497,17 / kg, dan BEP
sebesar 2.299,89 kg/tahun. Pada putaran screw 60 rpm, kapasitas mesin pemeras 26,963
kg/jam, efisiensi pemerasan 71,819 %, rendemen santan 72,111 %, biaya pokok Rp
358,36 / kg, dan BEP sebesar 1.869,19 kg/tahun. Daya listrik yang dipakai untuk
operasional mesin pemeras santan kelapa adalah 1.102 watt dan efisiensi pemakaian daya
sebesar 96,7 %. Putaran screw yang optimum adalah pada 60 rpm, karena kapasitas
kerjanya paling tinggi, biaya pokok paling rendah, serta BEP paling rendah. Putaran
screw pada 60 rpm menghasilkan NPV sebesar Rp 93.718.327,85, dan B/C ratio = 1,17.
Secara ekonomi, usaha pemerasan santan kelapa dengan mesin pemeras tersebut adalah
layak.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sering dijuluki “pohon surga“ karena seluruh bagian tanaman bermanfaaat
bagi kehidupan manusia. Habitat paling dominan adalah kawasan pantai hingga

1
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
2
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
2

ketinggian 600 m dari permukaan laut. Oleh karenanya kelapa banyak tumbuh sepanjang
daerah pesisir dan daerah tropik (Setyamidjaja, 1991).
Di Indonesia, kelapa adalah salah satu produk pertanian nasional dan telah
menjadi komoditi yang menyatu dan akrab dengan masyarakat Indonesia. Indonesia
sendiri merupakan negara peringkat pertama penghasil kelapa dengan kontribusi 27 %
dari seluruh kelapa dunia dan 33 % dari total produksi anggota Asia and Pacifik Coconut
Community (APCC). Untuk itu Indonesia memiliki potensi cukup besar dalam
peningkatan produk sampingan dari kelapa (Balai Besar Industri Kimia, 1998).
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Rakyat Propinsi Sumatera Barat (2000),
Sumatera Barat merupakan daerah penghasil kelapa terbesar di Sumatera, dengan daerah
sentra tanaman kelapa antara lain, Padang Pariaman, Agam, Pasaman, Lima Puluh Kota,
Pesisir Selatan, Sawahlunto/Sijunjung dan Mentawai dengan luas areal tanaman kelapa +
86.263 Ha dengan jumlah hasil 70.510 ton kelapa per tahun (Badan Pusat Statistik,
2002).
Salah satu produk dari kelapa adalah santan kelapa yang merupakan hasil perasan
dari lapisan putih lembaga atau endosperm. Santan merupakan bahan baku untuk
berbagai jenis masakan dan penganan serta banyak ada juga menjadikan santan sebagai
bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Untuk memperoleh santan kelapa rumah
tangga, restoran dan home industri masih banyak yang menggunakan cara tradisional
yaitu dengan memeras langsung dengan tangan kelapa yang telah diparut, menggunakan
alat yang disebut dengan kacik, alat ini dibuat dari kayu yang cara kerja dengan
meletakkan kelapa parut di antara dua penjepit dan penjepit ditekan maka santan akan
keluar dan yang menggunakan alat dengan sistem dongkrak, dengan meletakkan kelapa
parut pada tempat yang telah ditentukan kemudian dipress oleh salah satu penjepit yang
bergerak dengan sistem dongkrak. Cara-cara tersebut dinilai tidak efisien, dan
membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Untuk meningkatkan kapasitas pemerasan dan guna memenuhi kebutuhan akan
santan kelapa yang besar, maka Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
mengembangkan mesin pemeras santan kelapa melalui beberapa orang mahasiswanya.
Namun mesin yang dikembangkan Universitas Negeri Padang ini kembangkan lagi
dengan melakukan sedikit modifikasi pada bagian screw pemeras guna memperoleh hasil
3

