Anda di halaman 1dari 18

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

BAB I PENDAHULUAN

Congenital dislocation of the hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir merupakan suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocation of the hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Dislokasi kongenital adalah suatu fase spektrum instabilitas pangkal paha pada bayi baru lahir. Biasanya pada waktu lahir pangkal paha sepenuhnya stabil dan bertahan pada fleksi parsial. Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi kongenital cenderung terjadi pada keluarga dan bahkan pada seluruh populasi. Diagnosis yang berhasil tergantung dari pengenalan gambaran fisik dari dislokasi panggul kongenital pada neonatus. Penemuan-penemuan ini merupakan manifestasi dari kelemahan sendi dan tidak stabilnya caput femoral dan asetabulum. Untuk dislokasi panggul dapat dideteksi dengan menggunakan prasat Ortolani dan Barlow, dimana bayi harus direlaksasikan, lebih baik dalam keadaan tidur atau menyusui. Jika bayi menangis atau kejang maka gambaran fisik ini akan terlihat. Tujuan terapi adalah mencapai mempertahankan reduksi konsentris dari dislokasi panggul, tanpa komplikasi nekrosis avaskular. Keadaan cacat yang terdapat pada dislokasi panggul kongenital tersebut akan semain berat setelah anak dapat berjalan. Sehingga terapi pun akan semakin sukar. Maka terapi perlu secepat mungkin dilakukan.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 1

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

BAB II TINJAUAN UMUM

II. 1. ANATOMI PANGGUL Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang:1 2 Tulang pangkal paha ( Ossa Coxae kanan dan kiri ) 1 Tulang Kelangkang ( OS Sacrum ) 1 Tulang Tungging ( Os Coccygis )

Disini terdapat tiga persendian yaitu : 2 articulatio sacroiliaca Symphysis pubica

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 2

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Rangka pelvis pada posisi anatomis miring kedepan sehingga didapatkan posisi berikut: (Gambar 1) 2 Spina iliaca anterior superior (SIAS) dan tuberculum pubicum berada pada bidang coronalis yang sama Posisi os. Coccygis sama tinggi dengan symphyis pubica Bidang pelvic inlet dan outlet membentuk sudut 50-60 (inclinatio pelvis) dan sudut 15 terhadap bidang horizontalis

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 3

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Gelang panggul (Pelvic girdle) terdiri dari dua ossa coxae kanan dan kiri. Kedua ossa coxae ke depan berhubungan sendi melalui symphysis pubica; ke belakang dengan os sacrum melalui articulatio sacroiliaca. Pintu atas panggul (apertura pelvis superior/pelvic inlet/pelvic brim) dibentuk oleh promontorium dan linea terminalis termasuk linea arcuata ilei dan ileopectinealis (Halls and Craggs, 1986). Pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior/pelvic outlet)dibentuk oleh os coccygis di belakang, symphisis pubica di depan dan pada kedua sisi dibentuk oleh ligamentum sacrotuberosum dan persatuan ramus, sehingga bentuknya mirip dua buah segitiga yang bertemu pada alasnya di tengah-tengah panggul.

Rangka pelvis : Pelvis mayor (false/greater pelvis) terdapat diatas bidang yang melewati linea terminalis. Ini dibatasi oleh ossis sacri serta fossa iliaca di kanan dan kiri Pelvis minor (True/Lesser Pelvis) terdapat dibawah bidang yang melewati linea terminalis.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 4

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 5

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

FEMUR Merupakan tulang terpanjang dari tubuh, dimana panjangnya kira-kira seperempat dari panjang badan. Ke atas tulang ini bersendi dengan os. Coxae pada acetabulum, dan kebawah, bersendi dengan tibia juga patella1 Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea. Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 6

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 7

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

II. 2. ETIOLOGI Di duga pada cacat ini ada 2 jenis etiologi: Muskular type yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi pangkal paha yang tidak sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris dari acetabulum; Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum3 Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi kongenital cenderung terjadi pada keluarga. Faktor hormonal (misalnya konsentrasi estrogen maternal yang tinggi, juga progesteron dan relaxin dalam beberapa minggu terakhir kehamilan) dapat memperburuk kekendoran ligamentum pada bayi tersebut.3 Malposisi intrauteri (misalnya pada sungsang dengan kaki ekstensi) akan menguntungkan dislokasi. Ini berkaitan dengan lebih tingginya insidens pada bayi yang lahir pertama, karena diantara mereka versi spontan kurang memungkinkan.3 Dislokasi unilateral biasanya terjadi pada panggul paha kiri, ini sesuai dengan posisi verteks yang biasa terjadi (anterior oksiput kiri) dimana pangkal paha kiri agak aduksi. Faktor postnatal mungkin menyokong persistensi instabilitas neonatal dan kesalahan perkembangan asetabulum. Dislokasi sangat banyak terjadi pada orang Lapps dan Indian Amerika Utara yang menggendong bayinya dan membawanya dengan kaki disatukan, pangkal paha dan lutut sepenuhnya ekstensi, dan jarang terjadi pada orang Cina Selatan dan Negro Afrika yang menggendong bayi mereka dengan tungkai abduksi lebar. Juga ada bukti eksperimental bahwa ekstensi pangkal paha dan lutut secara simultan mengakibatkan dislokasi pangkal paha selama perkembangan dini. 3

