Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK PERISTIWA TAHKIM Kubu Ali Bin Abi Thalib terpecah menjadi 2 golongan yakni: 1.

Golongan Pendukung Ali Bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Syiah 2. Golongan Yang menyatakan keluar dari kelompok Ali, terkenal dengan nama Khawarij 3. Golongan yang menjauhkan diri dari golongan Syiah dan golongan Khawarij, terkenal dengan nama golongan Murjiah Kaum Khawarij berpandangan bahwa Sikap Ali yang menerima tipu muslihat dari Amr Bin As adalah salah, sebab putusan hanya datang dari Allah SWT melalui hukum-hukumnya dalam al-Quran. Menurut Khawarij la Hukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari Allah) PERSOALAN DOSA BESAR Kaum Khawarij berpandangan Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah, Amr Bin AS, Abu Musa Al-Asyari dan seluruh orang yang menerima Arbitrase adalah berdosa besar dan Kafir dalam arti keluar dari Islam dan harus di bunuh. Pandangan ini bertolak pada S. al-Maidah:44 yang menyatakan Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Adalah kafir DARI PERSOALAN POLITIK KE PERSOALAN TEOLOGI Persoalan Dosa besar seperti pandangan kaum Khawarij di atas, selanjutnya bergeser menjadi permasalahan Teologi. Dalam perkembangan selanjutnya persolan Dosa Besar (murtakib alkabir) mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan aliran Teologi dalam Islam. Permasalahan utamanya adalah bagaimanakah status orang yang berdosa besar, apakah mukmin ataukah kafir LAHIRNYA ALIRAN TEOLOGI Dari persolan murtakib al-kabir lahir beberapa aliran teologi. Aliran tersebut adalah ; a. Aliran Khawarij yang berpandangan bahwa orang berbuat dosa besar adalah kafir dan wajib di bunuh b. Aliran Murjiah yang berpendapat bahwa orang berdosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Permasalahan dosa yang dilakukan dikembalikan pada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak. c. Aliran Mutazilah. Aliran ini berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukan kafir tetapi bukan pula mukmin. Namun mereka terletak di antara dua posisi kafir dan mukmin. Dalam teologi mutazilah orang seperti ini dikatakan tanzilu baina manzilatain d. Aliran Qodariah. Aliran ini terkenal dengan pemikiran Free Will dan Free act (kebebasan berkehendak dan berbuat) e. Aliran Jabariah. Aliran ini berkebalikan dengan pandangan aliran Qodariah yang menyatakan manusia mempunyai kebebasan berkehendak dan berbuat, sebaliknya aliran Jabariah berpandangan manusia dalam segala tingkah lakunya bertindak atas dasar paksaan dari Allah. Paham ini selanjutnya terkenal dengan predestination atau fatalism. f. Aliran Asyariah merupakan aliran teologi tradisional yang di susun oleh Abu Hasan al-Asyari (935 M). Pada awalnya Abu Hasan al-Asyari merupakan orang Mutazilah yang merasa tidak puas dengan teologi Mutazilah. Dalam satu riwayat keluarnya Abu Musa al-Asyari dari Mutazilah dikarenakan ia pernah bermimpi bahwa Mutazilah di cap Nabi Muhammad Sebagai ajaran yang sesat. g. Aliran Maturidiah. Aliran yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi (w.944 M). Dalam perkembangan selanjutnya dua aliran terakhir yakni Asyariah dan Maturidiah di kenal dengan nama aliran Ahlus Sunah Wal Jamaah. Kedua aliran ini dibedakan dalam lapangan hukum Islam. Aliran Asyariah lebih cenderung dengan pendekatan Imam SyafiI, sedangkan aliran Maturidiah cenderung pada pendekatan Imam Hanifah. KESIMPULAN Dari sini dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang pertamakali muncul dalam Agama Islam adalah bukan permasalan teologi namun permasalahan politik.Dari permasalahan politik lahir persoalan Murtakib al-kabir (dosa besar) yang selanjutnya berdampak besar terhadap pertumbuhan aliran teologi. Dari pergeseran tersebut (politik ke teologi) melahirkan beberapa aliran teologi seperti Khawarij, Murjiah, Mutazilah, Qodariah, Jabariah Dan Ahlussunah Wal Jamaah (Asyariah dan Maturidiaah) Syiah (Bahasa Arab: , Bahasa Persia: ) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Sh` (Bahasa Arab: ). menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah. Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab Sy`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Sy` .

"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun). Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.[2] Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.[3] Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab. ==Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah. Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah. Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan. Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini. Doktrin, Dalam Syi'ah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokokpokok agama) dan furu'uddin {masalah penerapan agama). Syi'ah memiliki Lima Ushuluddin: Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa. Al-Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya hari kebangkitan. Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam AlQuran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).Dimensi ketuhanan ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang). Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (AlMaa'idah / QS. 5:17) Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al-Maa'idah / QS. 5:17) Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. nabi sama seperti muslimin lain. Itikadnya tentang kenabian ialah: Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000. -Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW. - Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan

tiada cacat apa pun. Ialah nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada. Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci. -Al-Qur'an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW. Pengertian Aliran Murjiah , Kata murjiah berasal dari suku kata bahasa arab Rajaa yang berarti Kembali dan yang dimaksud adalah golongan atau aliran yang berpendapat bahwa konsekuensi hukum dari perbuatan manusia bergantung pada Allah SWT. B. Awal Munculnya Golongan Murji'ah , Golongan Murjiah pertama kali muncul di Damaskus pada penghujung abad pertama hijriyah. Murjiah pernah mengalami kejayaan yang cukup signifikan pada masa Daulah Ummayah, namun setelah runtuhnya Daulah Ummayah tersebut, golongan Murjiah ikut redup dan barangsur rangsur hilang ditelan zaman, hingga kini aliran tersebut sudah tidak terdengar lagi, namun sebagian fahamnya masih ada yang di ikuti oleh sebagian orang, sekalipun bertentangan dengan Al-quran dan Sunnah. C. Ciri-ciri faham Murji'ah , Diantaranya adalah :1.Rukun iman ada dua yaitu : iman kepada Allah dan Iman kepada utusan Allah. 2. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman, dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa tersebut ketentuan tergantung Allah di akhirat kelak. 3. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap seseorang bila telah beriman. Dalam artian bahwa dosa sebesar apapun tidak dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan keimanan tidak dapat pula mempengaruhi dosa. Dosa ya dosa, iman ya iman. 4. Perbuatan kebajikan tidak berarti apapun bila dilakukan disaat kafir. Artinya perbuatan tersebut tidak dapat menghapuskan kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena melakukannya sebelum masuk Islam. Golongan murjiah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk Islam, sekalipun orang tersebut dzalim, berbuat maksiat dll, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbuatan dosa sebesar apapun tidak mempengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim, kecuali bila orang tesebut telah keluar dari Islam (Murtad) maka telah berhukum kafir. Aliran Murjiah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat atau menampakkan kekufuran, namun bila batinnya tidak, maka orang tersebut tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tidaknya seseorang itu tidak dilihat dari segi lahirnya, namun bergantung pada batinnya. Sebab ketentuan ada pada Itiqad seseorang dan bukan segi lahiriyahnya. Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij . Kaum Murjiah muncul adanya pertentangan politik dalam Islam. Dalam suasana demikian, kaum Murjiah muncul dengan gaya dan corak tersendiri. Mereka bersikap netral, tidak berkomentar dalam praktek kafir atau tidak bagi golongan yang bertentangan. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orangorang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu dihadapan Tuhan, karena halnya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap mukmin dihadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-nya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kali masyahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Alasan Murjiah menganggapnya tetap mukmin, sebab orang Islam yang berbuat dosa besar tetap mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah rasulnya. Dalam bidang aliran teologi mengenai dosa besar, kaum Murjiah ini mempunyai pendapat tentang aqidah yang semacam umum dapat digolongkan kedalam pendapat yang moderat dan ektrim. 1. Golongan yang Ekstrim, Golongan ini dipimpin Al-Jahamiyah (pengikut jaham ibn Safwan) pahamnya berpendapat, bahwa orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah kafir. Dengan alasan, iman dan kafir bertempat dihati lebih lanjut umpamanya ia menyembah salib, percaya pada trinitas dan kemudian meninggal, orang ini tetap mukmin, tidak menjadi kafir. Dan orang tersebut tetap memiliki iman yang sempurna. Pengikut Abu Al-Hasan Al-Salihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan dan kafir adalah tidak tahu pada Tuhan. Masalah sembahyang tidak merupakan ibadah kepada Allah. Ibadah adalah iman kepadanya, artinya mengetahui Tuhan.

