Anda di halaman 1dari 92

STUDY BANDING DAMAR KE PROPINSI LAMPUNG NOTULENSI KEGIATAN LAPANGAN Kegiatan I = Pertemuan Tiga Bulanan Masyarakat Pengelola Hutan

Rabu, 17 April 2002 Pukul 10.15 WIB Dusun Gunung Sari Desa Pekon Simpang Sari Kab. Lampung Barat Instansi terkait , Tim Study Banding Damar dan Masyarakat dampingan WATALA Lampung Musadat.

Hari/Tanggal = Waktu = Tempat = Peserta Notulensi = =

Agenda Kegiatan:

1. Pembukaan 2. Laporan Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Tiga Bulanan Masyarakat Pengelola Hutan 3. Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Lampung Barat ( Ir. Warsito) 4. Sambutan Bapak Bupati Lampung Barat (Bpk. Dr Hi. I Wayan Dwipa, SH, MSc) 5. Penandatanganan Wilayah Peta Kelola dan Aturan Main KPPSDA setia Wana Bhakti Dusun Gunung Sari, Pekon Simpang Sari. 6. Penyerahan Izin oleh Bupati Lampung Barat Kepada KMPH mitra Wana Lestari Sejahtera Hamparan Agung Pekon Simpang Sari Kec. Sumber Jaya dan KMPH Riki Jaya Dua Pekon Gunung Terang Kec. Way Tenung. 7. Diskusi 8. Doa 9. Penutup 10. Penanaman Pohon oleh Bapak Bupati Lampung Barat.
Acara ini di buka dengan mengucapkan Bismillahirahmannirahim dan membacakan Doa Al-Fatihah. 1. Laporan Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Tiga Bulanan Masyarakat Pengelola Hutan (Bapak Wasiman) Bismillahirahmannirahim, Assallamuallaikum War. Wab. Dengan adanya pertemuan yang penuh rahmat ini, marilah kita bersamasama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang mana pada hari ini kita masih diberi kesehatan lahir maupun bathin sehingga kita dapat berkumpul dalam rangka siratulrahmi kelompok pengelola hutan di sekitar

Kecamatan Sumber Jaya dan Kec. Way Tenung yang kita laksanakan tiga bulan sekali ini. Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Pertama-tama kami ucapkan selamat datang kepada Yang Terhormat, - Bapak Bupati lampung Barat (Bpk. Dr. Hi. I Wayan Dwipa SH, MSc) - Bapak Ketua DPRD Lampung Barat - Bapak Ketua BAPPEDALDA Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Kehutanan Lampung Barat (Ir. Warsito) - Bapak Kepala Dinas Pertanian Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perikanan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Peternakan Lampung Barat - Kepala Dinas KOPERINDAG Lampung Barat - Camat Sumber Jaya ( Bpk. Simarga, SE) - Camat Way Tenung (Hi. Fauji) - Manajer Operasional PLTA Wai Besai Kec. Sumber Jaya. - Pratin Simpang Sari (M Arman Hermawan) - Para Pratin yang berkenang hadir dari Kec. Sumber Jaya dan Way Tenung. - Dan kepada seluruh Undangan Yang kami hormati. Izinkanlah saya sebagai ketua Panitia Pertemuan untuk menyampaikan sepatah-kata sambutan. Kami merasakan bangga dan berbahagia menghaturkan beribu-ribu terima kasih karena bapak telah berkenan menghadiri pertemuan kita hari ini. Tak lupa pula kami menyampaikan permohonan maaf apabila fasilitas yang kami sediakan kurang berkenang dihati para undangan sekalian. Dan terrima kasih juga yang sebasar-besarnya saya haturkan kepada bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara yang telah membantu dalam acara ini, baik itu berupa tenagga ataupun pendapat, dan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang turut berpartisipasi mendukung jalanya acara ini, semoga kita semua mendapat ridho dari Allah SWT. Dan selanjutnya dengan pertemuan tiga bulanan ini, kami mengharap agar dapat lebih mempererat hubungan tali siratul rahmi, baik antara kelompok, masyarakat dan pemerintah, semoga hubungan harmonis yang kita impikan bersama dapat terwujudkan. Sehingga kita mampu mewujudkan satu kesatuan yang kuat dalam rangka membangun lingkungan hidup dengan tujuan hutan lestari masyarakat sejahtera. Selanjutnya harapan kami Pemerintah, dapat lebih memberikan kepercayaan dan dapat lebih memberikan kebijakan yang benar-benar dapat bertujuan mensejahterakan masyarakat.

Mungkin hanya itulah penyampaian sambutan dari kami sebagai ketua penyelenggara, apabila ada kata-kata kami yang kurang berkenan di hati Bapak/Ibu/Sdr(i) sekalian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan kepada Allah saya mohon ampun, dan saya akhiri dengan mengucapkan Wabillahi Taufik Walhidaya Wasallamuallaikum War. Wab. 2. Sambutan Bapak Kepala Dinas Kehutanan Lampung Barat (Bpk. Ir. Warsito). Assallamuallaikum War. Wab. Dan salam sejahtera kepada kita semua. Yang Terhormat ; - Bapak Bupati lampung Barat (Bpk. Dr. Hi. I Wayan Dwipa SH, MSc) - Bapak Ketua DPRD Lampung Barat - Bapak Ketua BAPPEDALDA Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Pertanian Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perikanan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Peternakan Lampung Barat - Kepala Dinas KOPERINDAG Lampung Barat - Camat Sumber Jaya ( Bpk. Simarga, SE) - Camat Way Tenung (Hi. Fauji) - Manajer Operasional PLTA Wai Besai Kec. Sumber Jaya. - Pratin Simpang Sari (M Arman Hermawan) - Para Pratin yang berkenang hadir dari Kec. Sumber Jaya dan Way Tenung. - Ketua Kelompok Tani Kec. Sumber Jaya dan Way Tenung - Rombongan Study Damar dari Sulawesi Tengah - Derektur ICRAF - Dan kepada seluruh Undangan Yang kami hormati. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Dimana pada pagi hari ini bisa berkumpul bersama-sama pada acara Rutin Tiga Bulanan Masyarakat Pengelola Hutan, mudah-mudahan pertemuan kita hari ini, mendapat ridho dari Allah SWT yang akan menjadi amal pribadi kita. Selanjutnya pertemuan tiga bulanan ini merupakan pertemuan yang keenam. Pertemuan ini agak khusus karena disamping pertemuan tiga bulanan, nanti akan diserahkan oleh Bapak Bupati Izin sementara kegiatan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) untuk 2 (dua) Kelompok: 1. Untuk Masyarakat Pengelola Hutan Mitra Wana Lestari Sejahtera Kec. Sumber Jaya 2. Kelompok Masyrakat Peduli Hutan Perintis Jaya Kec. Way Tenung.

Disamping penyerahan surat izin sementara Pengelolaan Hutan oleh 2 Kelompok tadi, juga akan dilakukan penandatangan Peta untuk Kelompok Setia Wana Bhakti yang sekarang kesempatannya. Saya sangat berterima kasih sekali, khususnya kepada kelompok Setia Wana Bhakti, yang telah menyelenggarakan pertemuan ini. Perlu kami sampaikan kepada Bapak Bupati bahwa Dinas tidak mengeluarkan dana, pertemuan ini merupakan Swadana dari kelompok-kelompok. Kami mungkin bisa bercerita sedikit, pada awal tahun 2000, dimana pada saat itu kita baru memulai untuk kegiatan Pogram Hutan Kemasyarakatan ini, masyarakat masih merasa ragu. Apa memang betul Kehutanan akan mengelola hutan ini bersama-sama dengan masyarakat. Mudah-mudahan dengan beberapa kegiatan ini beberapa masyarakat mulai timbul kepercayaan, mengapa?; karena tahun 1999 Petugas Kehutanan masih mengejar-ngejar masyarakat yang berkumpul di dalam kawasan hutan. Petugas kehutanan bersama pasukan gajahnya masih mencabut tanaman kopi di dalam kawasan hutan, namun setelah dua tahun karena memang ada program/kepedulian dari pemerintah Kabupaten, ini sangat sulit di percaya yang tadinya seolah-olah memusuhi, kini sudah kelihatan bersahabat, kami terus terang program tahun 2001, awal itu petugas kami diterima masyarakat saja, kami sudah sangat senang sekali. Kenapa, biasanya petugas datang kelapangan, petaninya lari. Begitu juga kalau petugas memberikan penyuluhan, biasanya lebih banyak petugas penyuluh dari pada petani yang hadir. Ini mudah-mudahan beberapa kegiatan yang sudah kita rintis bersama-sama masyarakat ini bisa memberikan suatu kepercayaan dari masyarakat yang sangat kami harapkan setelah nanti, Pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat, dari kelompok-kelompok ini berpendapat, berarti sudah selesailah tugas kami, sebetulnya setelah nanti Bapak Bupati menyampaikan izin sementara, itu baru titik awal untuk mengelola hutan. Mungkin dari Sulawesi Tengah sudah lebih maju, karena disamping menyarankan ada juga diskusi yang kami sangat mengharapkan masukanmasukannya. Kami disini baru saja, mungkin Sulawesi Tengah kami tahu disana dengan Taman Nasional Lore Lindu-nya, disana sudah lebih maju, maka kami sangat mengharapkan nanti pada diskusi Tim dari Sulawesi Tengah dapat memberikan masukan-masukannya, supaya kelompok disini tahu apa upaya yang telah di lakukan di Sulawesi Tengah dalam Pelestarian TNLL.

Perlu kami sampaikan, untuk kelompok pengelola hutan Citra Wana Lestari ini, luas yang di izinkan nantinya ada 260,76 Ha. Namun ini bukan semua lahan garapan, tetapi ada hutan yang masih kelihatan garisnya, itu yang diatasnya masih bagus. Dan untuk kelompok masyarakat Peduli Hutan Rintis Jaya, ini luasnya ada 205 Ha, itu juga disamping berbentuk garapan, masih ada hutan yang masih bagus. Malah yang di Rintis Jaya ini ada enam pohon besar yang diameternya mungkin bapak-bapak tidak percaya : 3 Meter lebih, berarti yang disini sebagai primadonanya, namun pertumbuhannya sangat lambat, akan tetapi petani dari Sumber Jaya ini sudah mengadakan inventarisasi, sehingga mereka menemukan pohon yang besar, disamping pohon yang besar juga sudah punya data tentang satwa yang ada disana, sehingga kelompok masyarakat ini sama-sama melakukan pengamanan hutan. Pak Bupati yang kami hormati, langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh kelompok tani ini berupa: Penanaman dan pengamanannya. Dimana penanaman ini, kalau pengalaman yang dulu, System Reboisasi, minimal satu hektar sudah bisa mencapai satu juta setengah rupiah hasilnya, sekarang dengan system pengelolaan bersama-sama masyarakat, pemerintah untuk sementara belum memberikan dana sama sekali, namun kedepan mudahmudahan dari pemerintah bisa ada bantuan-bantuan antara lain beberapa jenis bibit pohon, namun itupun harus disetujui oleh kelompok masyarakat. Kalau dulu bedanya pemerintah dengan paksa, mau tidak mau tanam bibit, sekarang justru kami pemerintah, menunggu. Istilahnya apa sih yang di inginkan oleh kelompok tani, kenapa, karena berdasarkan pengalaman, kalau tanaman yang jenisnya tidak disukai itu biasanya oleh petani tidak dipelihara, sehingga diharapkan nanti kalau jenisnya sudah disepakati oleh para anggota kelompoki tani, bisa di pelihara dan akan besar untungnya. Izin yang akan di berikan oleh Bapak Bupati, untuk sementara adalah izin sementara. Mengapa izin sementara, karena kelompok taninya belum membentuk koperasi. Nanti setelah membentuk koperasi, kelompok ini akan mendapat izin tetap, izin sementara akan diberikan untuk jangka waktu 5 tahun. Sedangkan nanti setelah membentuk Koperasi, diharapkan pembentukan koperasi ini, satu sampai tiga tahun sudah bias terbentuk, itu nantinya diberikan untuk jangka waktu 25 tahun. Selanjutnya juga perlu kami ingatkan lagi kepada bapak dan ibu anggota kelompok tani bahwa izin ini bukan merupakan hak milik, ini kawasannya masih tetap kawasan hutan, bapak-bapak itu setelah diberikan izin, kami harapkan jangan seperti di tempat-tempat lain, setelah diberikan izin lupa pertemuannya kapan dilaksanakan lagi. Pergi ke hutannya bukan untuk

menjaga, namun untuk menambah kebunnya, kami mengharapkan hutan yang masih bagus, mari kita sama-sama jaga. Kebunnya juga mari kita samasama tambah jenisnya jangan hanya kopi. Disela-sela kopi mari kita tambah lagi untuk jenis-jenis tanaman yang bermanfaat tanpa menebang namun hasilnya bisa dipungut. Itu yang perlu kami katakan lagi, jadi jangan sampai nantinya bapak-bapak dan ibu-ibu kelompok tani ini pulang ke rumah, kami sudah mendapat izin dan boleh memperjual-belikan tanah itu, jadi setelah dapat izin, itu baru tahap awal bapak-bapak sekalian. Bukan merupakan tanah milik bapak-bapak namun itu masih kawasan hutan. Ini mengapa setiap dalam pertemuan kami katakan lagi, karena biasanya agak salah menyampaikannya, maklum yang ikut pertemuan sedikit, nanti disampaikan di kebun, disampaikan di tempattempat setelah pulang dari pertemuan, itu lebih melebar lagi, kita sudah dapatkan izin dan tanahnya tidak boleh di perjual belikan. Jadi jangan sampai keliru, bahwa setelah mendapat izin ini, tanah masih tetap menjadi tanah kawasan hutan. Perlu kami informasikan juga kepada Bapak Bupati, bahwa di dalam merehabilitasi hutan, jenis-jenis yang dipilih itu berdasarkan pengalaman petani dari kelompok satu ke kelompok yang lain, dari Kabupaten yang satu Ke Kebupaten yang lain. Mereka sudah melakukan study banding secara swadaya dengan dana para anggota kelompok petani sendiri ke Kab. Tanggamus juga Kab. Lampung Tengah dan ada yang sampai ke Jawa juga. Jenis-jenis yang akan mereka kembangkan, khusus untuk di Agung umumnya adalah Pala, karena Pala ini sangat berguna sekali, harganya mahal, dari buah pala ini bisa menciptakan berbagai produk yang dihasilkan juga. Begitu juga untuk kelompok tani hutan ini kelihatan sudah mulai menanam alpukat, pete dan durian. Selain itu juga, khusus di Setia Wana Bhakti ini, di Gunung Sari, sudah mempunyai pengalaman mendapatkan kualitas bibit kopi yang bagus, penanaman dengan menggunakan penutupan yang bisa lebih focus lagi, harus bisa terkendali dengan jenis kemiri. Oleh karena itu agar kelompok-kelompok lain juga jangan malu untuk meniru kepada kelompokkelompok yang sudah kelihatan bagus. Kami kira sebagai pembuka itu dulu yang perlu kami sampaikan, sekali lagi kami sangat, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati yang bisa hadir pada acara pertemuan tiga bulanan kelompok pengelola hutan. Pada saatnya nanti kami harapkan kepada Bapak Bupati untuk menyerahkan izin sementara, kepada Kelompok Agung dan Kelompo Rigis dan juga menandatangani peta lokasi yang mereka mohon.

Kurang lebihnya kami mohon maaf , dan yang terakhir kami mohon maaf apabila ada kata-kata dan perilaku kami yang tidak berkenan di hati bapak, mohon dimaafkan. Asslamuallaikum War. Wab. 3. Sambutan dari Bapak Bupati Lampung Barat ( Dr. I Wayan Dwipa, SH, MSc) Bismillahirahmannirahim, Asallamuallaikum War. Wab. Selamat pagi dan salam sejahtera buat kita sekalian semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kita semua, dalam setiap langkah pengabdian kita kepada bangsa dan negara yang kita cintai, dan khususnya daerah Lampung Barat, yang kita cintai pula. Pertama-tama kami ucapkan selamat datang kepada Yang Terhormat, - Bapak Ketua DPRD Lampung Barat - Bapak Ketua BAPPEDALDA Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Kehutanan Lampung Barat (Ir. Warsito) - Bapak Kepala Dinas Pertanian Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Perikanan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas Peternakan Lampung Barat - Bapak Kepala Dinas KOPERINDAG Lampung Barat - Camat Sumber Jaya ( Bpk. Simarga, SE) - Camat Way Tenung (Hi. Fauji) - Manajer Operasional PLTA Wai Besai Kec. Sumber Jaya. - Pratin Simpang Sari (M Arman Hermawan) - Para Pratin yang berkenang hadir dari Kec. Sumber Jaya dan Way Tenung. - Manager ICRAF - Direktur WATALA - Manager WWF - Mahasiswa IPB - Dan kepada seluruh Undangan Yang kami hormati. Saya rasa ini yang paling lengkap dalam pertemuan tiga bulanan Kelompok Pengelola Hutan Kemasyarakatan. Dan demikian pula kepada pejabat-pejabat dari Propinsi dan khususnya tadi saya dengar dari BAPPEDA. Para hadirin dan bapak-bapak sekalian, khusunya Kelompok Tani Agung, dan Kritis Jaya dan juga Gunung Sari yang saya cintai dan saya banggakan dan juga seluruh masyarakat yang saya cintai. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatNyalah pada hari ini kita dapat bertemu dan bersilaturahmi. Dengan silaturahmi ini kita harapkan, kita dapat memecahkan

berbagai macam persoalan, kita bisa mendiskusikan berbagai masalah, yang menyangkut kehidupan kita, khususnya dalam rangka pengelolaan hutan. Bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati, di era otonomi yang baru berjalan satu tahun, sejak Januari 2001, dan di era otonomi ini juga, keluar dari era reformasi. Sedangkan era roformasi itu juga, ada yang lurus ada yang bengkok,ada yang kebablasan, tidak ada penghalangnya, mungkin kebebasan yang seluas-luasnya, sehingga gerak langkah yang muncul itu juga bebas. Sehingga dampak ini juga menyangkut tata kehidupan kita berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Tapi Alhamdullilah ini sudah mulai kita sadar bahwa tujuan dari reformasi itu, adalah ingin kita merubah, menuju kearah yang lebih baik. Yang sudah baik mari kita mantapkan dan yang kurang baik mari kita rubah menuju yang lebih baik, termasuk didalamnya adalah upaya kita dalam pengelolaan hutan yang baik. Sehingga dengan upaya-upaya yang sudah disampaikan tadi oleh bapak Kepala Dinas Kehutanan Kab. Lampung Barat, saya tidak perlu mengungkapkannya, sebab saya juga sudah mengerti, salah satu contoh; dulu petani-petani yang kita sebut dengaan perambah hutan, saya menginginkan hal itu tidak lagi kita sebut perambah, kalau kita sudah menyebutnya perambah berarti bapak-bapak itu adalaah musuh hutan. Hutan memusuhi bapak dan bapak-bapak juga memusuhi hutan. Sehingga bapakbapak perang sama hutan. Kalau bapak-bapak sudah perang melawan hutan, kenyataannya seperti sekarang yang sedang kita rasakan, Gajah dan harimau keluar dari hutan, kenapa, karena bapak telah menggantikan posisi mereka di tengah hutan. Sehingga gajah dan harimau menggantikan habitat kita di luar hutan. Coba kalau kita tidak merusak hutan, mungkin gajah dan harimau tidak akan keluar dari habitatnya di dalam hutan. Jadi kalau ada yang di terkam harimau itu nggak salah sebab mereka telah mengganggu tempat ia makan, ia tidur. Kalau cara ini terus kita kembangkan, akhirnya pada tahun 1997 kalau tidak salah, banyak rumah di robohkan, kopi di cabut dan tempat itu ditinggalkan, akhirnya timbullah alang-alang dan semak belukar yang tidak karu-karuan. Bapak-bapak ada sebagian di pindahkan ke Mesuji, sampai ke Mesuji disana tanahnya kering, bapak melirik lagi kesini, akhirnya transmigrasi local yang dilaksanakan total tidak berhasil, karena masyarakatnya kembali lagi ke Sumber Jaya. Itulah sejarah, dan apakah itu jalan penyelesaian kita semua, nah oleh karena itu, hutan bisa selamat, hutan bisa lestari apabila masyarakatnya merasakan dampak dari adanya hutan itu, rakyatnya dapat berbuat sebanyak-banyaknya dan dapat mensejahterakan kehidupan dari adanya hutan itu, dan rasa memiliki hutan itu, nah kalau ini tidak ada saya yakin hutan itu akan rusak. Semakin banyak pengambilan kayu di hutan, nah ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di daerah

Lampung Barat ini. Pertambahan pendududk ini bukan disebabkan oleh kelahiran, karena terjadinya migrasi musiman penduduk yang cukup besar, sejak awal 1998, tapi dari segi kelahiran disana kecil sekali, karena dilihat Daerah Lampung Barat adalah daerah yang sangat subur. Ini terjadi biasanya pada saat hari Raya Idul Fitri, mereka pulang ke Jawa dan baliknya lagi mereka sudah membawa keluarganya, 1 orang yang berangkat ke Jawa pulang bawah keluarga 10 orang, mulai berkebun-berkebun, nah setelah pulang sudah ada hasil, sambil menunggu kopi berbuah pergi bekerja lagi ke Jawa, tahun depan setelah kopi sudah berkembang dan ada buah mereka datang lagi melihat dan panen kopi tersebut, uangnya yang merupakan hasil kopi tersebut di transfer melalui rekening di kirim ke Jawa. Sehingga penduduk musiman yang terjadi di Lampung Barat ini sangat tinggi, justru inilah harapan saya janganlah seperti itu, kalau itu terjadi semua akan rusak dan kita tidak akan maju-maju dalam pembangunan. Nah, bagaimana bisa mengikat bapak-bapak supaya tidak lagi pulang pergi, maka harus di gabung dalam kelompok-kelompok dalam rangka pengelolaan hutan, nah kalau ia pulang berrati ia cacat sama kelompoknya, hukum sosial yang akan berlaku di situ, keluarkan dia dari kelompok. Bisa saya gambarkan, bahwa macan yang makan orang itu adalah macan yang sudah disingkirkan oleh temannya, gajah yang keluar ngamuk adalah gajah yang tidak kompak dengan temannya. Kelompok ini sangat mengikat jika kita tinjau dari segi kehidupan sosial, sehingga ia akan menjadi penduduk yang tetap untuk membangun Lampung Barat ini. Nah kita beranjak pada hari berikut-berikutnya begitu otonom, dan usulan bapak-bapak juga agak terlambat prosesnya, mengapa, karena kewenangan ini belum jelas pada saat itu, nah sekarang pengelolaan hutan produksi dan kawasan hutan lindung kecuali Taman Nasional, itu sudah di serahkan ke Kabupaten semenjak pertengahan 2001. Jadi kalau bapak-bapak mengurus izin-izin tidak perlu sampai ke pusat, inilah hakekat otonom sebenarnya, bagaimana memberikan pelayanan yang sedekat-dekatnya kepada masyarakat, kalau ini cukup di selesaikan di tingkat Pekon (Desa) mengapa tidak di selesaikaan di tingkat Pekon, kalau cukup diselesaikan di tingkat kecamatan selesaikanlah di tingkat kecamatan, dan kalau hanya di tingkat Kabupaten ya di tingkat Kabupaten, tidak perlu sampai ke tingkat Propinsi maupun ke Pusat. Inilah yang di sebut dengan kesejahteraan, jangan melihat kesejahteraan itu hanya sebatas ruang, tapi dengan pelayanan yang pendek ini sudah memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Setelah kewenangan ini sudah diberikan , kita melihat sudah otonom, kita merencanakan pembangunan kedepan sampai 2005 dari 2001 sampai 2005, kita tuangkan dalan Rencana Strategi Pembangunan Kabupaten Lampung Barat, yaitu yang visinya adalah : Terwujud masyarakat Lampung Barat yang

madani, berakhlak mulia dan sejahtera dengan melaksanakan pembangunan

nah disini penekanannya, dengan tiga Goal yang kita capai tadi; Masyarakat Madani Goal yang Pertama, Berakhlak Mulia Goal yang Kedua, dan Goal yang ketiga adalah sasaranya adalah sejahtera. Ini bisa di capai apabila kita melaksanakan pembangunan prioritas, apabila sesuai dengan spesifikasi SDA, SDM, Budaya dllnya dilihat dari Geo demografi dan Konsensus Kabupaten Lampung melaksanakan Pembangunan: Pertanian, Kehutanan, Pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mungkin satu-satunya Kabupaten yang punya misi tertuang dalam pembangunan Kehutanan. Mengapa demikian, daerah Lampung Barat yang memiliki luas 495.000 Ha Luasnya lampung Barat ini, 77 % itu adalah kawasan Hutan, hanya 23 % kawasan yang dapat kita kelola. Tetapi bapak-bapak yang dulu tanahnya hanya memiliki penduduk 360.000 jiwa masih cukup itu, bisa masing-masing mendapatkan 2-3 Ha perorang. Bapak-bapak yang sekarang, satu orang menjadi 2 orang, 2 orang menjadi 7 orang, 7 orang menjadi 20 orang. Sehingga terjadilah desakan-desakan terhadap kawasan-kawasan hutan yang ada, akhirnya terjadilah pencurian-pencurian, perambahan-perambahan. Nah kalau kita tidak mengambil langkah yang salah satunya disitu kita fokuskan khususnya Kehutanan bubarlah kita semua, karena Lampung Barat ini disamping kita ada di dalam kepentingan kita, kita juga mempunyai tanggung jawab yang lain, karena Hutan yang ada di Kabupaten Lampung Barat ini adalah satu-satunya yang manjadi paru-parunya atau jantungnya Propinsi Lampung mungkin di Sumatera ini juga. Kemudian juga hutan ini banyak menghasilkan O2, dan juga Lampung Barat ini sebagai daerah Tadah Hujan/tadah air. Kalau hutan di Lampung Barat ini habis sudah, khususnya daerah Sumber Jaya, yang disini muara airnya dari kali-kali besar, yang mengalir ke Tulang Bawang, Lampung Tengah, Way Kanan, Tanggamus atau dalam Kabupaten. Kalau hutannya hancur disini pas musim kemarau gak kebagian air di bawah termasuk kita juga. Kalau pas banjir gak sempat menyerap dalam tanah tetapi air itu bablas ke bawah, banjirlah bagian bawah. Kalau sudah banjir kita tenang-tenang disini tidak kebanjiran saudara kita kebanjiran disana. Kita sadar harus sadar, bahwa disini tidak ada lagi orang Jawa, orang Madura, tidak ada orang Bali, tidak ada orang selain orang Lampung Barat. Saya ini khan Bupatinya orang Lampung Barat, Bupatinya rakyat Lampung Barat, Kalau masih ada rakyatnya orang jawa ya kacau. Jadi saya orang Lampung Barat cuman kebetulan saya dilahirkan di lokasi sana, saya orang lampung, cuman kebetulan saya di lahirkan di Bali, karena saya dulu tidak minta dilahirkan di sana, syukur-syukur kalau boleh di dalam perut mengajukan proposal. Nah inilah untuk mempersatukan kita, kalau masih ada saya orang jawa, saya orang lampung, saya orang sumentul saya orang mana, ada gesekan sedikit nanti orang jawa dengan orang lampung berantem, Tanya lagi golongannya, partai apa, satu PDI satu Golkar wah golkar sama PDI berantem. Tanya lagi agamanya apa, Islam dan Kristen,