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 8

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

BAB III CONGENITAL DISLOCATION OF THE HIP III.1.PATOLOGI Pada saat lahir pangkal paha, walaupun tidak stabil, mungkin bentuknya normal, tetapi kapsul sering meregang dan berlebihan. Selama masa bayi, sejumlah perubahan berkembang, sebagian perubahan tersebut mungkin merupakan displasia primer pada acetabulum, dan atau femur proksimal, tetapi sebagian terjadi karena adaptasi terhadap instabilitas persisten dan karena penyambungan persendian yang abnormal. Kepala femur mengalami dislokasi kearah posterior tetapi pada ekstensi pangkal paha, ini terlebih dulu terletak posterolateral dan kemudian superolateral terhadap acetabulum. Socket tulang rawan adalah dangkal dan anteversi. Kepala femur yang berupa tulang rawan ukurannya normal tetapi nukleus yang berupa tulang timbulnya terlambat dan osifikasinya tertunda disepanjang masa bayi. 3 Kapsul teregang dan teres ligamentum memanjang dan mengalami hipertrofi. Superior labrum asetabulum dan tepi kapsulernya mungkin terdorong kedalam socket oleh kepala femur yang mengalami dislokasi, limbus fibrokartilago ini mungkin merintangi setiap upaya reduksi tertutup pada kepala femur.3 Setelah mengalami menahan beban, perubahan ini menjadi semakin intensif. Baik asetabulum maupun leher femur tetap anteversi dan tekanan pada kepala femur menginduksi terbentuknya socket palsu diatas asetabulum yang dangkal. Kapsul yang terjepit di antara tepi asetabulum dan otot psoas, mengembangkan penampilan seperti jam kaca. Pada saatnya, otot disekitar akan beradaptasi dengan memperpendek diri.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 9

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

III.2.GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis dislokasi panggul bawaan adalah asimetri pada lipatan-lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinis untuk mengetahui dislokasi panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah:4 Uji Ortolani Pada pemeriksaan ini, ibu jari pemeriksa memegang paha bayi disebelah medial dan jari-jari lainnya pada trochanter mayor. Sendi panggul di fleksikan 90 derajat kemudian di abduksi secara hati-hati. Pada bayi normal, abduksi sebesar 65-80 derajat dapat dengan mudah dilakukan dan bila abduksi kurang dari 60 derajat maka harus dicurigai ada dislokasi panggul bawaan. Pada dislokasi panggul bawaan, bila terdengar bunyi klik ketika trochanter mayor ditekan maka hal ini menandakan adanya reduksi dislokasi yang disebut uji Ortolani positif

Gambar skematis uji Ortolani: femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian, femur di abduksikan secara perlahan sambil mendorong trokanter mayor dengan jari-jari ke arah anterior
Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 10

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Uji Barlow Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Pada bagian atas dipegang dan ibu jari diletakkan pada lipat paha kemudian dicoba memasukkan/mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum, baik dalam keadaan abduksi maupun adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of the hip

Gambar skematis uji Barlow: Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser kearah midline. Setelah itu femur didorong kearah posterior secara perlahan. Bila terdapat dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar dari asetabulum.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 11

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

Tanda Galeazzi Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam keadaan fleksi 90 derajat, serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam keadaan normal, kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/Allis positif

Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazzi. Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada tungkai yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 12

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

III.3.PEMERIKSAAN PENUNJANG III.3.1. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat osifikasi sendi baru tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga pemeriksaan ini hanya bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih. Pemeriksaan radiologis berguna untuk menentukan indeks asetabuler, garis horisontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 13

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

III.3.2. Ultrasound Pemeriksaan ultrasound pada bayi-bayi dilakukan untuk menggantikan pencitraan panggul dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir, asetabulum dan kaput femoris dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa tidak terlihat. Dengan pemeriksaan ultrasound, meskipun penderita berusia dibawah 3 bulan, hubungan antara kaput femoris dan asetabulum dapat diamati.