Al-Baghdadi menerangkan pendapat Al-Salihiyah bahwa sembahyang , zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah. Kesimpulanya ibadah hanyalah iman. Al-Yunusiyah berkesimpulan atas pendapat kaum Murjiah yang disebut iman adalah mengetahui Tuhan, bahwa melakukan maksiat atau pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Atas pandangan diatas .Al-Ubaidiyah berpendapat bahwa jika seseorang mati dalam iman , dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakannya tidak akan merugikan yang bersangkutan. Adapun Muqatil ibn Sulaiman mengatakan, perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang, dan sebaliknya perbuatan baik tidak akan mengubah kedudukan orang musyrik. 2. Golongan Murji'ah Moderat, Golongan ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka. Ia mendapat hukuman dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya. Kemungkinana Tuhan akan memberikan ampunan terhadap dosanya. Oleh sebab itu, golongan ini meyakini bahwa orang tersebut tidak akan masuk neraka selamanya. Berbeda dengan golongan Mutazilah yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar kekal dineraka memberi nama Murjiah kepada semua orang yang tidak berpendapat seperti itu,yaitu selama mereka berpendapat bahwa pendosa tadi tidak kekal dineraka, walaupun mereka mengatakan bahwa pendosa itu akan disiksa dengan ukuran tertentu dan mungkin kemudian Allah memaafkannya dan menaunginya dengan rahmat-Nya. Itulah sebabnya golongan Mutazilah menerapkan sifat Murjiah kepada beberapa imama mazhab dalam bidang fiqh damn hadist. Tokoh dari golongan ini antara lain : Al-Hasan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis. Kemudian Abu Hanifah mendefinisikan iman adalah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, Tentang rasul rasulnya. Dan tentang segala apa yang datang dari Tuhan. Ada gambaran definisi iman menurut Abu Hanifah, yaitu iman bagi semua orang Islam adalah sama. Tidak ada perbedaan antara iman orang Islam yang berdosa besar dan orang Islam yang patuh menjalan kan perintah perintah Allah. Dengan demikian, Abu Hanifah berpendapat bahwa perbuatan tidak penting, tidak dapat diterima. Ajaran kaum Murjiah moderat diatas dapat diterima oleh golongan Ahli sunah wal jamaah dalam Islam. Asyari berpendapat, iman adalah pengakuan dalam hati tentang ke Esaan Tuhan dan tentang kebenaran Rasul rasulnya serta apa yang mereka bawa. Sebagai cabang dari iman adalah mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan rukun rukun Islam. Bagi orang yang melakukan dosa besar, apabila meninggal tanpa obat, nasibnya terletak ditangan Tuhan. Kemungkinan Tuhan tidak membari ampun atas dosa dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan dosa dosa yang dibuatnya. Kemudian dia dimasukkan kedalam surga, karena ia tidak akan mungkin kekal tinggal dalam neraka. Keidentikan pendapat yang berasal dari kaum Murjiah antara lain : Pendapat Al-Baghdadi, Beliau berpendapat bahwa iman ada dua macam yaitu : 1. Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka, yaitu mengakui Tuhan, kitab, rasul, qadar, sifat Tuhan, dan segala keyakinan lain yang diakui dalam syariat. 2. Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan melenyapkan nama fasik dari seorang serta melepaskanya dari neraka, yaitu mengerjakan segala yang wajib dan menjauhi segala dosa besar. Faham Aliran Maturidiyah Maturidiyah , Al- Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuuhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafiiyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama muktazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah. Abu Mansur Al Maturidy hidup sejaman dengan Abu Hasan Al- Asy Arie, keduanya sama-sama berupaya menegaggak panji Ah Lussunnah Wal jamaah ditengah kabutn pertikaian ideologi antar sekte

dan aliran Islam. Meskipun pada saat itu derah abu Mansur tidak sepanas Basrah dalam pergolakan pemikiran antar sekte, akan tetapi di Samarkand juga ada berberapa ulama yang berkiblat pada Muktazilah di Irak, merekalah yang menuai hantaman pemikiran dari al Maturidy. Memang dalam realitanya adala perbedaan antara pemikiran Al- Asy Arie dengan Al Maturidy akan tetapi perbedaan itu sangat sedikit sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa antara Al Asyarie dan Al Maturidy nyaris meiliki kesamaan kalau tidak bisa di sebut sama. Bahkan Muhammad Abduh mengatakan bahwa perbedaan antara Al Maturidiyah dan Al Asyariyah tidak lebih dari sepuluh permasalahan dan perbedaan di dalamnya pun hanyalah perbedaan kata-kata (al Khilaf Al Lafdziyu). Akan tetapi ketika kita mengkaji lebih dalam aliran asy- Ariyah dan Maturidiyah maka perbedaan-berdeakan tersebut semakin terlihat wujudnya. Tak dapat dipungkiri bahwa keduanya berupaya menentukan akidah berdasarkan ayat-ayat tuhan yang terangkum dalam al- Quran secara rasional dan logis. Keduanya memberikan porsi besar pada akal dalam menginterpretasikan al- Quran dibandingkan yang lainnya. Menurut AlAsyariyah untuk mengetahui Allah wajib dengan syari sedangkan Maturidiyah sependapat dengan Abu Hanifah bahwa akal berperan penting dalam konteks tersebut. Hal itu merupakan salah satu contoh perbedaan keduanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi yang diterapkan Maturidiyah meletakkan akal dengan porsi besar, sedangkan asyariyah lebih berpegang pada naql, sehingga para pengkaji mengkaialm bahwa Asyariyah berada pada titik antara Muktazilah dan Ahlul Fiqh wal Hadist, adapun Maturidiah barada pada posisi antara Muktazilah dan Al Asyariyah. Maka dengan demikian ada sekte Muktazilah, Ahlul Hadist, kemudian Muktazilah Maturidiyah dan Al Muhadtsun Al Asyairah. Sekte Maturidiyah berpegang pada akal berdasarkan petunjuk dari syariat, berbeda dengan Ahlul Fiqh dan Hadist yang berpegang teguh pada naql tidak yang lain, khawatir terjadi kesalahan pada pandangan akal sehingga dapat menyesatkan. Pendapat Ahlul Hadist ini hantam dengan hujjah dalam kitab tauhid bahwa ini merupkan gaungguan syaithan. Urgensi analisa tidak bisa diganggu gugat, bagaimana mungkin mengingkari akal yang berfungsi untuk menganalisa, sedangkan Allah menyeru hambanya untuk selalu berfikir, bertafakkur dalam melihat dan menganalisa seluruh apa yng terjadi di alam ini, maka ini adalah bukti konkret bahwa berfikir dan bertafakkur adalah sumber ilmu. Merkipun demikian maturidiah mengambil hukum berdasarkan akal yang tidak bertentangan dengan syariat,, jikalau terjadi pertentangan antar keduanya maka yang diambil adalah hukum syariat. Jelas meskipun akal dijadikan landasan berpikir dalam menentukan hukum akan tetapi semua itu harus bermuara dari nash. Al Maturidiyah berpendapat bahwa segla sesuatu pasti memiliki value, maka akal tentu dapat membedaan mana nilai yang baik (good value) atau buruk (bad value) dari sesuatu itu. Menurut mereka materi itu ada tiga. Pertama, yang mengandung nilai baik (good value), kedua, mengandung nilai buruk (bad value) dan yang ketiga, mengandung nilai baik maupun buruk, adapun syariat menjadi penentu utama dalam menentukan bad value atau good value itu. Pendapat ini seirama dengan Muktazilah, hanya saja muktazilah condong lebih tegas, mereka menyatakan bahwa good value yang diketahui oleh akan menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan begitupun dengan bad value yang diakui akal harus ditinggalkan.. Dalam aliran Maturidiyah sebenarnya dikenal dua corak aliran, yakni aliran Samarkand dan Bukhara. Letak perbedaannya pada tingkat pengakuan akal sebagai instrumen penafsiran kebenaran. Aliran Samarkand dikenal lebih dekat dengan Muktazilah dalam beberapa pemikirannya, seperti penerimaannya atas takwil terhadap ayat-ayat yang memuat sifat-sifat antroposentris dari Tuhan. Sementara aliran Bukhara dalam hal ini lebih dekat dengan metodologi berfikirnya Asyariyah. Sejarah lahirnya aliran Al-Maturidiyaha , Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-Asyariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Muktazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mutazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya. Pendiri dari aliran ini adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun 944 Masehi. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-pahamnya mempunyai banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh Abu Hanifah. Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang sesuai dengan nama pendirinya yaitu Al-Maturidi. Sejarah singkat aliran Maturidiyah , Dengan memperhatikan secara seksama sejarah aliran Maturidiyah, secara jelas akan terbukti bahwa pemikiran-pemikiran teologis aliran ini bersumber dari Abu Hanifah. Karena sebelum masuk ke dalam pembahasan-pembahasan fikih, Abu Hanifah pernah memiliki halaqah kajian teologi. Sejak awal ketika masalah-masalah teologi secara sederhana muncul di tengah-tengah Islam, pada waktu itu sudah terbentuk dua kelompok di tengah-tengah kaum muslimin.