yang lebih baik, yang secara teknis mesin ini dapat memeras santan dari kelapa yang
telah diparut. Diharapkan melalaui mesin pemeras santan kelapa ini mampu
meningkatkan kapasitas dan efisiensi dalam pemerasan santan kelapa.
Namun demikian, untuk mengetahui apakah mesin tersebut telah dapat bekerja
sesuai teknis yang diharapkan, dan mampu menghasilkan santan secara kelapa
maksimal, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap mesin untuk mendapatkan
rpm dari screw pemeras yang sesuai agar hasil perasan optimal dan melakukan analisis
ekonomi sehingga mesin ini benar-benar efisien dan bisa diproduksi dalam jumlah yang
besar.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menentukan kecepatan optimum putaran
screw pemeras untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi alat; (2) melakukan uji teknis
dan analisis ekonomi terhadap mesin untuk mengetahui kemungkinan pengabdosian
mesin bagi masyarakat.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui apakah mesin dapat
bekerja sesuai dengan yang telah dirancang dan untuk mengetahui apakah mesin layak
diproduksi dalam jumlah besar serta untuk mengetahui apakah mesin ini dapat
memberikan keuntungan jika dijadikan sebagai sarana usaha.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di PT. Aneka Mitra Indoguna (AMI) Jalan Raya Padang-
Indarung km 20 Padang, pada bulan April tahun 2004.

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah kelapa yang telah
diparut. Sedangkan alat yang diperlukan adalah seperangkat mesin pemeras santan
kelapa, pulley, belt, timbangan, stop watch, tachometer, alat tulis dan sebagainya.
4

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi teknis terhadap kinerja mesin pemeras
santan kelapa, dengan bahan kelapa yang telah diparut. Evaluasi yang dilakukan meliputi
kapasitas pemerasan, rpm optimum dari mesin guna tercapainya hasil pemerasan yang
maksimal, efisiensi mesin pemeras, daya pemerasan, efisiensi pemakian daya listrik
selama pemerasan, rendemen santan kelapa dan analisis ekonomi. Penelitian ini
dilakukan dengan metode eksperimen tiga kali perlakuan dan dengan tiga kali ulangan.

Pelaksanaan Penelitian
Mesin pemeras santan kelapa yang digunakan adalah mesin pemeras rancangan
Erizal (Lampiran 1) yang telah dimodifikasi pada bagian screw-nya (Lampiran 2). Mesin
ini bertujuan untuk mempermudah pengguna yang membutuhkan santan dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang singkat, serta menghemat tenaga.

Persiapan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah kelapa yang telah diparut sejumlah 30 kg dan
pulley dan belt untuk mengatur kecepatan mesin.

Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk melihat kondisi mesin apakah sudah
siap dioperasikan dan semua komponen mesin sudah bekerja sesuai dengan yang
direncanakan.

Penelitian Utama
Bahan baku (kelapa parut) dibersihkan dari kotoran dan benda-benda asing.
Setelah kelapa parut dalam keadaan bersih, kemudian dimasukkan ke dalam corong
pemasukan dari mesin pemeras. Penelitian ini dilakukan dengan kali perlakuan kecepatan
screw pemeras santan, yaitu kecepatan 25 rpm, kecepatan 40 rpm, kecepatan 60 rpm,
yang masing-masing kecepatan dilakukan dengan tiga kali ulangan dan setiap ulangan
dibutuhkan 3 kg kelapa yang telah diparut.
5

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada saat pemerasan meliputi kapasitas mesin
pemeras, efisiensi pemerasan, daya pemerasan, efisiensi pemakian daya listrik selama
pemerasan, rendemen santan kelapa, dan analisis ekonomi dari pemakaian mesin pemeras
santan kelapa.

