Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PENDDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Islam dengan sumber ajaran al-Quran dan hadits yang diperkaya penafsiran para ulama ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan yang telah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria maupun wanita yang berlangsung seumur hidup semenjak dari buaran hingga ajal datang (al-Hadits) life is education Dalam proses evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang evaluasi pendidikan, akan dipaparkan tentang pentingnya evaluasi yang berhubungan dengan ayat-ayat pendidikan. 1. Tujuan Dewasa ini banyak permasalahan-permasalahan yang timbul di pendidikan Indonesia. Kebanyakan dari permasalahan tersebut adalah mengenai hasil belajar dari peserta didik. Hasil belajar sangat berkaitan erat dengan proses pengevaluasian. Oleh karena itu, didalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hal-hal berkaitan dengan Evaluasi Pendidikan yang akan berguna bagi guru dan peseta didik. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Evaluasi Pendidikan Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yangberarti tindakan atau proses untuk menemukan nilai sesuatu.Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian. Dan dikenal dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan. Bila penilaian (evaluasi) digunakan dalam dunia pendidikan, maka penilaian pendidikan berarti suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia p;endidikan. Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feedback) dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan (Muhamad Ali, 1992; 113). Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif dimulai dari informasi- informasi kuantitatif dan kualitatif. Instrumennya (alatnya) harus cukup sahih , kukuh, praktis, dan jujur. Data yang dikumpulkan dari pengadministrasian instrumen itu hendaklah diolah dengan tepat digambarkan pemakaiannya (Jahja Qohar Al- Haj, 1985;2.) 2.2. Hadits Tentang Evaluasi Pendidikan

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Beliau adalah contoh atau tauladan yang baik dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan islam. Beliau selalu memberikan pengajaran yang baik dan bermanfaat bagi setiap umat manusia. Beliau juga melakukan pengevaluasian terhadap hukum-hukum yang ditetapkannya sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti yang terlihat pada hadits berikut ini: Artinya: Dulu saya melarang kamu menziarahi kubur, maka sekarang ziarahilah; dulu saya juga melarang kamu menyimpan daging kurban lebih dari untuk tiga hari, maka sekarang simpanlah berapa kamu suka. (H.R. Muslim) Makna yang terkandung dalam hadits ini adalah bahwa Pada zaman jahiliyah, orang-orang terutama kaum perempuan ketika berziarah ke kubur selalu menangis berlebihan. Bahkan mereka meratap, meraung-raung sambil berguling-guling di tanah. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang tidak baik, maka Rasulullah melarang untuk menziarahi kubur pada saat itu. Tetapi, setelah zaman jahiliyah usai, dimana keimanan sudah kuat dan teguh maka Rasulullah SAW mengizinkan umat islam untuk berziarah ke kubur. Rasulullah juga melarang menyimpan daging qurban untuk persediaan lebih dari 3 hari, karena pada waktu itu ketika tamu-tamu dari tempat lain datang berkunjung pada idul adha (saat itu merupakan tahun dimana banyak sekali orang yang masuk islam dan mereka berkunjung ke kota Madinah) konsumsinya diambil dari daging qurban tersebut, maka jika tidak dibatasi umat islam akan mengambil daging sesuka hatinya, sehingga dikhawatirkan kebutuhan konsumsi untuk tamu yang datang tidak tercukupi. Tetapi setelah tamu yang datang tidak lagi sebanyak tahun-tahun sebelumnya, maka Rasulullah SAW mencabut larangan tersebut. Selain dipaparkan dalam hadits diatas, pengevaluasian juga dijelaskan didalam al-quran pada Q.S. Al-Baqarah 219 dan Al-Maidah 90-91. Surat Al-Baqarah : 219 yang berbunyi: Artinya : Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Dan mereka menanyakan kepadamu tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, kelebihan (dari apa yang diperlukan). Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan. Surat Al-Maidah : 90-91 yang berbunyi: Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.Dengan miniman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat maka tidakkah kamu mau berhenti?