1. Kelompok Ahlul Hadis yang dikenal dengan Hasywiah, Salafiah dan Hanabilah. Kelompok ini, seluruh keyakinannya disandarkan kepada makna-makna lahir dari ayat-ayat Quran dan sebagian besar dari keyakinan tersebut bersumber dari hadis. Mereka tidak menganggap akal sebagai sesuatu yang bernilai, dan jika di dalam kelompok ini ditemukan keyakinan-keyakinan seperti menyerupakan Tuhan dengan makhluk (tasybih) dan menganggap Tuhan adalah benda (tajsim), keterpaksaan atau determinisme (jabr), berkuasanya qadha dan qadar atas perilakuperilaku bebas manusia, dan atau bersikeras atas keyakinan berkenaan dengan bahwa Tuhan dapat dilihat di hari kebangkitan, semuanya adalah akibat-akibat dari hadis-hadis yang tersebar di antara mereka, dan biasanya jejak tangan ulama-ulama Yahudi dan pendeta-pendeta Nasrani terlihat di dalam hadis-hadis tersebut. Mereka meyakini bahwa kalam Ilahi (Quran) adalah sesuatu yang sudah ada sebelum diciptakannya semesta ini (qadim). Seperti halnya kebanyakan orang Yahudi menganggap Taurat sebagai sesuatu yang ada tanpa didahului oleh sesuatu apapun (azali) dan begitu juga orang-orang Nasrani yang menganggap Al Masih azali, mereka juga menganggap Al Quran sebagai qadim dan azali. 2. Kelompok Mutazilah yang menganggap akal sebagai sesuatu yang berharga dan bernilai, mereka menolak hadis dan riwayat yang bertentangan dengan hukum akal, dan sumber keyakinan-keyakinan mereka diambil dari teks-teks ayat Quran dan hadis Nabi Saw yang pasti dan juga dari hukum akal. Sesuatu yang perlu dikritisi dari mereka adalah sikap mereka yang memberikan penilaian terlalu tinggi terhadap akal melebihi kapasitasnya dan begitu banyak teks-teks Quran yang pasti yang ada di syariat suci Islam dikesampingkan, karena dianggap muatannya mengandung pemikiran yang bertentangan dengan akal. Bertahun-tahun lamanya berlangsung peperangan pemikiran yang tiada hentinya di antara kedua kelompok ini, dan kemenangan salah satu kelompok atas kelompok yang lainnya bergantung kepada bantuanbantuan para penguasa di masa lalu; penguasa-penguasa tersebut berpihak kepada salah satu kelompok dan berusaha melemahkan kelompok yang lain. Pertarungan ini berlanjut dengan intensitas yang semakin tinggi sampai permulaan abad 300 Hijriah, akan tetapi pada permulaan abad keempat, dua orang yang berasal dari dua wilayah yang berbeda menunjukkan dirinya dan melahirkan sebuah aliran yang pada hakikatnya adalah sebuah aliran yang moderat dan tidak berpihak kepada dua aliran sebelumnya, baik itu Ahli Hadis ataupun Mutazilah. Salah satu dari dua orang ini adalah Abul Hasan Asyari (260-324 Hijriah) di Irak yang keluar dari aliran Mutazilah dan bertobat karena telah meyakininya, dan mengumumkan dirinya sebagai kawan dan pendukung Ahmad bin Hanbal, dan saat ini terdapat campur tangan dalam aliran Ahmad bin Hanbal dan secara perlahan aliran ini menjadi aliran resmi Ahlu Sunnah. Dan orang yang kedua adalah Abu Mansur Maturidi Samarqandi (250-333 Hijriah) di belahan timur dunia Islam, seorang pendukung aliran Ahli Hadis yang melakukan persis apa yang dilakukan oleh koleganya Asyari, dan yang luarbiasa adalah walaupun kedua orang pendiri ini hidup pada satu masa yang sama dan melangkah pada satu jalan yang sama, akan tetapi mereka tidak saling mengenal satu dengan lainnya. Wilayah timur dunia Islam saat itu adalah pusat pembahasan masalahmasalah teologi, seperti juga halnya Basrah yang merupakan tempat lahirnya Asyari adalah titik pertemuan pandangan-pandangan keyakinan yang berbeda-beda, dan begitu juga pemikiran-pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam dari Negara-negara yang berbeda pada saat kemenangan-kemenangan yang diraih Islam sebagai pemikiran-pemikiran impor yang berpindah ke dunia Islam. Dari sisi fikih, aliran Hanafi menyebar di daerah Khurasan secara sempurna, pada saat yang sama kebanyakan penduduk Basrah bermazhab Syafii, dari sudut pandang ini para pengikut mazhab Hanafi memiliki kecenderungan yang tinggi kepada aliran Maturidiyah, sedangkan para pengikut mazhab Syafii lebih dari yang lainnya memilih aliran Asyari. Sebagian dari pemikiran aliran Maturidiyah diperoleh dari Abu Hanifah dan terpengaruh oleh bukunya yang berjudul Fiqhul Akbar yang membahas permasalahan keyakinan. Oleh karena itu kebanyakan pengikut aliran Maturidiyah hidup di Khurasan dan dalam masalah fikih mereka adalah pengikut mazhab Hanafi, seperti: 1. Fakhrul Islam Muhammad bin Abdul Karim Bazwadi (493 Hijriah). 2. 2. Abu Hafs Umar bin Muhammad Nasafi (573 Hijriah). 3. 3. Saadudin Taftazani (791 Hijriah). 4. 4. Kamaludin Ahmad Bayadzi (abad 11). 5. 5. Kamaludin Muhammad bin Himamudin (861 Hijriah).

Dengan memperhatikan dengan seksama sejarah aliran Maturidiyah, secara jelas terbukti bahwa ia dan pemikiran-pemikiran teologisnya bersumber dari Abu Hanifah, karena sebelum terjun ke dalam pembahasan fikih, Abu Hanifah memiliki lingkaran pengkajian teologi, dan ketika ia berhubungan dengan Hamad bin Abi Sulaiman ia meninggalkan kajian teologinya dan masuk ke dalam pembahasan fikih. Bukan hanya Maturidi saja yang keyakinan-keyakinan teologinya bersumber dari Abu Hanifah, akan tetapi orang yang sezaman dengannya, Abu Jafar Thahawi (321 hirjiah) penulis buku Keyakinan-keyakinan Thahawiah, pemikiran-pemikiran teologinya juga bersumber dari Abu Hanifah, sampai-sampai di pendahuluan bukunya ia mengatakan: "risalah ini adalah keyakinan para ahli fikih umat Islam, selepas itu ia mengutip nama Abu Hanifah dan dua murid terkenalnya Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Syaibani."[1] Abdul Qahir Baghdadi penulis buku Al Farqu baina Al Firaq dalam bukunya yang lain yang bertema Ushuludin mengingatkan bahwa Abu Hanifah memiliki sebuah buku berjudul Al Fiqhul Akbar yang di dalamnya ditulis sanggahan bagi aliran Qadariah, dan dalam karyanya yang lain membenarkan kayakinan Ahlu Sunnah dalam sebuah permasalahan.[2] Akan tetapi karya-karya yang diwariskan Abu Hanifah bukan hanya dua buku ini saja. Dikarenakan permasalahan-permasalahan teologi di dalam buku Abu Hanifah tidak tersusun dengan tertib, Kamaludin Bayadzi di abad kesebelas Hijriah menertibkan masalah-masalah tersebut dan menulis buku bertajuk Isyaratul Maram min Ibaratil Imam, dan dalam buku tersebut dikatakan: "saya menyusun dan menertibkan masalah-masalah ini dengan bersandar kepada buku-buku: 1. Al Fiqhul Akbar 2. Ar Risalah 3. Al Fiqhul Absath 4. Kitabul Alim wal Mutaalim 5. Al Wasiat, yang kesemuanya itu dikutip dari Abu Hanifah dengan perantara Masyaikh."[3] Dari semua yang telah kita saksikan, jelas bahwa akar dan pondasi aliran Maturidiyah secara khusus kembali kepada aliran ini sendiri dan dengan cara tertentu kembali kepada Abu Hanifah; dan seperti yang akan kita saksikan, aliran ini adalah aliran yang moderat yang tidak memihak Ahli Hadis maupun Mutazilah. Lebih dari itu, bahkan akan kita saksikan bahwa aliran ini dalam metode berpikir lebih dekat kepada Mutazilah ketimbang aliran Ahli Hadis. Riwayat hidup Maturidi , Hasil penelaahan kitab-kitab Tarajim membawa kita kepada sebuah keyakinan bahwa pendiri aliran ini tidak memiliki popularitas yang sempurna di masa hidupnya dan di kemudian haripun para ahli Tarajim tidak banyak yang merekam kehidupannya, padahal semua penulis biografi menulis riwayat hidup Asyari dan mengingatnya dengan cara tertentu. Mungkin masalahnya adalah bahwa Maturidi tinggal jauh dari ibu kota Islam pada waktu itu yaitu Irak, sedangkan Asyari lahir di ibu kota Islam dan meniggal juga di tempat yang sama, dan teman-teman serta musuh-musuhnya mengingatnya dengan cara tertentu. Ibnu Nadim (388 M) di dalam bukunya Al Fihrist tidak mengutip tentang Maturidi, sedangkan ia membawakan riwayat berkenaan dengan Asyari walaupun secara singkat. Buku Syeikh Thahawi pemimpin para pengikut mazhab Hanafi di Mesir banyak diminati dan banyak ditulis syarah untuknya, akan tetapi hal tersebut tidak terjadi pada buku-buku Maturidi, dari sudut pandang ini kita melihat bahwa para penerjemah seperti: 1. Ibnu Khalkan (681) penulis buku Wafayatul Ayan. 5. PENDAPAT ULAMA TENTANG RIWAYAT DARI KAUM KHAWARIJ, Khawarij adalah bentuk jamak dari kharij. Kata ini berarti orang yang menyempal dari kepatuhannya kepada pemimpin atau imam yang sah. Seorang Khawarij mendemonstrasikan ketidakpatuhannya, dan membentuk wilayah tersendiri yang eksklusif. Ulama fiqih menyebut kaum Khawarij dengan istilah al-baghy atau pemberontak. Kaum Khawarij adalah sekelompok kaum Syi'ah yang menyempal dari kepemimpinan 'Ali ibn Abi Thalib. Mereka tidak menyetujui tahkim (arbitrase) untuk perdamaian dalam perang Siffin, sebagaimana masyhur dalam sejarah. Kaum Khawarij memang menyempal dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Rasulullah mengeluarkan perintah perang melawan kaum Khawarij, sebagaimana disebutkan di dalam beberapa hadits sahih. Namun, walaupun begitu, kaum Khawarij tidak tergolong sengaja berbuat dusta. Bahkan, menurut para ulama, mereka dikenal jujur. Kaum Khawarij memandang sikap berdusta sebagai dosa besar yang menyebabkan seorang Muslim menjadi kafir, sekalipun diterapkan sekedar untuk bercerita fiktif tentang sesama manusia yang bukan Nabi. Saya belum menemukan satu riwayat sahih yang menyebutkan bahwa Kaum Khawarij berbuat dusta tentang diri Rasulullah.