Islam dan Kristen berantem. Tapi kalau kita sekarang orang lampung harus tau bahasa lampung, jangan hanya mau makan kopinya saja. Jadi bapak masuk dalam suatu daerah, makan airnya disini, ini jurainya tanah lampung jadi sudah menjadi anaknya orang lampung, harus tau adat istiadat disini, bukan kita mengabaikan adat istiadat kita, laksanakan. Tetapi kita hormati karena kita berada disini, supaya jangan sampai terjadi kejadian seperti di daerah lain. Paling tidak bisa memahami bahasa disinilah sedikit. Orang-orang yang ada memiliki kepala yang berbeda-beda, beberapa kepala yang berbeda-beda ini juga memiliki keinginan yang berbeda-beda pula, nah oleh karena itu sulit untuk memepersatukan, kecuali ada niat hidup membangun bersama-sama, itu konsekwensinya dan tidak ada yang memperjual-belikan, dan bapak-bapak harus memelihara hutan-hutan yang masih ada itu, tidak boleh melebarkan lahan lagi, bapak-bapak harus menanam kayu-kayuan yang dapat menghasilkan, bila perlu hasilnya yang sepanjang tahun bapak-bapak bisa manfaatkan, salah satu ide yaitu Pala sepanjang tahun itu bisa menghasilkan, kulitnya bisa untuk manisan, bijinya bisa untuk minyak. Dan juga bisa menanam pepohonan lain yang menghasilkan antara lain kemiri, kenanga ( bunganya bisa dimanfaatakan, Rp. 800/ Kg dipasaran) kalau bapak jualnya hanya 1 Kg, hanya buang ongkos saja tetapi kalau bapak membawa sekian Ton ke Jakarta berapa besar untungnya. Jadi jangan melihat yang kecil tanam yang lain seperti pinang, pagari dengan pinang wilayah yang di izinkan itu, dari jauh akan kelihatan batas wilayah itu dengan di batasi tanaman pinang dengan luas 200 Ha di tengah pagar pinang, 1 pohon pinang bisa menghasilkan 1 Kg untuk satu kali panen, nah kalau satu batang ini bapak bisa menanam sampai 4000 batang pohon pinang di batasi dengan jarak 1 meter, satu kali panen 4 ton pinang. Tanaman-tanaman seperti ini harapan saya yang dapat menghasilkan, silahkan bapak-bapak mengambilnya dan dimanfaatkan sepuas-puasnya, silahkan bapak-bapak ambil semuanya. Dan yang terakhir jangan sampai mengklaim wilayah yang dizinkan itu nanti menjadi tanah hak milik, itu masalah tanah dari Kehutanan yang mempertanggung jawabkan. Pada hari ini saya memberikan izin terhadap 2 kelompok yang sudah mengalami proses, pengamatan dan penilaian, tim sudah saya turunkan, tapi yang perlu diperhatikan seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Kepala Dinas Kehutanan Bahwa izin yang kami turunkan bukan merupakan proses akhir dari suatu kegiatan, artinya bukan nanti begitu keluar izin bapak semau diri. Kemudian dengan izin yang diberikan bapak berbuat lebih lancar lagi, dan berbuat terus, syukur-syukur bapak mulai menanam-menanam kemudian bekerjasama dengan baik dan mengawasi hutan-hutan yang ada di sekitarnya jangan sampai rusak, dan pada kesempatan ini saya menyampaikan kepada kelompok-kelompok atau masyarakat yang berhasil menangkap orang yang

lagi menebang kayu di dalam kawasan hutan. Kayunya di tangkap, orangnya juga ditangkap dan diserahkan ke Polisi. Kayunya dan chain sawnya sebagai tanda bukti, jangan lagi bapak takut, di dalam Undang-undang Nomor 41 1999 pasal 69. Bahwa masyarakat berkewajiban untuk mengamankan dan melestarikan hutan, Cuma masyarakatnya ini tidak sadar dan tidak berani apalagi sudah dibelakangnya oknum-oknum Kehutanan, TNI, Polri dan oknum-oknum yang lain. Dengan demikian rakyatnya tambah takut, sehingga tidak ada kepedulian, padahal bapak dilindungi oleh hukum, mulai sekarang kita bertekad tidak usah takut, bapak berbuatlah tangkap, kalau mereka 1 orang bapak bawa 10 orang, kalau ia menghadapnya kedepan bapak bisa lewat belakang, kalau ia bawah senapan bapak harus belajar ilmu tidak mempan di tembak. Jangan takut, yang bisa ditakuti dan dapat mematikan yaitu senjata dari Allah, bukan oleh orang-orang itu. Berjihadlah bapak-bapak untuk mengamankan hutan ini, bukan berjihad ketempat yang kita tidak mengerti itu, kalau bapak mati dan berjihad untuk menyelamatkan hutan sorga yang bapak dapatkan (ini kata saya). Yang kita perjuangkan adalah kepentingan orang banyak, keberanian ini yang saya hargai kepada bapakbapak, saya akan berikan bonus 1.000.000,- rupiah bagi siapa yang menangkap orang yang mencuri kayu di kawasan hutan. Yang lain menjaga hutan sementara satu pihak merusak hutan, maka kita perang terhadap penebangan-penebangan kayu liar ini. Tidak pandang bulu, dan saya minta kepada Polhut, Polres untuk meng Back-up ini, kasihan bapak-bapak ini sudah menanam kayu sementara lain pihak masih ada yang mengambil kayu. Dan yang kedua bagi aparatur yang bertugas di Kab. Lampung Barat, nyatanyata terbukti bermain kayu akan saya lawan juga dengan kayu. Kemudian izin yang saya berikan merupakan kepercayaan, nah sekarang pindah kepercayaan Pemerintah kepada masyarakat, untuk mengelola hutan ini, saya minta kepercayaan ini bapak pegang teguh menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan. Jangan bapak lukai kepercayaan ini, jangan hianati kepercayaan ini dan tiada dusta di antara kita. Jangan nanti setelah di tandatangani izin ini akhirnya saya di obok-obok, dan tidak ada kepercayaan lagi sehingga kepercayaan ini di salah gunakan. Setelah saya izinkan sekian hektar, bapak melebarkannya lagi atau bapak merusak, yang sebelah sini bagus yang sebelahnya rusak di babat lagi, akhirnya kepercayaan itu rusak, dan saya yang memberikan izin itu rusak. Nanti kebijakan yang kita berikan salah, tolong kebijakan ini sama-sama kita menjaga nama baik pimpinanpimpinan bapak yang ada disini yang memberikan kepercayaan ini. Kemudian izin yang saya berikan ini jadikanlah itu konsep hidup, perjuangan, pengabdian dan ibadah sebagai amal jariyah. Perjuangan artinya: sekarang bapak belum menikmati hasilnya, perjuangan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari kemarin menjadi pelajaran buat hari ini. Bapak belum menikmati hasil hutan yang sebelumnya, kita harapkan akan menikmati, tetapi harus diingat bahwa perjuangan itu ada haknya. Terus maksudnya

bahwa perjuangan, kewajiban dan haknya ada di dalam perjuangan itu. Ya... kalau haknya bapak di situ ya... disitu saja, jangan melebar-lebar, tetapi kewajibannya mengamankan seluruhnya, salah satu contoh saya contohkan; kalau bapak berjuang dan berjuang untuk naik setingi-tingginya sampai ke pohon kelapa, naik ke pohon kelapa, apa yang bapak cari ke atas, ambil apa ke atas, ambil buahnya-kan atau mengambil daunnya, atau mengambil janurnya. Tapi bapak naik keatas itu tidak mudah atau sambil nyanyi-nyanyi, dan bertujuan untuk mengambil buahnya. Nah untuk mengambil buahnya itu di ambil yang masih kecil-kecil (mudah) pasti tidak, jelas yang di ambil yang sudah tua, nah itu hak yang saya maksudkan tadi. Sekarang bapak sudah mendapatkan hak itu, lantas bapak bawa turun dari hutan itu, nah itu hasilnya itu dirasakan oleh orang banyak termasuk semua anggota kelompok merasakan semua jangan ketuanya saja kaya KUD. Itu Koperasi jangan seperti KUD artinya Ketua Untung Duluan, saya harapkan Koperasi itu bisa berubah jangan seperti KUD, karena hasil survey membuktikan bahwa ketuanya untung duluan. Nah ini juga, jangan ketua kelompok untung duluan, artinya itu yang dihasilkan tidak merupakan pengabdian, karena pengabdian, apa yang di hasilkan itu dapat dirasakan oleh orang yang banyak. Termaksud HKm ini, bapak pelihara hutan, airnya jernih mengalir kebawah, airnya dimanfaatkan oleh orang banyak, oksigennya bisa kita hisap untuk kita bernafas, untuk kita hidup, nanti hutannya kalau ada macan di situ bisa keliaran disitu. Bapak buat panggung yang tinggi, panggil turis untuk lihat habitat macan dan bisa menjadi pendapatan masyarakat. Dirasakan oleh orang yang banyak, keindahan alam akan dirasakan oleh orang yang banyak. Nah ini prinsip pengabdian, kalau itu sudah dilaksanakan dengan tulus, bapak memelihara hutan dengan hati yang bersih, dengan niat yang baik dikerjakan dengan tulus, dan dinikmati oleh orang banyak, nah itu amal jariyah ( Ibadah). Kemudian saya ketahui bahwa beberapa kelompok sudah melakukan study banding, terapkanlah study banding itu, tetapi bapak lihat dulu disana, disana yang cocok ditanam apa nah kalau ditanam disini tidak cocok jangan ikut-ikut itu. Misalnya disini yang cocok Pala, coba bapak tanam pala, kayu damar tidak cocok disini, damar cocok di pesisir. Hal yang lain kemudian kalau sudah jalan, apa program yang mungkin bapak bisa masukan kepada pemerintah kami upayakan, misalnya Lebah madu, kemudian Ulat Sutra seperti yang di Tambak Jaya. Itukan manfaatnya lebih besar yang akan bapak rasakan nantinya. Saya inginkan tidak hanya di SumberJaya ini saja, agar supaya dapat tersebar ke seluruh Kab. Lampung Barat, sebab program pemerintah sudah banyak yang kita kerjakan termasuk penataan ruang tata batas, baik dari Danau

Rano sampai Singgalapai itu sudah ada tata batasnya. Sudah kita data batasbatas hutan dan nanti yang sudah digarap oleh masyarakat, yang sekarang ada 29 ribu hektar, itupun akan kita kembangkan dengan pola Hutan Kemasyarakatan juga, kemudian juga yang berada di Gunung Seminyong dan Gunung Pesapi. Bagi masyarakat atau kelompok-kelompok yang sudah menerima, saya minta ini tetap kepada semua para pihak, yang ada di Kabupaten Lampung Barat yang telah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Masyarakat, saya harapkan ikut menilai, menilai kinerja kelompok, dalam hasilnya mengelola hutan ini dan itu bisa di berikan rekomendasi kepada Bupati untuk mendapatkan penghargaan, syukur-syukur ada uang mendapatkan hadiah. Nah ini akan kita nilai setiap hari Lingkungan Hidup, kalau ini hasilnya lebih baik, nah akan lebih besar apakah itu program yang akan kita berikan besar porsinya untuk penghargaan ini. Demikian itu untuk Hari Lingkungan hidup, mungkin timnya bisa di buatkan SK untuk memantau Kinerjanya, kemudian dampak dari itu mengapa ? karena kita sering keliru, tidak sempat terfikir, tugas saja dituntut tetapi kesejahteraan kadang-kadang diabaikan. Artinya disitu past oriented dan social oriented itu harus sejajar, kita menuntut tugas dengan baik tidak mengabaikan kesejahteraan, baik dalam bentuk kesejahteraan yang kita berikan. Dengan dilaksanakan pertemuan di Gunung Sari ini, saya mengucapkan terima kasih, ini terlihat sudah menggambarkan kekompakan-kekompakan bapak-bapak. Khususnya Pemangku yang ada di Pekon Gunung Sari. Kepada Bapak Pratin dan Pemangku, untuk sementara waktu gaji sebagai insentif pratin naik sekitar 30.000,- sudah kita angkat menjadi 175.000,- / insentif tahun 2001 semenjak otonomi, kemudian termasuk perangkatperangkatnya, termasuk Kaur-kaur dan lembaga untuk pemekonan. Kemudian di tahun 2002 ini, di tambahi lagi dengan insentif bersama bapak Pemangku, nah jumlah pemangkunya itu banyak berkisar 1.300 orang LHPnya 1.400 orang, jadi biaya untuk pejabat Pekon mencapai total 15 Miliyard. Tetapi saya tuntut bapak-bapak untuk bekerja dengan baik, jangan sampai absen, pertemuan kaya begini saja bapak-bapak tidak hadir. Sekarang saya tuntut bapak-bapak dengan insentif yang diberikan oleh Pemerintah untuk bekerja dengan baik, kalau tidak gaji akan di tahan. Sebab pencairan insentif tersebut 3 bulan sekali atau per 3 bulan. Harapan saya mulai hari ini, saya inginkan bahwa kelompok-kelompok pengelola Hutan Kemasyarakatan ini, yang dulu sudah keluar ke Kabupaten Lampung Barat ini untuk belajar dan sekaligus dengan berdirinya kelompok ini, akan menjadikan contoh bagi saudara - saudara kita, entah dari pesisir atau yang berasal dari balik bukit, untuk nanti magang di kelompok bapak-

bapak untuk belajar, mulai dari perencanaan sampai dengan izinnya keluar untuk pengelolaan berikutnya. Saya mengucapkan terima kasih bagi yang telah membantu, khususnya ICRAF, WWF, WATALA, WCS, IPB, dan semua yang telah banyak sekali membantu dan terlibat membina kelompok-kelompok ini saya ucapkan terima kasih. Dan harapan saya binalah terus masyarakat kita, sehingga mencapai keberhasilan pengelolaan HKm di Kab. Lampung Barat ini, dan kita harapkan akan menjadi contoh di Propinsi Lampung. Dan kepada Bapak Ketua Bappeda Propinsi Lampung, saya harapkan ini menjadi perhatian, kalau tidak bisa tahun ini karena belum ada anggarannya mungkin melalui ABT (Anggaran Belanja Tambahan) yang akan datang baru di munculkan dalam menanggulangi DAS-DAS yang berada di daerah Kab. Lampung Barat, masalah Lingkungan Hidup yang membutuhkan dana cukup besar. Dan kemudian kepada Kepala PLTA, bahwa PLTA ini bisa hidup kalau airnya bagus, harapan kita dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah bisa mengirim surat kembali kepada PLTA, untuk bisa berbuat, jangan hanya minta untungnya saja, yang airnya kita di suruh pelihara dan listriknya mati-mati terus, Jangan hanya maunya untung melulu. Kemudian saya klarifikasi juga, jangan sampai gara-gara rumpun ini rusak, bukan karena masyarakat ini mengelola, jangan sampai izin pengelolaan hutan ini di kaitkan dengan rusaknya PLTA. Jadi rusaknya PLTA, itu tebingnya secara teknis di perkeras karena hujan lebat dan tanah kita tanah yang lembek sangat labil dan sering gempa, sehingga tanah itu akan pecah-pecah, mungkin tahanannya tidak kuat sehingga tanah yang disekitar salurahn itu longsor dan menutup jalur aliran sungai. Dan pada saat hujan airnya tidak bisa mengalir keluar, dan saluran airnya itu meluap. Dan di luar berita yang beredar, PLTA lampung Mati total akibat Bupati Mengizinkan pengelolaan Hutan. Demikian dulu penyampaian kami terima kasih, Assallamu Allaikum War. Wab. Selesai Pukul 12.00 Sesi Diskusi Pukul

:12.00

Moderator :
Assalamu Allaikum War. Wab. Diskusi ini kita fokuskan pada beberapa permasalahan yang menyangkut beberapa hal yang telah dibahas pada acara pembukaan tadi.

Pertama adalah diskusi interaktif langsung melalaui moderator, akan di tujukan kepada siapa. Mungkin untuk sesi pertama akan saya buka pertanyaan dari kawan-kawan pengunjung, akan ditujukan kemana akan kita lihat. Untuk kesempatan pertama saya buka satu orang penanya. Dan langsung di ambil Mic nya.

Penanya 1 ( Pak Muhayat Lakibin)


Assallamu Alaikum War. Wab. Nama saya Muhayat dari kelompok Tani Kerikis 2 Kec. Way Tenung. Saya ingin menanggapi tawaran dari Bapak Bupati Lampung Barat Tentang pemberian bonus 1.000.000,- kepada orang yang berhasil menangkap penebang liar. Saya masih ingat ketika seminar di Aula Pemda, bahkan di pemikiran kami bersama teman-teman kelompok, karena begini Pak, ada semacam resiko yang sangat berat yang akan di tanggung oleh masyarakat apabila melakukan upaya pemberhentian Illegal Logging, itu sangatlah berat, karena pengalaman kami, disana ada sedikit pengalaman kami dalam melakukan pemberhentian itu, ada beberapa proses; Proses pertama kami pernah di bawahi clurit dan kemudian itu bisa di selesaikan dan yang kedua kami cukup dengan melakukan perjanjian diatas kertas segel dan dia tidak mau lagi dan sampai sekarang setelah tanggal itu, kalau tidak salah 10 Mei 2001 kalau tidak salah, kami menghentikan itu dan itu cukup juga membuat jerah juga yang lain dan sampai sekarang Alhamdulillah di kelompok kami tidak ada lagi semacam praktek Illegal Logging, Cuma yang menjadi pemikiran kami. Yaitu tadi pak, masyarakat ini seperti janji bapak, jangan sampai masyarakat beradu antar masyarakat pak, itu saja demikian dan terima kasih.

Moderator

Terimakasih rekan Mukhayat dari dusun Rekis Jaya 2 yang menyikapi masalah 1 juta rupiah, mungkin akan di jawab langsung oleh Bapak Bupati

Penanya ke 2 (Bapak Sastro)


Assalamuallaikum War. Wab. Nama saya Sastro W.W.W, saya adalah ketua kelompok Tanjung Sari dekat Villa. Jadi tanggung jawab kelompok Pak, bukan ringan, berdirinya kelompok sudah 2 tahun untuk menaggulangi seperti halnya yang sudah di ceritakan oleh rekan kita tadi, bahwasannya tidak mudah untuk menanggulangi orangorang yang melakukan pengambilan kayu secara liar, tetapi ternyata kita tidak putus asa, karena saya takut kita pakai celana karung lagi pak, pernah warga kita di Tanjung Sari itu 90 % numpang di tanah kawasan hutan Pak. Sehingga kita terjatuh menangkap penggesekan dari pengambil kayu secara liar, dan mungkin pak wartawan menyaksikan dan juga telah kita laporkan kepada Pak Wartawan dan Bapak Pratin juga kita Laporkan. Karena itu ada Kadus Tanjung Sari Pak, dan kemarin kita melaksanakan tugas kita, perintah dari Bapak Warsito, bahwa air itu lebih berharga nilainya, apa salahnya kalau air tersebut kita alirkan ke Puncak. Yang telah menjadi impian kita agar supaya makmur pak. Dan tanggal 7 Maret 2002, kita mau dibunuh sama Kadusnya itu pemangku, yang mau membunuh termasuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena kita atas nama ketua kita tetap bertanggung jawab. Saya rasa pertanyaan saya cukup sekian dan lagi perlu kita tambahkan, alangkah sulitnya pak, kita salah satu kelompok Sumber Sari mengatasi tiga Desa termasuk Pecet Bulan, termasuk Suka Jaya dan termasuk Simpang Sari, kalau memang dia itu tidak masuk kelompok biarkan saja, biar dia itu bukan menjadi anggota kelompok lagi, jadi biar itu menjadi perambah hutan. Maksud kita bukan begitu yang diharapkan yaitu kebersamaan kita yang dimaksud; pangan, sandang, papan itu telah di butuhkan oleh orang dalam negeri maupun luar negeri ataupun di Tanjung Sari Pak, demikian terima kasih.

Moderator
Terima kasih Pak Sastro yang telah menyampaikan pertanyaan. Mungkin satu lagi yang mewakili tamu/pengunjung.

Penanya 3 ( Pak Natsir Abbas)


Saya bisa mewakili Tamu kita dari Sulawesi Tengah, karena ini waktunya setengah jam saja, saya khawatir habis waktu nanti di jawab. Saya atas nama teman-teman yang datang dari Sulawesi Tengah, sangat bersyukur dan terharu sekali melihat kekompakan Bapak-bapak di Kabupaten Lampung Barat ini, dan saya kira mungkin tidak salah-lah kami datang kesini, jauh-jauh yaitu empat pulau yang kami seberangi baru sampai kesini. Kami jalan mulai dari Pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan sampai di Pulau Sumatera ini, jauh-jauh kami datang, saya kira tidak salah apa yang kami

datangi disini di Kab. Lampung Barat. Bahwa masyarakat dengan Bupatinya sangat kompak. Sebetulnya, bapak-bapak ketahui bahwa masyarakat disini sudah lebih dahulu reformasi, dari beberapa kampung yang pernah saya datangi, mengapa, itu nama Desa sudah di ganti dengan nama Pekon. Ditempat lain masih menggunakan nama Desa seperti desanya Pak Yuser di Kec. Lore Utara yaitu Desa Wuasa. Dan beberapa istilah dalam UndangUndang lama yang masih menggunakan Desa, tapi disini saya lihat sudah menggunakan Pekon, memang ada beberapa tempat mulai merubah juga namanya, tetapi umumnya masih juga menggunakan kata Desa. Artinya bapak-bapak disini lebih reformasi dari pada di tempat lain. Yang kedua, saya mau mengatakan, bahwa Bupati yang paling reformasi yang pernah saya dapati adalah Bupati Lampung Barat. Mengapa demikian, bapak-bapak ketahui bahwa, HKm itu masih merupakan wacana di dalam Departemen Kehutanan RI, masih dalam pembicaraan para akademisi dan apa segalanya, tetapi Pak Buapti sudah curi start. Artinya Pak Buapti sudah mendahului wacana yang ada bahwa telah berpihak kepada masyarakat. Dan seharusnya bapak-bapak harus merasa bangga memiliki Buapti seperti ini yang sangat memperhatikan bapak-bapak. Di daerah lain belum ada Bupati memberikan hak kepada masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan. Tahun lalu kami dari seluruh FKKM yang ada di seluruh Indonesia kumpul di lampung, berbicara tentang Kehutanan Masyarakat dan kelihatannya Bupati Lampung Barat sudah mulai jalan duluan dan saya kira semua itu pasti akan didukung oleh Dirjen yang sedang menggodok Juklak, Juknis dan segala macam itu. Tetapi mudah-mudahan ini menjadi contoh bagi kita semua, buat semua temanteman, buat seluruh aparat di tempat lain dan ini akan saya sebar di Internet bahwa Kabupaten Lampung Barat sudah mulai, bahwa ini memakmurkan masyarakat, karena memang repotnya Lampung Barat itu 60 % itu kawasan Konservasi dari mana menghasilkan dana kalau tidak mempercayakan kepada masyarakat untuk kawasan hutan itu. Jadi di tempat lain, katakanlah di tempatnya pak Jabar, di Suku Wana yang 400 Km dari Palu itu malah mereka itu sekitar 70 % kawasannya itu kawasan Konservasi, dia juga datang kesini untuk mempelajari bagaimana cara mengelola hutan. Kami juga datang jauhjauh untuk melihat bagaimana cara pengelolaan damar yang ada di Pesisir menurut Pak Bupati itu, bisa di kelola tanpa ditebang tapi menghasilkan uang, itu yang akan kami pelajari untuk datang kesini. Dan saya begitu terharu sekali, sebab bapak-bapak begitu kompak dan Bupatinya sudah reformasi sekali dan Alhamdulillah hari ini bersejarah sekali buat kita tim Study dari Sulawesi Tengah, untuk melihat bagaimana kesiapan bapak-bapak saya lihat satu-satu tanda tangan dan sebagainya, itu berarti bahwa semua sudah sepakat untuk menjaga hutan ini. Karena saya kira di ayat suci juga mengatakan Tuhan tidak akan memperbaiki nasib suatu kaum, kalau bukan kaum itu sendiri yang memperbaiki nasibnya. Jadi saya kira itu Pak, jangan tunggu orang dari luar yang memperbaiki Lampung ini, kecuali bapak-bapak

sendiri yang memperbaikinya. Saya kira itu, demikian salammuallaikum War. Wab.

Moderator
Yah itu tadi ada tiga penanya, yang satu dari bapak Muhayat tentang satu juta, terus yang kedua Pak Sastro tentang keberadaan penggesekan perambahan itu juga, dan yang ketiga adalah Pak Natsir Abbas dari Sulawesi Tengah, mungkin akan langsung dijawab oleh Bapak Buapti.

Jawab (Bupati Lampung Barat)


Assalamualaikum War. Wab. Yang pertama dari Bapak Muhayat untuk menanggapi tentang satu juta rupiah, jadi kalau melihat uang satu juta rupiah. Dengar yah.... satu juta rupiah ini, sedikitnya bisa membantu, kita tidak melihat berapa yang akan di berikan, tetapi niat dari masyarakat yang bermaksud untuk mengamankan kawasan hutan ini. Kalau nangkap kemudian menjadi saksi, nah kalau menjadi saksi jelas dalam penyidikan pasti ada saksi bahwa benar tidak. Jelas saya nangkap ini akan menjadi saksi. Kalau sidangnya hanya di Sumber Jaya masih bisa jalan kaki, nah kalau prosesnya di Liwa (Ibukota Kabupaten), sudah capek, sudah jadi saksi, sudah ngangkot, niatnya sudah baik. Nah paling tidak disini ada ongkos menyewa kenderaan untuk menyampaikan niatnya sebagai saksi. Jadi berupa suatu insentif yang kita berikan suatu penghargaan dan bukan hanya satu juta rupiah tapi akan kita berikan piagam sebagai pahlawan-pahlawan pengamanan hutan dan penyelamat lingkungan dan piagamnya sudah saya berikan dan merupakan suatu kebanggaan. Jangankan itu ucapan ulang tahun, ucapan hari raya aja yang saya kirim ke kelompok itu ditempel ditembok dan itu juga merupakan suatu kebanggaan dan penghargaan dan ini masih ada niat lagi dan kemarin diskusi dengan Bapedalda dan Kehutanan bagaimana kalau sekian persen dari hasil itu kita berikan kepada penyelamat-penyelamat lingkungan contohnya aja dengan kayu, tangkap dan lelang lalu hasil lelang itu kita minta 20 apa 30 persen adalah kita berikan kepada penyelamat lingkungan disini juga bisa menjadi motivasi bagi masyarakat dan saya kaitkan dengan pak Sastro.......dan memang itu sudah kita sadari semua bahwa penyelamatan hutan itu merupakan suatu kebutuhan dan pernah juga sedikit bicara bahwa apa yang ada di hutan ini bukan milik kita, karena merupakan titipan dari atas sana, oleh karena itu kita berkewajiban untuk melestarikan walaupun disana sini terjadi ancaman-ancaman, oleh karena itulah marilah kita sadar dan jangan kalau ditangkap terus ngancam, ndak boleh seperti itu lagi kita sadar semuanya ya... dan untuk menanggulangi seperti ini di masa mendatang kita harus punya program, dan di sini jalan tidak program ini, siap kawin siap

tanam, jalan tidak..... apanya yang jalan .... nanti saya mau periksa, ...untuk itu kita siapkan .... siap kawin siap tanam, aku takut ..........tidak mensosialisasikan sama KUA jadi yang mau kawin harus menanam pohon 20 batang dan SK saya ini dijadikan program nasional sekarang dimana Menteri Kehutanan atas nama Presiden Republik Indonesia mengirim surat edaran kepada seluruh Gubernur untuk melaksanakan program ini yang seperti apa sudah dikerjakan di Lampung Barat dan tahun lalu kita sudah bisa menanam pohon dari program siap kawin siap tanam ini kurang lebih 4000 batang , target tahuin ini 40.000 60.000 batang dan ini yang di tanam di kebunkebun sendiri. Jadi kalau yang tidak nanam pohon tidak usah kawin dulu, KUA nya ngecek dan nanti untuk mempercepat proses ini saya sudah beritahu kepada Dinas Kehutanan untuk mendistribusi bibit-bibit ke KUA KUA bagi yang bisa membeli ya dibeli satu batang Rp. 5.000 berarti dengan modal Rp. 100.000. dan bagi yang betul-betul tidak mampu ya.. diminta anggap saja dari bupati 20 batang, jadi jangan ragu-ragu kalau ada yang mau minta bilang nanti sama-sama Bupati nanam pohonnya. Insya Allah kalau memang saya ada waktu pasti hadir, jadi saya tidak perlu ngamplopi cukup ngasih bibit, tapi ini juga berguna untuk waktu-waktu di masa datang. Jadi kalau mau kawin nanam dulu, sebelum punya anak yang prosesnya kurang lebih satu tahun maka peliharalah pohon itu satu tahun dan selanjutnya pohon itu dengan bantuan hujan akan tumbuh dan akan menghasilkan, apakah itu durian atau cempaka, damar, dll. Begitu anak umur 20 tahun umur kayu juga 20 tahun sekitar 5 kubik perbatang minimal harganya Rp. 1.000.000 per kubik untuk kayu meranti sekarang dan sejenisnya, jadi kalau menyekolahkan anak umur 20 tahun (kuliah) bisa tebang 5 pohon, tapi banyak yang belum tahu program ini wah.. bisa kacau nanti, begitu anak mau kawin tebang lagi 5 pohon jadi Rp. 25.000.000, anak mau berusaha tebang lagi 10 pohon, tapi menanam lagi. Nah kalau ini berhasil maka minimal 60.000 batang pertahun kita bisa menanam pohon karena yang menikah minimal 200 300 pasang per tahun bagi yang belum punya tabungan menanam pohonlah sekarang untuk kebutuhan masa depan karena kita punya kayu di kebun sendiri, dan mengenai ancaman ancamannya tak perlu khawatir dan saya tadi sudah meminta Pak Danramil, Kapolsek dan Kapolres untuk memberikan perlindungan, agar tidak ada ancam mengancam. Kemudian terima kasih kepada Saudara Natsir Abbas dari Sulawesi dan memang inilah yang sudah kita perbuat di daerah ini tentang Otonomi sudah diperbuat dan belum berlaku pada segi itu karena sebelumnya kami sudah mengambil langkah langkah karena dalam undangundang sudah jelas bisa diatur sesuai dengan kultur dan budaya masing masing. Tiga desa diubah menjadi Pekon kemudian dibawahnya pekon atau dusun kita ubah jadi pemangku dan kepalanya kita sebut kepala pemangku. Kemudian kita upayakan semua otonom ada di tingkat pekon, jadi semua kegiatan mulai dari Bupatinya dan semua aparatur berkumpul seperti ini untuk mendapatkan betul betul apa sih maunya rakyat itu. Dan masalah

pengelolaan hutan terutama yang ada dipesisir bisa bapak-bapak lihat karena damar yang ada disini adalah damar yang cukup baik yaitu Damar Mata Kucing yang satu satunya ada di Propinsi Lampung dan bibitnya cukup banyak silahkan bapak bawa kesana.. tapi jangan di minta... dibeli..mengenai masalah harga negolah dengan masyarakat karena masyarakat saat ini sedang banyak bibit damar dan kemarin juga sudah ditinjau oleh masyarakat adat nusantara (AMAN) sudah berkumpul di Lampung Barat dan melihat dan mereka rata rata membawa, dan ada yang sampai satu juta pohon dibawa ke Kalimantan. Dan mengenai pengelolaan hutan ini, disamping ada kelompok kelompok yang mengelola contohnya seperti Kecamatan Waytenung, Setijau dan Sumber Jaya, pola pengelolaannya adalah melalui kelompok kelompok. Tetapi di daerah lain ada tiga kecamatan lagi, sistim pengelolaan ini menggunakan lembaga adat, bukan hanya membentuk kelompok seperti ini. Mulai dari bukit hingga pesisir pengelolaannya menggunakan lembaga adat sehingga dengan sistim yang seperti ini lembaga adat lebih berperan khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam. Mungkin kita bisa lebih mengetahui hal ini dengan beraudiensi dengan masyarakat untuk mengetahui apa kiat-kiat yang dilakukan di Lampung Barat ini. Dan saya juga sudah sering mengikuti seminar seminar tentang kehutanan jadi seharusnya sayalah yang wajar menjadi Menteri Kehutanan. Habis yang jadi Menteri Kehutanan kok tidak pernah ke Hutan, jadi sebelum menjadi pejabat di Kehutanan belajarlah di Lampung Barat ini karena semua jenis hutan ada di Lampung Barat. Jadi itulah sedikit informasi, terima kasih dan untuk selanjutnya mungkin kita bisa audiensi di kantor dan di lain tempat, gedung kami siap menerima Bapak-bapak seperti yang kemarin datang mulai dari Aceh sampai Papua sebanyak 250 orang selama 1 minggu. Demikian ...Wassalamu Alaikum War. Wab. MC Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Bupati Lampung Barat, atas sambutan, pengarahan dan kebijaksanaan beliau yang sangat luar biasa. Untuk menganjak pada acara yang ke lima yaitu; Penandatanganan Peta Wilayah Kelola dan penandatangan aturan main KPPSDA Setia Wana Bhakti dusun Gunung Sari Pekon Simpang Sari. Dilanjutkan penyerahan izin oleh Bupati Lampung Barat kepada Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan (KMPH) Mitra Wana Lestari Sejahtera, Hamparan Agung Pekon Simpang Sari Kec. Sumber Jaya dan KMPH Krikis Jaya 2 Pekon Gunung Sari terang, Gunung Terang Kec. Way Tenung. Acara Ini selesai pukul 14.00 wib