Pada awalnya khmar bukanlah minuman yang diharamkan dan tidak dilarang dikonsumsi. Lalu ada sahabat yang bertanya tentang khmar lalu turunlah Al-Baqarah 219, bahwa khmar membawa manfaat bagi manusia, tetapi juga membawa mudharat. Tapi pada saat itu belum dilarang untuk dikonsumsi. Tapi, kemudian terjadi perkelahian karena mabuk karena tidak bisa mengontrol diri. Setelah itu turun Al-Maidah 90-91 disitu dijelaskan bahwa meminum khmar itu termasuk perbuatan syaitan, karena syaitan itu ingin membawa permusuhanan diantara sesama muslim. Disamping itu, salah seorang sahabat Nabi pergi menunaikan ibadah sholat setelah ia minum khamar dan menjadi imam. Dalam pelaksanaan sholat tersebut, ia melakukan kesalahan dalam pelafazan surat al-kafirun yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam terjemahan ayat tersebut.didasari oleh hal-hal tersebut, barulah penggunaan khmar dilarang oleh Rasulullah. Berdasarkan ayat dan hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang perbuatan-perbuatan kita serta ibadah kita kepada Allah SWT. 2.3 Prinsip, Metode dan Instrument Evaluasi Pendidikan Evaluasi dapat terlaksana dengan baik apabila pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip berikut ini. 1. Prinsip keseluruhan (al kamal : / al tamam : ) Penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian. Meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik 1. Aspek kognitif. Aspek kognitif adalah aspek yang mengarah pada ilmu pengetahuan yang sasarannya yaitu cara berfikir seseorang dalam setiap perbuatan. Metode yang bisa digunakan dalam aspek ini ada 2 macam, langsung dan tidak langsung. 1. Langsung : Dalam metode ini, seorang guru bisa melakukan pengevaluasian dalam bentuk tanya jawab secara langsung, ujian tulisan ataupun dialog kepada peserta didik mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya, apakah telah diterima dengan baik atau belum dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. 2. Tidak Langsung : Cara yang dilakukan guru dalam metode ini adalah dengan memberikan tugas-tugas mengenai materi yang diajarkan. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (alBaqarah : 31-32).

Dalam ayat ini Allah SWT menguji pengetahuan dan pemahaman Adam as tentang dunia ini dan penciptaannya. Aspek afektif. Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik yang sasarannya adalah cara bersikap dalam perbuatan. Metode yang digunakan dalam aspek ini adalah: Pengamatan (Observasi) Metode ini dilakukan dengan turun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian dengan langkah-langkah berikut : perencanaan, pengumpulan data, verifikasi data, analisis data dan penafsiran data. Ujian tertulis Dengan melakukan pengisian angket-angket yang telah dibuat. Ujian Lisan Dengan melakukan tanya jawab atau dialog kepada peserta didik. Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik adalah aspek yang mengarah pada keterampilan ataupun kemahiran peserta didik. Metode yang digunakan dalam aspek ini adalah; Observasi Melakukan pengamatan terhadap hal yang ingin ditinjau dengan langkah-langkah berikut : perencanaan, pengumpulan data, verifikasi data, analisis data dan penafsiran data. Tugas Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Prinsip kesinambungan (istimrar : ) Penilaian diusahakan secara kesinambungan / kontinuitas atau terus menerus agar mendapatkan hasil yang diinginkan. 3. Prinsip obyektivitas (maudluiyyah : ) Penilaian diusahakan subjektivitas atau jujur, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya. 2.4. Fungsi Evaluasi Dalam Pendidikan Jahya Qohar Al Haj (1985: 3) melihat fungsi evaluasi dari segi anak didik secara individual dan dari segi program pengajaran:

1. Dilihat dari segi anak didik secara individual, evaluasi berfungsi: 1. 2. 3. 4. Mengetahui tingkat pencapaian anak didik dalam suatu proses belajar mengajar. Menetapkan keefektifan pengajaran dari rencana kegiatan. Memberi basis laporan kemajuan anak didik. Menghilangkan halangan- halangan atau memperbaiki kekeliruan yang terdapat sewaktu praktek.