Menurut Dr. Mustafa as-Siba'i:1 "Saya telah berusaha mencari data otentik untuk menguatkan asumsi bahwa kaum Khawarij mengarang hadits palsu. Tetapi, saya belum menemukan bukti itu. Saya malah menemukan datadata ilmiah yang menyatakan kebalikan asumsi tersebut." Sementara itu Abu Dawud menegaskan: "Di muka bumi ini, tidak ada yang lebih sahih dibanding hadits kaum Khawarij." Ibn Taymiyah memberikan pernyataan senada: "Tidak seorang pun di muka bumi ini yang lebih jujur dan lebih adil daripada kaum Khawarij."2 Kaum Khawarij, menurut ibn Taymiyah, tidak pernah sengaja berbuat dusta. Bahkan mereka dikenal sangat jujur, sehingga ada yang mengatakan bahwa hadits kaum Khawarij adalah yang paling sahih. Kepada seorang Rafidhah, Ibn Muthar ar-Rafidhah, Ibn Taymiyah berkata keras begini:3 "Kami maklum bahwa kaum Khawarij tak lebih baik dari kami. Namun, kami tidak punya alasan untuk menuduh mereka berdusta. Menurut penelitian kami, mereka, ternyata berpegang teguh kepada prinsip kejujuran, baik itu menguntungkan mereka atau mencelakakan. Sedangkan anda (kaum Rafidhah), jujur hanya sebatas tahi lalat." Kaum Khawarij dikenal pemberani dalam membela kebenaran dan menghadapi para penguasa. Mereka jujur dan polos. Leluhur mereka berasal dari Arab murni, yang secara alamiah mewarisi sifat dan karakter itu. Mereka juga dikenal banyak beribadah. Rasulullah bersabda: "Shalatmu terlihat hina bila dibanding shalat mereka." Namun, dengan sifat mereka yang unik itu, mereka dianggap sesat karena membikin bid'ah, yang timbul dari kesalahan tafsir terhadap sebagian ayat al-Qur'an dan hadits. Kaum Rafidhah merupakan kebalikan kaum Khawarij. Bid'ah yang dilakukan kaum Rafidhah timbul dari sikap pura-pura Islam (zindiq) dan dari kekafiran (ilhad). Mereka menghalalkan sikap dusta, yang disebut taqiyyah, sebagai ajaran agama. Mereka membikin hadits-hadits palsu untuk membenarkan sikap mengutamakan Ahlul Bayt dan menghinakan para sahabat. Mereka berlebih-lebihan dalam melakukan semua itu, sesuka hati, hingga ke batas ekstrimitas yang memalukan. Ini diakui oleh ibn Abil Hadid di dalam buku komentarnya terhadap kitab Nahj alBalaghah karya 'Ali ibn Abi Thalib. Ibn Abil Hadid menulis begini: "Ketahuilah, hadits-hadits palsu yang menerangkan keutamaan (Ahlul Bait) berasal dari orang-orang Syi'ah." Penganut Rafidhah umumnya para agamawan politik yang menjilat kepada para penguasa, dengan cara berkhianat kepada ummat. Sejarah mencatat pengkhianatan mereka. Misalnya, ketika Hulagu Khan hendak menaklukkan Baghdad, sejumlah tokoh Rafidhah seperti Nasiruddin al Thusi, Ibn al-Alqami dan ibn Abil Hadid, berusaha mengelabui alMu'tashim, khalifah 'Abbasiyah waktu itu. Itu sebabnya, ulama hadits menerima riwayat kaum Khawarij, tetapi menolak riwayat kaum Rafidhah. Jelasnya, ada dua sebab. Pertama, bid'ah yang diciptakan kaum Khawarij timbul dari kebodohan dan kesalahan mentakwil ayat al-Qur'an dan Sunnah. Sedangkan bid'ah kaum Rafidhah timbul dari sikap zindiq dan ilhad. Kedua, kaum Khawarij itu jujur serta mengharamkan sikap berdusta kepada sesama manusia, apalagi mengenai Rasulullah saw. Sementara itu, kaum Rafidhah bahkan menjadikan cara berdusta sebagai agama, selama cara itu dapat menguatkan pendapat bid'ah mereka. XIV. Aliran Salaf (Hanbaliyah) Kalau yang dimaksud aliran salaf dalam masalah akidah dan theologi adalah mengikuti manhaj salafus saleh (faham Imam Malik, Ahmad bin Hanbal), maka sebenarnya aliran Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aysariyah dan Maturidiyah) juga mengikuti manhaj salaf tersebut. Maka bisa dikatakan dalam theologi : aliran Salafiyah-Asyariyah dan SalafiyahMaturidiyah. Namun pada kenyataannya, karena sebagian orang-orang penganut mazhab fiqih Hanbali masih mencurigai aliran Asyariyah (bermazhab Syafii dalam fiqih) dan Maturidiyah (bermazhab Hanafi dalam fiqih) mereka tetap menentang kedua aliran tersebut. Jadi yang dimaksud aliran salaf dalam pembahasan sekarang ini adalah aliran salaf pengikut mazhab Hanbali dalam fikih atau aliran Salafiyah-Hanbaliyah. Istilah aliran Salaf, sering dinisbatkan kepada para pengikut Ibnu Taimiyah (661-728 H) yang juga bermazhab Hanbali dalam fiqih. Disamping itu dimasa sekarang ini telah marak gerakan (harokah) dakwah yang menamakan diri SALAFI sehingga seakan-akan aliran Salafi ini aliran tersendiri yang berbeda dengan aliran Ahlus Sunnah wal