Kapasitas Mesin Pemeras Santan Kelapa


Dengan memperhitungkan waktu dari pemerasan santan kelapa, maka kita dapat
menentukan kapasitas dari mesin pemeras ini, yakni dengan menghitung jumlah kelapa
parut yang diperas oleh mesin pemeras dalam satuan waktu tertentu atau dengan
menggunakan persamaan :
Bb
Ka =
t

dengan : Ka = kapasitas mesin (kg/jam)

Bb = berat bahan yang diperas (kg)

t = waktu untuk pemerasan (jam)

Efisiensi Pemerasan
Efisiensi pemerasan adalah jumlah kelapa yang dapat diperas oleh mesin pemeras
yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Ct
Eff = x 100 %
( Ct + Tt )

dengan : Eff = Efisiensi pemerasan (%)

Ct = Berat bahan yang dapat diperas (kg)

Tt = berat bahan yang tidak dapat diperas (kg)

Putaran Screw Pemeras (Rpm)


Putaran screw pemerasan divariasikan dengan tiga perlakuan kecepatan yaitu
dengan menggunakan kecepatan 25 rpm, kecepatan 40 rpm, dan kecepatan 60 rpm.
6

Untuk menghitung diameter pulley yang akan kita gunakan agar sesuai dengan putaran
yang kita inginkan maka kita dapat gunakan persamaan :

D1 . n1 = D2 . n2

dengan : D = diameter pulley


n = putaran pulley
1 = pulley sumber daya

2 = pulley penerus daya

Daya Pemerasan
Daya pemerasan yang dipakai untuk proses pemerasan kelapa, dapat dicari
dengan rumus :
(a)P = V . A
dengan : V = Tegangan listrik (volt)
A = Kuat arus listrik yang dipakai pada motor (ampere)
P = Daya listrik (watt)

(b)P = K W H
t

dengan : KWH = Pembacaaan KWH meter yang dipakai selama proses pemerasan
(kWH)
t = waktu yang dipakai untuk pemerasan kelapa (jam)
P = Daya listrik (kW)

Efisiensi Pemakaian Daya Listrik


Efisiensi pemakaian daya listrik dapat dihitung dengan rumus berikut :
Pb
ηp = x 100 %
Pt

dengan : ηp = Efisiensi pemakaian daya listrik (%)


7

Pb = Daya listrik yang diperlukan untuk memeras kelapa (watt)

Pt = Daya listrik yang tersedia pada motor listrik (watt)

Rendemen Santan Kelapa


Rendemen santan kelapa dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut :
Bs
ηsk = x 100 %
Bi

dengan : ηsk = Rendemen santan kelapa (%)


Bs = Berat santan (kg)

Bi = Berat sampel input / kelapa (kg)

Analisis Ekonomi
Pada analisis ekonomi dilakukan perhitungan untuk mengetahui apakah mesin ini
layak digunakan untuk pemeras santan kelapa. Analisis ekonomi dihitung berdasarkan
biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan satu satuan berat bahan.
Dalam penelitian ini analisis ekonomi yang dihitung adalah analisis biaya pokok,
titik impas (break event point), net present value, dan B/C ratio.

Biaya Pokok
Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan oleh suatu mesin untuk setiap unit
produksi. Secara garis besar biaya pokok dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada operasi alat, mencakup biaya
penyusutan, bunga modal, pajak, bangunan, dan asuransi. Sedangkan biaya tidak tetap
adalah biaya-biaya yang bervariasi menurut pengoperasian alat, biaya ini hanya
dikeluarkan apabila alat dioperasikan, yang mencakup biaya perbaikan dan perawatan,
upah operator, pelumas, dan bahan bakar atau listrik.
(1) Biaya Tetap
(a)Biaya Penyusutan
8

Biaya penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan
rumus :
P–S
D =
N

dengan : D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)


P = Harga awal alat (Rp)
S = Harga akhir alat (Rp)
N = Umur ekonomis (tahun)

(b)Bunga modal dapat dihitung dengan rumus :

i x P (N + 1)
I =
2 x N

dengan : I = Bunga modal (Rp/tahun)


i = Suku bunga bank (%/tahun)
P = Harga awal alat (Rp)
N = Umur ekonomis (tahun)