2. Dilihat dari segi program pengajaran, evaluasi berfungsi; 1. Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi anak didik 2. Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok anak didik yang homogen. 3. Diagnosis dan remedial pekerjaan anak didik. 4. Memberi dasar pembimbingan dan penyuluhan. 5. Dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan anak didik. 6. Memotivasi belajar anak didik. 7. Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan anak didik. 8. Menafsirkan kegiatan sekolah ke dalam masyarakat. 9. Mengadministrasi sekolah. 10. Mengembangkan kurikulum. 11. Mempersiapkan penelitian pendidikan di sekolah. Jadi, evaluasi itu berfungsi memberikan informasi bagi perbaikan mutu pengajaran dan penyusunan program sekolah. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Evaluasi pendidikan yang merupakan proses belajar mengajar untuk menilai dari segala sesuatu yang terdapat pada diri seseorang baik berupa ucapan perbuatan dan hati sanubari, dalam hal ini, memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Tolok ukur keberhasilan pengevaluasian tidak hanya tergantung pada tingkat keberhasilan tujuan dan pendidikan yang dapat dicapai, melainkan berkenaan dengan penilaian terhadap berbagai aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar tersebut. Akhirnya, evaluasi Tuhan di dalam al-Quran bersifat makro dan universal dengan teknik psikotes, sedang sunnah nabi bersifat mikro untuk mengetahui kemajuan manusia termasuk Nabi sendiri. 3.2. Saran Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.

Kategori: Lainnya TAFSIR AI QURAN Kajian tentang Ayat-Ayat Pendidikan I. Tujuan Pendidikan Islam A. Surah al-Baqarah (1-5) 1. Alif laam miim. 2. Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi rnereka yang bertaqwa, 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki, yang Kami anugerahkan kepada mereka, 4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu; serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan rnerekalah orang-orang yang beruntung. Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur'an berbeda pendapat. Allahu A'lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A'lam yakni Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan. Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur'an. Semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur'an (bukan al-Kitab) yang mengarah pada isyarat dekat "hadzal Qur'an. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata "hadza ini" untuk menunjukkan betapa dekat tuntunantuntunannya pada fitrah manusia. Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dalam alQur'an disebutkan "Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebib baik kesudahannya". (QS. 99:76) Pada Ayat ke-3 dari surah al-Baqarah ini mengisyaratkan bahwa yang bertaqwa hendaknya mengimani yang ghaib, mendirikan shalat, serta menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan-Nya. Yuqinun atau yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalihdalih yang dikemukakan lawan. Itu sebabnya pengetahuan Allah tidak dinamai mencapai

tingkat yakin, karena pengetahuan Yang Maha Mengetahui itu sedemikian jelas sehingga tidak pernah sesat atau sedikitpun disentuh oleh keraguan. Berbeda dengan manusia yang yakin. Sebelum tiba keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh oleh keraguan, namun ketika ia sampai pada tahap yakin, maka keraguan yang tadinya ada langsung sirna. Mereka itulah orang-orang yang sungguh jauh dan tinggi kedudukannya berada di atas yakni memperoleh dengan mantap petunjuk dari Tuhan Pembimbing mereka dan mereka itulah orang beruntung "muflihun" memperoleh apa yang mereka dambakan. Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Menambah ketaqwaan manusia pada Allah 2. Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah 3. mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh 4. Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir 5. Mewujudkan kesuksesan dalam hidup. B. Surah A1i lmran: 138-139 138. (al Qur an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertagwa. 139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (Pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tingi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Quran secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur'an yang mengungkap adanya hukumhukum yang mengatur kehidupan masyarakat. Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur'an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa. Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan. Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu. Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.

Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut 1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam 2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya 3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi c. Surah al-Fath: 29 "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam lnjil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan orang-orang mu'min).Allab menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan menegakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pabala yang besar". (QS. 48:29) Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikutpengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku' dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifatsifat yang agung dan luhur serta tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW. Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau dosa. Kalimat asyidda'u 'ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya " dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat ....." (QS. 24:2) Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sbagai berikut 1. Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih saying sesama manusia 2. Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat 3. Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain d Surah al-Hajj: 41 "(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya

mereka mendirikan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ". (QS. 22:47) Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar. Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau. Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orangorang yang beruntung". (QS 3:104) Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut 1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran 2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah. e. Surah adz-Dzariyat: 56 "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS. 59:50) Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memheri kesan adanya keterlibatan selain Allah S WT. Didahulukannya penyebutan kata al jin/jin dari kata al-ins/manusia karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia. Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut: Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah. f. Surah .Hud: 61 "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia Dia telah meciptakan kamu

dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohanlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba Nya)". (QS. 11:61) Setelah selesai kisah Ad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan satu suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar, Ibnu Iram Ibnu Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu dengan Ad pada kakek yang sama yaitu Imran. Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman buruk kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah, merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi keberhasilan itu menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud. Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --langsung maupun tidak langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-mata. Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut: 1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh 2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan 3. Mewujudkan manusia yang ahli doa 4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan II. Subjek Pendidikan a. Ar-Rahman: 1-4 (Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1) Yang telab mengajarkan al Qur'an. (QS. 55:2) Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3) Mengajarnya pandai berbicara (QS. 55:4) Al-Qur'an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya, menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad SAW. Kata al-Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat saja bagian dari satu ayat. Kata al-Insan disini mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. Hingga akhir zaman. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Dimulainya surah ini dengan kata ar-Rahman bertujuan mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah. Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Quran itu ialah yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya.

b. Surah an Nahl: 43-44 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS. 16:43) keteraqan-keterangan (mujizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya meraka memikirkan, (QS. 16:44) Pada ayat ini diuraikan kesesatan pandangan kaum musyrikin menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan terhadap apa yang diturunkan Allah SWT mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi rasul atau utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan di manapun kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril. Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada ahl dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Kata ahl dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi infonnasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi al-Qur'an sebab mereka juga termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarawan, baik muslim ataupun non muslim. Walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya. Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona kedua yang ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW. Agaknya hal ini mengisyaratkan penghormatan kepada beliau dan bahwa beliau termasuk dalam kelompok rasul-rasul yang diutus Allah, bahkan kedudukan beliau tidak kurang. Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad secara khusus dan bahwa yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya. Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidak seorang nabipun kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi wahyu (alQur'an) yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa, maka aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari kemudian". (HR.Bukhori). Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan al-Qur'an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Memang as-Sunah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-Qur'an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hokum syara'. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad dalam kaitannya dengan al-Qur'an yaitu Bayan Ta'kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam Al-Qur'an, sedang yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat alQur'an.

c. Surah al-Kahf: 66 Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu" (QS. 18: 66) Dalam pertemuan kedua tokoh pada ayat ini diceritakan Nabi Musa yang terkesan banyak menanyakan sesuatu kepada salah satu hamba Allah yang memiliki ilmu khusus. Sementara jawaban dari orang tersebut menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup untuk sabar bersamanya. Dan bagaimana Nabi Musa dapat sabar atas sesuatu, sementara ia belum menjangkau secara menyeluruh beritanya. Ucapan hamba Allah ini, memberi isyarat bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan rnemberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya. III. Objek Pendidikan a Surah asy-Syu'ara: 214 "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" QS. 26: 214) Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy. Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami?" Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, Ahmad dan lain-lain melalui Ibn Abbas). Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah, tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada Allah dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia. b. Surah an Nisa: 170 Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dan Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan .Allah sedikitpun) karena sesunguhnya apa di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS 4: 170) Rasul SAW telah membawa kebenaran dari Allah sambil membuktikan keliruan bahkan kesesatan pandangan ahl kitab, kini menjadi sangat wajar menyampaikan ajakan kepada seluruh manusia bukan hanya ahl kitab: wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul yakni Muhammad SAW, dengan membawa tuntunan al-Qur'an dan syari'at yang mengandung kebenaran dari Tuhan Pembimbing dan Pemelihara kamu, maka karena itu berimanlah dengan iman yang benar. Itulah, yakni keimanan itu yang baik bagimu. Dan jika kamu terus menerus kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun, tidak juga mengurangi kekuasaan dan kepemilikan-Nya, karena sesurgguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah di bawah kendali-Nya. Kehadiran rasul yang dinyatakan dating kepadamu, serta pernyataan bahwa yang beliau bawa adalah tuntunan dari Tuhan pembimbing dan pemelihara kamu dimaksudkan sebagai rangsangan kepada mitra bicara, agar menerima siapa yang datang dan menerima apa yang di bawanya. IV. Kewajiban Belajar Mengajar a Surah al-Ankabut: 19-20 Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).Sesungguhnya.yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29: 99) Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 29: 20) Allah yang memulai penciptaan dipahami dalam arti "Dia Yang menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya". Ini mengadung arti bahwa Allah ada sebelum sesuatu itu ada. Dia yang mencipta dari tiada, maka wujudlah segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Allah yang pertama kali mewujudkan sesuatu kalau bukan Dia siapa lagi yang mewujudkankannya? Sebagaimana firman-Nya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) (QS. 52:35) Begitu antara lain al-Qur'an membuktikan wujud Allah dan sifat-Nya sebagai Mubdi'. Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud kepada sesuatu. Kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud, maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tentu lebih mudah serta lebih logis dari pada penciptaan pertama itu. Kaum musyrikin terheran mendengar pernyataan al-Qur'an bahwa setelah kematian mereka akan dihidupkan lagi:

Dan mereka berkata: Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru" (QS. 17:49) Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab mereka: Katakanlah: Jadilah kamu sekalian batu atau besi, (QS. 17:50) atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali". Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggelenggelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan (akan terjadi)" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat". (QS. 17:51) Dari ayat tersebut di atas (al-Ankabut: 20) memerintahkan untuk melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Pandangan kepada hal-hal itu akan mengantarkan seseorang yang menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar lagi Maha Esa yaitu Allah SWT: V. Metode Pendidikan a Surah al-Maidah: 67 Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu hendak menyampatkan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dan gangguan) manusia Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. 5: 67) Ar-Razi berpendapat, bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada nabi-Nya Muhammad SAW bahwa beliau akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ayat-ayat yang mendahuluinya demikian juga sesudahnya berbicara tentang mereka. Thahir ibn Asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada ahl kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran pada ayat-ayat yang lalu merupakan teguran yang keras. Teguran keras ini pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat nabi yang cenderung memilih sikap lembut, bermujadalah dengan yang terbaik. Tetapi di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya pada Qur'an surah an-Nisa ayat 148: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 4: 148) b. Surah al A'raf: 176-177 Dan kalau Kami menghendaki; sesungguhnya Kami tingikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan bawa nafsunya yang rendah, maka

perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami Maka ceritakanlan (kepada mereka) kisahkisah itu agar mereka berfikir (QS. 7:176) Amat buruklah perummpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. 7:177) Ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. VI. Evaluasi Pendidikan a. Surah al-Baqarah: 184 (yaitu) dalam beberapa hari yang tertextu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblab baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyab, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebib baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetabui. (QS. 2: 184) REFERENSI Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001) _______________, Tafsir al-Qur-an al-Karim ( Bandung: : Pustaka Hidayah, 1997) Departemen agama, al-Quran dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci AlQuran, 1990) Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)A Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)