Kegiatan II Hari/Tanggal Waktu Tempat Peserta Notulensi

= Pertemuan/Audensi Dengan Bapak Bupati Lampung Barat = Rabu, 17 April 2002 = Pukul 19.30 Wib = Rumah Dinas Bupati Lampung Barat = Tim Study Damar, Bupati, DPRD Kab. Lampung Barat, Dinas Kehutanan lampung Barat. LSM WATALA. = Musadat

Buyung ( LSM WATALA) Assalamuallaikum War. Wab Sebetulnya rencana kegiatan dari rekan-rekan Yayasan Katopasa Indonesia ini sudah direncanakan sejak beberapa bulan yang lalu, semenjak saya bertemu dengan Pak Ali pada pertemuan Illegal logging se Asia Tenggara di Bali. Dalam beberapa kali kontak informasi, menyangkut kondisi lokasi yang menjadi tujuan pelaksanaan study bagi kawan-kawan dari Sulawesi Tengah. Pada akhirnya kami dari WATALA merespon keinginan kawan-kawan LSM dari Sulawesi Tengah untuk melakukan study damar di beberapa site damar yang ada di Kab. Lampung Barat. Kebetulan menurut informasi yang didapatkan bahwa Sulawesi Tengah juga memiliki potensi damar dan ada pula masyarakat yang sering melakukan pengambilan getah damar. Nah untuk membandingkan beberapa pola pemanfaatan getah damar maka kawan-kawan dari Yayasan Katopasa Indonesia mempunyai ide untuk melakukan study dan mengajak masyarakat yang juga memiliki damar di daerah mereka masing-masing, untuk pergi ke Lampung Barat Khususnya Krui dan Belimbing untuk melakukan study Perbandingan dari Pola Budidaya, Pengelolaan, dan Pemasaran. Jadi demikian pengantar dari saya sekian dan Terima Kasih. Selanjutnya Acara Perkenalan Masing-masing orang memperkenalkan namanya satu perasatu. Pak Alimuddin Paada Assalamuallaikum War. Wab. Dan Salam sejahtera buat kita semua. Pertama-tama saya mau mengatakan, bahwa benar yang dikatakan oleh saudara Buyung dari WATALA. Sebenarnya niat kami atau rencana kami untuk melakukan study damar ini sudah direncanakan beberapa bulan yang lalu dan ini kebetulan

saya sempat berbincang-bincang dengan kawan Buyung pada waktu pertemuan di Bali lalu. Sebenarnya tujuan dari pelaksanaan kegiatan study damar ini dilakukan, sebab kami melihat mengapa informasi yang terekspos Propinsi Lampung merupakan daerah penghasil damar terbaik, sementara di daerah kami juga merupakan daerah yang memiliki hutan damar yang cukup banyak namun tidak dapat dikatakan penghasil damar yang baik. Seperti contoh di daearah bapak-bapak ini, rata-rata mereka memiliki hutan damar yang cukup luas, namun karena pemasarannya yang sangat kecil akhirnya menjadikan damar di wilayah kami belum terkelola dengan baik. Maka dengan demikian tujuan kami dalam kegiatan study ini yaitu, pertama bagaimana kami dapat mengetahui pola budidaya yang ada di masyarakat, sebab saya mendengar di wilayah Lampung ini damar yang ada terdiri dari dua jenis pertumbuhan yaitu; ada yang di budi daya dan ada pula yang Tumbuh secara alamiah. Kemudian Kedua bagaimana pola Pengelolaannya, Ketiga bagaimana pola Pemasarannya dan yang terakhir Bagaimana sistem kelembagaan yang dibangun dalam upaya pemanfaatan getah Damar ini. Seperti bapak kami yang berasal dari desa Lempe (Pak Mabalea) sudah sangat bersemangat untuk mau menyiapkan lahannya berkisar 80 Ha untuk di tanami Pohon damar. Saya katakan sabar dulu kita lihat dulu pola-polanya baru nanti kita rencanakan. Saya melihat bagaimana Pemda disini begitu kompak bersama masyarakat dalam upaya pengelolaan dan pengamanan hutan. Kalau kita bicara kawasan Konservasi bukan artinya konservasi untuk konservasi, tetapi juga bagaimana dengan adanya kawasan konservasi tersebut masyarakat dapat hidup dari sisi ekonominya tanpa melakukan pengrusakan hutan dan penebangan pohon. Dan memang sangat riskan sekali ketika persoalaan konservasi sengaja dibenturkan dengan masalah ekonomi masyarakat. Dan bisa jadi disini peran para cukongcukong kayu untuk memanfaatkan masyarakat untuk melakukan Illegal Logging. kita juga dari Yayasan Katopasa Indonesia telah beberapa kali melayangkan surat protes kepada Bapak Bupati, Gubernur tentang masalah penebangan liar (Illegal Logging). Menurut analisis kami, bahwa kerusakan kawasan hutan di Sulawesi Tengah juga itu akibat dari ulah berbagai pihak yang terlibat, seperti TNI, Polri, Pemda dsb. Demikian penyampaian kami terima kasih wasalamuallaikum war. Wab. Pak Natsir Abbas Assalamuallaikum war. Wab. Mungkin karena saya melihat Pak...... masih mendengarkan arahan dan masukan bapak Bupati kayaknya. Dia mendengarkan Lampung barat dengan pantai barat

kayaknya, sehingga apa yang bapak-bapak katakan dari Buapti akan menjadi contoh bagi Kabupaten Lain. Saya harapkan barangkali bapak bisa memberikan masukan, agar supaya upaya HKm itu bisa masuk dalam kawasan Konservasi, karena selama ini ada SK Menteri yang tidak membolehkan HKm itu di sekitar kawasan Konservasi, boleh di kawasan lindung dan tidak boleh di kawasan konservasi, kayaknya seperti begitu maksud dari bunyi SK Menteri itu, mungkin kalau ada masukan dari Bapak, mungkin akan berfikiran bahwa kawasan Konservasi juga rawan perambahan, kalau ditiadakan HKm ini malah akan menjadi salah satu kendala, karena masyarakat di sekitar hutan atau Taman Nasional itu di berikan HKm saya kira masyarakat akan dapat menjaga. Memang di daerah kami di kawasan Taman Nasional ada sebuah desa yang bernama Ngata Toro, disana masyarakat bisa menjaga kawasan hutan, dan ia menangkap barang siapa yang mau mencuri kayu dan di taruh di balai desanya untuk di proses secara adat. Dia malah sudah reformasi juga, mereka sudah menggantikan nama desa dengan sebutan Ngata, baru satu desa di sana yang melakukan reformasi pergantian nama desa manjadi nama lokal, tapi kalau disini kelihatanya hampir seluruhnya merubah nama desa dengan sebutan Pekon. Kalau disana baru desa Toro yang menganti nama desa dengan Ngata, camat sendiri masih merasa riskan dengan penyebutan ngata tersebut. Artinya bahwa motivasi seperti yang bapak berikan, bagi barang siapa yang menangkap pencuri kayu secara illegal akan di berikan bonus 1 juta rupiah, itu motivasi yang cukup baik dan mudah-mudahan menjadi contoh bagi Bupatibupati yang lain. Dan juga yang penting bapak perhatikan, agar dalam penanganan kasus seperti pencurian kayu secara Illegal itu jangan hanya sampai pada tingkat penangkapan Polisi, tetapi kalau bisa dapat di selesaikan sampai pada tingkat Pengadilan. Dan juga harus di ekspos oleh media masa sehingga orang jerah berbuat seperti itu. Dan kalau ada satu atau dua contoh bisa dan masyarakat betul-betul dapat dana saya kira ini bagus sekali untuk motivasi buat yang lain. Jadi ada dua harapan saya kepada bapak, karena saya tidak tahu apakah itu dialog interaktif dengan menteri, saya dengar dulu pernah ada tanggal berapa tetapi yang lain lagi sibuk dan tidak sempat dilakukan dialog interaktif di televisi, tapi saya kira mungkin itu yang kedepan untuk diupayakan bisa juga di seputar Taman Nasional yang ada SK Menteri yang melarang aktifitas HKm di kawasan Konservasi. Saya kira itu tambahan yang dapat saya berikan. Terima kasih. Bapak Bupati Lampung Barat (Bpk. Dr Hi. I Wayan Dwipa, SH, MSc) Terima kasih Assallamuallaikum war. Wab. Sebelum era otonomi kami sudah mengambil langkah untuk melaksanakan otonomi sebenar-benarnya. Orang belum berani di Lampung ini merubah nama dari Desa sampai Dusunnya, Kabupaten Lampung Barat sudah merubah namanama tersebut yaitu : Desa di ganti dengan Pekon, Dusun di sebut Pratin dan

Kepala Desa di sebut Pimpinan Pekon dan Kepala Dusun di sebut Pemangku, Sekretaris Desa di sebut dengan Juru Tulis terus Kaur-kaurnya tetap, kemudian ada Badan Perwakilan Desa. Lembaga Pemekonan ini merupakan wakil-wakil dari unsur-unsur pemangku yang terpilih. Sementara berbicara tentang insentif sebagai gaji Pelaksana Pemekonan itu sudah di naikan sekitar 175.000,-/3 bulanan. Nah sekarang dalam pengelolaan hutan, yang tidak ada lembaga adat seperti Way Tenong, tapi masyarakat adat yang sampai pesisir Selatan, disini ada 22 Marga artinya 22 Kesultanan. Kemudian inisiatif-inisiatif yang sudah di laksanakan mulai Desa sampai pada Kabupaten, khusus masalah sengketa tanah adat, yang jelas sekarang sedang ada upaya penyelesaian dan semua kesepakatan antara tanah masyarakat atau marga dengan tanah Negara. Dalam kewenangan yang diberikan, masalah kehutanan itu, karena mungkin baru pada pertengahan tahun 2001, kecuali Taman Nasional dan yang belum di berikan kewenangan itu tidak ada alasan lagi untuk mereka memberikan pengelolaan sesuai dengan aspirasi di daerah masing-masing. Akhirnya saya agak ragu untuk mengeluarkan keputusan-keputusan, karena kewenangan sudah ada di tangan pemerintah, nah kalau masih ragu berarti kita tidak sanggup memberikan kewenangan itu. Sekarang pengelolaan itu di mulai apabila masyarakat merasa memiliki dan menjaga hutan, sama kalau masyarakat mau melihat Taman Nasional, kalau rakyat di sekitar Taman Nasional merasakan dampak dari hasil keberadaan Taman Nasional, secara langsung dapat meningkatkan ekonomi. Dan masalah pengelolaan hutan, sepanjang pemerintah dan rakyat itu mampu mengelola itu sebesar-besarnya merupakan kesejahteraan masyarakat dan pemerintah. Nah kemudian yang ada Lembaga Adat tetap kami mengupayakan dan peran lembaga adat kami butuhkan posisinya. Sadar bahwa sebelum Republik ini merdeka bahwa lembaga adat ini sudah ada, sudah berjuang memerintah Republik ini, nah sejak Negara itu bubar akhirnya lembaga adat itu tersingkirkan tidak kelihatan ada perannya, muncul hanya pada saat ada acara perkawinan. Padahal nilai-nilai luhur ada di dalam adat-istiadat itu sendiri, makanya saya sudah ada PERDA tentang peran dan kedudukan Lembaga Adat dalam pembangunan daerah, nah disitu dalam semua aspek termasuk di dalam penentu kebijakan publik. Kalau kami membuat Perda, kami lemparkan kepada Tokoh Adat untuk digodok di Lembaga Adat dan setelah digodok kami menyeleksi lagi, kami lemparkan lagi dan setelah itu susun draft untuk PERDA, nah begitu diundangkan semua sudah tahu semuanya, nah mereka-mereka yang buat, ini melibatkan peran Adat dalam penentuan kebijakan-kebijakan publik dan sekarang yang lagi digodok yaitu penyelenggaraan hukum adat, memang itu sudah tapi tidak ada pengakuan, kan semua institusi tidak akan mengakui, dia katanya punya hukum adat tetapi apa Polisi mengakui, Pengadilan mengakui, atau Kejaksaan mengakui, tapi Pemerintah mengakui. Makanya kita Perdakan jadi semua institusi yang ada di Kabupaten Lampung

Barat ini harus tahu Perda itu. Untuk itu, bila ada sengketa-sengketa sedikit saja saya sebagai seorang Raja bisa menyelesaikan itu. Kalau dalam satu bulan dia tidak bisa menyelesaikan, dia serahkan ke tingkat yang lebih tinggi pemegang adat, waktu satu bulan lagi tidak bisa selesaikan, serahkan kepada Pemerintah Daerah, kalau sudah Pemerintah Daerah yang berbuat berati harus melalui jalur hukum, ini pak kita sudah mengarah kesana, sehingga peran lembaga adat ini supaya bisa berjalan dengan baik ya kita berikan dukungan, kita anggarkan dalam Pemerintah. Meskipun sedikit 250.000 rupiah/bulan saya cairkan 3 bulan sekali jadi 750.000,-. Diharapkan dengan 750.000,- ini batin atau pimpinan adat, bisa mengumpulkan Raja-rajanya, minimal ada ongkos minumnya dalam pertemuan, ini sudah bisa berjalan dengan baik. Dan juga kita siapkan anggaran lain dalam bentuk silahturahmi adat, kita anggarkan ini 50 Juta untuk mengadakan Silahturahmi dalam rangka membagi peran, sehingga peran ini tidak cukup sampai disini termasuk peran pengelolaan SDA yang ada. Sekarang tahapan kehutanan ini kami sudah mintakan segalanya. Karena marga itu memiliki wilayah, memiliki perangkat, memiliki pimpinan, memiliki adat, memiliki wilayah yang tidak sama dengan administrasi wilayah Pemerintahan, wilayah marga itu tidak sama dengan wilayah Pekon tidak sama kemudian membuat hukum adat. Sekarang kami lagi memintakan mana itu tanah marga/tanah adat, hutan adat, mana itu yang jelas patok-patoknya Negara, apa saja bentuknya, karena ini masih kita perjuangkan, sementara sebenarnya rakyat itu bingung, ada hutan lindung, hutan produksi, hutan dengan tujuan istimewa/khusus dan HPT. Jadi batasnya itu harus jelas, ini hutan Negara itu hutan rakyat, jadi rakyat itu tidak bingung, ini yang masih kami perjuangkan, dengan alasan-alasan yang pernah kita sepakati, sehingga jelas juga batasnya. Oleh sebab itu, kalau hutan marga, marga akan bertanggung jawab, kemudian bagi yang sudah tertata, dan yang masih belum tertata hutan Negara yang ada yang masuk ke dalam wilayah marga, nah itu akan kami berikan kepada marga untuk mengelola, ini yang baru dengan pendekatan lembaga adat, sekarang lagi penataan termasuk damarnya yang ada, ini lagi ditata kalau tidak salah lagi diinventarisir berapa pohon damar yang ada di dalam hutan termasuk sarang burung walet yang ada di dalamnya. Dengan keleluasan ini yang kami berikan akan di tetapkan dalam keputusan, dan atau dalam Perda nantinya, ada media untuk situasinya, yang jelas ini telah mendapat kesepakatan dari lembaga adat, sehingga peran lembaga adat betulbetul kami ingin tingkatkan sekarang di Lampung Barat. Memberi putusan jangka panjang, tapi tingkatannya sekarang, ini seorang batin harus mampu mensejahterakan rakyatnya, kalau alim ulama bagaimana memakmurkan alim ulama. Masyarakat adat dengan budi pekerti luhur digabung dengan alim ulama, ini merupakan satu target. Khusus masalah damar kita kenal di Lampung Barat ini ada repong damar, jadi kebun atau hutan damar yang ada tidak hanya mengandalkan itu tapi masih ditanami dengan tanaman-tanaman produktif apa itu jengkol, pete. Jadi yang dimaksud dengan repong damar tidak hanya damar saja yang ada disitu, tetapi

ada tanaman-tanaman lain baik di permukaan tanah maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Kemudian sepanjang hutan itu ada damar hutan itu selamat, kami sudah membuat Compact Disk (CD) dengan judul simata kucing penyelamat hutan. Tujuannya untuk mengcounter lingkungan hidup internasional, yang melihat kita hanya bisa merusak hutan, di CD tersebut kami menceritakan bagaimana membawa damar, bagaimana manfaat damar, bagaimana memanjat damar, dan hasilnya mendapat respon dan tanggapan yang cukup baik dan mereka melihat bahwa kita tidak merusak hutan. Sepanjang hutan itu ada damar, dan kami sudah mengeluarkan surat keputusan untuk tidak boleh menebang pohon damar, kecuali yang roboh, karena pohon damar sangat rawan tumbang, tetapi kalau kayu damar tumbang dicek apakah tumbang dengan sendirinya atau ditebang dilihat dari bekas tumbangannya. Untuk sangsi belum diberikan, ini masih sebatas himbauan. Bila pohon damar laki-laki yang tidak mengeluarkan damar lalu ditebang harus diganti dengan menanam damar sejumlah 28 pohon, ternyata repong damar sudah ada, di pesisir ini dan yang baru dibuat di sepanjang jalan dan Hamparan alang-alang sepanjang mata memandang. Pola saya pertama kali biar tanah ini cepat subur kami buat program pisangisasi, nah setelah pisang ini berbuah, sempat-sempat Lampung Barat penghasil pisang yang sangat baik, hampir mengalahkan pisang yang ada di Supermarket itu, sepanjang pisang ini ada sudah dibangun peneduh/anjang anjang untuk Lada, kemudian disela-selanya ini kami tanami Damar. Begitu mengaturnya sudah bagus, Lada naik damar juga naik, pisang mulai kita habiskan hasilnya, Sekarang sudah hijau. Jadi kalau tidak satu tahun mendatang di daerah utara ini akan menjadi penghasil Lada terbesar untuk Lampung Barat, ada ribuan hektar disana, itu juga lahan dari kehutanan, tapi kalau tidak kita garap ya alang-alang semua. Pokoknya sebelum ada izin waktu itu saya perintahkan, tanpa izin kalau menunggu izin tidak akan keluar-keluar, nanti kalau sudah ini kan rakyatnya sudah mengelola, saya keluarkan, kan ini Hutan Kemasyarakatan (HKM), jadi keberanian seperti ini, kalau kita nunggu-nunggu ini tidak jadi jalan, ini keberanian itu, dari pada menjadi alang-alang ini menghasilkan apa. Nah ini kadang-kadang untuk mengambil satu kebijakan tapi bisa di oper tanggung jawabnya. Itu ada di utara kalau bisa mampir disana, disitu ada pembibitan. Kemudian dari hasil damar ini (mata kucing Rp. 8.000/kg kering), jadi ukurannya agak turun sekarang, ukurannya 5 kg beras. Bisa dilihat kalau ukuran damar ini tidak pakai 5 Kg beras nah rakyat saya masih bagus, itu kalau dia turun dia cuma dapat 2 Kg harga damarnya yang turun, harga berasnya yang naik, itu mulai dari dia mengambil getahnya sampai mereka memproses, ada penggudangannya terus dia siap untuk mengirim ke Surabaya sampai ke Singapura, proses setengah jadi di Surabaya, cuma sekarang rencana ada pabrik di Lampung. Maka akan kita bentuk kembali penampung-penampung dan gudang-gudang Damar kalau dibangun Pabrik. Nah, kami belum ada modal, akhirnya kemarin Investor yang kami undang kemari kebetulan audiensinya

sama penampung damar, tidak setuju. Ini yang menjadi hambatan, kalau kita bisa olah dari sini setengah jadi. Karena kami bisa mengeluarkan Damar 400.000 Ton/ tahun, cukup besar. Ada yang langsung dibawa ke Jakarta, dari sini ada juga yang dibawa ke Surabaya, Semarang sebagai tempat pemrosesan, kemudian itu langsung dikirim ke Singapura. Di Lampung alasannya antara lain karena Pelabuhannya belum ada,. Lampung Barat belum mampu membuat Pelabuhan, insyaallah nanti masa yang akan datang. Ini masalah damar silahkan besok dilihat di sana cara pembibitannya. Kemudian yang di Taman Nasional yang disebutkan kami sudah coba untuk bagaimana memerankan rakyat di sekitar Taman Nasional itu. Cuma ini belum di berikan kepastian hak, kami belum berani karena ini kewenangan Taman Nasional masih di pusat, ya belum berani memberikan kepastian hak. Tapi mencuri start sudah, termasik membentuk Jagawananya dari masyarakat, akan dilatih mereka dan kita upayakan ikut rehabilitasi Taman Nasional, kita beli bibit damar, suruh tanam di Taman Nasional, jadi rakyat juga ikut mengamankan Taman Nasional itu. Dan nanti embrionya yang kita harapkan itu Bapak-bapak juga yang akan menggarap, supaya ada motivasi mereka untuk berbuat itu. Dan kemudian ada nanti di Belimbing satu kerja multipihak juga: pengusaha, masyarakat dan Pemerintah di Belimbing. Kalau Bapak-bapak mau menuju ke Belimbing, dari Way Heni enam jam perjalanan darat (jalan kaki). 24 jam sampai ke Belimbing dari Way Haru/ bandar Dalam. Terus sepanjang jalan akan melewati Hutan Taman Nasional itu. Disitu kami bekerjasama dengan ketiga institusi ini, dan keterlibatan LSM juga ada. Cuma terdengar kemarin di Media Masa cukup gencar. Ini kembali orang menilai itu hanya melihat kulitnya, ia tidak mengerti apa sih yang di olah di dalam, orang ingin tahu itu harusnya sampai kedapurlah untuk melihatnya. Nah di situ kami merencanakan membuat Perburuan Internasional, itu semua di Taman Nasional, ada izin di Taman Nasional Pengelola SAD Nusantara itu di Taman Nasional ada 1.000 Ha lebih, yang dikelola oleh lembaga SAD Nusantara, dan kemudian ada tanah yang Enclave masyarakat, kemudian di plot lagi untuk daerah pemburuan, pemburunya bukan pemburu yang mencari daging. Kami tahap sekarang lagi melakukan penangkaran Rusa, kalau bisa di lihat kira-kira magriblah dengan sarana di SAD Nusantara cukup siap, lihat itu seperti kunangkunang matanya rusa kalau kita senter dengan lampu sorot. Itu kurang lebih sekarang sudah ada 2.000 ekor Rusa. Kemudian kita datangkan dari Bogor sekitar 200 ekor, kami sudah kirim lagi ke situ untuk di tangkarkan kembali. Yang tempat di Taman nasional ini kalau dia sudah banyak kira-kira 2 Tahun lagi akan dalakukan penjarangan, idealnya itu Rusa 6 betina 1 Jantan, kalau ada 2 jantan yang satu harus di ambil, yang ambil ini dengan menembak menggunakan bius dulu kemudian di kasi nomor, dilepas di areal perburuan seluas 250 Hektar. Nanti pemburu kita tidak mengundang Perbakin, kita undang pemburu-pemburu Internasional, kita harapkan dari mereka mendapatkan masukan dari biaya yang telah ditetapkan. Bagi yang datang kesitu kita sudah siapkan bibit kayu yang

bagus-bagus, dia tanam pohon dan di beri namanya, ini caranya supaya tidak ada yang merusak hutan malah menghutankan kembali. Kalau begini bagus katanya, ternyata kita semua kenapa, kita kembali Pak Gubernur, pak Menteri itu mengeluarkan Surat Keputusan (SK), keputusan-keputusan yang memanfaatkan saja apa-sih yang didapat dari hutan itu, kita tidak berfikir kesana, ternyata kita kalau diberikan hak mengelola ternyata itu menghutankan kembali. Nah yang berburu ini kita harapkan hadiah dalam hitungan dollar, jadi 1 kali 24 jam yang bisa menembak Rusa nomor sekian dari sekian rusa yang ada hadiahnya sekian Dollar, orang kaya yang datang ke sana. Dari situlah kami mendapatkan sekian persen dari fee kegiatan tersebut untuk pemasukan kita, nah disini yang kita harapkan. Kemudian bagaimana peran rakyat disitu, rakyat kita plot disitu juga di tanah 80 Ha luasnya untuk bertanam sayur-sayuran, rakyat juga disitu menyuplai telurnya, ayamnya, dan kebutuhan lain berupa beras dan sayur-sayuran. Ini kita kerjasamakan, ini sudah mulai, termasuk kita minta mendirikan sekolah, Puskesmas yang bisa melayani sampai membedah. Dan ini satu pola yang sudah kita kembangkan baik yang ada di dalam masyarakat, Hutan tanggung jawab Kabupaten yaitu Hutan Lindung dan Hutan Taman Nasional, sehingga dengan melibatkan Pemerintah, Masyarakat dan Pengusaha. Itu salah satu contoh yang baru kami terapkan. Kemarin dalam kiat-kiat kita disini memperdayakan Lembaga Adat, kemarin pada bulan Januari, masyarakat dari Papua sampai Aceh kumpul disini di pimpin Pak Abdon Nababan. Kami sambut juga disini, selama satu minggu disini sebanyak 250 orang belajar bagaimana memerankan Lembaga Adat itu sebab selama ini hanya dilirik sebelah mata oleh Pemerintah, ternyata dengan melibatkan peran Lembaga Adat di Lampung Barat tidak ada kedengaran Keributan disini. Kemudian saya juga sebagai pembina adat juga sebagai sesepuh adat dengan gelar Raden Cahya Marga. Demikian terima kasih Wasalamuallaikum war.wab. Pak Natsir Abbas Saya tambahkan sedikit, tadi ada terbesik bahwa Bapak mengharapkan upaya mendirikan Koperasi, tidak bolehkah mereka itu?, dan apalagi dalam pembicaraan itu bapak dan bukan juga cuma bapak tapi orang awan agak minor terhadap koperasi, KUD misalnya. Tidak boleh kah itu misalnya tidak perlu harus dalam bentuk Koperasi?, Kelompok KSM saja, memiliki Akte Notaris pada kelompok-kelompok yang belum memiliki lembaga adat yang kuat seperti yang tadi. Tapi kalau yang sudah punya kelompok adat kuat mungkin adatlah yang meresmikan, kemudian bapak tinggal legalisir, mungkin itu cara supaya kita jangan terpresepsi bahwa harus semua jadi Koperasi. Karena ada kesan di Palu teman-teman itu begitu Peraturan itu di dalam Undang-undang 41, teman-teman eks HPH ini rata-rata bikin Koperasi sama-sama lagi, karena ia berfikir Koperasi akan dapat nanti hak mengelola kawasan hutan, seperti itu akal-akalannnya

mereka. Artinya kalau kita melegitimasi lagi bahwa harus menjadi Koperasi ada lagi Birokrasi yang harus mereka lalui, sebenarnya kalau masyarakat bisa, bapak tidak lagi harus menggaji orang Koperasi, bisa di potong birokrat itu, besok lusa tidak perlu ada lagi instansi Koperasi artinya masyarakat sudah mandiri dalam memperbaiki jalannya dan lain sebagainya. Dan saya setuju bahwa tidak perlu kita tarik PAD begitu banyak kalau masyarakat sendiri bisa swadaya bisa memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki jalannya dan sebagainya. Yang kedua saran saya mungkin Bapak berinisiatif mengundang Bupati-bupati yang memiliki kawasan Konservasi yang lebih dari 50%, untuk meminta kepada Pemerintah Pusat, mendesak Pemerintah Pusat untuk mendapat dana kompensasi, karena kita ketahui bahwa Taman Nasional tidak ada yang membayar PBB-nya, jadi kalau bapak misalnya mau berinisiatif mengumpulkan seperti Rejang Lebong juga agak besar kawasan Konservasinya, Morowali katakanlah itu besar lebih dari 50%, kalau Bapak bisa berinisiatif mengundang beberapa Kabupaten yang besar kawasan Konservasinya, akibat adanya Taman Nasional di wilayahnya, mungkin Pemerintah Pusat, karena sekarang ada Debt Nature Swept, semacam dana kompensasi untuk kawasan Konservasi, ya Dana Alokasi Khusus. Mengapa tidak di berikan kepada Kabupaten yang lebih 50% kawasan Konservasinya, karena selama ini kawasan Konservasi dianggap Gajah tidur tidak ada yang bayar PBBnya, nah kalau dengan dana Debt Nature Swept (DNS) yang diperoleh bantuan dari luar itu, seluruh institusi dari luar negeri, sekarang kelihatannya Amerika sudah mau terima, yang pertama cuma Jerman, ternyata di media masa Amerika, Jepang dan Australia itu sudah mulai mau mengikuti Jerman yang sudah mau memberi dana seperti itu. Nah mungkin kalau Bapak bisa menginisiasi mengundang Bupati-bupati yang lebih dari 50% wilayahnya itu kawasan Konservasinya, utamanya itu Taman Nasional, mungkin bisa membantu mereka Kabupaten lain. Ini mau dari mana pendapatan saya kalau tidak dari ini gajah tidur yang saya pelihara ini tidak bermanfaat, apalagi kalau ada seperti itu HKm tidak bisa di dalam kawasan Taman Nasional. Barangkali dengan cara-cara seperti itu tidak perlu lagi harus berupaya mengejar PAD buat daerah yang belum tahu tehnik dan strategisnya Bapak mencari itu, tapi dengan dana Debt Nature Swept itu bisa membantu Kabupaten yang kaya seperti: Rejang Lebong, Lampung Barat dan Morowali, saya kira itu wilayah yang sekitar 50% kawasan Konservasinya, saya kira itu Bapak perlu mengambil inisiatif untuk memulai itu sehingga daerah-daerah lain bisa terbantu. Itu usulan saya dengan teman-

teman, terima kasih.