Jamaah, padahal kalau dalam theologi sebenarnya alirannya sama dengan aliran Ahlus Sunnah wal Jamaah (Asyariyah / Maturudiyah). Selanjutnya yang dimaksud istilah aliran / kaum salaf dalam pembahasan disini adalah kaum Salafi Hanbaliyah. Aliran salaf ini mengalami perkembangan, pergeseran dan metamorfosa dalam 9 periode waktu yang diwakili oleh pemikiran tokoh-tokoh utamanya pada masing-masing periode Salaf (bahasa Arab: Salaf a-li) adalah generasi pertama dari kalangan sahabat dan tabi'in (dua generasi pasca sahabat) yang berada di atas fitrah (dien/agama) yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah. Yang kemudian dijadikan sebagai salah satu aliran dalam agama Islam yang mengajarkan syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan. Seseorang yang mengikuti aliran ini disebut Salafy (as-Salafy), jamaknya adalah Salafiyyun (as-Salafiyyun).[1] Para Salafy beranggapan bahwa, jika seseorang melakukan suatu perbuatan tanpa adanya ketetapan dari Allah dan rasul-Nya, bisa dikatakan sebagai perbuatan bid'ah. SIAPAKAH SALAFY? 1) Siapakah Salafush Sholeh? Secara sederhana dapat diartikan sebagai orang-orang shalih terdahulu. Secara terminologi bahasa arab bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan." (Lisanul Arab, karya Ibnu Mandhur 7/234). Secara terminologi syariat bermakna: Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat Rasulullah shallallahu `Alaihi Wasallam, tabi'in (murid-murid shahabat) dan tabi'ut tabi'in (murid-murid tabi'in)". (Manhajul Imam As Syafi'i fii Itsbatil `Aqidah). Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi. (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Bukhari dan Tirmidzi). Salaf juga bukan istilah baru karena sudah diketahui oleh para sahabat dari sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kpd putri Fathimah Radhiyallahu anha, yang artinya: Sesungguh sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu ialah aku [Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450] Dan diriwayatkan dari beliau Shallallahu alihi wa sallam bahwa beliau berkata kpd putri beliau Zainab Radhiyallahu anha ketika dia meninggal. Arti : Susullah salaf shalih (pendahulu kita yg sholeh) kita Utsman bin Madzun 2) Mengapa dalam mengamalkan agama Islam kita harus merujuk pada pemahaman Salafus sholeh? Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada putrinya, zaenab : Sebaik-baik salaf bagimu adalah aku Karena generasi tersebut adalah generasi yang terbaik ummat, generasi yang terdekat dengan Rasulullah shallallahu `Alaihi Wasallam, yang memiliki pemahaman dienul Islam sebagaimana pemahaman Rasulullah shallallahu `Alaihi Wasallam, . 3) Apakah Manhaj Salaf? Atau Manhaj Salafy? Atau Manhaj Salafush Sholeh? Ketiga istilah tersebut memiliki arti yang sama. Berdasarkan definisi point 1, manhaj salaf yang merupakan suatu istilah bagi sebuah cara/metode dalam mengamalkan agama Islam berdasarkan cara Rasulullah shallallahu alayhi wassalam, para sahabat dan murid sahabat mengamalkan Islam. Jadi manhaj salaf adalah islam itu sendiri sebagaimana Islam pada masa tiga generasi terbaik umat ini. Hanya saja menggunakan kata manhaj salaf adalah untuk membedakan dengan aliran/kelompok Islam yang sudah tercampur dengan pemikiran tokoh/ustad/kiai mereka. 4) Apakah Salaf merupakan istilah baru dalam Islam? Didalam al-quran juga disebutkan tentang istilah Salaf: Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai SALAF dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (QS. Az Zukhruf: 55-56), Imam Bukhari pernah berkata: Rasyid bin Saad mengatakan, Dulu para SALAF menyukai kuda jantan, karena kuda seperti itu lebih tangkas dan lebih kuat. Kemudian Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa salaf tersebut adalah para sahabat dan orang setelah mereka. Imam Nawawi -ulama besar madzhab Syafiimengatakan dalam kitab beliau Al Adzkar, Sangat bagus sekali doa para SALAF sebagaimana dikatakan Al Auzai rahimahullah Taala, Orangorang keluar untuk melaksanakan shalat istisqo (minta hujan), kemudian berdirilah Bilal bin Saad, dia memuji Allah . Salaf yang dimaksudkan oleh Al Auzai di sini adalah Bilal bin Saad, dan Bilal adalah seorang tabiin. (Lihat Al Manhajus Salaf inda Syaikh al-Albani) 5) Siapakah salafy? Adalah orang-orang, siapa saja, dimana saja dan kapan saja yang mengikuti para salafus sholeh dalam mengamalkan ajaran Islam. Karena salafy merupakan istilah bagi mereka yang mengikuti salafus sholeh. Salafy tidaklah dibatasi oleh organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya. Salafy bukanlah kelompok/mazhab/aliran baru, karena semua imam ahlus sunnah

merupakan teladan bagi mereka. Sesuai perkataan Imam Syafii; Jika kalian menemukan perkataanku yang bertentangan dengan Al-quran dan as-sunnah, maka tinggalkanlah perkataanku dan ikutilah sunnah. Demikian juga dengan imam-imam yang lain. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf biasa disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dan bersatu di atasnya. Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar (jejak) para salafus sholeh. Dikarenakan salafy menggigit erat-erat al-quran dan sunnah Nabi shallalahu alaihi salam sekalipun banyak amalan-amalan ibadah baru bermunculan dalam masyarakat. Salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam dengan pemahaman Salafush Shalih yang merupakan generasi terbaik umat Islam. 6) Apakah Manhaj Salaf merupakan solusi bagi perpecahan umat? Manhaj Salaf merupakan solusi akan banyaknya perpecahan umat Islam karena berdasarkan hadist Nabi shalallahu alaihi wassalam berikut: Dan sesungguhnya orang yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kalian terhadap sunnahku dan sunnah khulafarosyidin yang mendapat petunjuk. Maka berpegang teguh dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. (Hasan Shohih, HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Jadi dalam masa sekarang ini dimana kita melihat ada banyak kelompok umat Islam yang memiliki banyak perbedaan antara satu sama lain dikarenakan mereka lebih mengikuti pendapat ustad/kiai dari kelompok mereka masing-masing. Mereka memang mengikuti al-quran dan as-sunnah tapi yang jadi masalah pemahaman siapakah yang dipakai? Jika pemahaman Rasulullah shallalahu alaihi wassalam dan para sahabatnya dipakai dalam memahami Islam, tentu perpecahan di antara umat Islam tidak akan terjadi. Jika kita melihat suatu pengamalan ibadah dalam agama Islam, sekalipun itu seolah-olah baik, tinggal kita lihat: Apakah Rasulullah shallalahu alaihi wassalam melakukannya? Apakah para shahabat Nabi melakukannya? Apakah murid-murid para sahabat melakukannya? Jika tidak, buat apa kita melakukannya? Tetapi jika kita tetap melakukannya dengan alasan apapun sekalipun dengan alasan dakwah dan kebaikan umat, maka siapakah yang lebih paham mengenai agama Islam selain Rasulullah shallalahu alayhi wassalam dan para sahabatnya? Bahkan lebih jauh, secara tidak langsung kita sama saja menuduh Rasulullah shalallahu alayhi wassalam tidak menyampaikan ajaran Islam semuanya. 7) Apakah tujuan dari dakwah manhaj Salaf? Karena dakwah manhaj Salaf bukanlah milik suatu kelompok/aliran/partai tertentu, maka tidak lain ialah mengajak umat untuk senantiasa mengikuti cara beragama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya dengan baik. Sehingga dakwah salafy bukanlah dakwah yang menyeru kepada kelompok tertentu dan tokoh-tokoh tertentu selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu taala anhum ajmain. Maka tujuan salafy adalah kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat dan para pengikut setia mereka, tidak lebih dari itu. 8) Apakah kita harus mengikuti manhaj Salaf? Tentu harus, karena mengikuti manhaj Salaf adalah Islam itu sendiri, Islam yang murni yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa salam dan para sahabatnya dalam beragama. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, Allah telah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (QS. At Taubah: 100). Demikianlah, Salafiyyah adalah Islam itu sendiri yang murni dari pengaruh-pengaruh peradaban lama dan warisan berbagai kelompok sesat. Islam yang sesuai dengan pemahaman salaf telah banyak dipuji oleh nash-nash al-Quran dan as-Sunnah. Tidak ada jalan lain untuk mencari kebenaran dan ishlah (perbaikan) yang hakiki melainkan harus kembali kepada pemahaman salaf. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik, Tidak akan baik keadaan umat terakhir ini kecuali dengan apa yang menjadi baik dengannya generasi pertama. Wallahualam bish showab. 9) Seperti apakah kelompok/aliran yang menyimpang dari manhaj Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya yang banyak beredar di Indonesia? 1) Khawarij Inti pemahaman khawarij adalah bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, tidak berhukum pada hukum Allah adalah kafir. Paham khawarij ini sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Saat itu ada seorang munafik yang ikut perang bersama Nabi, tatkala Nabi membagikan harta rampasan perang hanya kepada kaum muslimin yang baru saja memeluk Islam, ia berkata kepada Nabi: bersikap adil lah wahai Muhammad! kemudian Umar berkata: Biarkan aku tebas leher orang munafik ini ya Rasulullah! tetapi Nabi berkata: Biarkan dia wahai Umar. Nabi tidak meralat ucapan Umar bahwa Dzul Khuwaisirah adalah orang munafik yang berpura-pura masuk Islam. Kemudian pemikiran Dzul Khuwaisirah berkembang pesat dan