PEMBAHASAN A. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam Surat Al-Dariyat (51) Ayat 56 Beberapa pakar pendidikan Islam telah menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri. M. Arifin menyebutkan bahwa pendidikan Islam bermaksud membentuk manusia yang prilakunya didasari dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah, yaitu manusia yang dapat merealisasikan idealitas islami, yang menghambakan sepenuhnya kepada Allah. Dari ini semua M. Natsir menyimpulkan bahwa pendidikan islam sebenarnya bermaksud merealisasikan tujuan hidup muslim itu sendiri, yaitu penghambaan sepenuhnya kepada Allah. Hal ini sesuai dengan maksud firman Allah dalam Al-quran surat Al-Dariyat (51) ayat 56 yang menyatakan: dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. Tujuan hidup ini pula yang menjadi tujuan pendidikan karena pendidikan merupakan bagian dari hidup, apalagi kalau lah hidup dimaknai dengan konsep long life education.( .) Tujuan pendidikan ini juga telah di rumuskan dalam world conference on muslim education yang pertama di Mekkah pada tanggal 31 Maret sampai 8 April 1977. Ayat lain yang menunjukan ibadah sebagai tujuan hidup sekaligus tujuan pendidikan adalah Al-quran surat al-anam (6) ayat 162 yang menyatakan : Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Dengan demikian maka salah satu tujuan pendidikan adalah pengabdian kepada Allah dalam bentuk luas (Toto, 2006:113). Jika dikorelasikan dengan hadits marfu yang diriwayatkan oleh Muadz bin jabal yang menyatakan : Yang artinya: pelajarilah ilmu, sesungguhnya belajar karena Allah itu merupakan sebuah Khosyah dan mencari ilmu merupakan sebuah ibadah[1], maka dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar dalam rangka mencari ilmu merupakan sebuah ibadah dan sekaligus ibadah dijadikan sebuah tujuan karena perbuatan seseorang dalam pandangan islam kalau tidak diniatkan ibadah, maka perbuatan tersebut hanya menjadi hal yang siasia. B. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat Al-baqarah (2) ayat 30-31 Ayat lain yang berhubungan tujuan hidup dan sekaligus menjadi tujuan pendidikan adalah surat al-baqarah (2) ayat 30-31 yang menyatakan: 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa tujuan hidup manusia diciptakan adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Jika dikorelasikan dengan ayat at-tiin ayat 4-6, di dalam menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi, hal yang harus dilakukan sebagai upaya untuk menghindarkan manusia dari derajat yang rendah (asfala safiliin) maka harus memilki keimanan dan beramal shaleh. (alladziina amanuu wa amisshalihhat). Allah mengangakat manusia di muka bumi sebagai khalifah karena memang manusia telah diciptakan sebagai sebaik-baik penciptaan (ahsanu taqwiim). Dalam kitab zubadatu tafsiir disebutkan bahwa manusia diciptakan dengan bentuk yang sempurna, bisa menggenggam makanannya dengan tangaannya, berpengetahuan, berbicara, berfikir dan bijak. Dengan demikian maka manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. C. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat at-tiin ayat 4-6 Ayat lain yang secara tersirat bahwa pendidikan dituntut untuk mengembangkan potensi. Sebagaimana yang tersirat dari ayat 4-6 pada surat at-tiin yang menyatakan : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (4) kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) (5) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (6) Dari ayat tersebut di atas dapat simpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai berikut: 1. 2. menjalankan tugas kekhalifahan di muka bumi dengan cara memakmurkan bumi mengembangkan ilmu pengetahuan.

D. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat At-taubat ayat 122 Ayat lain yang secara tersurat menerangkan tujuan pendidikan terdapat pada surat Attaubat ayat 122 yang menyatakan : tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa tujuan pendidikan adalah mampu memberi pencerahan kepada umat. Mengarahkan pada hal yang positif sehingga masyarakat mendapat petunjuk yang benar. E. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat Al-baqoroh ayat 151 Ayat lain yang berkenaan dengan tujuan pendidikan adalah surat Al-baqoroh ayat 151 yang menyatakan: sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Ayat lain yang masih ada hubungannya dengan ayat di atas adalah ayat 164 pada surat ali Imran yang menyatakan : sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata Dari ayat ini adapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagi berikut; 1. 2. 3. membersihkan diri (mensucikan) mengembangkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti mengajarkan sesuatu yang baru.

KESIMPULAN Dari beberapa ayat al-Quran yang telah dijelaskan pada BAB II, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang tujuan pendidikan yang didasrkan pada Al-Quran, diantaranya yaitu: 1. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam Surat Al-Dariyat (51) Ayat 56 adalah: pendidikan bertujuan untuk beribadah. 2. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat al-baqarah (2) ayat 30-31 adalah: untuk menjadi khalifah di muka bumi, mencerdaskan peserta didik baik affektif, kognitif maupun psikomotorik. 3. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat at-tiin ayat 4-6 adalah: pendidikan dituntut untuk mengembangkan potensi.

4. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat At-taubat ayat 122 adalah: mampu memberi pencerahan kepada umat dan mengarahkan pada hal yang positif sehingga masyarakat mendapat petunjuk yang benar. 5. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat al-baqoroh ayat 151 adalah: membersihkan diri (mensucikan), mengembangkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti serta, mengajarkan sesuatu yang baru (transfer of knowledge). Daftar pustaka M. Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara M. Natsir. 1973. Capita Selekta. Jakarta: Bulan Bintang Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Langgulung, Hasan. 2003. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru Ghazali. 2008. Ihya ulumuddin. Lebanon: Dar Al-fikr

Anda mungkin juga menyukai