Bapak Bupati Lampung Barat (Bpk. Dr Hi. I Wayan Dwipa, SH, MSc) Kalau masalah Koperasi, bentukan Koperasi yang baru-baru ini sudah berjalan dengan baik, karena kami punya program yang memiliki lima sasaran, yang pertama mengentaskan kemiskinan, kedua mengentaskan desa tertinggal, ketiga menumbuh suburkan kewirausahaan, ke empat memantapkan kelembagaan dan kelima keterpaduan kegiatan. Dan dampak dari ini cukup berhasil, karena dari

109 desa tertinggal sekarang tersisa tinggal 15, dan harapan saya pada tahun 2002 Desa tertinggal di wilayah saya sudah tidak ada lagi. Untuk mengentaskan kemiskinan juga meskipun dalam kondisi krisis dari 48.000 KK yang ada sekarang 15.000 KK saja yang miskin, meskipun dalam kondisi krisis. Kemudian usahausaha ekonomi kerakayatan yang betul-betul wirausaha, yang dulu hanya satu pekon belum tentu ada, sekarang sudah ribuan, bahkan ribuan ini kami gabung, yang mempunyai tipe yang sama kami gabung dalam satu koperasi. Ternyata dengan adanya koperasi itu sangat baik, kalau yang dulu-dulu koperasi yang tidak beres kami keluarkan, dia bubarkan karena kami tidak berikan dukungan. Kalau dia rekomendasinya sudah tidak baik nah kita selektif dong dengan pemberian dukungan terhadap pinjaman-pinjamannya. Harapan ini sebenarnya, kalau dalam bentuk KUD, akan kembali lagi Ketua Untung Duluan, mungkin di tempat lain tapi pola Koperasinya itu masih tetap jalan, biar merubah namanya nah itu kaitannya dengan seperti yang saya sebutkan tadi, untuk sementara ini, yang kami sebut sementara kalau sudah Perdanya lagi digodok sekarang, nah kebutuhan rakyat ini harus cepat kita berikan didahului dengan SK, kalau Perda ini sudah ada SK itu sudah tidak lagi, kan lebih tinggi Perda di banding SK. Disitu termasuk aturan-aturanya akan termasuk dalam Perda. Dan Draft kita susun karena DPRD juga masih banyak Perda-perda yang lagi mereka godok yang duluan sudah masuk, sehingga untuk mengantisipasi ini supaya cepat memberikan hak pengelolaan yang baik saya berikan Surat Keputusan saja. Dan mudah nanti mencabutnya kalau tidak beres. Terus untuk masalah insentif untuk mendapatkan dana itu, kalau tidak salah kita sudah bosan itu Pak, di setiap seminar masalah kehutanan, diskusi masalah kehutanan, saya sampaikan bahwa hutan kita bisa selamat ini semuanya kalau ada keterpaduan Lintas sektoral baik Pusat, Propinsi maupun Daerah. Dengan kewenangan yang diberikan sekarang, namanya dana-dana itu masih namanya dana dekon, sehingga dikelola oleh Propinsi. Sebenarnya dana ini seperti tahuntahun kemarin itu ada, tapi tidak sampai. Saya ke jakarta dapat 2 Miliyard lebih tapi dananya masuk ke Propinsi, nah sampai di Propinsi jadi nyasar duitnya. Tapi upaya-upaya lainya yang akan dilaksanakan saya coba berbicara dengan Bupatibupati yang lain, dan kebetulan tiap tahun itu saya ada program untuk keliling, untuk menjalin kerjasama dengan daerah sekitarnya di tahun ini kami rencanakan dengan Bengkulu Selatan kemudian sampai dengan Rejang Repong, kunjungan persahabatan membicarakan kerja sama antar daerah, itu yang sudah kami jalin, tahun kemarin kami di Batu Raja. Sekarang tinggal ke daerah Bengkulu sampai Rejang Repong. Kemudian nanti dengan yang lain pada saat pertemuan-pertemuan, seminar-seminar kita bisa bertemu disitu, nyatanya Menteri diajak bicara saja tidak mau. Nah masalahnya yang ada, sudah kita usulkan beberapa kali kita usulkan tahu-tahu Menterinya sudah diganti jadi belum sempat di proses Menterinya sudah diganti. Setiap Menteri baru kami sudah laporkan dan kami paparkan kesulitan di Lampung Barat ini, ternyata Menterinya ganti bubar lagi. Dan saya pernah katakan, jangan tersinggung Kehutanan, Departemen yang paling sombong, paling pelit dan angkuh adalah

Departemen Kehutanan. Yang saya maksud Pelit katanya punya kekayaan di Daerah tapi tidak pernah memberikan. Dengan kesombongan dan keangkuhan dari pusat itu nah ini koordinasinya tidak ada sama sekali. Coba bapak tanyakan apa pernah Menteri Kehutanan atau Dirjen-dirjen pernah melakukan koordinasi langsung dengan aparatur yang ada di daerah tidak ada sampai sekarang. Cuma yang sekarang rajin itu adalah Direktur Kebakaran Hutan (Pak Tri Wibowo) yang sering berkoordinasi dengan saya. Pak Natsir Abbas Ada Kapala Pratin yang mendapatkan Insentif atau Gaji, karena saya khawatirnya kalau ini dalam bentuk gaji pasti ia akan menuntut UMR-nya lagi, karena saya melihat ini tidak memenuhi UMR. Karena dalam rangka Hari Buruh 1 Mei itu gencarnya diskusi-diskusi masalah UMR. Sebab kami juga di LSM itu mempekerjakan orang, itu sama juga dengan masalah UMR. Sekian terima kasih. Bapak Bupati Lampung Barat (Bpk. Dr Hi. I Wayan Dwipa, SH, MSc) Kalau seperti kita disini dia boleh nambah, karena banyak kewenangankewenangan otonomi Pekon, kita limpahkan ke Pekon contoh pasar pasti tidak menarik lagi. Nah dari pasar itu, kemudian dari penarikan-penarikan. Kalau penerimaan ini masuk dalam Anggaran Belanja Pekon di atur disitu dengan persetujuan lembaga Pemekonan silahkan dinaikan gajinya, ada yang sudah samapai 400.000,-, dia punya pasar, dia membuat usaha dia bisa naikan gajinya, karena persetujuan lembaga himpun Pemekonan, buat Perdanya melalui peraturan-peraturan Pekon silakan, kemampuan di Kabupaten itulah standarnya, sekarang, tergantung kemampuan termasuk Kabupaten, kalau Kabupaten mampu menaikan gaji Pegawainya silahkan dalam bentuk insentif yang kita berikan. Itulah dengan otonom disitu perannya, tidak harus dia terima gaji sekian, sehingga memacu para pratin ini untuk mencari penghasilan, dengan membuat pasar, dia buat terminal. Kalau pasar yang di buat Pemda kalau tidak salah 30% masuk ke Pekon jadi tidak semua Pemda harus mengambilnya. Distribusinya itu 70% masuk ke Kabupaten 30% ke Pekon jadi lumayan juga. Itu

dulu terima kasih.


Jabar Lahadji

Ini mungkin pertanyaan yang saya tujukan kepada Bapak Kepala Dinas Kehutanan (Pak Ir. Warsito), berkenaan dengan pemasaran Damar tadi, itu apa ada pungutan untuk pemasaran damar antar pulau dikenakan seperti SKSHH, karena pengalaman di tempat saya masyarakat akhirnya tidak mau mengelola damar karena pembeli merasa terjepit dengan adanya dokumen-dokumen ini dan ia membeli damar dengan sangat murah, sehingga masyarakat mengelola damar ini barangkali ada kiat-kiat yang bisa kami petik, sekian terima kasih.

Dinas Kehutanan Lampung Barat ( Ir. Warsito) Untuk penjualan damar khususnya keluar dari Kabupaten kita masih mengikuti aturan Nasional dengan menggunakan SKSHH, disini per-ton kita kenakan 34.000,- yang masuk ke retribusi. Untuk masyarakat tidak, tapi pasti akan menekan ke masyarakat abis tidak ada standar harganya, dari perolehan tersebut kita masuk ke Propinsi, ke Pusat tidak karena ini dari luar kawasan, sebab damar ini sebagian besar dari luar kawasan. Yang di Kabupaten 64% dan 36% ke Propinsi. Sebetulnya yang 36% ke Propinsi ini perhitungannya berdasarkan status tempat itu 20% ke Pusat 16% ke Propinsi, namun Propinsi memberanikan diri yang ke Pusat tidak di setor, karena Propinsi yang bertanggung jawab maka silahkan saja, kita sudah keluarkan yang ke Pusat itu namun dari Propinsi tidak menyetor itu dari pembagian retribusi tersebut. Dan kita walaupun sudah ada peruntukan ini, itu dari Pemerintah Pusat tidak juga memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kita mempunyai beban ini, untuk dana PAD tahun kemarin dananya 68 Juta, kita bisa capai 120 Juta sebahagian besar di peroleh dari Damar ini sedangkan kayu sangat sedikit sekali. Disini istilahnya bukan Izin lokasi, tidak ada istilah izin lokasi, disini kalau misalnya pengumpul tersebut , biasanya kalau dia sampai 500 ton itu Bapak Bupati yang mengeluarkan, kalau si pengumpul ini kapasitasnya hanya 100 ton itu Kepala Dinas yang mengeluarkan itu diatur dengan Perda. Jadi memang belun ada dasar dari Pusat atau Propinsi untuk mengeluarkan SKSHH. Jadi sebetulnya mengenai tarifnya itu berdasarkan Perda No. 16 Tahun 2001 sudah ditingkatkan menjadi 6%, kebetulan di tahun 2001 baru disusun tarifnya ini, namun karena si pengusaha belum merata sementara masih tetap dengan standar lama, standar yang Rp 34.000,-. Kalau mengikuti standar yang 6% sebetulnya besar bisa mendapatkan itu. Demikian terima kasih.

Pertemuan ini selesai Pukul 23.00 WIB

Kegiatan III Hari/Tanggal Waktu Tempat Peserta Notulensi Natsir Abbas

= Diskusi dengan Pengurus PMPRD = Rabu, 18 April 2002 = Pukul 14.00 WIB = Sekretariat PMPRD Pekon Penengahan Laae Kec. Karya Punggawa Kab. Lampung Barat = Pengurus PMPRD dan Tim Study Banding Damar = Musadat.

Asallamuallaikum war.wab. Baru pertama kali saya lihat Damar begitu banyak seumur-umur hidup, begitu banyak terkumpul di satu tempat dan dibawa langsung dengan menggunakan, apa isitilahnya kalau disini (Bobalang) kalau kita sebut Kayase, bentuknya juga sama kalau di Suku Wana, atau bingga barangkali namanya kalau di Palu. Tujuan kita melakukan Study ini yaitu: ada yang mau melihat sistem Pemasarannya, budidayanya, mungkin ada yang mau melihat persemaiannya kalau toh ada yang melakukan persemaian. Kami dari Sulawesi tengah ini berasal dari 4 Kabupaten, ada yang dari Kabupaten Donggala, ada dari Palu sendiri, ada dari Kabupaten Poso dan ada dari Kabupaten Morowali, ini dari 4 Kabupaten dari 8 Kabupaten yang ada disana setengahnya sudah ada wakilnya disini. Walaupun di tempat lain ada pohon damarnya cuma yang kita tahu itu di tiga Kabupaten di Kota Palu itu yang sudah dikelola atau baru mulai belajar dikelola. Apalagi Palu secara geografis terletak di dalam garis khatulistiwa dan juga kita merupakan pulau yang berada di tengah-tengah kepulauan yang ada di Indonesia dari Sabang sampai Marauke kita berada di tengah. (Kemudian Pak Natsir Abbas memperkenalkan satu persatu Tim peserta Study Damar ) Pak Mudjis Abdullah (Ketua PMPRD) Terima kasih Asalamuallaikum war. Wab. Pada dasarnya kami merasa berbangga hati dan merasa gembira atas informasi yang telah kami terima beberapa hari yang lampau, bahwa kami akan kedatangan teman-teman dari Sulawesi. Namun setelah kami petik dari keterangan Pak Natsir tadi, bahwa rombongan ini terdiri dari beberapa golongan yaitu dari Pemerintah, Ornop/LSM dan masyrakat di sekitar hutan. Dan tidak lain hanya karena untuk melihat dari informasi yang pernah didengar tentang Krui. Yang membudidayakan damar sejak beberapa ratus tahun yang lalu, barangkali

dengan cerita itu yang akan menjadi bahan kegiatan hari ini atau beberapa hari yang akan datang. Sebenarnya PMPRD ini terdiri dari 25 orang Pengurus yang tersebar dari wilayah Utara sampai Selatan, ada 6 Kecamatan tempat bersebarnya anggota PMPRD ini. PMPRD berdiri pada tahun 1997, PMPRD adalah singkatan dari Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar. Yang dimaksud dengan repong yaitu kumpulan tanaman yang terdiri dari tanaman-tanaman tua yang berasal dari lokasi asli setempat, jadi kalau hanya tanaman damar bukan repong namanya, yang ada bersama kumpulan beberapa jenis tanaman pohon seperti Kopi, Lada, Jengkol, Pete dsb. Untuk PMPRD sendiri wilayah kerjanya berbatasan dari ujung Bengkulu sampai ke ujung Belimbing. Jadi ada di Pesisir barat Lampung Barat, karena Lampung Barat ini sampai ke atas wilayah Liwa, tapi disana tanaman damarnya tidak ada, karena yang ada tanaman damar hanya di sekitar barat Pesisir Barat Lampung Barat, ditempat lain juga ada tapi tidak sebanyak seperti ini, artinya memang sisa dulu, barangkali tidak berkembang dan tidak di kembangkan. Memang sampai Lampung Utara, Lampung Selatan juga banyak tapi sekarang tinggal satu dua batang, karena masyarakatnya tidak melestarikan dan tidak mengembangkannya. Kita bisa membuktikannya sekarang kalau damar itu pada awalnya memang tanaman Lampung, tapi tidak dikembangkan sedemikian rupa sehingga yang berkembang tinggal hanya di Pesisir Barat Lampung. Menurut cerita yang berkembang, karena sebenarnya kalau kami-kami yang muda ini, hanya mengenal sudah seperti ini. Jadi artinya beberapa ratus tahun yang lalu lebih 200 tahun yang lalu, itu mulai di kembangkan oleh nenek moyang sehingga pada saat-saat seperti ini kayaknya kalau tidak ada yang namanya tanaman damar ini kita sangat merasakan sekali yang namanya krisis ekonomi, tapi alhamdulillah kalau di Lampung Barat khususnya di Pesisir barat dengan adanya tanaman damar ini tidak terasa sama sekali sebenarnya. Artinya bukan tanaman tahunan, karena tanaman damar itu bisa di petik dalam waktu 7 hari (satu minggu), 10 hari dan bahkan idealnya untuk panen yaitu 1 bulan. Tapi kalau kita terdesak dengan satu hal atau keadaan, memang dalam 7 hari juga bisa panen artinya sembarang waktu. Inilah yang menjadikan damar ini sebenarnya memang sangat menunjang sekali dalam perekonomian. Sebenarnya apa yang diperlukan oleh teman-teman dari Sulawesi Tengah, nah itu yang akan kita berikan. Untuk masalah kelembagaan kami juga yang hingga sekarang dapat berjalan dengan baik, karena difasilitasi oleh beberapa lembaga seperti Latin, ICRAF, WATALA, LBH, YPBHI juga pada waktu itu ada 13 Lembaga yang membesarkan PMPRD waktu itu. Ia muncul di tengah-tengah ketertindasan masyarakat Krui, ini dalam arti yang luas bukan dalam arti tertindas jiwanya, tetapi kelihatanya Krui akan dihancurkan oleh berbagai cara, nah itulah muncul PMPRD, makanya kami

didorong atau dibina oleh beberapa lembaga sehingga muncullah dan syukurlah sekarang masih tetap berjalan, untuk sekarang ini kelihatanya masih ada pembinaan tapi sifatnya sudah dibiarkan jalan sendiri. Nah itulah yang bisa saya berikan sementara ini Sekian terima kasih. Natsir Abbas Tujuan utama didirikan PMPRD itu, apakah hanya untuk damar atau apa ada yang lain ? Pak Mudjis Abdullah (Ketua PMPRD) Tidak, Pada awalnya itu pembelaan hak atas tanah, karena permulaannya banyak sebenarnya hal-hal yang lain yang tidak perlu saya ceritakan dari awal, namun pada waktu berdirinya itu, waktu itu berkecamuk PT. Karya Canggi Mandiri Utama perusahaan Sawit yang akan merebut tanah 25.000 Ha. Pada waktu itu kita mulai terkotak-kotak melawan semua, tapi pada dasarnya tidak ada persatuan, toh juga waktu ditekan kalah juga, makanya ada semacam kebijakan dari teman-teman yang punya pandangan luas dan membina mengumpulkan kami, nah sehingga terjadilah PMPRD, itulah cikal bakal terbentuknya PMPRD. Anggapan sementara damar yang ada di sekitar kita itu adalah Hutan, padahal itu bukan hutan, awalnya itu dari tanaman masyarakat bukan tumbuh sendiri dia, memang kalau damar alam disini ada juga, tapi kita ambil anak damar alam itu kemudian kita tanam di kebun sendiri dikembangkan dan dibudidayakan, sementara kalau dilihat dari atas pesawat, ini adalah hutan, padahal itu buatan masyarakat Krui bukan hutan alam, hutan buatan yang mirip seperti hutan alam karena bentuknya Repong (beranekaragam jenis lokal). Untuk tanaman repong merupakan tanaman pohon yang bermanfaat seperti durian, manggis, jengkol, lada, kopi dsb. Kondisi dari repong itu tidak berbenturan karena damar itu selalu meninggi dan yang lainnya itu tidak ada selalu hanya di bawah, ke arah horizontal. Damar kalau terlalu sering disiangi tingkat produksinya akan menyusut, getahnya akan menyusut. Untuk ukuran jarak tanam damar itu tergantung, karena ada yang menginginkan hidup damar yang berdiameter lebih besar, memang ada celakanya juga, misalnya kalau jarak tanamnya 6 x 6 meter, dia akan tumbuh besar tapi agak pendek, nah kalau misalnya setelah kita ambil damarnya kayu yang sisanya nanti setelah damar ini tidak berproduksi lagi kayunya hanya sedikit, itu celakanya. Tapi kalau jarak tanamnya dirapatkan sekitar 3 x 3 meter atau 4 x 4 meter tumbuhnya akan meninggi dan sekitar 16 meter itu kayunya tidak membusuk, karena sadapan damar ini terbatas, juga pemanfaatan getahnya sekitar 3 atau 4 meter jarak dari muka tanah yang bisa disadap. Setelah itu tumbang nanti oleh angin, kayunya

bisa digunakan untuk bahan bangunan, jadi kalau yang jarak tanam jarangjarang tadi ya tidak ada lagi. Begini ditanam sekali 400 batang yang produksi awal itu hanya sekitar 40% tidak semuanya, untuk penyadapannya dari umur 15 tahun itu di dalam kebun/repong. Artinya pertama di dalam ladang kita tanami kopi dulu, sementara damar sedang disemaikan disitu. 1 samapi 5 tahun itu lambat pertumbuhannya dan lambat itu bukan karena lambat tumbuh pohonnya karena tekanan, kita akan menunggu pertumbuhannya, setelah 5 tahun damar sudah mulai meninggi. Untuk pembibitannya yaitu melalui biji yang disemaikan dan ada pula yang kita dapatkan sudah bersemai sendiri di bawah tegakan damar itu, kita hanya mengatur pemindahannya saja, itu bisa dicabut juga. Tapi akan lebih baik karena sekarang ini ada polibag, sekarang kita gunakan polibag walaupun sedikit agak menambah pembiayaan tapi tidak apa-apa asal terjamin hidupnya, kalau yang di cabut itu sekitar 70% hidup, kalau kita bawah 100 hanya 70 yang hidup 30 mati. Untuk hasil panen setiap 1 pohon damar itu tergantung ukurannya, kalau damar itu ukurannya sedang ada tiga baris lubang itu bisa menghasilkan 3 Kg, contohnya kita menanam 400 pohon lebih kurang itu bisa 1 Ha, yang produksi awal itu sekitar 50% atau 40%, 200 pohon ada yang mula-mula bisa disadap yang lain sudah sebesar batang kelapa juga tapi belum memenuhi kriteria untuk dipanen/disadap. Dari 200 pohon ini kita kalikan saja 2,5 Kg kan sudah 500 Kg dan di kalikan Rp 4.000,- sudah Rp 2.000.000,- penghasilannya. Dalam jangka 5 tahun nanti yang kedua ini sudah mulai di panen sementara yang pertama sudah dikurangi, dikurangi berarti dipindahkan tempat sadapannya, kita mulai tempel lagi dengan sadapan baru dan yang pertama tadi sudah ditinggalkan untuk mempertahankan posisi pohonnya jangan sampai tumbang. Dan tehnik untuk penyadapannya yaitu dibikin lubang antara kulit dengan batang dan batangnya di lukai sedikit jangan sampai terlalu dalam. Dan lubangnya itu kalau sudah tidak produktif lagi pindah membuat lubang baru dan lubang yang tidak produktif tadi bisa di jadikan tangga untuk naik ke tempat yang lebih tinggi lagi. Kalau lubangnya sudah agak tinggi dari lubang sebelumnya untuk melakukan pemanjatan bisa menggunakan tali pengaman yang melingkar antara batang dan badan kita serta kaki kita berpijak pada bekas-bekas lubang yang sudah tidak produktif tadi. Untuk pemasarannya, sebab kita ini basis petani, kalau dulu masing-masing daerah pemasarannya ke Krui, kita juga dari Pesisir Selatan dulu kita langsung ke KM (Kapal Motor) dan langsung ke Jakarta. Sekarang sudah tidak ada KM lagi, yang ada tinggal menggunakan Truk , nah kita tidak berada di perdagangan itu. Tapi menurut pengamatan kita perusahaan yang terbesar itu ada di Jakarta, kalau kita kenal itu adalah PT. Indo Gala Murni Pratama, sebab sebelumnya yang kita kenal yaitu Firma Sibolga Pradincoil. Kalau dulu sekitar tahun 1976 kita juga pernah menjadi pembeli kecil (pengumpul/pengepul). Waktu itu kita

membeli dari petani langsung tanpa disortir terlebih dahulu nanti di Bandar Lampung baru disortir dan dikirim ke Jakarta. Tapi sekarang disini sudah melakukan penyortiran semua dan harga belinya sudah lain, Tapi dulu langsung ke Teluk Betung. Nah sekarang disini setelah sistem sortirnya sudah dilakukan disini berarti telah terbuka peluang lapangan kerja buat masyarakat lain.

Demikian terima kasih wasalamualaikum war. wab. Diskusi ini selesai pada Pukul 16.00 WIB
Kegiatan IV Hari/Tanggal Waktu Tempat Peserta Notulensi

= Pertemuan dengan Pengurus PMPRD dan Masyrakat = Rabu, 18 April 2002 = Pukul 19.00 WIB = Sekretariat PMPRD Pekon Penengahan Laae Kec. Karya Punggawa Kab. Lampung Barat = Pengurus PMPRD, Masyarakat dan Tim Study Banding Damar = Musadat.

Acara Pembukaan yang di Pandu Oleh : Habib Asalamuallaikum war. wab. dan salam sejahtera buat kita semua. Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur atas limpahan Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNyalah kita dapat berkumpul di tempat ini. Sehubungan dengan kedatangan saudar-saudara kita dari Sulawesi Tengah yang akan melakukan kegiatan Study Damar di wilayah kami yaitu Krui Pekon Panengahan Laay Kec. Karya Punggawa. Kab. Lampung Barat. Untuk mempersingkat waktu dalam acara pertemuan dan diskusi malam ini dan kebetulan di dalam acara ini kami mengundang bapak Pratin Pekon Panengahan yang mungkin pada saat ini akan memberikan kata sambutan awal pada pertemuan ini. Dengan demikian, waktu dan tempat kami serahkan kepada Bapak Pratin untuk membawakan sepatah dua kata sambutannya. Terima kasih wasalam. Sambutan dari Bapak Pratin Pekon Penengahan. Assalamuallaikum war. wab. dan selamat malam bagi kita semua. Bapak-bapak dan saudara-saudara yang datangnya dari Sulawesi, baik dari instansi Pemerintahan, Lembaga-lembaga Sosial, LSM-LSM, dari pihak pengusaha dan masyarakat yang saya hormati dan saya cintai serta Pengurus PMPRD yang saya hormati pula.

Syukur Alhamdullillah pada malam ini atas berkat dan rahmat dari Allah SWT, kita dapat berkumpul di tempat yang sederhana ini. Saya merasa senang dan merasa gembira, bahwa saya dengar dari kemarin ada saudara kita yang jauh dari Sulawesi Tengah akan berkunjung ke Pekon Panengahan Laay ini dalam rangka Study Banding sebagai tujuan khusus yaitu study Repong Damar. Dalam hal ini saya selaku Pratin dalam Pekon Panengahan ini, memberikan bayangan atau gambaran dalam menanggapi rencana ini, pertama saya bergembira atau berterima kasih atas kebijaksanaan dari pihak Pemerintahan setempat dari Sulawesi Tengah dan upaya dari LSM ataukah dari masyarakatnya, mungkin masalah damar ini telah terpampang di Mas Media ataupun di mana-mana bahwa Lampung Barat termasuk salah satu daerah penghasil damar terbesar di Indonesia. Jadi dalam hal ini masyarakat Nasional ataupun Internasional tahu data-data sebenarnya bahwa kekayaan alam Indonesia, di Lampung Barat saja dengan adanya Repong Damar ini, namun pengelolaan secara teknis belum sama. Sedang sistem Pengelolaan damar ini di mulai sejak Nenek Moyang dahulu. Jadi dengan sendirinya repong damar ini bisa berlanjut atau bisa lestari sampai dijual ke dunia Internasional. Kemudian selanjutnya untuk menanggapi masalah ini atas kedatangan saudara-saudara kita dari Sulawesi Tengah. Jadi masalah pengelolaan Kebun Damar ini sebenarnya tidak terlalu begitu sulit, yang penting ada kemauan dan semangat untuk terus belajar dan bekerja. Karena dalam hal ini saya beri bayangan, kalau sekedar untuk pengelolaannya karena kita berbicara bentuk pengelolaan secara baik. Contohnya saja seperti orang-orang dari Jawa Tengah itu menjadi buruh penyadap getah damar disini, jadi mereka pertama kalinya datang kesini belajar untuk itu. Dan sekarang malahan mereka itulah yang lebih pintar dari masyarakat disini dalam pengambilan getah damar. Untuk masalah pohon damar di Lampung Barat ini keberadaannya bukan tumbuh sendiri tapi dibudidayakan mulai dari nenek moyang dahulu, yang memiliki tahapan dalam penanaman yaitu; Mulai dari tanam padi dulu, tanam kopi dulu, setelah kopinya itu berbuah baru menyebarkan bibit damar dengan cara-cara yang telah ada. Saya belum bisa menjelaskan secara mendetail, sebab saya juga belum pernah menanam damar. Kemudian saya dengan menyambut kedatangan saudara-saudara kita dari Sulawesi Tengah ini yang akan mendalami masalah penanaman repong damar secara tradisional, yang bisa dikatakan lebih maju dari tempat-tempat lain. Saya mendukung kalau misalnya ada masyarakat kita dari Sulawesi Tengah yang mau tinggal disini barang 1 atau 2 bulan untuk belajar secara langsung sistem pengelolaan getah damar. Demikianlah kata sambutan dari saya lebih

kurangnya saya minta maaf, wasalamuallaikum war. wab.

Pemandu Acara. Untuk acara selanjutnya mungkin saya akan pindah pada agenda yang kedua yaitu gambaran sekilas dari PMPRD. Hal ini akan disampaikan oleh Bapak Darsan, kepada beliau saya persilahkan. Bapak Darsan Asalamuallaikum war. wab. terima kasih kepada pemandu acara yang telah memberikan waktu kepada saya untuk menyampaikan sekilas tentang PMPRD yang berkedudukan di Krui. Sebetulnya bapak-bapak sekalian, mungkin tinjauan dari bapak-bapak ini, karena saya terus terang bahwa saya ini sebetulnya semenjak berdirinya PMPRD sampai tahun 2001 sayalah pimpinannya. Mungkin tinjauan dari bapak-bapak ini, sepertinya sayalah yang dapat menceritakan, tapi sebenarnya itu tidak semuanya bisa, tapi tidak apa-apalah. Jadi sekilas saya mau ceritakan tentang berdirinya PMPRD atau adanya PMPRD ini, jadi kami di Krui ini bapak-bapak sekalian, sebelum tahun 1996 sampai 1997, kami di Krui ini kenyang dengan yang namanya konflik bermacam-macam konflik dari Pesisir Utara sampai dengan Pesisir Selatan. Sedangkan di Krui ini masih belum ada apa-apanya, artinya satu lembagapun belum ada. Jadi dengan adanya itu kami punya inisiatif dari beberapa masyarakat, walaupun masih istilahnya mewakili baik dari Selatan maupun dari Utara kami mulai mempunyai kebijaksanaan, kami membuat atau mebentuk satu lembaga yang kami namakan dulu belum PMPRD pada tahun 1997 baru Persatuan Masyarakat Petani Damar. Mungkin karena itu agak kurang kedengarannya, maka di sempurnakan menjadi Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar (PMPRD) itu pada tahun 1997 awalnya kami berdiri. Karena di tahun 1994 -1995 dulu ada satu proyek yang namanya Karya Canggih Mandiri Umum (KCMU), yang khusus untuk menanam Sawit. Jadi dari Selatan sampai Utara sana dulu memang sudah di pasang patokpatok merah. Setelah kami tahu informasi, bahwa itu akan ditanami Sawit termasuk di repong damar kami. Alhamdulilah dengan berdirinya PMPRD syukur baru batas daerah selatan sana. Jadi dari Tengah, Utara masih diurungkan, akibat dari perjuangan kawan-kawan secara bersama-sama garap sana - garap sini Alhamdulilah Utara dan Tengah diurungkan untuk proyek penanaman Sawit. Tapi wilayah Selatan sudah kebablasan (hancur), itu bisa kita buktikan sekarang sebab masyarakatnya sengsara dan melarat. Jadi dari tahun 1997 Ahamdulillah, sawitnya berhenti baru sebatas daerah selatan dan daerah selatan tidak semuanya. Setelah berdiri semenjak tahun 1997 sampai dengan sekarang PMPRD, berjalan dengan perlahan-lahan. Yang sudah kami lakukan programprogram kami sudah cukup banyak namun itupun baru sebatas usaha, walaupun sebatas usaha itupun kalau kita presentasikan sebetulnya itu belum maksimal hasilnya, terutama masalah lingkungan, kedua masalah perambah hutan, sudah

itu yang menjadi ganjalan kami dari tahun 1994, kami ini resah dengan patok HPT. Patok HPT itu yang ditancap dari Utara ke Selatan, kalau di Tengah ini patok tersebut berada di dalam kebun-kebun masyarakat. Jadi kalau di presentasekan itu lebih kurang separuh di bagi 2, itulah salah satu yang menjadi keresahan masyarakat, makanya salah satu program kami yang kami utamakan itu tadi, dan Alhamdulillah sampai sekarang belum berhasil rencana HPT tersebut. Tapi Insyaallah kami tetap berjuang. Saya kira begitu dulu sekelumit

yang dapat saya sampaikan terima kasih Wasalam


Tambahan dari Pemandu Acara.