(2) Biaya Tidak Tetap


(a)Biaya perbaikan dan perawatan sebesar 1,2 % dari nilai awal.
(b)Upah operator disesusaikan dengan upah tenaga kerja sekarang.
(c)Biaya listrik dihitung berdasarkan jumlah daya yang digunakan, sesuai dengan tarif
yang ditetapkan PLN.
Maka dari uraian di atas dapat dihitung dapat dihitung biaya pokok alat dengan
rumus :

(BT / x) + BTT
Bp =
K

dengan : Bp = Biaya pokok (Rp/kg)


BT = Biaya tetap (Rp/th)
x = Jumlah jam kerja (jam/th)
9

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

K = Kapasitas alat (kg/jam)

Titik Impas / Break Event Point (BEP)


Titik impas / break event point (BEP) adalah berat kelapa yang harus diperas per
unit waktu agar tidak mengalami kerugian, yang dihitung dengan persamaan :

BT
BEP =
HJ - (BTT/K) - HB

dengan : BEP = Titik impas output produksi (kg/th)


BT = Biaya tetap (Rp/th)
BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
K = Kapasitas kerja alat untuk menghasilkan output produksi (kg/jam)
HJ = Harga jual bahan (Rp/Kg)
HB = Harga bahan baku untuk menghasilkan 1 kg output (Rp/kg)
BTT / K = Biaya langsung untuk produksi 1 kg out put (Rp/kg)

Net Present Value (NPV)


Pada metode nilai sekarang, masing-masing aliran kas diubah ke nilai sekarang,
yaitu permulaan tahun petama atau akhir tahun ke – 0, dan kemudian masing-masing nilai
tersebut dijumlahkan.

n Bt - Ct
NPV = ∑
i=1 (1 + i)t

dengan : NPV = Net present value (Rp)


i = Tingkat suku bunga (%/tahun)
Bt = Aliran kas masuk pada tahun ke – t (Rp)
Ct = Aliran kas keluar pada tahun ke – t (Rp)
t = Tahun ke – t
10

n = Umur ekonomi alat (tahun)

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio)


B/C ratio merupakan perbandingan antara keuntungan yang diterima dengan
biaya yang dikeluarkan. B/C ratio ditentukan dengan persamaan :
n Bt

t=1 (1 + i)t
B/C ratio =
n Ct

t=1 (1 + i)t

Pemerasan layak dilakukan apabila : (1) B/C Ratio > 1, dan (2) NPV > 0

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Evaluasi Teknis
1.1 Kapasitas Mesin Pemeras Santan Kelapa.
Hasil pengujian terhadap kapasitas untuk masing-masing perlakuan pada mesin
pemeras santan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan grafiknya disajiakan pada Gambar
1.

Tabel 1. Kapasitas Mesin Masing-masing Perlakuan (kg/jam)


Perlakuan Ulangan Rata-rata
(rpm)
I II III
60 27,439 27,735 25,714 26,963
40 19,376 19,149 19,780 19,435
25 13,846 13,575 13,373 13,598
11

30
26,963
25
20 19,435
15 13,598
10
5
0
0 20 40 60 80
rpm

Kapasitas rata-rata

Gambar 1. Hubungan antara Kecepatan Putar Screw Pemeras dengan


Kapasitas Pemerasan Santan Kelapa

Dari Tabel 1 terlihat adanya hubungan antara rpm pemerasan dengan kapasitas
pemerasan. Kapasitas mesin pemeras yang tertinggi diperoleh pada rpm 60 yaitu sebesar
26,963 kg/jam, kemudian pada rpm 40 sebesar 19,435 kg/jam dan yang terendah pada
rpm 25 sebesar 13,598 kg/jam.

Makin besar rpm maka kapasitas juga makin besar, jadi untuk meningkatkan
kapasitas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kecepatan screw mesin pemeras.

1.2 Efisiensi Pemerasan


Hasil pengujian terhadap efisiensi pemerasan untuk masing-masing perlakuan
pada mesin pemeras santan dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan grafiknya disajikan
pada Gambar 2.