III.4. DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran: o Asimetris lipatan paha o Uji Ortolani dan Galeazzi positif o Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar o Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram o Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan atau tanpa gambaran radiologis yang abnormal o Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 14

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

BAB IV PENATALAKSANAAN IV.1. PENGOBATAN Pada dislokasi sendi panggul bawaan diperlukan penanganan yang lebih dini dan untuk itu diagnosis harus sedini mungkin, sehingga pemeriksaan ortopedi yang lengkap dan teliti pada bayi baru lahir perlu dilakukan. Pengobatan umumnya hanya dengan memasang mempertahankan sendi panggul dalam posisinya bidai untuk

Contoh penggunaan bidai dari Cambridge untuk koreksi dislokasi sendi panggul bawaan.

Sebanyak 80-90% sendi panggul pada bayi baru lahir tidak stabil usia 3 bulan dan biasanya dalam jangka waktu 23 minggu panggul akan menjadi stabil secara spontan. Bila sendi panggul tetap tidak stabil setelah jangka waktu tersebut, sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih lanjut (follow up). Dislokasi

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 15

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

panggul pada penderita usia 13-18 bulan, dapat dicoba reduksi tertutup dan tindakan operasi dipertimbangkan bila reduksi ini tidak berhasil. Bila penderita berusia 18 bulan 5 tahun maka kelainan telah bersifat irreversible sehingga tindakan operasi merupakan satu-satunya alternatif pengobatan untuk mengkoreksi kelainan yang ada. IV.2. KOMPLIKASI5 Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai komplikasi setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau berkurangnya suplai darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak dapat bergerak dalam posisi abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi internal mungkin merupakan penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala femur. Penampilan radiografiknya dan perjalanan berikutnya akan sangat menyerupai penampilan dan perjalanan penyakit Legg-Calve-Perthes, dan perawatannya mengikuti prinsip yang sama dengan yang dijelaskan untuk perawatan penyakit tersebut Penekanan karena menahan beban tubuh dan aktivitas sehari-hari pada persendian yang tidak tepat, akan mempercepat terjadinya degenerasi tulang rawan artikuler pada persendian pangkal paha. Degenerasi ini mungkin berprogresi ke artritis degeneratif sekunder yang berkembang penuh pada persendian pangkal paha dalam kehidupan dewasa, yang memerlukan operasi rekonstruksi pangkal paha sekunder untuk mengurangi nyeri dan disabilitas.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 16

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

KESIMPULAN

Congenital dislocation of the hip atau dislokasi panggul kongenital adalah suatu cacat yang didapat dari lahir, yang juga terdapat di Indonesia, meskipun jumlahnya tidak banyak dan masih perlu penyelidikan. Pelvis berasal dari bahasa latin yang berarti waskom/pasu dibentuk oleh empat tulang yaitu dua os coxae kanan dan kiri, Os sacrum dan Os Coccygis. Terdapat tiga persendian yaitu dua articulatio sacroiliaca dan shympisis pubis. Diduga etiologi congenital dislocation of the hip adalah (1) Muskular type yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi pangkal paha yang tidak sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris dari acetabulum; (2) Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum. Gambaran klinis abnormal pada bayi berkaitan langsung dengan fakta bahwa pangkal paha mengalami dislokasi dan bergerak naik keatas acetabulum. Dengan demikian kaki yang mengalaminya akan menjadi lebih pendek dibanding kaki lawannya. Perawatan harus dimulai segera setelah diagnosa ditegakkan, dan keberhasilannya tergantung pada penempatan kepala femur kedalam acetabulum dan mempertahankan hubungan seperti ini sampai persendian pangkal paha menjadi stabil.

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 17

Congenital Dislocation of the Hip

Dewi Gotama (406107005)

DAFTAR PUSTAKA 1. Snell RS. Anatomi Panggul. Dalam: Anatomi Klinik. EGC: 1995. 2. Hardjadi, Ignatius. Buku Ajar Anatomi Pelvis. Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Jakarta: 2006. 3. Apley AG. Congenital Dislocation of the Hip. In: Apleys System of Orthopaedics and Fractures. 1981 4. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yarsif Watampone. Jakarta: 2009 5. Gartland JJ. Congenital Dislocation of The Hip. Fundamental of Orthopaedics. WB Saunders Company: 1987

Kepanitraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 21 Maret 28 Mei 2011

Page 18

Anda mungkin juga menyukai