Sedikit saya ingin menambahkan sekilas tentang PMPRD, mungkin saya akan membacakan Struktur Kepengurusan PMPRD. Dimana PMPRD sebenarnya terbagi atas 3 wilayah yaitu; Tengah, Utara dan Selatan, dan anggota-anggotanya yaitu dari Tengah, Utara dan Selatan atau terbagi 3 Kecamatan, jadi dari perbatasan Lampung Selatan dengan Tanggamus, kemudian Lampung Barat dengan Bengkulu. Kemudian ke bawahnya ada Forum Anggota dan Tim Asistensi Program itu Lembaga Donor dan Lembaga Pendamping, kemudian Penasehat disitu ada YASPAN. YASPAP adalah Yayasan Penyeimbang Adat Pesisir, dimana di pesisir Lampung Barat ada terdiri dari 16 Marga dari Way Haru sampai ke perbatasan Bengkulu. Dimana YASPAP sekarang telah mendirikan 1 buah rumah adat, dan rumah adat tersebut merupakan rumah adat Pesisir Lampung Barat. Kemudian saya mengarah ke bagian bawah yaitu Badan Pelaksana, untuk Badan Pelaksana Ketuanya Bapak Mudjis Abdullah dari Marga Bengkunat, Wakil Ketua yaitu Bapak Arifin Nur dari Way Pamongan, Sekertaris Bapak Anton Irawan dari Pesisir Utara, Keuangan saya sendiri (Habib) dari Pesisir Tengah. Kemudian dibawahnya ada tim Advokasi Hak Rakyat, kemudian Tim Pemberdayaan Ekonomi, kemudian ketiga tim Pelestarian Sumber Daya Alam Repong Damar dan keempatnya Tim Pengembangan Ekonomi. PMPRD sebenarnya belum memiliki legalitas lembaga (Akte Notaris). Dan yang terakhir ingin saya tambahakan yaitu ; bahwa PMPRD merupakan Persatuan yang kedepan nanti diharapkan menjadi sebuah NGO yang handal. Jadi anggota PMPRD diharapkan kedepan adalah masyarakat petani repong damar, yang mana program kami kedepan adalah melakukan sosialisasi di 16 Marga, tentang PMPRD. Saya kira itu saja dulu mungkin kita akan kembali ke diskusi. Terima kasih. Pemandu Acara. Kemudian kita menginjak pada acara yang ketiga yaitu diskusi dan masukan dari PMPRD. Waktu dan tempat saya persilahkan.

Bapak Alimuddin Paada Tadi bapak sudah berbicara tentang beberapa masalah, berarti sudah bisa di bandingkan bapak katakan bahwa, bagian Selatan yang sudah ditanam sawit itu masyarakatnya menderita dengan bagian Tengah dan Utara yang sudah ditanam damar bahwa masyarakat tersebut tidak menderita. Jadi bisa kita bandingkan sekarang kalau sawit di tempat lain bahwa sawit itu sangat luar biasa dan masyarakat juga bisa sejahtera dari adanya Perkebunan Sawit, tapi disini tidak terbukti seperti itu. Ini satu gambaran yang kita lihat bahwa dengan adanya damar ini bisa menyaingi keberadaan Sawit. Itu yang pertama yang mau saya tanyakan. Kemudian yang kedua ingin saya tanyakan bahwa teman-teman dari PMPRD yang sudah mengelola damar, itu dalam keluarga berapa pendapatan rata-rata sebenarnya dalam mengelola getah damar. Saya kira itu 2 pertanyaan

dari saya terima kasih.

Jawab (Mudjis Abdulah) Terima kasih. Jadi kalau ada pertanyaan yang sifatnya tidak pas dengan jawaban yang kami berikan kami mohon maaf. Yang pertama pertanyaan bapak tadi dari keterangan-keterangan yang diambil dari Pak Darsan tadi bahwa di Pesisir Selatan sudah terlanjur ditanami Sawit, sementara kondisi masyarakat mengalami penurunan taraf ekonominya dibandingkan dengan Tengah dan Utara, karena Tengah dan Utara damarnya masih utuh. Kalau perlu saya tambahkan karena di Pesisir Selatan itu wilayahnya sangat luas juga Pak, terdiri dari 2 Kecamatan. Sementara disana dihuni oleh 5 marga, mulai dari Marga Tenumbang, Marga Ngambur, Marga Ngaras, Marga Bengkunat dan Marga Belimbing. Yang terkena dampaknya itu sementara ini adalah Marga Bengkunat dan Marga Ngaras serta Marga Ngambur. Dan yang terparah sekali adalah Marga Ngambur yang pernah juga di rusak damarnya yaitu marga ini, tapi kalau Ngaras dengan Bengkunat itu sebenarnya tidak merusak damar, tapi memang lahan itu dulu bukan lahan damar. Perlu diketahui bahwa di pesisir Selatan itu lebih kurang 30% penduduk asli dan selebihnya adalah pendatang. Oleh karena itu untuk damar pada Pesisir Selatan hanya 30% tidak sama halnya dengan yang disini, karena disini sekitar 90% penduduknya adalah pribumi dan yang datang hanya berkisar 10%, tapi sebaliknya di Pesisir Selatan demikian halnya. Samapai saat ini belum bisa tertolong, sementara dari sawit juga masih banyak konflik, artinya antara masyarakat dan perusahaan saling gosok-menggosok akhirnya terjadi hal-hal yang seperti itu, banyak lahan yang terlantar tidak tergarap sementara damarnya sudah tidak ada. Perhatian-perhatian dari pihak lain terutama dari Pemerintah Desa juga masih sangat minim. Apakah akan berjalan seperti itu atau akan ada penyelesaian lebih lanjut oleh pihak Pemerintah. Tapi Insyaallah ada penyelesaian yang lebih baik, mereka bisa menemukan jalan yang

terbaik untuk penyelesaiannya. Maka dengan demikian hingga sekarang di daerah Ngambur sebagian ada masyarakatnya yang sempat melarat, contohnya mereka menjadi buruh kasar sehari-hari, artinya kita telah sempat menjadi pengemis di tanah sendiri. Itu jawaban untuk pertanyaan Pertama. Untuk pertanyaan yang kedua yaitu masalah pendapatan. Kalau masalah pendapatan sebenarnya sangat bervariasi, karena setiap kepala keluarga itu tidak sama besarnya. Barangkali kalau umpamanya saya gambarkan saja yang ada di daerah saya, karena yang disini kami sebenarnya belum mengadakan statistik di tempat-tempat tertentu, tapi Alhamdulillah kelihatan pada dasarnya mereka rata-rata golongan menengah ke atas, tidak ada yang dikategorikan di bawah garis kemiskinan kalau di Tengah dan Utara karena keberadaan damarnya. Artinya penghasilan damar mereka cukup lumayan, tapi kalau di daerah saya seperti yang saya katakan variasi tadi, karena kalau yang belum menanam damar mereka belum dapat dikatakan mempunyai penghasilan harian, mingguan atau bulanan, tapi disana mayoritasnya Kopi, Lada, dan kalau pribumi yaitu damarnya. Kalau damar ini bisa kalau rata-rata perbulan bisa menghasilkan, katakanlah satu bidang kecil saja bisa menghasilkan 600.000,/bulan. Seperti itu pendapatannya. Terima kasih Pak Alimuddin Paada (Yayasan Katopasa Indonesia) Kemudian yang saya ingin tanyakan lagi, kira-kira kalau ia sudah memiliki beberapa pohon damar, apakah ia sudah bisa hidup layak atau di atas layak katakanlah pak ? Jawab Pak Mudjis Abdulah (PMPRD) Kalau keluarga di bawah, katakanlah maksimal 6 orang dia mempunyai 100 batang sudah memadai buat menunjang kehidupannya, artinya sudah hidup layak. Pak Alimuddin Paada ( Yayasan Katopasa Indonesia) Itu dengan jarak tanam berapa kali berapa ? Jawab Pak Mudjis Abdulah (PMPRD) 3 x 4 bisa, 6 x 6 juga bisa dan luas tanah lebih kurang 1 Ha sudah bisa itu, yang maksudnya sudah bisa hidup secara layak. Dan umur sadapnya mulai dari 20 tahun ke atas, karena itu ada penurunan dan ada juga peningkatan, karena seperti yang telah kami utarakan tadi siang bahwa damar yang ada itu tidak sekaligus untuk disadap, jadi sekitar 50% yang dahulu disadap dan setelah

hasilnya sudah mulai berkurang yang belakangan sudah bisa disadap juga.

Seperti itu kira kira penjelasannya, terima kasih.


Pak Natsir Abbas (FKKM)

Kalau bapak bapak ini ada yang tinggal di pinggiran Taman Nasional ? Jawab Pak Mudjis Abdulah (PMPRD) Ya... kita sangat berbatasan sekali dengan Taman Nasional dan kita berada di luar Taman Nasional, yang dikategorikan HPT itu tadi, ya mulai dari sana sampai ke Pantai dimana kita berdomisili. Pemandu Acara Pak Habib (PMPRD) Saya tambahkan juga, umumnya orang-orang PMPRD itu berada di pinggiran Taman Nasional, apalagi teman-teman yang berasal dari Pesisir Utara mungkin dari Malaya ini lebih kecil ruangnya. Pak Natsir Abbas (FKKM) Berarti masih ada juga pohon damar yang berada di dalam kawasan Taman Nasional yang dikelola ?

Pemandu Acara Pak Habib (PMPRD) Sepengetahuan kami tidak ada damar yang berada di dalam kawasan Taman Nasional yang disadap. Dan di dalam kawasan Taman Nasional itu sendiri ada pohon damar tapi tidak seberapa. Seperti saya contohkan di dalam kawasan Taman Nasional wilayah Way Penak itu ada tegakan damar, tapi itu tidak di tebang oleh perambah, jadi getahnya masih dimanfaatkan/diambil. Pak Banjar Yulianto Laban ( Balai Taman Nasional Lore Lindu) Saya mau menjelaskan dulu kepada Pak Natsir, zaman Belanda dulu itu, disitu bukan hanya ada 16 Marga tapi 17 Marga karena satunya Marga Satwa. Kemudian di tahun 1995 itu kita ramai-ramai setelah UU. Tata Ruang muncul setiap Propinsi itu mempunyai Tata Ruang. Kemudian Marga Satwa itu tadi di jadikan Taman Nasional, kemudian yang Marga 16 tadi itu dijadikan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Jadi ada kebijakan Pemerintah yang telah menetapkan hutan marga atau Repong damarnya itu disini sebagai HPT, kemudian kebijakan di luar garis aturan lokal itu telah dihentikan SK-nya oleh Menteri yang namanya

Pak Jamaludin, dengan menetapkannya sebagai Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI). Itu inspirasi dari Kehutanan di Jawa, karena di Jawa Perhutani yang mengelola hutan, kalau namanya LDTI di Jawa itu kawasan hutan yang digunakan untuk kuburan, tapi disini merubah fungsi HPT karena masyarakat ada repong disini, sehingga istilah HPT telah di buat menjadi setara LDTI dalam penggunaannya. Dan kebijakan ini, merupakan salah satu terobosan baru karena beliau peduli terhadap masyarakat petani repong damar. Kemudian saya kembali pada masalah organisasi, saya melihat organisassi ini meskipun belum memiliki Badan Hukum, tetapi sangat membuka peluang untuk mengembangkan wawasan yang lebih luas, sebab sekarang yang namanya Badan Hukum, ada Badan Hukum yang kena Pajak. Kemudian bapak sudah berinisiatif, kalau perlu tidak usah pakai Badan Hukum supaya orang bisa melihat, menyaksikan kemajuan lembaga Tanpa Badan Hukum tadi, mungkin juga bisa menerima masukan dari orang-orang luar yang tertarik dengan upaya damar ini, sehingga sekarang banyak teman-teman yang dulunya Yayasan itu segera merubah nama menjadi Paguyuban dan sekarang saya lihat struktur Paguyuban semacam ini. Artinya bisa menerima masukan dari luar, kemudian bisa mengembangkan kriteria ataupun pedoman-pedoman untuk pengembangan damar, sebab disini kalau bapak tertutup mungkin bapak akan dipermainkan oleh Tengkulak. Tapi kalau bapak terbuka bisa melihat suasana luar kemudian ada informasi, ini tinggal teman teman PMPRD lah yang bisa peduli dan mampu mempermainkan lebih jauh pengelolaan damar ini. Jadi saya pikir cukup bagus lembaga disini meskipun kita juga belajar dari bermacam bentuk intervensi, yaitu intervensi yang rusak misalnya, yang tadinya HPT kemudian ada APL yang jadi kelapa sawit tadi, kemudian ada lagi HPK (Hutan Produksi Konversi) itu nanti di rubah menjadi HGU. Aturan-aturan semacam itu menurut UU. 41/1999 tentang Kehutanan, ini sebenarnya sudah harus di tinjau kembali, sebab di UU. 41/1999 itu sudah ada disebut Hutan Adat jadi sejauh mana perjuangan PMPRD untuk sampai kesana, saya pikir status ini memang penting. Kemudian yang Marga Satwa ini sendiri, sebenarnya saya ingin melihat kesejarahan dari zaman Belanda dulu apakah ada pengakuan dari masyarakat, terutama masyarakat di Pesisir Barat ini, kemudian juga saya melihat apakah ada pengaruh dari orang-orang yang di sebelah timur, di Krui, Tanggamus, dan Kota Agung, apakah disana dulu punya pemahaman Adat, kemudian di Lampung ini hanya ada 16 Marga tadi yang memahami kewilayahan secara adat, karena terus terang saja mungkin transmigrasi datang ke Pesisir Barat ini setelah Indonesia Merdeka, bukan zaman Belanda, karena Zaman Belanda dulu waktu kita ketemu masyarakat di Sumber Sari, itu ternyata banyak masyarakat yang berkedudukan di Desa itu, masuk-masuk ke hutan tidak tahu pada tahun 50-an, bahwa itu Hutan Lindung. Tapi sampai saat ini Departemen Kehutanan hanya dapat kasih tahu bahwa Hutan itu adalah Hutan Lindung menurut Register. Dengan Register-register inilah sekarang menjadi kendala, tidak pernah bisa ketemu antara Masyarakat dan Pemerintah. Saya kira ini beberapa pertanyaan tentang masalah Pemargaan

tadi dan masalah keadatan. Serta saran tentang struktur kelembagaan itu,

demikian dan terima kasih.


Natsir Abbas (FKKM)

Karena tadi kedengaran bahwa di dalam kawasan Taman Nasional sudah ada yang mengambil damar disitu, tapi manurut Pak Banjar ada yang pakai Istimewa begitu. Sebetulnya kalau lembaga ini mau lebih bagus lagi atau mau merasa tidak berdosa kalau mangambil ini minta semacam persetujuan dari Kepala Balai Taman Nasional untuk mengambil damar. Di Plot dulu sehingga jangan sampai orang luar mengambil di kira Bapak-bapak yang mengambil, sehingga ada semacam kesepakatan, juga barangkali Pak Banjar sendiri itu sebagai Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam VI dulu, memberikan kepada masyarakat Wana untuk mengambil Damar. Jadi mestinya bapak-bapak juga berusaha mendekati Kepala Balai supaya bisa dapat pengakuan, sehingga bisa mengambil Damar di dalam kawasan konservasi, sebab menurut bapak-bapak itu tidak bisa. Kalau ada keleluasan atau kesepakatan-kesepakatan dengan Kepala Balai saya kira itu bisa saja seperti yang terjadi pada Cagar Alam. Saya kira Cagar Alam lebih sulit lagi di banding Taman Nasional, Cagar Alam memang tidak bisa di ganggu gugat. Tapi setelah ada kesepakatan dengan Kepala Balai, masyarakat adat yang tinggal di dalam itu bisa mengambil. Tapi betul-betul memang masyarakat adat ini membawanya paling banyak 20 Kg. Jadi kalau bapak-bapak ingin memanfaatkan hasil hutan berupa Damar yang ada di dalam kawasan Konservasi harus melakukan pendekatan atau negosiasi dengan Kepala Balai, karena kalau tidak bapak-bapak akan di tuntut dengan Undang-undang Konservasi. Saya kira hanya itu yang bisa saya sampaikan terima kasih wasalam. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Terima Kasih. Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah, untuk itu saya dengar juga sebagian masyarakat disini berbatasan dengan Taman Nasional. Jadi bagaimana cara pengelolaan damar yang ada di dalam kawasan Taman Nasional disini. Apa ada persetujuan dengan Kepala Balai Taman Nasional disini atau bagaimana atau ada kebebasan untuk mengelola, itu yang perlu kami tanyakan.

Terima kasih

Jawab Iwan (WATALA) Mungkin sedikit saya tambahkan, bahwa terciptanya program dari kawan-kawan khusus Lampung Barat terutama adanya tanaman Damar. Dulu ada program pelestarian damar, jadi kenapa disini KCMU itu belum ada, kalau kawan-kawan disini masih berbicara masalah Otonomi. Kesepakatan Otonomi itu berangkat dari bawah, kalau kebijakan dari Pemerintah atau versi Pemerintah, tidak ada yang berani mengelola itu. Kenapa ada teman-teman PMPRD itu imbas dari adanya

kelompok-kelompok yang memiliki komitmen pelestarian pohon damar di Lampung Barat? dan mengapa tidak ada Akte Notaris atau diperkuat dengan Surat Izin?, kembali ditinjau dari kondisi-kondisi dan situasi-situasi yang ada di Lampung Barat. Mengapa harus ada kesepakatan antara pihak Balai Taman Nasional dan masyarakat dalam Pengelolaan damar di dalam kawasan?. Natsir Abbas (FKKM) Ya... itu pertanyaan tadi, Iwan kan tidak sering disini, jadi yang menjadi kebutuhan kami, bolehkan kita belajar melihat contoh perjanjiannya supaya bapak-bapak ini bisa belajar dengan itu, kalau itu ada kesepakatan dengan Kepala Balai tolong kami mau lihat, agar supaya kami juga dapat membuat kesepakatan seperti itu, karena menurut sdr. Iwan itu ada kesepakatan. Terima

kasih.

Jawab Pak Darsan (PMPRD) Pengelolaan damar di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan itu sebenarnya tidak seberapa yang ada satu dua batang, itu kadang-kadang juga tidak bisa kita ketahui kepastiannya, istilah disini Damar Tandang, jadi artinya kalau ada yang mau ambil silahkan ambil kalau kami yang sudah mapan dengan masalah itu kami sama sekali tidak mau mengambilnya. Pertama itu memang tidak diperbolehkan, sepengetahuan saya ada di Pesisir Selatan karena disana masih lebih banyak dibanding dengan Malaya (pesisir utara), saya dengar informasinya yang mengambil itu memang ada dan hasilnya sudah agak lumayan, tapi kalau masalah Kesepakatan dengan Balai Taman Nasional kita tidak mengerti juga. Terima kasih. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Saya pahami PMPRD ini hanya mengelola hutan damar yang ada di wilayah adatnya dan tidak ada hubungannya dengan Taman Nasional. Kita bicarakan dulu masalah yang ada disini. Yuser ( Kepala Desa Wuasa) Begini timbul tadi pertanyaan itu karena masalah wilayah yang berbatasan dengan Taman Nasional, sedangkan kita juga memiliki damar yang ada di dalam Kawasan Taman Nasional. Jadi saya kira timbul pertanyaan ini. Alimuddin Paada (Yayasan Katopasa Indonesia) Jadi saya kira sudah jelas, bahwa PMPRD dan anggotanya itu tidak menggarap damar yang ada di dalam kawasan Taman Nasional, sebab mereka sudah memiliki damar pada masing-masing repong di masyarakat pengelolala damar.

Pemandu Acara Habib (PMPRD) Sebenarnya PMPRD adalah petani damar yang lebih fokus pada pemanfaatan getah batang dan upaya Pelestarian damar itu, kemudian PMPRD juga bekerja untuk Lingkungan Hidup. Jadi sampai masalah perambahan hutan PMPRD berkecimpung kesana. Jadi kami PMPRD hanya pada pelestarian pohon damar, karena seperti harapan bapak tadi, jadi PMPRD bukan hanya untuk masyarakat Pesisir. Jadi untuk rencana kedepan PMPRD akan bergerak pada kegiatan yang lebih jauh di luar Krui sampai pada daerah perbatasan Lampung Barat. Dan kami PMPRD tetap peduli terhadap upaya pelestarian Taman Nasional, bahwa kami tidak akan menyebarkan bibit-bibit damar di Taman Nasional, karena akan melegalkan kegiatan di Taman Nasional. Itu mungkin sekedar gambaran saja

terima kasih.

Yus Kabi (Masyarakat Desa Wuasa) Pertanyaan saya yang pertama kepada Bapak-bapak yang di PMPRD, apakah PMPRD sudah pernah melakukan study banding ke daerah lain tentang damar . Dan pertanyaan yang kedua yaitu apakah PMPRD sudah pernah menjajagi soal pemasaran hasil damar atau apakah sudah terikat kerjasama dengan mitra atau eksportir sehingga damar yang ada tidak lagi di jual disini tapi langsung kepada eksportir. Pemandu Acara Habib (PMPRD) Pada tahun 1997 PMPRD sudah pernah mencoba dengan tim Krui memantau harga damar sampai ke Luar Negeri, tapi harga dari tingkat lokal sampai pada eksportir itu masih wajar-wajar saja. Jadi tidak ada penekanan harga ke masyarakat petani damar. Setelah bubarnya tim Krui 2 tahun yang lalu tidak di lakukan lagi sebab dulunya ini bekerjasama dengan LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia), itu yang pernah dicoba. PMPRD belum pernah melakukan study banding keluar ke wilayah yang banyak potensi damarnya. Karena mungkin di batasi oleh masalah pembiayaan. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Kita sudah membicarakan masalah pasaran ini, yang seharusnya kita diskusikan yaitu pola pengelolaan damar di mulai dari tahapan awal ( Pembibitan, Budidaya, kemudian Pemasaran) ini yang seharusnya kita-kita pertanyakan dan di pelajari supaya kita dapat tahu secara jelas dan ter-prosedur. Sekarang kita sudah berbicara soal pemasaran tapi kita tidak mulai dari awal sebelum pemasaran itu. Sebenarnya tujuan kita datang kesini adalah mau belajar bagaimana melakukan

pembudidayaan damar, ini yang seharusnya di sampaikan kepada kami dan bagaimana membentuk kelompok-kelompok pembibitan pohon damar sehingga terbentuknya PMPRD supaya kita semakin jelas atas keberhasilan lembaga dalam melakukan pengelolaan dan pelestarian pohon damar. Yus Kabi (masyarakat Desa Wuasa) Maksudnya ini, kita ketahui bahwa masyarakat petani damar disini sudah melakukan pemasaran dan soal Budidaya, cara pengelolaan dan pemasarannya dia sudah tahu dan bahwa jelas mereka sudah pada tahap penjualan. Sementara di tingkat masyarakat kita, Sulawesi Tengah, belum sama sekali seperti apa yang telah dilakukan oleh masyarakat disini, jangan lagi kita sudah sampai di daerah kita akhirnya ada beberapa informasi atau cara yang tertinggal. Alimuddin Paada ( Yayasan Katopasa Indonesia) Jadi begini saja Pak, tadi saya mengatakan bahwa kita akan menyampaikan juga kegiatan Study Banding, tapi kita belum menyampaikan itu, kita sudah membahas hal-hal yang sangat luas akhirnya pembicaraan tidak terfokus pada keinginan bapak-bapak yang hadir. Jadi saya minta waktu untuk menyampaikan tujuan kita dalam Study Banding ini.

Assallamuallaikum war. Wab. Dan selamat malam.

Sebelum saya menyampaikan tujuan, saya akan menyampaikan sedikit bagaimana tentang Sulawesi Tengah yang ada kaitannya dengan damar. Jadi Sulawesi Tengah potensi damarnya juga cukup bagus, tapi damar yang ada itu dari Agathis dan untuk mutunya yang disini dan yang di Sulawesi Tengah itu kami belum tahu karena kami belum membandingkannya. Jadi mulai dari Moutong, Morowali, TNLL dll. Atau baik dari Utara sampai ke Selatan itu semua potensi Damar. Dan memang semuanya masih dalam bentuk alami belum ada yang ditanam sama sekali. Jadi itu tentang damar yang saya informasikan. Dan untuk produksi di setiap tempat yang disebutkan tadi cukup banyak hasil damarnya, dan untuk wilayah Morowali mungkin mereka sudah memulai proses pemasaran tapi di sekitar TNLL itu hampir dibiarkan saja. Dan setelah melalui E-mail lewat WATALA dan informasi dari teman-teman yang lain kita merencanakan untuk studi banding. Kemudian dalam study ini kami bertujuan untuk melihat beberapa hal antara lain; Bagaimana sistem Budidayanya disini, sebab disini ada sistem budidaya, setelah kita berbicara tentang budidaya kemudian kita melihat kembali tentang benihnya, bibitnya, bagaimana dipolibagkan, bagaimana ditanam, lubang tanahnya seperti apa, kemudian setelah ia bisa tumbuh berapa pohon yang bisa disadap. Kemudian setelah ada getahnya bagaimana lagi sortirnya supaya siap ke pasar. Jadi itu yang paling prioritas akan kami pelajari yaitu; bagaimana Budidayanya,

Pengelolaannya, Pasarnya dan kami juga akan mengetahui sistem kelembagaan yang dibangun disini, terus terang dalam hal kelembagaan kami tidak mengkoreksi. Tapi kami mau melihat itu bagaimana mekanisme bapak-bapak menyusun kelembagaan bapak. Saya kira itu, ada 4 hal yang akan kami lihat.

Terima kasih.