memiliki banyak pengikut sehingga pada masa khalifah Utsman bin Affan, mereka membunuh sang khalifah, kemudian memberontak kepada khalifah Ali bin Abi Thalib. Saat ini paham khawarij berkembang pesat di Indonesia dan merupakan akar dari berbagai peristiwa teroris yang mengatasnamakan jihad Islam. Jikapun tidak sampai kepada tahap teroris, sesungguhnya paham ini juga berkembang banyak di Indonesia hanya saja mereka lebih kalem tidak seekstrem kelompok yang melakukan teror. Kelompok yang mengikuti paham khawarij ini sangat banyak, mereka berbeda nama kelompok dan pemahaman, ada yang sangat ekstrem sampai menganggap teror bom adalah jihad, ada yang selevel di bawah ekstrim dengan mengkafirkan penguasa yang tidak berhukum pada Islam. Berikut inti pemahaman mereka: 1) Pelaku dosa besar adalah kafir. Jadi tidak heran kalau kadang-kadang yang menjadi sasaran jihad berkedok teroris ini adalah kaum muslimin sendiri, karena mereka menggap siapa saja yang berbuat dosa besar atau siapa saja yang beraliansi dengan negara atau produk kafir. Yang agak kalem, biasanya mereka memboikot produk2 dr negeri kafir seperti coca cola dsb. 2) Negara yang didalamnya tidak diberlakukan hukum islam adalah negara kafir dan pemerintahannya adalah pemerintahan kafir. Yang ekstrim dari pemahaman ini adalah kelompok yang memberontak kepada pemerintahan yang sah krn dianggap kafir. Yang lebih kalem paling berdemo dan mengeluarkan orasi-orasi harus ditegakkan jihad melawan pemerintah kafir. Pemahaman ini banyak tersebar di Indonesia, mulai dari ektrim para pelaku bom sampai ke organisasi kampus. Beberapa kelompok yang memakai pemahaman ini adalah jamaah islamiyah dengan pusat di Solo dan Jogya, NII dengan pusat pesantren al-zaytun, pesantren ngruki pimpinan Abu Bakar Baayir, majelis mujahidin, hizbut tahrir, ikhwanul muslimin dan sebagainya. Paham negara yang tidak ditegakkan hukum Islam adalah negara kafir berkembang luas karena pemikiran sayyid Qutb seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin melalui buku tafsir Fi Dzilalil Quran. Pemikiran ini adalah pemikiran khawarij sebagaimana mereka memberontak pada khalifah Utsman bin Affan dan khalifah Ali bin Abi Thalib yang kemudian diadopsi oleh sebagian besar pergerakan Islam. Padahal dalam manhaj Salaf, pokok pemahaman para Salaf terhadap pemerintah adl sbb: - Selama di dalam negara itu masih dikumandangkan adzan, ditegakkan salat, puasa, zakat maka negara itu negara Islam meskipun undang-undang negara itu bukan undang-undang Islam dan hukum yang berlaku bukan hukum Islam. Sebagaimana hadits Nabi yang melarang pasukan kaum muslimin menyerang suatu kota yang didalamnya dikumandangkan adzan. Sehingga yang menjadi pembeda negara itu adalah negara kafir atau bukan adalah dikumandangkannya adzan! Subhanallah, inilah jika kita berpegang teguh pada sunnah Nabi shallallahu alaihi wassalam, sedikitpun kita tidak akan tergelincir, maka Indonesia adalah negeri Islam dan haram bagi kita untuk memberontak pada negara Indonesia. - Wajib taat kepada penguasa sekalipun penguasa itu dzalim. Sebagaimana disebutkan dalam ayat: taatlah kamu kepada Allah, Rasul dan ulil amri di antara kamu. Taat ini artinya taat kepada pemerintah selama bukan dalam hal maksiat. Taat ini berarti kita tidak boleh memberontak pada pemerintah yang sah atau berbuat makar yang merusak keamanan masyarakat.

menjadi kelompok moderat (dipelopori Hasan bin Muhammad bin 'Ali bin Abi Tholib) dan kelompok ekstrem (dipelopori Jaham bin Shofwan). Asyariyah adalah salah satu aliran terpenting dalam teologi Islam, disebut juga aliran Ahlusunah waljamaah yang berarti golongan mayoritas yang sangat terguh pada sunah Nabi SWT. Nama aliran ini dinisbahkan kepada pendirinya, Abu Hasan al-Asyari (260 H/873 M 324 H/935 M). aliran ini muncul pada abad ke-9. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazilah yang menggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Kaum mutazialah pada masa pemerintahan alMamun melakuakn Mihnah (Mutakzilah) yang mendapat tanggapan negatif dari berbagai kalangan. Pengaruh aliran Mutakzialah muali memudar di mata masyarakat. Di daalm situasi seperti ini, muncullah alAsyari, sseorang yang dididik dan dibesarkan di dalam ligkungan Muktazilah. Al-Asyari menyelami ajaran-ajaran Muktazilah melalui gurunya, alJubbai, seoarng toko muktazilah yang terkanal. Karena kentetuan dan kemampuan intelektualnya yang begitu tinggi, ia menjadi murit kesayangan al-Jubbai. Ia sering diutus untuk mengikuti forum diskusi dan perdebatan. Dengan begitu, as-Asyari menajdsi terlatih dan terampil dalam berdebat dan beradu argumentasi, kemudian ia banyak melakuakan diskusi dengan al-Jubbai tentang berbagai masalah keagamaan. Namun ia sering merasa tidak puas terhadap jawaban dan penjelasan yang diberikan gurunya. Ketika berusia 40 tahun, as-Asyari menyakan diri keluar dari kelompok muktazilah. Berbagai pendapat telah diajuakan mengenai sebab-sebab alAsyari menigalakan muktazialah dan bahakan berbalik menentang aliran ini. Beberapa di antaranya adalah: 1. 2. 3. Al-Asyari bermimpi bertemu Rasulullah saw yang menyuruh meninggalkan aliran yang dianutnya itu dan selanjutnya ia diperintahkan untuk membela sunah Rasulullah saw; Al Asyari tidak puas dengan jawaban dan penjelasan-penjelasan yang diberikan gurunya, al Jubai, tentang berbagai masalahmasalah keagamaan; Al Asyari melihat bahwa aliran Muktazilah tidak dapat diterima oleh umumnya umat Islam yang bersifat sederhana dalam pemikiran, sementara ketika itu belum ada aliran teologi lain yang dapat diandalkan; \ Al Asyari kalah bersaing dengan Abu Hasyim (anak al Jubbai) dalam menggantikan posisi al Jubbai sebagai tokoh muktazilah.

4.

murjiah Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khowarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khowarij. Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat. Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah: 1. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan Murjites sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

Pertama, tentang sifat Allah swt tentang hal ini Al-Asyari berbeda pendapat dengan Muktazilah. Baginya Allah swt mempunyai sifat (sifat dua puluh) seperti al-ilm (mengetahui), al qudrah (kuasa), al hayah (melihat). Sifat-sifat tersebut berada di luar Zat Tuhan dan bukan Zat Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, Tuhan mengetahui bukan dengan Zatnya seperti pendapat Muktazilah, melainkan mengetahui dengan pengetahuan-Nya. Demikian pula dengan sifat-sifat lainnya. Kedua, tentang kedudukan Al-Quran adalah kalam Allah (firman Allah swt) dan bukan makhluk dalam arti diciptakan. Karena Al-Quran adalah sabda Allah swt maka pastilah Al-Quran bersifat kadim. Ketiga, tentang melihat Allah swt diakhirat. Allah swt akan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah swt mempunyai wujud. Keempat, tentang perbuatan manusia. Perbuatan-perbuatan manusia diciptakan oleh Allah swt walaupun Al-Asyari mengakui adanya daya alam diri manusia, daya itu tidak efektif. Paham ini dikenal dengan istilah al-kasb. Kelima, tentang antropomorfisme Al-Asyari berpendapat bahwa Allah swt mempunyai mata, muka, tangan dan sebagainya seperti disebut didalam Al-Quran (QS. 55:27 dan QS. 54:14) akan tetapi, tidak dapat diketahui bagaimana bentukNya. Keenam, tentang dosa besar, orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selama ia masih beriman kepada Allah swt dan rasulNya. Ia hanya digolongkan sebagai orang asi (durhaka). Tentang dosa besarnya diserahkan kepada Allah swt, apakah akan diampuni atau tidak. Ketujuh, tentang keadilan Allah swt Allah swt adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki kehendak mutlak terhadap ciptaan-Nya . karena itu, ia dapat berbuat sekehendakNya. Ia dapat saja memasukkan seluruh

2.