Tabel 2. Efisiensi Pemerasan pada Masing-Masing Perlakuan (%)


Perlakuan Ulangan Rata-rata
(rpm) I II III
60 69,990 73,109 72,357 71,819
40 77,057 76,430 75,471 76,319
25 78,373 80,745 78,025 79,034
12

80
79,034
78
76 76,319

74
72 71,819
70
0 20 40 60 80
rpm

Efisiensi rata-rata

Gambar 2. Hubungan antara Kecepatan Putar Screw Pemeras dengan


Efisiensi Pemerasan Santan Kelapa

Efisiensi ditentukan dengan membagi berat bahan yang dapat diperas dengan
berat bahan yang tidak dapat diperas kemudian dikali 100 %. Berdasarkan analisis yang
dilakukan maka didapatkan efisiensi pemerasan adalah : pada putaran 25 rpm yaitu
79,034 %, pada putaran 40 rpm yaitu 76,319 % dan pada putaran 60 rpm yaitu 71,819 %.

Efisiensi pemerasan pada putaran 25 rpm lebih besar dibandingkan dengan yang
putaran 60 rpm meskipun kapasitasnya kecil, hasil ini disebabkan karena pada putaran 25
rpm jumlah bahan yang tertinggal (yang tidak keluar) pada mesin sedikit karena
pemerasan yang dilakukan lama dengan kecepatan yang rendah. Jika dilihat rata-ratanya
jumlah bahan yang dapat diperas dan yang tidak dapat diperas secara berturut turut untuk
kecepatan putaran 25 rpm adalah : 2,46 kg dan 0,65 kg, sedangkan untuk kecepatan
putaran 60 rpm 2,16 dan 0,65 kg.

1.3 Putaran Screw Pemeras (RPM)


Putaran motor 1,5 HP yang digunakan adalah 1450 rpm dan speed reducer 1 : 40,
dengan kombinasi ukuran diameter pulley seperti dilihat pada Tabel 3, sehingga
dihasilkan rpm yang diinginkan, dengan menggunakan persamaan D1.n2 = D2 n2.
13

Tabel 3. Putaran Screw Pemeras.


D1 D2 n1 n2
(mm) (mm) (rpm) (rpm)
I 127 77 1450 60
II 77 77 1450 40
III 77 127 1450 25

1.4 Daya Pemerasan


Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh daya yang perlukan untuk
pemerasan santan kelapa sebesar 1.102 watt dengan kuat arus 2,9 A. Sedangkan daya
yang tesedia pada motor berdasarkan spesifikasi yang ada sebesar 1.140 watt dengan
daya 3 A jadi dapat dikatakan daya diperlikan daat dipenuhi oleh motor.

1.5 Efisiensi Pemakaian Daya Listrik


Efisiensi pemakaian daya listrik dapat dihitung dengan membagi antara daya yang
diperlukan untuk memeras santan kelapa dengan daya yang tersedia pada motor
kemudian dikalikan seratus persen diperoleh hasil sebesar 96,7 %.
Dari angka diatas dapat dilihat bahwa motor yang digunakan memiliki efisiensi
pemakaian daya yang cukup tinggi sehingga dapat menghemat pemakaian daya.
1.6 Rendemen Santan Kelapa
Hasil pengujian terhadap rendemen santan kelapa untuk masing-masing perlakuan
pada mesin pemeras santan dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan grafiknya disajikan
pada Gambar 3.

Tabel 4. Rendemen Santan Kelapa Pada Masing-masing Perlakuan (%)

Perlakuan Ulangan Rata-rata


(rpm) I II III
60 69,667 72,500 74,176 72,111
40 73,333 80,000 66,667 73,333
25 78,333 86,667 81,667 82,222
14

84
82 82,222

Rendem en (%)
80
78
76
74 73,333
72 72,111
70
0 20 40 60 80
rpm

Rendemen rata-rata

Gambar 3. Hubungan antara Kecepatan Putar Screw Pemeras dengan


Rendemen Pemerasan Santan Kelapa

Rendemen santan ditentukan dengan membagi berat santan yang diperoleh saat
pemersan dengan berat bahan awal kemudian dikali 100 %. Berdasarkan analisis yang
dilakukan maka didapatkan rendemen santan adalah : pada putaran 25 rpm yaitu 82,222
%, pada putaran 40 rpm yaitu 73,333 % dan pada putaran 60 rpm yaitu 72,111 %.