Habib (PMPRD) Kalau saya ambil satu kesimpulan dari tahapan-tahapan pembuatan repong damar mungkin dapat menjelaskan bapak Darsan tahapan pembuatan repong damar seperti apa. Mudjis (Ketua PMPRD) Asalamuallaikum war.wab. Terima kasih kepada saudara Habib untuk memberikan kesempatan kepada salah satu temannya memberikan gambaran tentang tahapan-tahapan pembuatan repong damar. Pada dasarnya repong damar itu berasal dari biji damar itu sendiri, karena damar itu sifatnya berbuah, nah berbuah itu juga tidak hanya setahun sekali bahkan sampai empat tahun sekali, kadang-kadang jarang damar itu berbuah, bijinya berbentuk seperti kelereng dan ada seperti balingbaling di belakang itulah sifat-sifatnya. Pak Natsir (FKKM) Bisa kita lihat buahnya disini ? Mudjis (Ketua PMPRD) Untuk sekarang sulit untuk dilihat, karena agak langka, tapi akan kita usahakan kalau ada, memang kemarin ada yang berbunga itupun kalau jadi, itupun banyak bahayanya karena disenang oleh burung-burung, tupai juga suka, artinya kalau tidak serempak damar itu berbunga akan dihabiskan oleh binatang-binatang itu, nah makanya sulit sekali untuk mendapatkan buahnya, itu kalau buahnya sifatnya lokal-lokalan. Jadi kalau semuanya berbuah itu baru bisa diambil, nah....kalau sifatnya seperti itu baru buahnya bisa diambil. Untuk menumbuhkan buah itu pertama-tama di rendam di air dingin kira-kira dua malam, itu nanti akan tumbuh, kalau dulu setelah kecambah langsung di tanam ke tanah, itu dulu, di tanah yang sudah di siangi, kalau sekarang setelah keadaan sudah sedikit maju sudah ada polibag plastik (koker), sekarang sudah di tempatkan di polibag seperti itu, tapi kalau ditanam di tanah yang tidak menggunakan plastik, harus berumur 2 tahun baru bisa dipindahkan. Kalau kecil dia nanti cepat kering begitu dicabut Karena tidak dengan tanahnya kemudian dipindahkan, karena di cabut, kadang-kadang 4 jam kita baru sampai ke tempat penanam itu, untung

kalau sorenya ada hujan kalau kering 4 hari tidak ada hujan pasti damar itu akan kering/mati. Kalau sudah berumur dua tahun batangnya itu sudah sebesar ibu jari, walaupun dalam musim agak kering juga pasti bisa hidup. Tapi sekarang tidak sesusah seperti itu kerana sekarang sudah ada Polibag dan segala macam usaha kita, nah kalau itu bisa berapa bulan kita bawa-bawa itu tidak akan mati. Kemudian tahap awal yang menjadi kebiasaan nenek moyang kita adalah berladang, bukan hanya menanam damar itu, tapi menanam padi untuk 1 2 tahun. Untuk 1-2 tahun ini sudah ada dadak, umur 2 tahun dadak sudah bisa hidup maka sudah bisa melakukan penyetekan Lada, jadi umur 3 sampai 4 tahun ladanya sudah berbuah, nah kopi sudah mulai ditanam di bawahnya, karena kopi di daerah ini tidak seperti kopi di daerah lain, kopi disini membutuhkan pohon pelindung, sebab kalau tidak ada pelindung kopi tersebut akan berdaun kuning, ini kalau didahulukan kopi ketimbang dadak. Untuk kawasan pesisir, duluan di tanam dadak dari kopinya. Setelah kopi berumur 4 tahun disitulah mulai bibit damar disisip-sisipkan. Setelah berumur 20 tahun lada ini tidak lagi produksi dia sudah dirimbun oleh pohon damar tadi, dan damarnya sudah bisa disadap, begitu terus-menerus. Tidak pernah ada yang namanya kekosongan produksi. Tapi kalau masyarakat pendatang, mereka tidak melihat bahwa itu dalam jangka 20 tahun bisa berhasil, mereka hanya memperhitungkan kalau 20 tahun bisa kelaparan anak isteri saya, padahal pada awalnya itu kopinya ada, ladanya ada dan tidak pernah kosong seperti itu, itulah yang dinamakan bentukan repong. Kemudian langsung dengan damarnya tadi itu berbarengan dengan tanaman-taanaman lain, karena biasanya damar ini berkembang durian juga berkembang, nah barengan tanaman bibit durian itu, terjadilah yang namanya repong. Karena yang berbentuk repong itu terdiri dari beberapa jenis tanaman yang sifatnya tanaman keras seperti; duku, durian, jengkol dll. Itulah gambaran sekilas tentang budidaya damar itu sendiri. Terima kasih. Alimuddin Paada (Yayasan Katopasa Indonesia) Jarak tanamnya berapa meter ? Mudjis (Ketua PMPRD) Jarak tanamnya terserah, tergantung dengan keinginan kita, memang itu punya kelebihan dan kekurangan. Kalau penanamanya rapat, damarnya akan tinggi kayunya akan banyak nanti. Tapi kalau penanamannya agak jarang 6 x 6 meter tumbuhannya akan pendek dan besar, jadi kalau disadap sisa kayu yang di atas itu tidak seberapa lagi. Umpanya kalau waktunya nanti tumbang oleh badai dan segala macam, kayu damar tersebut tidak dapat digunakan lagi, hanya dapat di pakai untuk kayu bakar. Tapi kalau yang rapat dan tinggi tadi dia sampai 4

potong papan 4 x 4 berarti mendapatkan 16 meter papan dan kayu-kayuan perkakas lainnya. Maka itu sifatnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk penyadapan dapat dilakukan setelah umur 20 tahun ke atas, sadapan pertama itu memang sederhana sekali dalam jangka 3 bulan dia mulai mengerucut sendiri, jadi sudah mulai dipanen dalam jangka 3 bulan, pertamanya 3 bulan dulu, bukan sebulan-sebulan, nanti bulan-bulan berikutnya baru satusatu bulan. Nah produksi kalau sudah 1 tahun atau setengah tahun kedepan dia sudah menghasilkan 2,5 Kg per batang minimal, jadi artinya kalau dia 100 batang kali 2,5 dalam satu tahun dan dia akan meningkat terus sampai 5 tahun, tapi setelah 5 tahun nanti dai mulai susut. Nah pada waktu susut itu dia sudah besar umur 5 tahun, setelah umur 5 tahun kita mulai mengurangi, ini jangan lagi karena nanti dia akan tumbang, nah kita mulai tempel atau membuat satu lubang lagi di atasnya yang lubang tadi sudah kita tinggalkan. Nah ini untuk menahan batangnya, inilah cara pengawetan hasilnya ada disini, jaraknya ada sekitar 30 Cm. Karena yang paling bawah ini di telapak kaki yang kelas duanya di lutut, yang kelas tiganya di Perut dan yang keempat sudah dihadapan kita, jadi kalau kita nyadap mata ini tidak kena. Artinya sampai berantai keatas sampai 13 susun, kalau lebih dari itu sudah merusak pohon, karena nanti batangnya cepat tumbang. Pak Natsir (FKKM) Biasanya sampai umur lima tahun itu lambat tumbuhnya pohon damar ini. Mudjis (Ketua PMPRD) Lambat itu sebenarnya tidak, tapi yang jelas namanya ditunggu kapan besarnya memang lambat ketimbang tanaman kopi, kopi 2 tahun 18 bulan itu sudah bisa dipetik buahnya. Habib (PMPRD) Saya ingin manambahkan apa yang dikatakan oleh pak Munjis tadi, apabila ia sudah umur 5 tahun itu, takikannya (lobangnya) itu sudah besar, jadi kta membentuk lobang baru baik di atas ataupun disamping. Jadi dengan sendirinya akan tertutup dengan kulit yang baru dan dengan syarat jangan di lukai lagi. Toduhu P. Biro (Masyarakat Palolo) Dan dalam lubang takikannya itu berapa dalamnya ?

Habib (PMPRD) Dalamnya lubang takikan itu pada awalnya masih kecil sebesar bungkus korek api, untuk takikan awal. Dalamnya hanya sampai melukai kulit luarnya saja. Dan untuk takikan baru, pada umur 20-25 tahun, serta untuk dalam itu tadi sangat tergantung dengan usia batang, jadi karena sering diambil, lubang itu akan lebar dan kedalamanyapun akan bertambah. Tuty (Yayasan Katopasa Indonesia) Apakah bentuk takikan lubangnya harus segitiga? Habib (PMPRD) Untuk takikan awal harusnya segitiga, itu cara yang umum. Saya kurang mengerti mengapa harus segitiga, mungkin lebar bawahnya untuk tempat kaki ketika di panjat untuk mengambil damar pada lubang berikutnya. Ketika umurnya sudah bertambah, lubang tersebut tidak berbentuk segitiga lagi, karena ia harus melukai pinggiran terus. Yus Kabi (masyarakat Desa Wuasa) Apakah PMPRD sudah memiliki buku panduan tentang wilayah-wilayah damar ini, karena dari penjelasan tadi kami belum mengetahui semuanya ? Darsan (PMPRD) Untuk itu kami belum membuat panduan cara apa yang dilakukan, tapi kami sedang merancang pembuatan buku panduan itu. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Tadi sudah mulai dari cara menanam dan cara penyadapan. Untuk akses pasarnya lagi, bagaimana kalau teman-teman ini keluar dan mengkomunikasikan. Pengalaman di tempat saya harga ditekan oleh keluarnya SKSHH. Dokumen SKSHH itu yang per-ton biasanya dikeluarkankan oleh Instansi Dinas Kehutanan. Untuk disini yang di kenakan SKSHH itu, apakah pemgumpul yang akan menjual ke Jawa itu, atau dari mana, sebab biasanya ada 2 tahap, berapa besar per-ton untuk biaya izin tersebut. Apakah itu tidak mengganggu harga pasar pada sistem-sistem yang ditetapkan oleh Kehutanan itu.

Habib (PMPRD) Mungkin bisa saya jelaskan sedikit. Masalah damar memang disini dikenakan IHH (Iuran Hasil Hutan), karena damar selama ini tidak pernah diakui oleh Pemerintah bahwa itu berada di tanah masyarakat, tapi itu adalah hasil hutan. Jadi damar ini di kenakan IHH, yang saya ingat 40 rupiah per-Kg. Tapi itu bukan dipungut dari pengumpul lokal atau petani tapi itu di kumpul dari pedagang pasar. Jadi ketika barang itu keluar dari Krui itu baru dikenakan IHH. Mudjis (Ketua PMPRD) Saya pikir tidak mengganggu harga pasar, sebab dari dulu seperti pertanyaan tadi bagaimana dapatnya seperti ini, memang dari dulunya seperti itu. Artinya menurut saya ini merupakan perdagangan warisan dari nenek moyang dulu, kita tidak tahu bagaimana nenek moyang dulu mendapatkan harga, dan di keluarkan kemana. Yang jelas kalau dulu dari Pesisir Selatan itu langsung ke PT. Indo Gala Murni Pratama ke Jakarta, tapi waktu itu belum di sortir, begitu turun dari kapal motor dari pedagang pengumpul langsung diterima oleh Tirma Sibolga Trading coi, yang sekarang ini sudah menjadi PT. Indo Gala Murni Pratama. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Yang menjadi pertanyaan saya tadi . saya melihat ada ketimpangan yang di lakukan oleh Kehutanan, karena ini hak hasil pertanian saya atau hasil kebun saya bukan Perhutani, itu mungkin. Bisa tidak disuarakan kalau memang seperti ini sudah ada asosiasi, karena damar-damar yang harusnya keluar dari kebun masyarakat itu tidak bisa di katakan hasil hutan. Karena mungkin dari Kehutanan bisa melihat dan mungkin dia bisa bedakan damar dari alam dan damar yang ditanam sendiri. Mungkin itu terima kasih. Habib (PMPRD) Mungkin saya jelaskan sedikit, makanya tadi seperti yang telah dijelaskan oleh Ketua, Pesisir Barat Lampung Barat terutama Krui, itu tidak pernah mengakui adanya HPT, HL, dll. Karena pengakuan masyarakat Krui 12 Km dari Pantai adalah tanah Marga, dan itu memang lagi diperjuangkan oleh teman-teman di Lampung dan PMPRD sendiri. Mungkin imbas dari hilangnya HPT, HL itu bisa jadi akan hilang IHH juga. Nah ini, mungkin itu yang bisa saya tambahkan.

Darsan (PMPRD) Kami meminta kepada Departemen Kehutanan supaya kebun damar kami ini jangan dikategorikan hutan, namun jawabannya : sejak zaman Belanda damar ini dikategorikan hasil hutan, jadi untuk merubah pemahaman itu haruskah ke DPR, melalui proses konsultasi?. Jadi payah, mungkin tidak bisa saya sendiri, itupun harus diajukan dulu. Mudjis (Ketua PMPRD) Waktu ditelorkannya IHH dulu, kami pernah menghadap DPR tingkat I Lampung sebanyak 100 orang pada saat. Kita di terima saja begitu, yang mereka anggap sebagi masukan saja buat DPR, tapi ternyata IHH damar langsung lahir juga atau langsung disetujui artinya. Darsan (PMPRD) Tapi kalau IHH damar ini sudah ada sejak dulu namanya SK B (terkait hasil hutan bukan kayu). John (BKSDA Sub Morowali) Saya masih tertarik dengan masalah pengelolaan damar, khususnya masalah panen. Saya menganggap ini belum tuntas, karena kami hanya mendengar cara tebas, kemudian cara pengambilannya itu kita menggunakan alat apa ? kemudian disini barangkali ada masalah kalau nanti semakin tinggi, si pengambil damar ini bisa terjatuh, ini yang penting dijelaskan cara pengambilannya agar supaya jangan sampai kita jatuh. Kemudian pada umur berapa waktu panennya supaya kita mendapatkan damar yang benar-benar bermutu untuk dipasarkan, sehingga ketika disortir ini ada kelas A, B, AB dst. Barangkali itu dulu pak. Habib (PMPRD) Pengambilan damar itu pertama masalah waktu panen hasil getah damarnya, itu tergantung kebutuhan, untuk kebutuhan ada yang 1 minggu, ada yang 2 minggu, dan ada yang 1 bulan. Semakin tua umur, getah yang diambil itu semakin bagus kualitasnya. Jadi alat-alat yang digunakan itu pertama di sebut: Bobalang (pikulan), Ambon (tali) terbuat dari rotan, dan kampak penyungkil getah damar. Jadi cara pengambilan, misalnya lubangnya mau dibuat di mana jadi lubangnya melukai kambium, kemudian getahnya terambil dengan alat kampak tadi dan dikumpul ke dalam tembilung yang terbuat dari pelepah pinang yang berbentuk kerucut, tapi karena sekarang ini dunia sudah maju maka orangorang sudah menggunakan ember yang anti pecah. Itu mungkin penjelasannya.

Kita sepakat untuk hal-hal yang teknis dari mulai cara pemanjatan, penyadapan dan penyortiran bisa kita lihat di lapangan besok. Yuser Gae (Kepala Desa Wuasa) Setelah kita melihat struktur dari organisasi PMPRD ini, saya melihat di situ sudah terbagi tugas masing-masing. Jadi jelasnya disini yang perlu kami ketahui, jelasnya bahwa ini sudah terorganisasi. Bagaimana caranya organisasi ini bisa mendapatkan dana untuk menghidupkan organisasi ini?. Habib (PMPRD) Pertama PMPRD berdiri tahun 1997, itu PMPRD mencoba urunan pengurus wilayah, kebetulan dari tahun itu saya sudah memegang duit teman-teman. Jadi perwilayah itu terjadi Rp 25.000,- Sebab kami terbagi atas 3 wilayah jadi terkumpul dana sebesar Rp 75.000,-. Kemudian setiap pertemuan bulanan, PMPRD menyisihkan uang sebanyak Rp 5.000,-/ wilayah. Jadi dalam waktu 1 bulan bisa memasukan uang sebesar Rp 15.000,-. Disamping dari hasil simpanan iuran pokok tadi. Kalau sekarang setiap tanggal 5. setelah berjalan beberapa tahun terjadinya tim Krui, tim Krui terdiri dari 13 lembaga LSM sudah termasuk PMPRD. Dalam tim Krui PMPRD tidak pernah mengeluarkan dana karena dari tim sendiri yang swadaya. Kemudian setelah tim Krui bubar, PMPRD sempat merana sebulan karena dana tidak ada, tidak tahu kita kedatangan angin segar, kami dapat dana dari ICRAF sebagai pemberian ICRAF saja, dan setelah ICRAF memberikan dana ini habis kemudian datang lagi sekarang dari DFID. Kebetulan Pak Ivan Biyot dan Pak Kristoper Beneth ikut serta kesini, dan mereka menyatakan siap untuk mendanai PMPRD dalam program 6 bulan. Sejak tanggal 11 Maret 2002. Jadi sampai hari ini dananya berasal dari DIFD. ICRAF memberikan dana kepada PMPRD ini tanpa diminta dan memberikan dana sebesar 1.500 $ (dollar) = Rp 150.000.000,-. Kemudian DFID memberikan dana kepada PMPRD sebanyak Rp 56.450.000,- dengan lama program 6 bulan. Serta untuk DFID sendiri mendukung PMPRD dalam program Sosialisasi pada 6 Marga, Pengelolaan dan Kelembagaan, kemudian Lokakarya, Monitoring dan Evaluasi 3 Bulanan. Demikian terima kasih. Banjar Yulianto Laban (Kepala BTNLL) Selama ini PMPRD dalam hubungannya dengan masalah dana, apakah pernah melakukan penggalian dana dari iuran warga tadi, mungkin warga yang menjual 1 ton hasil damarnya berapa yang masuk untuk PMPRD, ada tidak cara seperti itu.

Habib (PMPRD) Tidak ada, selama ini PMPRD masih melakukan dalam bentuk swadaya dan sukarela, belum pada pemberian atau iuran dari hasil jualan damar. Pak Natsir (FKKM) Coba minta pada lembaga lain dengan dukungan YBHI. Kalau bapak sudah di percara oleh lembaga semacam YBHI pasti banyak lembaga yang akan berbondong-bondong membantu bapak asal kepercayaan itu perlu. Kalau bapakbapak ini ketika diaudit nanti dan segala macam. Makanya mengapa saya tadi buru-buru tanyakan tentang Badan Hukum, karena kalau ada Badan Hukum pasti ada yang bertanggung jawab penuh. Maksudnya dengan Badan Hukum ada mungkin yang akan beratanggung jawab apabila di lakukan pengauditan. Kalau tidak ada Badan Hukum tidak jelas siapa yang akan bertanggung jawab, dan apabila ada Badan Hukum jelas ada yang bertanggung jawab.oleh karena itu saya katakan tidak perlu berbentuk Yayasan atau apa, tetap PMPRD, tapi di Akte Notariskan atau apa supaya bisa ada Badan hukumnya. Karena ini penting sekali buat Lembaga Donor yang lain untuk membantu bapak. Dan bapak coba sekarang membuat semacam proposal untuk menelusuri, supaya harga lebih tinggi lagi. Jadi jangan cuma mencari seperti yang sekarang hanya sekedar Rp 8.000,-/Kg harga pasaran damar. Tapi bisa menjadi eksportir yang ada di Negara ini, jadi jangan hanya di lempar ke Surabaya tapi dari sini bisa langsung ke Singapura untuk menjual hasil damar. Habib (PMPRD) Kita mengajukan program kembali ke DFID itu secara lisan dan mereka siap mendukung. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Kalau kita mengacu pada daerah kita di sana, sebenarnya damar yang di sana hampir sama dengan damar di sini juga, dulu pada awal-awal sebelum Indonesia merdeka, Eropa sangat tertarik dengan hasil damar di Indonesia. Di Sulawesi juga, hampir semua masyarakat melakukan pengambilan damar tapi kira-kira awal tahun 50-an dan juga kami punya kakek yang sering melakukan pengelolaan damar. Itu dulu damar disana dicap merk dagang dan di beri Peneng (tanda bayar Pajak). Setelah toke-toke China mulai beralih pada pembelian kayu mereka sudah tidak tertarik dan mengelola damar lagi. Sejak dulu itu juga pasar untuk pembelian damar tidak ada atau untuk harga damar yang pasti tidak ada . Nanti sekitar awal tahun 90-an mulai ada lagi harga damar, nah orang-orang mulai masuk ke hutan lagi, seperti di Cagar Alam Morowali, bedanya dengan di sini kalau di daerah kami mereka di sana ketika

menemukan pohon damar cara pengambilan getahnya mereka menebas batang pohonnya tidak seperti disini. Kemudian cara pengambilannya mereka tidak sampai memanjat. Setelah menebas beberapa pohon kemudian seminggu atau berapa hari dia pergi mengumpul getah damarnya. Biasanya kalau dia pergi ketempat yang lain dan ia dapatkan damar yang ada sudah ada yang punya, dia mencari yang lain dan menebas kulitnya dengan cara melingkar, artinya dengan cara begitu akan dapat lebih memperbanyak hasil sadapan. Demikian terima

kasih.

Habib (PMPRD) Terima kasih saya bisa menjelaskan sedikit. Di era Presiden BJ. Habibi, harga damar bisa mencapai harga Rp 7.800,- s/d Rp 8.000,- per kg damar mata kucing, karena mengikuti arus dollar, sekarang sepertinya damar mata kucing ini harganya biasa-biasa saja, begitu dollar naik harga damar tidak ikut naik, jadi standar sifatnya. Kalau untuk tipe dan jenis tingkatan damar terbaik di sini ada di sebut AC lokal, jadi damar tersebut dari A (ukuran besar) sampai pada ukuran C (ABC), jenisnya mata kucing semua. Dulu pernah dibuat AC ekspor , tapi kalau seperti kondisi sekarang ini sepertinya tidak memungkinkan lagi karena damarnya sudah kotor, jadi dia buat AC lokal. Untuk damar batu yaitu jenis getah dari kayu Kuyung atau khusus kayu kuyung untuk kategori damar batu, kalau dari kayu Meranti damar tersebut getahnya berwarna hitam biasanya di pakai orang untuk menempel kapal yang bocor. Pengumpul yang membawa damar di sini, kalau masalah harga itu biasanya lugu, karena kekeluargaan tadi. Setelah saya jual damar misalnya saya jual getah damar sebanyak 40 Kg, di kasi nota nanti, jadi duitnya begini Rp. 4 x 4 = 16 = Rp 160.000,- saya hanya bisa terima nota dengan duit, artinya saya tidak berani tanyakan harga. Kemudian andaikan saya nanti menjual ke bawah sini harganya di bawah ini mungkin minggu depan saya tidak jual di situ lagi. Banjar Y. Laban (Kepala BTNLL) Itu ada orangnya tidak komandan Lubuk Balak supaya tidak menghadapi Rp 120.000,-. Habib (PMPRD) Oh... tidak ada komandannya. Jadi saya bisa jual dengan siapa saja, saya tidak jual tidak apa. Kemudian ini jual ke B ini ke C, setelah di perbandingkan sama harganya Rp 4.000,-

. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Tadi disini cukong itu tidak berani mempermainkan harga karena cukup kuat sistemnya. Mudjis (Ketua PMPRD) Jadi perimbangan perongkosan itu kayaknya masih seimbang, mereka tidak mempersoalkan itu. Tapi kalau itu menyolok ternyata turun drastis harganya, tentu ada orang ke sini, dan dari sini langsung ke PT Indogala, bagaimana sebenarnya disana. Tapi selama itu belum berubah secara drastis itu biasa tidak ada terjadi seperti itu, karena orang-orang disini tidak segan-segan juga mau kesana. Sekian dan terima kasih. Pemandu Acara Habib (PMPRD) Pembahasan selanjutnya yaitu masalah kunjungan lapangan ke Lubuk Balak. Kalau untuk melakukan kunjungan lapangan sebaiknya jangan hari Jumat, kalau hari yang tepat yaitu Hari Kamis sama hari minggu. Hari Rabu mereka naik untuk mengambil damar sebab besoknya mereka akan pasaran di kampung. Dan untuk Hari Minggu adalah hari libur anak-anak sekolah, jadi kalau melihat petani damar dari anak-anak yang masih kelas 5 SD silahkan di jadwalkan pada hari minggu. Jadi masalah kunjungan lapangan kalau bisa besok hari Jumat itu kita ke Pamongan. Hari sabtu baru kita ke Lubuk Balak. Sekian dan terima kasih.

Pertemuan ini selesai pukul 23.00 Wib.

Kegiatan V Hari/Tanggal Waktu Tempat Peserta Notulensi

= Kunjungan Lapangan = Sabtu, 20 April 2002 = Pukul 10.15 WIB = Lubuk Balak Pekon Panengahan =Tim Study Banding Damar, PMPRD dan Masyarakat setempat. = Musadat.

Setelah tiba di Lubuk Balak semua Tim Study Banding Damar berkumpul melingkar untuk mendapatkan pengarahan dari Pak Habib (PMPRD) sebagai pemandu perjalanan lapangan, demikian pak habib menyampaikan beberapa hal

tentang kondisi Lubuk Balak dan hal yang perlu diperhatikan ketika mau melakukan diskusi dengan masyarakat. Habib (PMPRD) Asalamuallaikum war. wab. Yang pertama ingin saya sampaikan tentang kondisi Lubuk Balak. Lubuk balak adalah nama sebuah Lubuk yang besar, dulunya besar Lubuk ini, karena disini ada pertemuan dua aliran air/sungai, yang satu dari simpang kiri dan yang satu dari simpang kanan, sedangkan air yang dari simpang kanan itu sudah tercemar dari pembuangan sampah pasar Liwa, limbah rumah sakit, kemudian got Pasar Liwa, nah ini air yang kelihatan keruh sekali. Sementara yang sebelah sananya bening, dan yang sering terjadi banjir yaitu yang sebelah sini untuk sebelah sananya aman. Jadi kalau keduanya banjir bersamaan, bisa-bisa airnya naik sampai ke gubuk pembeli getah damar. Kemudian yang kedua ingin saya katakan agar seluruh tim ketika mau melakukan sesuatu disini harus pamitan dahulu kepada siapa yang akan kita temui, dan contoh yang penting misalnya kalau kita mau melakukan pemotretan kepada para Ibu-ibu harus seizin yang bersangkutan, atau mengambilnya dari kejauhan yang mungkin dia tidak mengetahui kalau ia sedang dipotret. Karena disini sudah banyak contoh, Ibu-ibu yang dipotret itu dimasukan di koranlah, kalender, tanpa seizin mereka jadi itu sudah menjadi masalah mereka. Kemudian yang terakhir, bahwa Lubuk Balak ini sebagai tempat para pembeli getah damar dan para ojek-ojek, jadi bukan tempat para petani getah damar, tapi para petani, pembeli dan pengojek akan bertemu disini untuk transaksi. Jadi sekian penyampaian saya silahkan kalau mau melakukan diskusi dengan para Ibu-ibu Pengojek. Terima kasih.

Wawancara dengan Ibu Ratna salah seorang pengojek Damar. Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Rata-rata pekerjaan para ibu-ibu disini untuk setiap harinya melakukan ojek damar, dan kalau sudah sore semuanya akan beranjak pulang. Musadat (YAKIS) Kalau ojek damar itu bagaimana caranya bu ?

Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ojek itu artinya mengangkut/memikul damar dari Lubuk balak sampai ke kampung yang berjarak kira-kira 5 Km, serta damar yang dipikul tersebut adalah damar milik si pembeli yang dibeli dari petani damar untuk dibawa ke tempat sortiran. Untuk satu Kg beban angkutan, jasanya dihargai Rp 150,- untuk dibawa ke kampung (tempat sortir). Untuk satu kali jalan berat damar yang akan di pikul 38-40 Kg. Musadat (YAKIS) Yang di ojek itu damar milik siapa saja ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Itu punya si pembeli damar namanya Pak Din, Ibu Siti dll. Yang mereka masingmasing memiliki gudang damar di sini (Lubuk Balak) dan di kampung. Musadat (YAKIS) Kalau Ibu sendiri memiliki pohon damar, dan kalau Ibu punya lokasi damar berapa isinya dan luas lahannya ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ya ...punya tapi sedikit saja. Musadat (YAKIS) Selama melakukan pengojekan damar ini apakah Ibu ada mengalami kendalakendala atau masalah-masalah ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ya....ada, misalnya kalau ada banjir terpaksa kami harus megurangi jumlah pengangkutan yang biasanya 4 kali/hari akhirnya harus berkurang. Musadat (YAKIS) Apakah untuk ketentuan jas angkut ojek damar Rp 150,-/Kg itu sudah merupakan ketentuan dan siapa yang menentukan itu ?

Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Itu sudah merupakan ketentuan dari si pembeli damar, dan itu berlaku untuk semuanya. Kalau agak jauh mungkin bisa di tambah Rp 25,- menjadi Rp 175,/Kg. Jabar Lahadji (Yayasn Sahabat Morowali) Ada berapa anaknya bu, apakah dengan kerjaan ini bisa membiayai sekolah anaknya ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Anak saya ada 3 orang, masih kelas 1, NU ada 2, ya.... kalau ada sisanya di gunakan untuk membantu sekolah anak. Serta untuk menambah keuangan para ibu-ibu disini diadakan arisan Ibu-ibu yang akan mengeluarkan biaya Rp 5.000,- seminggu. Peserta arisannya sekitar 30 Ibu-ibu. Alimuddin Paada (YAKIS) Kalau dapat arisan nanti, uangnya untuk apa ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Biasanya untuk keperluan rumah tangga untuk mendukung usaha bapak dan untuk biaya anak sekolah serta keperluan mengambil damar. Alimuddin Paada (YAKIS) Jadi ada juga yang ditabung bu ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Tidak, hanya untuk keperluan yang tadi saya katakan. Alimuddin Paada (YAKIS) Kalau teman-teman yang lain bagaimana apakah ada juga menabung dari hasil ini ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Tidak juga, rata-rata kita disini hampir sama kondisinya.

Musadat (YAKIS) Tiap hari apakah selalu melakukan Ojek ini ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Tiap hari biasanya ada, tapi kadang-kadang dalam 1 minggu ada 2 kali, kadang ada 3 kali. Kalau tidak banyak ya 1 hari saja. Musadat (YAKIS) Biasanya pendapatan Ibu dalam satu hari itu berapa ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Kadang-kadang di atas Rp 10.000,- atau juga kadang-kadang kurang dari Rp 10.000,Alimuddin Paada (YAKIS) Untuk satu kali angkat bisanya berapa kilo ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Kadang-kadang 40 Kg atau 30 Kg. kalau 40 Kg bisa mendapatkan uang sebanyak Rp 6.000,- dan kalau 30 Kg. Rp 4.500,Kalau dari tempat Lorogo yang agak jauh juga dari sini itu sekitar Rp 275,-/Kg. Sebab jarak tempuhnya jam dari sini. Musadat (YAKIS) Selama Ibu melakukan pengojekan disini apakah tidak ada muncul persaingan antar pengojek disini ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Selama ini tidak ada. Sebab disini diatur secara bergiliran. Siapa yang lebih dulu ia yang mengangkut duluan. Musadat (YAKIS) Apakah batasan pengangkutan itu sehari hanya 3 kali ?

Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ya.... kalau banyak damarnya sampai juga 4 kali satu hari, itu sudah batas maksimal. Kalau sudah lebih dari 4 kali, itu sudah menyakitkan badan. Alimuddin Paada (YAKIS) Kalau yang laki-laki biasanya mampu mengangkat berapa Kg ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Kalau yang laki-laki itu biasanya mampu mengangkat sampai 60-65 Kg, sedangkan yang perempuan hanya 40 Kg. Musadat (YAKIS) Yang paling banyak melakukan pengojekan disini laki-laki atau perempuan ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Perempuan yang banyak, kadang-kadang perempuan sampai 20-an orang sedangkan laki-laki hanya 5 orang biasanya. Musadat (YAKIS) Selain mengojek apakah ibu memiliki pekerjaan sampingan ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Selain mengojek damar ini, saya punya pekerjaan berkebun Lada dan Kopi. Kalau anak masih liburan sekolah saya ke Kebun. Musadat (YAKIS) Untuk para pengojek disini batas umurnya berapa saja bu ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Hampir rata-rata para ibu-ibu, ada anak-anak sekolah tapi pada saat liburan. Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Tempat ini namanya Lubuk Balak tempat pembelian damar dari petani pemilik damar.