Tokoh utama aliran ini ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin 'Umar. Dalam perkembangan selanjutnya, aliran ini terbagi

manusia ke dalam syurga, sebaliknya dapat pula memasukkan seluruh manusia ke dalam neraka. Pemikiran-pemikiran Al-Asyari tersebut dapat diterima oleh banyak umat Islam karena sederhana dan tidak filosofis. Akibatnya dalam waktu singkat pendapatnya itu memperoleh pendukung yang tidak sedikit sejumlahnya. Faktor lain yang mempercepat proses perkembangan aliran ini adalah dukungan pihak pemerintah Bani Abbas yang berkuasa saat itu. Al Mutawakil, khalifah pengganti al Wasiq, membatalkan pemakaian aliran asyariah ditetapkan sebagai penggantinya. Selain itu, faktor yang turut mempercepat proses perkembangan Asyariyah adalah kemampuan AlAsyari dalam mempertahankan pendapat-pendapatnya dari serangan lawan-lawannya serta penguasaannya yang mendalam terhadap ilmuilmu keislaman. Di Mesir dan Suriah, teologi Asyariyah berkembang dengan subur karena mendapat dukungan yang kuat dari penguasa, yakni Dinasti Ayubiyah. Shalahuddinn Yusuf Al Ayyubi, pendirian yang bercorak syiah peninggalan Dinasti Fatimiah dan menggantikannya dengan sistem pengajaran yang bercorak Suni Asyariah. Di Andalusia dan Afrika utara (kawasan Magrib) aliran ini disebarluaskan oleh Ibnu Tumart pendiri Dinasti * Muwahiddun. Di masa sebelumnya, yakni masa pemerintahan Dinast al Murabittun, buku-buku yang berisi paham-paham Asyariyah dilarang beredar. Aliran Asyariyah berkembang di dunia Timur, India, Afghanistan, Pakistan sampai ke Indonesia berkat jasa dan dukungan Mahmud Gaznawi (9711030), pendiri Dinasti Gaznawi yang berpusat di India. Untuk selanjutnya penyebaran paham-paham Asyariyah dilakukan oelh pengikutpengikutannya. Khusus di Indonesia pemikiran-pemikiran Asyariyah dipelajari melalui karya-karya al Gazali dan As Sunusi. Qadimnya Al-Quran , Al-Asyari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim dalam persoalan qadimnya Al-Quran. Mutazilah yang mengatakan bahwa Al-Quran diciptakan (makhluk) sehingga tidak qadim serta pandangan mazhab Hanbali dan Zahiriyah yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah, (yang qadim dan tidak diciptakan). Zahiriyah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi AlQuran adalah qadim. Dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu, Al-Asyari mengatakan bahwa walaupun AlQuran terdiri atas kata-kata huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim. Mazhab Dan Corak Pemikirannya Dua corak yang dilihatkannya berlawanan pada diri asyary, tetapi sebenarnya saling melengkapi. Pertama: ia berusaha mendekati orang-orang aliran fiqih sunni, sehingga ada yang mengatakan ia bermazhab syafiiy. Yang lain mengatakan, ia bermazhab maliki. Lainnya lagi mengatakan bahwa ia bermazhab hanbali. Kedua: adanya keinginan menjauhi aliran-aliran fiqh. Dua hal tersebut adalah akibat pendekatan diri kepada aliran-aliran (mazhab) fiqih sunni dan keyakinan adanya kesatuan aliran-aliran tersebut dalam soal-soal kecil (furu) karena itu menurut Al-Asyry, semua orang yang berijtihad adalah benar. jadi dapat kita bedakan menjadi dua yakni : Corak teologi al Asyary adalah teosentris berpusat pada tuhan dan keadikodratinya. Sisi positif dari corak ini adalah terbebasnya dari dilema teologis seperti masalah keadilan, janji dan ancaman tuhan, nikmat, bencana, dll. Namun ada pula sisi yang kurang menguntungkan, antara lain: rendahnya status iradah manusia terhadap perbuatannya, yang hal ini kurang memberikan kepuasan intelektual. Menyadari masalah ini, AlAsyary memang mencoba mencari jalan keluar dengan nadhariyat al kasb. Tetapi hasilnya, menurut sementara ahli hanyalah pengulangan dari teologi jabariyah yang disajikan dalam kemasan baru. Corak lain dari teologi al-asyary adalah interpretasinya terhadap teksteks wahyutekstual dengan penafsiran yang verbalistik-formalistik. Hal ini merupakan perbedaan terpenting antara corak mutazilah dengan kalangan ahli hadits (dimana asyary merupakan pembelanya). Hingga ajaran ajaran yang dikemukakan al Asy ary pada gilirannya membentuk aliran teologi yang dikenal dengan nama al Asyariyyah. Diantara pemuka al-Asyariyyah yang terkenal selain Asyary adalah Abu Bakar al Baqillani (wafat 1013),imam al Haramain al juwany (wafat 1085), dan Abu Hamid al Ghazali (wafat 1111). PENDEKATAN PEMBELAJARAN, Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches).

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992 ). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. =================================================== MIUMI: Kaum Syiah Bertobatlah, Jangan Menodai Al-Qur'an & Shahabat Jakarta - Para intelektual dan ulama muda se-Indonesia mengimbau para pengikut Syiah agar bertobat dari kesesatan Syiah dan kembali ke jalan Islam yang benar. Kesesatan Syiah adalah menistakan pokok-pokok keyakinan Ahlus Sunnah terkait status Al-Quran, kehormatan para Sahabat dan Isteri Rasulullah SAW, kemashuman imam, dan juga sebagian aspek syariah Islam. Para intelektual dan ulama muda se-Indonesia yang tergabung dalam Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) mengapresiasi fatwa MUI Kabupaten Sampang dan MUI Propinsi Jawa Timur tentang sesatnya ajaran Syiah. Kedua fatwa itu dinilai mampu meredam aksi massa paska kasus Syiah di Sampang yang sempat menjadi isu nasional akhir tahun lalu. MIUMI mendukung dua (2) Fatwa tentang Ajaran Syiah, baik yang dikeluarkan oleh MUI Kabupaten Sampang maupun MUI Propinsi Jawa Timur sebagai pedoman bagi umat Islam Indonesia untuk mengetahui penyimpangan ajaran Syiah, jelas Ketua MIUMI Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, dalam rilis yang diterima voa-islam.com, Rabu (21/3/2012). Karenanya, MIUMI menghimbau kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk mematuhi fatwa tersebut dalam upaya untuk melindungi dan mempertahankan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kepada ormas-ormas Islam dan para alim ulama seluruh Indonesia, MIUMI menyerukan untuk meningkatkan persatuan dan persaudaraan dalam upaya melawan politik adu domba dan perpecahan opini terkait ajaran Syiah di Indonesia. Terhadap para pengikut Syiah, MIUMI mengimbau agar kembali kepada ajaran Islam yang benar dan meninggalkan segala doktrin Syiah yang jauh menyimpang dari Islam. MIUMI meminta kepada para penganut ajaran Syiah (Imamiyah Itsna Asyariyah/Jafariyah) untuk ruju ila al-haqqdan meninggalkan ajaran-ajaran Syiah yang menyimpang dan menyesatkan, tegas Dr Hamid Fahmy Zarkasyi didampingi Sekjen MIUMI, Bachtiar Nasir Lc. MM. Selain itu, MIUMI membantah opini keliru yang berkembang di media yang menyatakan bahwa kerusuhan warga Sunni NU dan Syiah di Sampang dipicu oleh tuduhan sesat terhadap kelompok Syiah. Karena penyebab konflik umat Islam dengan kaum Syiah di berbagai dunia adalah doktrin Syiah yang melecehkan status Al-Qur'an dan kemuliaan para shahabat Nabi Muhammad SAW. MIUMI menolak klaim dan tuduhan sesat bahwa umat Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah penyebab disintegrasi bangsa dalam soal Sunni-Syiah, ujar Fahmi. Sebaliknya, kaum Syiah di Indonesialah penyebabnya, karena telah menyerang dan menistakan pokok-pokok

keyakinan Ahlus Sunnah terkait status Al-Quran, kehormatan para Sahabat dan Isteri Rasulullah SAW, kemashuman imam, dan juga sebagian aspek syariah Islam, pungkasnya. [A.Mumtaz/voa].