Dari hasil diatas, pada putaran 25 rpm rendemen yang dihasilkan lebih besar
persentasenya dibandingkan dengan yang putaran 60 rpm, hasil ini disebabkan karena
pada putaran 25 rpm proses pempressan yang terjadi pada bahan berlangsung lebih lama
dibandingkan putaran 60 rpm karena putaranya lebih lambat, sehingga jumlah santan
yang dihasilkan kan lebih banyak. Dapat dikatakan bahwa proses bahan melewati
saringan tempat pengepressan lebih lama dan pengepresan berlangsung lebih sering.

2. Analisis Ekonomi
Biaya Pokok Mesin
Biaya pokok mesin terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap. Biaya pokok ini
mencakup biaya penyusutan alat, bunga modal dengan tingkat suku bunga 18 % per
tahun, biaya perawatan, biaya operator dan biaya listrik dari alat yang menggunakan
motor listrik. Biaya pokok pemerasan dapat dilihat pada Tabel 5.
15

Tabel 5. Biaya Pokok Pemerasan dan BEP


Putaran (rpm)
25 40 60
Biaya Pokok (Rp/Kg) 719,77 503,60 363,00
BEP (Kg/th) 1686,65 1374,24 1226,48

Dari Tabel dapat dilihat bahwa biaya pokok pemerasan yang terendah adalah pada
rpm 60 yaitu sebesar Rp 363,00/kg, kemudian pada putaran 40 rpm yaitu Rp 503,60/kg
dan biaya pokok penggilingan tertinggi pada rpm 25 yaitu Rp 719,77/kg.
Biaya pokok yang paling rendah adalah Rp 363,00/kg ini disebabkan karena
kapasitas pada rpm 60 adalah kapasitas yang tertinggi yaitu 29,963 kg/jam sehingga
dapat dikatakan bahwa kapasitas yang tinggi akan menyebabkan biaya pokok produksi
jadi rendah.
Pada putaran 40 rpm didapatkan biaya pokok sebesar Rp 503,60/kg, biaya ini
lebih besar jika dibandingkan dengan putaran 60 rpm karea kapasitas mesin pemeras pada
rpm ini juga lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 1. Biaya pokok pemerasan pada putaran
25 rpm adalah sebesar Rp 719,77/kg, biaya ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua
perlakuan yang sebelumnya, ini disebabkan karena kapasitas mesin pemeras pada putaran
25 rpm merupakan kapasitas yang terendah seperti yang tercantum pada Tabel 1.

Break Event Point (BEP)


Dari hasil perhitungan, diperoleh BEP penggilingan pada putaran 60 rpm adalah
1226,48 kg/th, BEP pada putaran 40 rpm adalah sebesar 1374,24 kg/th dan BEP pada
putaran 25 rpm adalah 1686,65 kg/th seperti dapat dilihat pada Tabel 5.

Net Present Value (NPV)


Untuk melakukan analisis NPV maka kita harus menentukan satu kecepatan
putaran dari screw pemeras yang oiptimumdari ketiga perlakuan yang dilakukan
berdasarkan Tabel 6.
16

Tabel 6. Analisis Putaran Screw


Putaran (rpm)
25 40 60
Kapasitas (Kg/jam) 13,598 19,435 29,963
Efisiensi Pemerasan (%) 79,034 76,319 71,819
Biaya Pokok (Rp/Kg) 719,77 503,60 363,00
Rendemen (%) 82,222 73,333 72,111
BEP (Kg/th) 1686,65 1374,24 1226,48

Dari Tabel 6 dapat dilihat putaran yang oiptimum adalah pada kecepatan 60 rpm
dimana, kapasitas tertinggi, biaya pokok terendah dan BEP terendah meskipun efisiensi
pemerasan dan dan rendemen terendah.
Setelah melakukan analisis biaya terhadap mesin pemerasan dengan kecepatan
putaran screw pemeras 60 rpm diperoleh NPV dengan nilai sebesar Rp 141.320.234,88
/th. Usaha pemerasan dapat dilakukan karena NPV-nya lebih besar dari 0.

Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)


Berdasarkan analisis B/C Ratio suatu usaha pemerasan, diperoleh angka 1, 30
maka pemerasan dapat dikatakan layak dilakukan karena B/C ratio besar dari 1.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji teknis dan analisis ekonomi terhadap mesin pemeras santan
kelapa, maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Kecepatan screw pemeras yang optimum untuk pengoperasian mesin pemeras santan
adalah 60 rpm.
2. Kapasitas mesin pemeras santan kelapa yang terbaik didapat pada kecepatan putaran
screw 60 rpm yaitu 26,963 kg/jam.
3. Efisiensi pemerasan yang tertinggi dihasilkan pada kecepatan screw pemeras 25 rpm
yaitu sebesar 79,034 %.
4. Daya yang dipakai untuk proses pemerasan kelapa sebesar 1.102 watt.
5. Efisiensi pemakaian daya listrik selama proses pemerasan berlangsung sebesar 96,70
%.
17

6. Rendemen santan kelapa yang terbaik diperoleh pada kecepatan putaran screw 25
rpm yaitu sebesar 82,222 %.
7. Biaya pemerasan terendah dari alat ini didapat pada kecepatan putaran screw pemeras
60 rpm yaitu Rp 363,00 /kg, dengan analisis titik (BEP) sebesar 1241,40 kg/th.
8. Secara ekonomi mesin ini layak untuk digunakan karena NPV-nya bernilai Rp
141.320.234,88/th dan B/C ratio sebesar 1,30.

Saran
1. Memiringkan sedikit tempat melekatnya hoper untuk mudahkan bahan masuk guna
proses pemerasan.
2. Mengurangi jumlah ulir pembawa, guna jarak antara dua ulir lebih besar maka bahan
akan mudah dibawa dan dalam jumlah yang besar menuju saringan yang merupakan
tempat pengepresan.
3. Saringan sebaik didesain pemasangannya tegak, karena jika seperti saat ini santan
yang telah dipress ada yang terhambat pada bibir saringan.
4. Saringan sebaiknya didesain memiliki tutup guna menjaga kebersihan santan yang
dihasilkan dari kotoran-kotoran yang melekat pada saringan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2002. Sumatera Barat Dalam Angka. Padang.

Balai Besar Industri Kimia. 1998. Alat Pengolah Sabut Kelapa. Jakarta.

Dinas Perkebunan Rakyat Propinsi Sumatera Barat. 2000. Kelapa Pohon Kehidupan (The
Tree of Life). Makalah Disampaikan pada Seminar Hari Perkelapaan Sumatera
Barat Tahun 2000. Padang.

Erizal. 2001. Proses Pembuatan Screw Conveyor Mesin Pemeras Santan Kelapa.
Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang. Padang.

Setyamidjaja, Djoehana. 1991. Bertanam Kelapa : Budidaya dan Pengolahannya,


Kanisius. Yogyakarta.

Lampiran 1. Mesin Pemeras Santan Kelapa

(a) Tampak Sisi Atas


19

]\

(b) Tampak Depan (Keseluruhan)

(c) Tampak Samping (Sebagian)


20

Lampiran 2. Screw Mesin Pemeras Santan Kelapa

(*** Santosa dan Rinal Yonanda. 2005. Evaluasi Teknis Mesin Pemeras Santan
Kelapa. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Volume 9 No. 1 September 2005. hal.
1-11. ***)

Anda mungkin juga menyukai