Ada yang di Geronggong, ada yang di Berulang Sawo. Musadat (YAKIS) Untuk damar yang sedang disadap itu, apakah damar milik sendiri atau orang lain punya? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ada yang pemilik langsung, ada juga menyewa orang lain. Musadat (YAKIS) Jadi para pembeli di bawah sana itu, berarti dia tidak memiliki pohon damar, dia hanya membeli saja ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Punya juga, banyak si pembeli itu yang punya pohon-pohon damar. Natsir Abbas (FKKM) Kalau hujan itu juga menjadi kendala buat ibu mengojek damar dan apa kelebihan dalam mengojek damar ini dari pekerjaan ibu yang lain ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ya.... kalau hujan itu hambatannya banjir susah kami untuk lewat menuju kampung, disanakan besar airnya kalau banjir. Tapi kalau hujan tidak lebat kita tetap mengojek. Kalau ngojek ini cepat dapat duitnya, tapi kalau di kebun-kebun kopi itu masih lama harus di jemur dulu kopinya. Musadat (YAKIS) Kalau hambatan lain, misalnya masalah harga apakah ada juga ibu rasakan ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Kalau turun harga damar itu, tidak banyak pembeli yang datang kesini. Hambatan si pembeli itu biasanya duitnya belum turun ke tempat mereka menjual damar, jadi belum ada duit, maka kurang pembeli di kampung datang kesini. Kadang-kadang tukang ojeknya banyak tapi pembelinya Cuma 1 atau 2 itu hambatan buat kami pengojek atau sebaliknya banyak si pembeli tukang ojek hanya sedikit.

John (BKSDA Sub Morowali) Apa nilai jasa angkut damar per Kg mengojek ke kampung itu tinggi atau kurang ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Tetap saja, tapi disini kalau sudah sore, biasanya dari 40 Kg atau Rp 6.000,- tadi ditambahkan bonus Rp 1.000,- jadi Rp 7.000,-. Musadat (YAKIS) Jadi timbangan yang ada disini di pakai untuk menimbang jumlah pembelian juga untuk mengukur jumlah angkutan pengojek. Musadat (YAKIS) Jadi untuk Ibu sendiri apakah mengojek ini menjadi pekerjaan pokok atau hanya sekedar pekerjaan sampingan dari berkebun Kopi dan Lada tadi ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ya... itu, kalau tidak ada pekerjaan lain saya mengojek, kalau anak-anak libur ya.... ke ladang/kebun. Musadat (YAKIS) Dari pekerjaan ini, apakah ada masalah kesehatan yang pernah ibu dengar atau alami ? Ibu Ratna (masyarakat Pengojek Damar) Ia... kalau terlalu berat terus beban yang diangkut, pasti akan mengalami sakit.

Selesai Pukul 11.00 Wib.


Wawancara dengan Pak Dedi salah seorang pembeli getah damar. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Kalau harga damar disini berapa per-Kg nya ?

Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kalau sudah tinggi harganya Rp 4.000,- dan yang terendah kalau harga damarnya turun ke Rp 3.700,- s/d Rp 3.800,-/Kg. Ini berlaku untuk damar yang belum di sortir atau masih campuran. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Sekarang bapak sedang melakukan pembelian getah damar dari petani getah damar. Yang ingin saya tanyakan disini, andaikata bapak selaku pembeli getah damar juga memiliki pohon damar, berarti bapak juga memiliki petani damar, jadi kalau untuk biaya pengangkutan itu berapa, walaupun damar tersebut adalah milik bapak ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kalau seperti itu ada istilahnya dibagi 2 atau setengah-setengah, jadi misalnya getah damarnya 40 Kg, untuk si petani 20 Kg dan untuk saya 20 Kg. Jadi yang saya bayar hanya 20 Kg untuk pengangkutannya. Musadat (YAKIS) Terus pak, setelah kita mempelajari pola budidaya, pengelolaan dan kelembagaan, sekarang kita ingin belajar tehnik pemasaran hasil getah damar ini. Sebab di kampungnya bapak-bapak ini di Sulawesi Tengah juga banyak memiliki pohon damar yang dapat dimanfaatkan getahnya. Sebab kita mendengar di wilayah bapak ini potensi damarnya cukup baik, kalau di daerah kami yang jadi kendala yaitu masalah harga, sebab disini Rp 4.000,-/Kg tapi di daerah bapak-bapak ini hanya Rp 1.200,-/Kg. Yang ingin saya tanyakan, ketika damar tadi yang bapak katakan bahwa harga untuk 1 Kg damar yang masih kotor adalah Rp 4.000,-, terus untuk getah damar setelah di sortir berapa harga jualnya ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kalau getah yang sudah dipilah dan memiliki kategori AC yaitu Rp 5.500,-/Kg, dan tempat pemasarannya di pasar Krui. Musadat (YAKIS) Untuk harga pasar dari Krui ke Surabaya atau Jakarta, apakah bapak pernah tahu berapa harga jualnya ?

Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Itukan tinggi harga jualnya, bisa-bisa mencapai Rp 9.000,-/Kg. Musadat (YAKIS) Untuk sekarang bapak membeli damar dari petani diatas biasanya sampai berapa ton kemampuan untuk membelinya ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kalau disini perharinya biasanya kami mendapatkan 2 3 pikul 2 Kwintal atau 1 kwintal (100 kg), kadang-kadang sedikit juga hasil pembeliannya. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Yang jelas kalau bapak membeli getah damar semuanya akan terkumpul disini, jadi dari sini sampai ke kampung akan di pikul oleh pengojek, apakah damar itu langsung ke rumah bapak atau di gudang ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Jelas di gudang saya, dikeringkan dulu, disortir dulu, itu akan menyusut nantinya. Toduhu (Petani Masyarakat Palolo) Tadi kan bapak katakan bahwa di sini tadi getah damar yang dibeli masih kotor, berarti nanti di kampung baru dilakukan penyortiran ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Ya....benar, tapi dikeringkan dulu baru di lakukan penyortiran. Sebab kalau langsung di pilih itu bisa jadi hitam dan jelek hasilnya sebelum di keringkan dulu. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Berapa jumlah karyawan bapak yang bekerja dari pengeringan sampai penyortiran. Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Untuk saya sendiri, memiliki 3 orang karyawan. Sebab disini pembeli getah damar ada 9 orang.

Yuser (Kepala Desa Wuasa) Jadi upahnya bagaimana ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Upahnya dihitung berapa Kg yang disortir oleh masing-masing karyawan. Dan upah sortiran untuk 1 Kg adalah Rp 150,Musadat (YAKIS) Kalau masing-masing orang itu berapa jumlah gudangnya ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Rata-rata masing-masing orang dari 9 orang pembeli memiliki 1 gudang. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Setelah dilakukan penyortiran, getah damar yang siap dijual tadi terdiri dari berapa jenis, seperti yang bapak katakan ada jenis AC ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Jadi hasil sortiran tersebut menjadi 3 jenis tergantung dari urutan harga termahal yaitu; Pertama Jenis AB dengan harga jual Rp 6.800,-/Kg, kedua jenis AC harga jualnya Rp 5.500,-/Kg, ketiga jenis KK yaitu agak hitam-hitam harga jualnya Rp 3.800,-/Kg. Dan keempat jenis DE/debu harga jualnya Rp 3.000,-/Kg. Parham (Petani KSM Ngata Lestari Kel. Watusampu) Masalah sisa sortiran yang berupa kayu tadi itu, menurut informasi itu bisa di gunakan untuk campuran bedak. Apakah benar? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Itu tidak bisa, kecuali ada permintaan dari orang-orang, dan saya belum tahu kalau itu bisa dibuat bedak.

Musadat (YAKIS) Kemarin waktu kita ke Pamongan, disana menurut ibu-ibu bahwa kayu buangan sortiran tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat bedak, itu bagaiman pak ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Tidak bisa. Kecuali ada permintaan bisa dibikin. Musadat (YAKIS) Itu kalau ada permintaan berapa harga jualnya ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Sekitar Rp 2.000,-/Kg, Cuma sebetulnya kayu buangan dari sortiran tersebut tidak perlu buat kami, karena tidak ada nilainya lagi. Kecuali untuk orang mau Laboran, istilahnya menjual langsung asalan, khusus dagang itu akan dijual lagi. Laboran itu maksudnya kalau barang dari petani dibeli, mau ditambah lagi kayu buangan bisa. Seandainya kalau ada pasar istilahnya kita akan jual beli dan wajarlah untuk memeriksa barangnya. Kalau untuk saya ya dibeli saja, padahal itu kan sudah di Laboran. Dalam jual beli, kayu buangan sortiran tersebut sudah terhitung, maka dari itu kayu buangan dari asalan ke AC ini banyak, karena ada ongkos pilih, ongkos ojek, sehingga nilai kayu buangan dari sortiran tidak terhitung lagi. Musadat (YAKIS) Terus harga beli di sini untuk semua pembeli memiliki kesepakatan yang sama atau bagaimana ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Ya..nasib. Di mana kemapuannya untuk membeli. Kalau pasaran umum sama, tapi namanya dagang tidak bisa kita mengoreksinya. Tergantung di mana penjualan kita, ya... kalau penjualan kita mahal ya... kalau kita berani mahal itu tidak dicetuskan. Ada simpanan juga, karena bos ini tidak sama, ada yang masuk bos sana ada yang masuk bos sini, jadi aturan mainnya lain.

Musadat (YAKIS) Maksud dari bapak, misalnya bapak membeli dengan harga Rp 6.800,-/Kg, kemudian bapak di sebelah beli Rp 6.900,-/Kg, dan bapak di ujung membeli Rp 7.000,-/Kg atau semua di ratakan Rp 6.000,-/Kg. Ini bagaimana pak ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Itu tidak bisa di bilang rata - rata Rp 6.000,-/Kg, inikan kalau ada pesaing yang baru, bisa kita naikan misalnya Rp 100,-, tapi keliatan pasarannya sekarang yang itu itu saja. Tapi khusus di sini yang kelihatan harganya itu Rp 4.000 Rp 4.500,-/Kg, tapi kalau yang lain mau turunkan atau naikan itu tergantung pada pembeli dan penjualnya masing-masing, kita tidak bisa koreksi itu. Musadat (YAKIS) Karena bisa jadi tanggapan, kalau positif petani punya motivasi banyak ambil dan lari jual ke bapak, tapi negatifnya di pihak para petani akan muncul persaingan. Misalnya bapak sana jual Rp 4.000,- dan bapak yang di sini jual Rp 4.100,- jadi mereka akan lari ke bapak otomatis, artinya akan terjadi persaingan bagi pembeli dan penjual sebab kemampuan membeli dari bapak juga terbatas sementara hasil getah damar yang akan dijual banyak. Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Disini tidak ada lagi yang main begituan, sudah jelas pesaingnya. Kecuali yang membeli hanya saya, itu baru masuk semua damar mereka ke sini. Musadat (YAKIS) Untuk bapak sendiri punya target, berapa ton untuk pembelian ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Tidak punya, kalau lagi baik terserah mau berapa banyak yang masuk. Sebab kalau sudah jam lima sore kita sudah pulang dari sini, itu batas jumlah banyaknya yang kita beli. Parham (Petani KSM Ngata Lestari Kel. Watusampu) Ini misalnya, ada pengojek mau melaksanakan pesta, lantas dia meminjam uang bapak, apakah itu bisa atau di potong dari hasil ojeknya ?

Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Itu akan dilihat dari orangnya dulu. Dan masalah pemotongan dari ojekannya, itu tidak harus dipotong, sebab di sini pengojek itukan rata-rata juga punya pohon damar, jadi hasil getah damarnya yang sudah dipanen itu harus dimasukan kepada saya untuk menutupi utangnya, dan itu terserah dia mau berikan berapa. Musadat (YAKIS) Ini saya teringat seperti halnya pembeli rotan yang ada di daerah kami, misalnya saya pembeli, saya tinggal mengatur harganya, sebab saya tergolong orang yang mampu atau biasanya di sebut-sebut bos, sebab si pengambil rotan tersebut sebelum pergi mencari rotan dia sudah mengambil uang ke saya dan jelas rotan yang dicari nantinya harus masuk kepada saya, dan saya selaku pembeli tinggal terserah saya mengatur harga pembelian tersebut. Saya pikir hal yang sedang terjadi disini seperti itu. Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Ya mungkin seperti itu, tapi itu kadang-kadang terjadi, dan kalau untuk pengambilan uang dalam hal panjar untuk naik mengambil damar itu tidak ada, kalau dijual kita terima, kecuali ada ikatan pernah meminjam uang bukan dalam hubungannya dengan pengambilan damar dan itu pun tidak harus kita minta untuk melunasi bisa secara bertahap dengan memasukan hasil pengambilan damar, ada juga yang tidak ada ikatan tapi masuk juga ke saya, itu tinggal terserah aturan mainnya dan toleransinya. Musadat (YAKIS) Kemudian untuk kendala yang bapak hadapi selama melakukan pembelian damar ini ? Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kendalanya uang, biasanya lambat pembayarannya dari pembeli di Krui, barangnya sudah diambil tapi uangnya belakangan. Musadat (YAKIS) Apakah itu sangat mempengaruhi karyawan bapak juga ?

Pak Dedi ( Pembeli Damar ) Kalau untuk masalah di gudang itu tidak ada masalah, yang masalah itu ketika kita mau membeli damar ke petani, karena uangnya terhambat di pembeli di Krui. Jadi kalau uangnya masih kurang terpaksa kami selaku pembeli damar harus absen dulu untuk membeli getah damar, atau kami hanya menunggu siapa yang akan membawa damar kepada saya, tinggal saya membayarnya harga damar per Kg dan ditambah dengan jumlah ojeknya. Dan untuk membeli itu pula kami tidak bisa membeli seperti di sini, kalau di sini kami harus membeli banyak dengan berapa banyak damar yang masuk. Kalau di rumah, sebab tidak memiliki uang terpaksa kami harus memilih si penjual damar. Dan alternatif lainnya saya harus memberhentikan karyawan saya sejenak sambil tunggu-tunggu uang dari bos pembeli di Krui. Sebab dari awal usaha pembelian getah damar ini menggunakan dana pribadi saya. Musadat (YAKIS) Jadi terima kasih ini pak, kita telah mengganggu kegiatan bapak.

Tim kembali ke Sekretariat PMPRD di Pekon Panengahan pada pukul 12.00 Wib.
Kegiatan VI Hari/Tanggal Waktu Tempat Peserta Notulensi = Evaluasi hasil Kunjungan Lapangan = Sabtu, 20 April 2002 = Pukul 14.00 WIB = Sekretariat PMPRD Pekon Panengahan. = Tim Study Banding Damar, dan PMPRD = Musadat.

Pemandu acara Habib (PMPRD) Asalamuallaikum war.wab. Jadi dalam pertemuan ini kita mengambil Agenda pembicaraan kita hari ini. Utnuk agenda pertama dalam pertemuan ini yaitu Evaluasi hasil temuan di lapangan, dalam hal ini mungkin saya serahkan kepada bapak-bapak semua. Mungki ada banyak hal yang menjadi kekurangan atau ada yang belum di pahami, mari ini coba kita bahas bersama.

Alimuddin Paada (YAKIS) Asalamuallikum war. Wab. Selamat siang. Terima kasih untuk bapak-bapak sekalian, kalau kita kemarin melihat di Pamongan kemudian tadi Lubuk Balak. kemudian kita melihat kondisi pohon, saya melihat di situ kondisi pohon keadaannya sangat parah sekali, sementara umurnya belum seperti yang ada di Pamongan, kalau di Pamongan ada yang sudah 150 tahun itu kelihatanya masih utuh saja, di Lubuk Balak kira-lira umurnya masih 70-75 tahun kayaknya kondisi pohonnya sudah mau tumbang. Karena dalam pengambilan damarnya itu terlalu dalam, itu mungkin di takik sampai ke batas kayunya. Tadi saya ukur-ukur ada 30-40 cm, ada malah yang sudah bolong, karena mungkin kambium atau apanya sudah rusak. Karena kiri kanannya atau muka belakangnya, nah ini bisa merusak, nah itu yang saya lihat tehnik pengambilannya. Mungkin itu karena di pinggir jalan atau cara pengambilan mesti seperti itu?. Terima kasih. Habib (PMPRD) Masalah damar, itu yang namanya damar kampung mungkin bisa saya kategorikan dari tempat pembelian itu namanya damar kampung. Karena damar dekat kampung. Damar yang dekat kampung umumnya tidak terorganisasi. Jadi maksud saya damar yang dekat kampung itu yang mengelola kebanyakan adalah anak-anak sekolah, jadi anak-anak sekolah umumnya disini mereka tidak pernah melihat kelestarian batang, umumnya mereka mengejar getah. Sebenarnya ada bimbingan dari orang tua, itu cara takikan untuk pengambilan getah diajarkan supaya jangan cepat rusak, tapi dikarenakan mungkin tadi berangkat pergi mengambil getah damar dekat kampung dia membawa teman orang lain yang dalam keluarga dia, otomatis cara orang mengambil itu berbeda-beda. Kalau kondisi damar, atau yang saya sebutkan damar di dalam kebun atau repong yang sifatnya jauh dari kampung, begitu ia akan teratur dari lobang sampai cara penyadapan. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan terima kasih. Yus (Petani Desa Wuasa) Untuk jenis lubang dan dampak kerusakannya. Habib (PMPRD) Untuk itu ada berbagai jenis, ada yang berbentuk segitiga, ada yang berbentuk bulat, itu karena usia pengambilan sudah lama. Jadi ada juga yang masih utuh dengan berbentuk segitiga dan ada juga yang sudah lama berbentuk bulat. Karena dari segi penakikan, disini ada juga segelintir orang yang menakik sampai ke dahan, jadi saya tidak bisa hitung berapa meter ketinggiannya. Sekarang ada berbagai jenis bentuk dan cara orang melakukan penakikan dan bentuk lubang.

Natsir Abbas (FKKM) Saya melihat masalah pencurian tadi, apakah tidak ada upaya ancaman ataupun apa bentuknya sehingga tidak terulang untuk mempersempit ruang gerak si pencuri ini. Kalau keseringan terjadi pencurian akhirnya, kerena kurangnya pengawasan, kurang segala macam, akhirnya lebih sering terjadi pencurian ? Habib (PMPRD) Kebetulan yang bapak tanyakan itu adalah masalah yang terjadi di Laay. Jadi perlu saya jelaskan sedikit kepada bapak bahwa beberapa bulan yang di Penengahan telah ada aturan adat atau aturan Pekon, yang disepakati oleh ketua adat dan masyarakat, itu yang diterbitkan oleh LHP (Lembaga Himpunan Pekon). Jadi LHP telah melakukan berbagai hal sampai tembusan ke-Kabag Hukum di tingkat II Lampung Barat. Itu masalah peraturan tentang pencurian damar dalam Pekon Panengahan. Disini LHP membentuk apabila masyarakat itu adalah masyarakat Pekon Penengahan, itu dendanya Rp 750.000,-. Kalau dia di luar Pekon Penengahan dendanya Rp 1.500.000,. tujuan dari aturan ini terbagi 3 yaitu; Rp 250.000,- untuk saksi yang melihat, yang kedua yang punya kebun Rp 250.000,-, yang ketiga Rp 250.000,-, untuk kas LHP. Ini sudah dilakukan, Alhamdullilah saya tidak mendapat laporan bahwa damar saya kecurian. Dan baru berjalan 3 bulan keadaan di lapangan sedikit aman, tipi masih tetap ada pencurinya. John (Sub BKSDA Morowali) Terima kasih atas waktu dan tempatnya, dalam kunjungan kami tadi ke Lubuk Balak, ada beberapa hal yang telah kami dapatkan dan memang cukup baik terlaksana di lapangan, namun dari seluruh hal yang terjadi di sana, kelihatannya kalau saya lihat di gubuk-gubuk berapa disitu kelihatannya ada ke tidak puasan, baik itu dari petani barangkali atau si pengojek yang ada disitu, yang saya lihat tulisan-tulisan itu ada beberapa hal disini yaitu; satu Harus tertib dan sopan ini saya tidak tahu artinya mungkin agak kacaulah atau saling berebutan, kedua Pakailah Peri kemanusian, ketiga Damar jadi murah, mungkin ada terjadi persaingan disitu, keempat Jadilah seorang pembeli tapi jangan saling curi, menimbang jangan kikir dan kejujuran adalah harga diri, ini saya tidak mengoreksi semuanya, saya hanya menganggap ini semua ada rasa ketidak puasan bagi yang selalu ada disitu.

Habib (PMPRD) Mungkin tidak sempat kelihatan di tulisan itu ada tulisan yang berbunyi Awas politikus Gus Dur. Jadi perlu saya jelaskan sedikit, bahwa Lubuk Balak itu adalah gubuk yang jarang ditunggui orang, karena pada jam 17.00 orang sudah pulang dari situ, mungkin kerjaan para pencuri yang sering coret-coret seperti itu. Karena saya melihat, saya sendiri pernah menjadi penghuni di situ selama 2 tahun lebih. Selama saya melakukan itu dengan teman-teman di sana kayaknya seperti yang pernah saya ceritakan tidak ada persaingan harga di sana, kemudian ketika harga getah damar naik itu tidak ada ketertutupan disana. Kalau kemarin saya beli Rp 3.800,- dan hari ini naik harga damar, bisa saya beli Rp 4.200,-, saya harus beli Rp 4.200,- disana. Karena para pembelipun tidak banyak untung. Dari semua sortiran ia hanya mengantongi uang Rp 200,-/Kg. Sementara uang mereka yang beredar, karena saya merasa sampai hari ini saya telah berhenti membeli damar, utang orang masih ada tersisa Rp 700.000,-, kalau saya minta itu utang dagang. Jadi mereka hanya mendapatkan uang Rp 200,-/Kg, sementara uang mereka yang keluar di pakai orang mungkin sudah mencapai Rp 3.500.000,-. Mengapa ia mengeluarkan uang sebegitu banyak kepada orang lain, dia sedang mencari pasien artinya yang dimaksud pasien disini adalah si Penjual tetap kepada pembeli. Jadi saya tidak tahu itu pak, mungkin tulisan itu merupakan ketidakpuasan si pencuri atau anak-anak kecil disana. Tapi selama saya menghuni disana dan sampai saat ini saya memantau disana Alhamdulillah teman-teman saya disana masih tetap jujur. Mungkin itu yang dapat saya jelaskan, terima aksih. Natsir Abbas (FKKM) Saya melihat ada jalur yang dilalui oleh pengojek damar, itu kelihatannya banyak melalui tebing-tebing dan itu sangat membahayakan para pengojek kalau datang banjir atau banjir yang datangnya tiba-tiba. Atau ibu-ibu yang mengangkut damar sudah merasa capek kemudian terpeleseet, itu sangat membahayakan sekali. Apakah tidak ada upaya bersama-sama untuk mengupayakan pelebaran jalur tersebut. Habib (PMPRD) Saya jelaskan kembali masalah jalan setapak menuju ke tempat pembelian getah damar di Lubuk Balak. itu sebenarnya waktu masih ada bantuan Pemerintah atau BANGDES, itu memang ada disiskan dana sebesar Rp 500.000,- untuk perbaikan jalan. Jadi setiap minggu masyarakat gotong royong dikasih minum, di kasih rokok untuk mengerjakan jalan tersebut. Biasanya kami disini gotong royong setiap hari Jumat, karena hari Jumat adalah hari libur untuk petani damar selesai Sholat Jumat pergi kesana untuk melakukan kerja jalan secara gotong royong. Dan berhentinya ini, yaitu bukti juga untuk bantu orang Desa bikin jalan, karena

dalam Otonomi daerah kayaknya tidak ada lagi yang bentuk-bentuk begini oleh Pemerintah. Mungkin itu masukan dari saya. Terima kasih. Tambahan Yos (Morowali) Saya kira di sana kita juga diberi minum kopi tidak dibayar (gratis), ini menunjukkan adanya sebuah keswadayaan masyrakat yang ada di sana, dan dengan sukarela meberikan kopi gratis kepada kita. Yuser (Kepala Desa Wuasa) Saya ingin menanyakan masalah aturan-aturan yang ada di Desa seperti aturan adat, seperti yang disampaikan tadi ada LHP, sementara di Desa kita di sebut BPD. Kalau Pamongan untuk masalah pencurin antara pencuri dan penadah mendapatkan sanksi, si pencuri Rp 250.000,- dan si penadah Rp 500.000,- itu yang pertama, dan yang kedua jenis damar yang dijadikan bibit di sini saya melihat di Pamongan dan di sini agak berbeda, kalau di sini sebelum tua daunnya agak lebar-lebar sedangkan setelah tua daunnya sudah agak kecil-kecil, itu hampir sama dengan damar yang ada di daerah kami, Cuma di daerah kita damar yang ada mulai dari yang anakannya sampai yang Tua itu sama saja. Kemudian yang ketiga, karena damar ini merupakan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat, berarti budidaya yang dilakukan oleh masyarakat itu ada juga pengembalian untuk pemerintah, dalam arti kata pajaknya, karena ini hak milik masyarakat itu sendiri. Jadi yang menjadi pertanyaan saya apakah damar tersebut kena pajak atau tidak kena pajak, Pajak Bumi Bangunan yang saya maksud ? Darsan (PMPRD) Yang baapak tanyakan tadi masalah bibit, kata bapak tadi bibit di sini dengan di Pamongan beda, bibit di sini daunnya agak lebar, tapi sebetulnya tidak seberapa beda, karena damar ini sifatnya dari kecil itu memang lebar daunnya. Di Pamongan juga sama, karena damar ini semakin bertambah umurnya semakin mengecil daunnya. Apalagi kalau yang sudah dewasa, lihat saja damar yang dewasa tidak ada yang lebar-lebar daunnya. Jadi kalau kita tanam damar ini, kalau yang kita tanam dan tumbuhnya dengan daun yang tetap saja lebar, itu menandakan tumbuhan itu akan kerdil. Makanya kalau damar itu belum mengalami perubahan daunnya dari lebar sampai mengecil, sampi dia dewasa pertumbuhan agak kerdil. Alimuddin Paada (YAKIS) Jadi soal pertumbuhan damar disini akan beda dengan pertumbuhan damar yang di lapangan, karena disini-kan damarnya ternaungi, karena kalau ia ternaungi

akan cenderung mencari cahaya, kalau di lapangan memang beda, sebab cahayanya sudah cukup, saya kira di situ perbedaannya, dan itu saya pikir tidak masalah. Terima kasih. Habib (PMPRD) Sebelum saya menjawab, tadi ada pertanyaan bapak yang menyangkut masalah pajak. Jadi perlu saya jelaskan untuk Kecamatan dan Desa damar ini tidak kena Pajak, yang jelas hanya ada IHH. Menyangkut masalah PBB, kebetulan saya melakukan pendataan pajak masyarakat di Penengahan, jadi cara ini saya lakukan untuk membantu masyarakat, misalnya; kalau kebun damar masyarakat itu 1 Ha saya perkecil menjadi Ha, dan kalau masyarakat itu memiliki Sawah Ha saya perkecil lagi setengahnya. Jadi maksud cara tersebut adalah cara untuk membantu masyarakat mengurangi biaya pembayaran pajak. Karena saya lakukan ini di Lampung Barat untuk mengejar PAD, kerena di Lampung Barat PBB naiknya 100%. Jadi sebenarnya saya tidak jujur melakukan itu, tapi niat saya mau menolong masyarakat. Jadi masyarkat tidak terbebankan. Jadi sehubungan dengan damar disini, buminya yang kena Pajak tapi damarnya tidak. Yus Kabi (Petani Desa Wuasa) Saya melihat yang melakukan pekerjaan damar ini lebih didominasi oleh perempuan, mulai dari Pembibitan, Pengelolaan, pengangkutan dan sampai pada penyortiran. Dan berikut saya ingin tanya : ada tali yang namanya Ancong yang dililit di perut perempuan itu. Mungkin itu yang ingin saya tanyakan. Terima

kasih.

Habib (PMPRD) Untuk wilayah Penengahan ini over Gender, jadi memang sebenarnya 70% pekerjaan damar adalah perempuan di Panengahan, saya tidak tahu ada kesepakatan apa sehingga masalah damar ini lebih didominasi oleh para perempuan. Mulai dari Pengambilan, Pengangkutan, sampai Penyortiran di lakukan oleh Perempuan. Jadi tidak seperti orang Jawa, kalau orang Jawa lakinya yang harus mencari perempuan itu di rumah, tapi di sini laki hanya diam perempuan yang mencari. Parham (Petani KSM Ngata Lestari) Saya ingin tanyakan masalah penanaman damar, untuk lebar dan dalamnya lubang untuk penanaman damar itu berapa ?

Habib (PMPRD) Itu karena dipolibag, pertama polibagnya dirobek, artinya supaya airnya tidak mengendap di dalam plastik polibag. Kemudian untuk lubang di gali sebesar polibag. Dan sedalam panjang polibag. Dan untuk tanaman damar ini tidak terlalu memiliki sistem pengurusan yang repot, kalau sudah ditanam biarkan dia akan tumbuh. Saat damar umur 1 tahun biasanya di dekat cabang ada kutilan, kalau ada kutilan segera kutil tersebut di keluarkan/di buang supaya bisa cepat tumbuh. , sebab dari kutilan tersebut membuat dahan damar tidak berumur panjang, dia mati kemudian tumbuh daun baru. Begitu daun baru itu besar dia mati lagi kemudian tumbuh daun baru lagi. Jadi pertumbuhannya hanya disitudisitu saja. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Saya pahami di dalam satu Pekon ada 2 paling tidak untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, yaitu dari Pemerintahan atau Pratin, terus ada LHP tadi. Tapi untuk beberapa kawasan saya masukan juga ada PMPRD. Hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan yang menyangkut sosial, ekonomi dan budaya. Saya sebenarnya ingin melihat sejauhmana teman-teman punya pengalaman dalam membantu masyarakat khususnya dari PMPRD juga. Karena kita melihat seperti banyak kasus-kasus masalah petani damar seperti yang bapak-bapak ini tadi tanyakan seperti pencurian, dan masalah harga, ini yang banyak membantu masyarakat dalam mengkomunikasikan masalah-masalah ini. Itu PMPRD atau LPH-nya atau ada pembagian tugas, misalnya untuk menangani masalah pencurian kayu di tangani oleh LPH. Tapi kalau saya melihat bagan dari PMPRD, kelihatnnya disitu PMPRD tidak hanya melindungi pohonnya tapi bagaimana membuat forum komunikasi ini supaya semuanya menjadi baik. Ini bagaimana kira-kira implementasinya, apakah ada halangan-halangan atau mungkin ada yang kita saling bantu atau saling dorong untuk berjaringan itu? Habib (PMPRD) Tentang perangkat pekon atau desa dalam membina petani damar. Sebenarnya PMPRD ini sudah terbagi dengan wilayah atau devisi-devisinya, Tengah, Utara dan Selatan. Jadi setiap ada permasalahan di tengah kalaupun masih bisa di tangani oleh pengurus di Tengah, nah.... itu akan ditangani yang di Tengah saja dulu. Tapi seandainya Tengah tidak mampu lagi, kemudian dia baru berhubungan dengan Selatan dan Utara. Jadi selama ini hubungan LHP dengan PMPRD terutama saya pribadi, saya sebagai perangkat Pekon, dan ketika terjadinya aturan-aturan seperti ini adalah berkat dorongan PMPRD. Karena kami menjaga kelestarian pohon damar. Apabila damar itu dicuri orang setiap minggu itu akan rusak. Terjadinya peraturan itu atas dorongan dari PMPRD.