Menimbang Kembali Kasus Syekh Siti Jenar (II) Jumat, 09 Maret 2012 18:56 WIB , REPUBLIKA.CO.ID, Syekh Siti Jenar tergolong wali senior dalam Majelis Walisanga. Andilnya terhadap pengembangan Islam di Pulau Jawa sangat besar. Sayangnya, informasi tentang asal usul dan sepak terjangnya sangat simpang siur. Berita menyebut Siti Jenar sebagai penganut Syi'ah yang datang dari tanah Persia dan berdakwah dengan wali lainnya. Dia menggantikan Syekh Sutamaharja (kakak Maulana Ishak) yang gugur dibunuh oleh pasukan Andayaningrat dari Pengging dalam sebuah insiden antara pasukan Islam dengan laskar Majapahit, sekitar tahun 1524 M. )''Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa'', H.J. De Graaf). Siti Jenar tergolong berhasil membangun masyarakat Islam di Pengging, Ngerang, Butuh, Pajang dan sekitarnya sehingga beberapa pembesar setempat seperti Ki Gede Kanigara (putra Andayaningrat) menyerahkan diri masuk Islam. Lebih dari itu, pola dakwah Siti Jenar melalui pengembangan tradisi keagamaan dianggap paling berhasil, sehingga cara ini ditiru oleh Sunan Kalijaga pada waktu berikutnya. Dalam kaitan ini kita patut mempertanyakan laporan para penulis sejarah yang menyebut Syekh Siti Jenar sebagai musuh Islam, antek-antek kezindikan. Para pelopor nampaknya telah memanipulasi diri dengan menisbatkan Walisanga sebagai pelontar-pelontar tuduhan mereka terhadap Siti Jenar. Wihdatul wujud sebagai sebuah faham tasauf pada masa itu sudah akrab di mata Walisanga. Apalagi banyak di antara mereka yang mendalami dan mengambil jalan tarekat itu. Sebut saja misalnya Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Menurut Kitab ''Walisanga'' yang disebut-sebut sebagai karya Sunan Giri II. Sunan Gunung Jati telah mendalami karya-karya ulama wujudiyah dan menjadikannya sebagai ''kurikulum'' pengajaran kepada para santrinya, semiasl Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati sangat menguasai ilmu-ilmu yang termaktub dalam kitab karya Syekh Ibrahim Al-Iraqi (kumpulan syair Al-Iraqi), Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syabasty (ahli tarikh Daulat Fatimiyah yang meninggalkan karya spektauler ''ad-Dirayah'', berisi kisah jenaka tentang biara-biara di Irak, Suriah, Mesir dan Aljazair), Syekh Muyidin Ibnu Araby (Ibn Araby), Syekh Abu Yazid Al-Bustomi, Syekh Abu Abdullah Ibn Muhammad Ar-Rudayi (yang digelari ''Babak Penyair Persia''), Syekh Samaun Assarini dan kitab-kitab karya ulama wihdatul wujud lainnya. Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai penganut Syi'ah yang sangat sholih. Bahkan, hingga pemerintahan Penembahan Giri Laya (1650-1662) Syi'ah menjadi mazhab resmi kerajaan Cirebon. Sunan Kalijaga juga seorang penganut wihdatul yang cukup fanatik. Dia bersamasama Syekh Siti Jenar pernah berguru faham ini kepada Sunan Bonang bin Sunan Ampel. Tema-tema dakwah yang dikumandangkan Sunan Kalijaga sangat mengakar bercorak wujudiyah. Hal itu antara lain dapat dilihat dari karya yang cukup masyhur di masyarakat Jawa, ''Dewa Ruci''. Arya Sena (Bhima) yang menjadi tokoh cerita itu berusaha mencari Jejering Pangeran (letak kedudukan Tuhan) mencapai klimaks usahanya setelah fana, melebur masuk dalam telinga Dewa Ruci. Karya ini merupakan pengembangan dari paham Jalaluddin Rumy, dan khususnya ''Manthiquth Thair'' karya Fariduddin Athar. Dua nama yang disebutkan terakhir adalah tokoh utama wihdatul wujud. Penjelasan di atas mengasumsikan bahwa wihdatul wujud yang dianut Syekh Siti Jenar dianut pula oleh sebagian anggota Walisanga. Maka, wajarkah jika Majelis Walisanga menganggap sesat kepercayaan itu padahal dianutnya juga? Tuduhan itu makin tidak jelas dengan adanya label Jubariyah dan Qodariyah sekaligus. Satu sisi Syekh Siti Jenar disesatkan karena berprinsip bahwa gerak langkah manusia secara mutlak ditentukan oleh Tuhan (Jabariyah), dan pada sisi lain dia dizindikkan karena menganut paham Qodariyah yang menganggap takdir manusia sepenuhnya ditentukan oleh tindakan dan sikapnya sendiri dan menafikan campur tangan Tuhannya. Bagaimana mungkin dua paham antagonis ini dinisbatkan kepada satu orang secara bersamaan? Para pengulas Syekh Siti Jenar nampaknya tidak memiliki wawasan teologis, sehingga salah melontarkan tuduhan yang sebenarnya jauh panggang dari api. Siti Jenar juga disebut-sebut sebagai penganut tarekat Rifaiyah -- sebuah aliran tarekat yang didirikan oleh Ahmad Rifai (meninggal 1181 M). Padahal, di Aceh penganut wujudiyah dimusuhi oleh penganut Rifaiyah. Syekh Nuruddin Arraniri yang secara intens mengecam dan memfatwakan halalnya darah kaum wujudiyah adalah syaikh dalam tarikat Rifa'iyah yang ia pelajari dari gurunya Syaikh Ba Syaiban di India. Kemungkinan besar tuduhan itu baru disusun setealh munculnya kelompok Ahmad Rifa'i -- sebuah kelompok radikal bermazhab Syafii di Jawa -- yang memberontak penguasa Belanda pada Abad ke-18. Untuk kepentingan politik pemerintahnya, para penulis Belanda telah mencitrakan setiap pembangkang dengan asosiasi sebagai penganut aliran Siti Jenar, yang saat itu telah melegenda sebagai sosok pembangkang. Kesimpulannya, persoalan Syekh Siti Jenar tampaknya bukan persoalan

kemurtadan, kezindikan, atau malah kekafiaan. Masalahnya sebenarnya sudah menjadi klasik. Perbedaan pendapat dalam memasyarakatkan pandangan-pandangan ''esoteris''. Banyak ulama dalam sejarah Islam, termasuk Imam Ghazali, cenderung mempertahankan pembagian masyarakat keilmuan ke dalam kelompok elite (khawash) dan awam. Hal ini ternyata dari vonis yang dibacakan oleh Sunan Giri: ''Siti Jenar kafir di sisi manusia, dan mukmin di sisi Allah.''

Warga Bogor Diminta Waspadai Angin Kencang , Rabu, 21 Maret 2012 13:21 WIB REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Bogor memperkirakan angin kencang yang melanda wilayah Bogor akan berlangsung hingga akhir bulan Maret ini. Masyarakat juga diminta waspada terhadap potensi angin puting beliung. Kordinator Prakiraan dan Pelayanan BMKG Bogor, Jabariyah, mengatakan kecepatan angin di Kota Bogor beberapa hari terakhir tergolong kencang. Kecepatannya mencapai 30 hingga 40 kilometer per jam. "Tapi, tidak akan sampai menimbulkan kerusakan karena masih tertahan oleh pegunungan," kata dia. Ia menambahkan hembusan angin kencang tersebut disebabkan adanya dua tekanan udara rendah di selatan Pulau Jawa bagian barat dan di sebelah utara Australia bagian barat. Kondisi ini diperkirakan masih terus berlangsung antara bulan Maret dan April. "Karena, ini masa transisi memasuki musim kemarau," ungkapnya. MUI Jatim Desak MUI Pusat Keluarkan Fatwa Syiah Sesat, Posted on Januari 26, 2012 by haulasyiah REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mendesak MUI Pusat untuk menetapkan Syiah sebagai aliran sesat dan menyesatkan. Berkembangnya Syiah di Indonesia dikhawatirkan akan memecah belah persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori bersama kurang lebih 27 orang dari berbagai kalangan ulama Jawa Timur mendatangi kantor MUI Pusat Selasa (24/1). Tujuannya tak lain menyampaikan fatwa sesat bagi Syiah yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Selain itu MUI Jawa Timur juga mendesak MUI Pusat untuk segera mengeluarkan fatwa sesat. Kita menyampaikan ini agar ditindak lanjuti MUI Pusat, ujarnya. KH Abdusshomad menuturkan, permasalahan Syiah ini bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Bahkan sejak tahun 1984 Syiah telah masuk ke Indonesia. Hanya saja baru beberapa tahun terakhir ini Syiah mulai menunjukkan pergerakannya. Kasus yang terjadi di Sampan Madura seakan menjadi bom waktu atas kegelisahan para ulama Jawa Timur terhadap perkembangan Syiah. Redaktur: Heri Ruslan Reporter: Gita Amanda

Anda mungkin juga menyukai