Mudjis Abdulah (ketua PMPRD) Masalah yang dikatakan bapak tadi, sejau ini apa upaya PMPRD dalam menangani kasus-kasus itu. Apakah ditangani secara lokal atau ditangani oleh PMPRD karena sifatnya dia berada dalam kawasan PMPRD. Sebenarnya sampai saat ini masih ditangani oleh lokal-lokal sendiri, namun peraturan yang dibuat itu atau aturan yang berkembang itu berkat dorongan PMPRD. Jadi PMPRD itu tidak terjun langsung ke masyarakat seperti lokal-lokal tadi, karena ia memiliki devisi-devisi. Sementara di tengah diurus oleh divisi wilayah Tengah, kemudian Utara demikian pula, dan Selatan demikian pula. Semasa masih bisa ditangani oleh wilayah Tengah silahkan wilayah tengah dulu yang menanganinya jangan bareng-bareng bergerak. Seperti itulah yang dilakukan. Yang disebut wilayah Tengah ini ada dua kecamatan yaitu; Kecamatan Kaliya Punggawa dan Kecamatan Pesisir Tengah Krui. Nah itu yang dinamakan devisi wilayah Tengah. Kalau wilayah Selatan, Kecamatan Pesisir Selatan, Bia dan Kecamatan Bengkunat. Kalau untuk devisi wilayah Utara itu Kecamatan Lemong dan Kecamatan Kugung atau Pesisir Utara tadi. Umpamanya tim hak itu, memperjuangkan hak-hak masyarakat, itu dari Utara ke Selatan itu timnya bergerak di situ, jadi kalau masalah-masalah lokal seperti tadi misalnya kecurian itu sebenarnya walaupun dianggap tidak sangat serius itu masih bisa ditangani oleh Pekon-Pekon itu sendiri. Banjar Y. Laban (BTNLL) Jadi kalau disini, itu sudah melihat orang mulai awal membangun repong, kemudian bagaimana orang memelihara repong dengan melakukan tanaman sulaman. Pertanyaan saya adalah apakah orang yang merambah di dalam Taman Nasional itu setelah menebang kayu dan mengolah lahannya memiliki tujuan seperti repong ? itu saja. Alimuddin Paada (YAKIS) Kemudian peran PMPRD terhadap Taman Nasional bagaimana ?

Darsan (PMPRD) Masalah yang di dalam Taman Nasional itu tergantung manusianya, jadi mohon maaf. Karena kalau, makanya saya katakan tergantung manusianya, kalau itu orang Lampung yang buka, itu biasanya dia pasti akan menanam damar atau tanaman-tanaman tua. Mohon maaf, kita tidak menjelekan suku, pada umumnya

kalau orang Jawa yang melakukan pembukaann lahan, ia hanya menanam kopi saja, habis kopi ia lari, kopi ditinggal. Jadi tergantung manusianya. Kalau orang Lampung Krui melakukan pembukaan lahan pasti dia akan menanam damar sebab itu adalah tanaman Tua. Kalaupun ada orang Jawa pasti hanya satu dua yang ikut menanam damar. Saya kira begitu pak. Habib (PMPRD) Hingga saat ini kalau ditanyakan peran kita terhadap Taman Nasional. Saya jawab PMPRD masih peduli pelestarian Taman Nasional, karena itu masalah lingkungan. Dan yang pernah dilakukan oleh PMPRD adalah memasukan 2 orang Polhut yang pernah memungut upeti. Kemudian PMPRD selalu berupaya untuk bertemu terutama dengan DPR, Bupati, Bapedalda, dan TNBBS, untuk melakukan tindakan hukum dalam Taman Nasional. PMPRD sudah lakukan dengan segala cara yaitu melalui: Surat, Heiring dsb. Tapi hasilnya NOL. Saya

rasa itu saja dulu yang bisa saya sampaikan


John (Sub BKSDA)

Saya juga masih berbicara kepuasan, dari kita turun di pasar sampai pada pengumpul tempat kita tadi, Timbangan yang digunakan ini adalah timbangan yang di aku atau yang sudah bisa di akui. Yang menjadi pertanyaan saya apakah tim PMPRD sudah mengadakan ceking terhadap timbangan atu ditera kembali, supaya timbangan-timbangan baik dari Pengumpul, pembeli, eksportir ini bisa normal. Hal ini untuk menjaga kesamaan untuk semua pemanfaat getah damar. Darsan (PMPRD) Bagi PMPRD tidak memiliki hak untuk mengontrol timbangan, sebab tiap tiga bulan sekali ada tim dari tingkat I untuk melakukan pemeriksaan timbangan, dan kerja kami hanya melaporkan kalau ada yang menyembunyikan timbangan atau timbangan yang tidak ditera. Tim dari tingkat I yang turun selama 3 bulan sekali itu adalah orang kami yang berasal dari Pekon Pamongan. Terima kasih. Banjar Yulianto Laban (BTNLL) Dibidang damar masih terlihat sangat tradisonal, kemudian juga menunggu sampai tua, katanya batangnya baru sebesar ibu jari sudah harus dicabut dan di tanam di Lapangan. Apakah sudah pernah ada penelitian, ataupun itu dari lembaga NGO dan Kehutanan, yang meneliti damar itu melalui stek pucuk, sebab disini damarnya, damar jenis SHOREA JAVANICA dekat dengan meranti, dan di KALTIM meranti ini sudah di kembangkan dengan stek pucuk. Saya pikir kalau ada yang bisa melakukan, untuk mempercepat penanaman damar di lapangan.

Saya kira demikian terima kasih.

Mudjis Abdulah (Ketua PMPRD) Memang sudah pernah ada dilakukan usaha stek pucuk oleh LITBANG dari Jakarta tapi belum berhasil, dulu dari BPK Pelembang juga ada yang meneliti, tapi belum juga berhasil. Demikian terima kasih. Selanjutnya pembahasan rencana kegiatan menuju Pesisir Selatan Way Haru dan acara perpisahan dengan PMPRD.

Kegiatan ini selesai pada Pukul 16.30 Wib.


Kegiatan VI = Pertemuan KSM Damar Lestari Belimbing Way Haru Hari/Tanggal = Minggu, 21 April 2002 Waktu = Pukul 13.30 WIB Tempat = Sekretariat KSM Damar Lestari Belimbing Way Haru. Peserta = Tim Study Banding Damar, Masyarakat dan KSM Damar Lestari Notulensi = Musadat. Zulqoini Syarif . SH (Sultan Panji Negara) Asalamuallaikum wae. Wab. Selamat datang buat tim, yang datang untuk melaksanakan Study Banding di hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Sumatera. Selanjutnya Pak Zulqoini memperkenalkan pengurus KSM Damar Lestari. Jadi sebenarnya KSM Damar Lestari ada sebelas kelompok rata-rata ada yang delapan, enam orang per kelompok. Taman Nasional ada TPH (Tim Pengelolaan Hutan) penanggung jawab dilaksanakan oleh Gubernur dan Kehutanan yang diserahkan kepada masyarakat, selanjutnya dibuat kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama dan LSM sebagai perantaranya. Jadi masyarakat masuk hutan tapi masyarakat juga menjaga kelestarian hutan TN. Jadi masyarakat yang ada disini merupakan masyarakat yang terisolir, sebab kalau berjalan kaki dari Wayeni menuju kesini Way Haru berjalan selama 6 jam perjalanan dengan ditempuh berjalan kaki. Jadi selamat datang, karena tujuan bapak-bapak datang kesini untuk melakukan Study Banding tentang Masyarakat pengelola damar, pemasaran, kelembagaan, dan adatnya. Jadi sekian dulu penyampaiaan dari saya terima kasih. Banjar Yulianto Laban (BTNLL) Terima kasih kepada Bapak Zulqoini Syarif, yang telah menyampaikan sambutannya. Saya atas nama Tim Study Banding damar ini menyampaikan

terima kasih atas kehadiran bapak-bapak dan masyarakar Way Haru. Warga masyarakat Way Haru yang termasuk Marga Belimbing yang berada paling dekat dengan Kawasan Taman Nasional. Dalam kesempatan ini saya akan memperkenalkan satu persatu Tim Study Banding.

Perkenalan yang di wakili oleh Pak Banjar Yulianto Laban (BTNLL)


Dalam kegiatan yang kita lakukan ini input yang baik sekali, Kepala Balai ini mungkin ada perubahan-perubahan, jangan sampai Kepala Balai mengarah pada kekuasaan, tapi bagaimana Kepala Balai berperan sebagai pelayan masyarakat. Bagaimanapun juga kalau hutan kita ini rusak itu dampaknya tidak hanya kepada Kepala Balai tapi kepada seluruh masyarakat. Dan selanjutnya kepada temanteman ada yang ingin menyampaikan saran dan pendapat, silahkan. Terima

Kasih.

Tasman (Ketua KSM Damar Lestari) Saya ucapkan terima kasih dan selamat datang atas kehadiran kawan-kawan, sebagaimana tuan rumah saya perkirakan bapak-bapak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan, saya yakin kepada bapak-bapak selama masih bisa di jawab kita akan menjawabnya tapi kalau tidak ya.... kami mohon maaf. Jadi begitu, terima kasih. Allimudi Paada (YAKIS) Asalamuallaikum war. Wab. Dan selamat siang buat kita semua. Saya kira kedatangan kami untuk melakukan study banding ini ada 4 hal yang menjadi tujuan kami yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat baik lembaga atau kelompok di Belimbing Way Haru ini. Pertama kami akan mengetahui Kelembagaan, kedua kami juga akan mengetahui pola Budidaya, Ketiga bagaimana cara pengelolaannya, dan yang terakhir yaitu bagaimana cara pemasarannya. Saya kira itu 4 hal yang menjadi tujuan study banding kami. Sekian dan terima kasih.

Tasman (Ketua KSM Damar Lestari) Sekali lagi atas nama kelompok dari KSM Damar Lestari mengucapkan selamat datang kepada bapak-bapak dari Sulawesi Tengah. Perlu kami informasikan jumlah keanggotaan kami berjumlah 60 orang, seperti yang sudah di informasikan oleh Bapak kepala Marga tadi dalam satu kelompok rata-rata 6 orang. Jadi kelembagaan KSM yang ada seperti yang bapak tanyakan tadi, itu organisasi yang dibentuk dan memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga. Kemudian setelah adanya organisasi KSM itu, melalui bantuan dari WATALA yang menjebatani kami dengan TNBBS, sehingga ada kesepakatan dari pihak TNBBS dan kami dari satu Kelompok Swadaya Masyarakat yang juga di ketahui oleh LSM untuk mengelola Getah Damar Mata Kucing di TNBBS, jadi tegasnya mengenai kelembagaan itu sifatnya organisasi berupa KSM. Untuk strukturnya KSM Damar Lestari, ada seksi Humas yang bertugas untuk menyampaikan informasi baik ke dalam ataupun ke luar. Jadi strukturnya yaitu Ketua, sekeretaris, Bendahara dan Seksi Humas, hanya empat orang. Disamping itu kami memiliki kelompok kerja, dalam 1 Kelompok di Ketuai oleh satu orang ketua. Untuk penasehat kami tidak melepaskan Kepala Marga dan rekan dari WATALA, jadi kedudukan LSM dan Kepala Marga sama. Jadi kepala TNBBS sebagai pihak pertama dalam sebuah kesepakatan. Sedangkan KSM Damar Lestari adalah pihak kedua. Tapi dalam berita acara kesepakatan itu berbunyi; Pihak pertama memberikan hak kepada kami, tapi kami memiliki kewajiban terhadap pihak pertama tadi. Yang intinya kami harus menjaga TN, kalau ada penebangan liar atau perburuan liar kami harus tanggap. Dan kami wajib memberikan laporan kepada Kepala Balai Taman Nasional. TNBBS memberikan kami kartu identitas pengelolaan getah damar yang ada di dalam TN, kami sebagai pengurus itu hanya memberikan kartu identitas itu kepada anggota kami, kalau anggota POLHUT menemukan orang di hutan dan tidak mempunyai identitas itu berarti kegiatan yang dilaksankannya bukan kegiatan KSM. Kemudian masalah Pembudidayaan, kami belum mengadakan kalau di dalam TNBBS. Untuk pemasaran kami sudah punya kesepakatan dengan PT. Intertrading dari Jakarta yang merupakan Kelompok Konservasi itu yang di sebut KESUMA (Kepedulian Usaha Konservasi Masyarakat). Natsir Abbas (FKKM) Atau saya bacakan Surat Persetujuan dari KESUMA : Kepedulian Konservasi Usaha Masyarakat (KESUMA) Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Latar Belakang Damar mata kucing merupakan hal yang sangat Potensial untuk dikembangkan dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Masyarakat di sekitar hutan tidak hanya berkepentingan langsung atau berkelanjutan, tapi mereka juga berpengalaman dan berketerampilan dalam mengelola Sumber Daya Hutan. Damar mata kucing yang dikenal di dunia internasional sebagai Shorea Javanica tumbuh di berbagai tempat di TNBBS. Masyarakat lokal sekitar TNBBS khususnya Desa Way Haru dan Desa Bandar Dalam sebahagian besar bermata pencaharian menyadap getah damar mata kucing. Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak

lama dan pada waktu tertentu masyarakat akan masuk ke dalam kawasan TNBBS untuk mengambil getah damar mata kucing. Selain pengambilan hasil hutan berupa getah damar mata kucing terkadang juga masyarakat mengambil rotan dan lain sebagainya dapat saja terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadi kesalah pahaman di lapangan antara petugas lapangan POLHUT dangan masyarakat di sekitar. Dengan dasar hal-hal tersebut di atas dan mencegah terjadinya dampak-dampak buruk, pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menganggap perlu untuk peduli berperan secara aktif dalam memprakarsai usaha yang telah berjalan lama dilaksanakan oleh masyrakat lokal dengan mengadakan kesepakatan yang bertujuan menyelamatkan kepentingan kedua belah pihak (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan masyarakat) dengan melibatkan secara aktif penggiat Lingkungan dan anggota LSM WATALA, LSM Yayasan Alas Indonesia, yang disebut Kepedulian Konservasi Usaha Masyarakat atau KESUMA. Adapun isi kesepakatan adalah sebagai berikut : Pada hari ini tanggal 13 Desember tahun 1999 telah di sepakati dan di tanda tangani oleh berbagai pihak yang berkepenntingan terhadap usaha Konservasi Masyarakat Lokal. Yang bertanda-tanagn di bawah ini : 1. Nama Jabatan Alamat : Ir. Susilo Legowo : Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan : Jalan Ir. Hi. Juanda No. 11 Kota Agung Kab. Tanggamus Lampung.

Yang selanjutnya di sebut pihak pertama. 2. Nama Jabatan Alamat : Kasman : Ketua KSM Damar Lestari : Desa Way Haru/Bandar Dalam

Yang di sebut pihak Ke dua. Pihak pertama dan pihak kedua menyetujui untuk menjalankan suatu kerja sama dalam kegiatan pengambilan/penyadapan getah damar dan damar mata kucing di dalam kawasan TNBBS. Kegiatan ini semata-mata demi upaya Kepedulian Konservasi Usaha Masyarakat lokal untuk mendukung pengelolaan kawasan secara berkesinambungan. Kesepakatan ini didasari oleh ketentuan-ketentuan sbb: Pasal 1 Pihak pertama akan memberikan surat izin pemanfaatan untuk melakukan kegiatan penyadapan di Zona pemanfaatan di areal TNBBS dari batas Way

Wenanga sampai Way Sama kepada anggota-anggota pihak kedua, sesuai dengan ketentuan-ketentuan sbb: 1. Terikat sebagai kelompok tani konservasi TNBBS 2. Menghormati tentang keberadaan TNBBS 3. Mentaati semua peraturan yang berlaku di TNBBS 4. Jika terjadi pelanggaran atau gangguan terhadap TNBBS akan segera melaporkan kepada petugas TNBBS terdekat. 5. Setiap melakukan penyadapan getah damar mata kucing di dalam kawasan TNBBS, kartu KESUMA harus dibawah serta 6. Tidak diperkenakan menyalahgunakan kartu KESUMA 7. Bila terjadi pelanggaran sesuai ketentuan tersebut diatas, di lakukan sanksi sesuai dengan peraturan kelompok , dan sesuai dengan peraturan kelompok yang berlaku Pasal 2 Pihak pertama bekerjasama dengan penggiat lingkungan dan LSM melakukan pembinaan teknis terhadap pihak kedua dalam hal sbb: 1. Monitoring kegiatan penyadapan getah damar mata kucing di areal TNBBS yang telah disepakati 2. Meningkatkan keterampilan pihak kedua dalam penerapan metodemetode dalam pengembangan usaha Konservasi, budidaya,dan penyadapan getah damar 3. Membantu pemasaran produksi getah damar Pasal 3 Pihak kedua dalam melaksanakan usaha pengembangan budidaya dalam penyadapan getah damar berkewajiban memperhatikan kepentingan pihak pertama dalam hal ini ikut berperan aktif didalam pengamanan kawasan TNBBS, serta selalu mengakui dan menghargai terhadap keberadaannya. Memberikan laporan hasil kegiatan kepada anggotanya, kepada TNBBS setiap 3 bulan sekali paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. Pasal 4 Jika ada permasalahan yang timbul di antara anggotanya maupun antara kedua belah pihak mengenai persetujuan ini maka akan diselesaikan atau diputuskan secara musyawarah.

Pasal 5 Surat persetujuan ini berlaku sejak di tanda tangani untuk waktu selama 5 tahun dan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperbaharui apabila terdapat kekeliruan dalam kesepakatan ini akan ditinjau kembali. Demikian surat persetujuan ini dibuat sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan, untuk dapat ditaati dengan sebaik-baiknya. Di tanda-tangani di atas Materai 2000 Kota Agung 13 Desember 1999 Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Pihak I Ir. Susilo Legowo Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Damar Lestari Pihak II Tasman Saksi-saksi 1. Joko santoso (Penggiat Lingkungan anggota WATALA) 2. Feriyawan Setiyawan (LSM ALAS Indonesia) 3. Toni Rauf (Kepala Desa Way Haru) Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) WATALA itu sudah betul-betul sesuai dengan visi kesepakatan itu. Untuk pemasaran hasil sudah di jembatani juga, Intertrading di Jakarta. Kalau di sini cabangnya di Jalan Diponegoro Tanjung Karang. Dalam kesepakatan intertrading siap untuk menampung getah damar ini. Memang sudah berjalan. Tapi akhirakhir ini sekitar tahun mereka agak fakum. Terpaksa untuk mengantisipasi kekosongan pemasaran itu kami alihkan ketempat lain. Natsir Abbas (FKKM) Yang mana lebih bagus untuk pemasaran getah damar itu, pihak lain itu atau Intertrading? Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) Kalau mau dilihat kedua-duanya bagus.

Natsir Abbas (FKKM) Apakah masalah harga ada perbedaan ? Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) Kalau Intertreding karena kita sudah terikat, artinya terikat dengan kesepakatan kontrak, kita tidak bisa lagi untuk tawar menawar. Dengan orang lain kita tidak terikat. Untuk jenis damar dari sini tidak ada yang di bagi-bagi dengan jenis kelas, seperti Kelas A, kelas B jadi kami keluarkan dari sini masih bersifat asalan. Jadi disini tidak ada pengolahan hasil getah damar. Untuk pengolahannya mungkin dilakukan setelah ke luar. Natsir Abbas (FKKM) Berapa bulan sudah Intertrading itu tidak lagi kemari. Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) Sudah ada setengah tahun ini pak. Kita tidak tahu juga mungkin ada masalah interen, pernah berkunjung kemari dari bidang keuangannya yang memeriksa berapa sebenarnya uang intertrading yang ada kepada kami, dengan membawakan kwitansi-kwitansi bon, sehingga setelah kami total, menurut beliau tidak sesuai dengan laporan dari pelaksana-pelaksana yang ada di cabang. Jadi masalahnya adalah masalah interen mereka. Kalau kami habis panen harus mengantarkan itu ke tanjung karang itu tidak mungkin. Selama mereka siap disini kami tidak memungkiri kesepakatan. Tapi kalau mereka tidak disini dan untuk mengantisipasi kesejahteraan anggota kita, terpaksa kami harus cari terobosan lain. Untuk harga disini sekarang Rp 2.750,-. Dalam satu Kg damar yang dari TNBBS kami potong Rp 150,-, yang kegunaanya Rp 75,- untuk TNBBS termasuk dari situlah anggaran buat personil TNBBS kalau mau masuk kemari, yang Rp 75,- berikutnya untuk kami Kelompok, Rp 5,- untuk Kas dan Rp 25,untuk jasa pengurus. Dari Rp 50,-/Kg itu, kelompok tani mempunyai tabungan buat Kas yang sudah ada itu berupa 1 ekor Sapi. Yang mungkin nanti setelah sampai limit kepengursan kami yaitu akan diadakan rapat, akan dikemanakan sapi itu. Apakah akan dibagi atau akan dihibahkan, itu kami tidak tahu. Untuk bapak-bapak TNBBS kalau mau kemari kami sudah anggarkan dalam AD/ART kami yaitu tidak ada pihak yang dirugikan begitu. Termasuk bapakbapak TNBBS kemari dalam rangka mengontrol, kalaupun kami memberikan itu tidak mengurangi dari sektor yang lain begitu memang ada jobnya di situ. Untuk kedatangan petugas TNBBS kemari tidak ada kesepakatan jadwal atau tidak bisa di jadwalkan. Kendalanya mereka datang kemari yaitu tergantung cuaca, kalau musim hujan mereka akan kesulitan kemari, kecuali musim panas, sebab jalan

masuk kalau musim hujan sangat sulit untuk dilalui karena muara biasanya banjir. Banjar Yulianto Laban (Ka.BTNLL) Mengenai kesepakatan itu, ada tidak isitilah surat izin. Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) Untuk surat izinnya itu tidak ada. Banjar Yulianto Laban (Ka.BTNLL) Kemudian untuk monitoring dan evaluasi juga tidak ada. Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) Untuk monitoring dan evaluasi sesuai kewajiban kami, semua kegiatan harus kami laporkan. Berdasarkan laporan kami ini TNBBS melaporkan ke Dirjen PKA di Jakarta, berdasarkan laporan kami kelompok mereka mengajukan lagi dan kami diberikan tembusan. Jadi kami merasa bersyukur karena laporan kami tidak hanya masuk ke dalam laci TNBBS, ternyata laporan kami ada manfaatnya buat TNBBS. Termasuk keanggotaan kami juga sudah masuk ke Dirjen PKA. Jabar Lahadji (Yayasan Sahabat Morowali) Untuk menjadi anggota KSM ini, bagaimana teknis perekrutan anggota, apakah dipilih secara langsung oleh Pengurs KSM atau sukarela. Kemudian untuk pembagian wilayah apakah ditentukan dengan batas-batas desa atau bagaimana, dan untuk pembagian wilayah pengambilan damar dan berapa banyak harus diambil. Untuk sekedar masukan kepada kawan-kawan LSM yang mendampingi masyarakat, kalau bisa bahasa dalam surat-surat itu sudah harus dirubah, misalnya Keputusan harus sudah diganti dengan Kesetaraan, sebab sepertinya dengan bunyi bahasa tersebut kelihatan bahwa ada atasan dan ada bawahan, sementara ini adalah hak bersama. Tasman (Ketua Kelompok KSM Damar Lestari) KSM Damar Lestari ini lingkupnya untuk Marga Belimbing, jadi kami tidak membatasi siapapun orang yang ada di Marga Belimbing ini, dengan catatan atas panggilan hati nuraninya sendiri. Kalau ada yang mau masuk bergabung sebagai anggota kelompok, karena disini sudah ada kelompok-kelompok silahkan menghubungi kelompok-kelompok tersebut.

Untuk pembagian-pembagian lokasi kerjanya, kita sudah usahakan dengan batas-batas alam untuk lokasi itu. Kemudian dalam 1 kelompok kita beri nomor yang tidak ada lainnya, misalnya kalau kelompok 1, lokasi pohon damarnya semua kita beri nomor 1 semuannya. Untuk lebih lengkapnya bisa di bantu oleh seksi humas saya. Terima kasih. Tamizir (Seksi Humas KSM Damar Lestari) Terima kasih atas kesempatan yang di berikan kepada kami. Terus terang saja kami sangat berbangga hati atas kehadiran bapak-bapak di tempat kami. Kami menganggap atas kehadiran bapak-bapak ini menunjukan adanya suatu kepedulian dari pihak lain terhadap desa kami. Mungkin Way Haru/Bandar Dalam, mungkin sengaja atau tidak sengaja dikucilkan oleh Negara ini. Itulah awal dari pembukaan saya. Kembali pada persoalan yang menjadi pertanyaan bapak tadi, yaitu masalah rekruitmen menjadi anggota KSM Damar Lestari. Pertama-tama kami memperkenalkan, bahwa dalam masyarakat adat Way Haru keberadaan pohon damar ini memang merupakan satu kegiatan yang turun-temurun. Secara tidak langsung mereka sudah mengenal pohonnya, kedua mereka tahu tentang tata caranya, ketiga sudah memperhatikan segala resiko. Jadi dalam hal ini terlebih dahulu kami sosialisasikan tentang keberadaan KSM Damar Lestari ini, setelah kami sosialisasikan kita berikan kesempatan mereka sesuai dengan wilayahwilayah yang sudah dimiliki oleh teman-teman terdahulu untuk teman-teman berikutnya yang mengharapkan ingin dimasukan ke dalam KSM. Jadi disini kami tidak merekrut secara paksa, hanya berdasarkan kesadaran dan profesi mereka sendiri. Dan masalah pekerjaan, disini kami tidak pernah memaksakan meraka untuk masuk tapi kami memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk menentukan jumlah pohon ataupun wilayah dan juga batas-batas mereka, misalnya terjadi suatu pilihan yang sama dalam satu wilayah, terpaksa kami disitu harus menengahi. Sesuai dengan posisi saya pada seksi humas terpaksa saya harus memberikan terobosan-terobosan alternatif yang memungkinkan tidak terjadi perselisihan. Seperti dari awal saya katakan bahwa damar ini merupakan dambaan masyarakat Way Haru, sebelum dan sesudah ORDE BARU, atau bahkan zaman Penjajahan. Kalau untuk warga Way Haru yang menjadi faforit usahanya adalah petani getah damar. Karena damar ini tidak setiap hari harus kita rawat, tapi dia cukup memberikan nilai tambah. Saya tambahkan, secara teknis, baik rekruitmen, maupun pelaksanaan dan kegiatan di dalam hutan itu kami tidak terlalu campur tangan , kami percayakan kepada mereka sepanjang mereka telah memberikan satu pola, keinginan-keinginan, bahwa saya harus disitu. Cuman kami hanya sekedar memberikan target, karena ini programnya jangka panjang dan bulanan hasilnya, minimal kita mempunyai sasaran, misalnya kelompoknya cuma 5 atau 6 orang, untuk idealnya itu, sesuai dengan waktu panen 2 bulan sekali, jadi idealnya 1 orang harus memilki 5 atau

10 garapan sesuai kemampuan mereka. Jadi disini kami sangat hati-hati dan tidak mencampuri kegiatan mereka di dalam, dan kami sadar bahwa kegiatan damar resikonya sangat fatal bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena itu dalam hutan. Karena mereka tidak akan mengenal hukum apa yang harus saya pakai dan cara apa yang harus selesaikan, jadi di sini kami tidak memaksakan. Karena resiko yang kami hadapi sangat fatal, dan pekerjaan mereka itu tidak mungkin akan kami awasi selama-lamanya. Karena keterbatasan pengurus dan anggota itu sendiri atau jarak tempuh dan keadaan cuaca. Demikian yang bisa

saya tambahkan mengenai proses rekruitmen keanggotaan itu.


Alimuddin Paada (YAKIS) Untuk masalah pencurian bagaimana pak ? Tamizir (Seksi Humas KSM Damar Lestari)

Kalau untuk masalah pencurian secara interen, itu masih bisa diatasi, karena tadi saya katakan bahwa personil-personil di hutan itu pada dasarnya buta huruf. Biasanya karena dipengaruhi jarak terlalu terpencil antar satu pohon dengan yang lain itu sangat memungkinkan sekali, justru disitu itulah kami tidak akan memaksakan. Kalaupun ada pencurian, untuk tahap awal kami akan memberikan pemahaman-pemahaman. Jadi kalau kita mengambil tindakan di luar dari hukum akibatnya akan fatal nanti. Bahkan kesepakatan itu akan bubar. Jadi masalah pencurian karena posisi antar satu dengan yang lainnya sangat berjauhan. John (Sub BKSDA Morowali) Karena di sini ada 11 Kelompok, jadi pertanyaan saya berapa pohon pembagian untuk setiap kelompok yang di tentukan oleh KSM itu sendiri ? Tamizir (Seksi Humas KSM Damar Lestari) Secara kepengurusan KSM tidak memberikan batasan-batasan, karena itu merupakan profesi mereka sendiri dan kemampuan para kelompok. Pohon damar itu sendiri relatif tidak sama, contohnya ada yang diameter 50 Cm dan ada yang diameter 2 Meter. Otomatis kapasitas getah itu dan kemampuan bergetah itu berbeda, pekerjaannya pun jauh berbeda. Jadi d isini untuk target pohon memang ada tetapi secara berkala atau berkesinambungan. Tapi yang jelasnya kami memberikan rangsangan kepada mereka minimal hasil atau nilai rupiahnya dalam 1 kelompok, dan mereka mentargetkan 1 atau 2 ton itu sudah memadai. Karena damar itu pohonnya macam-macam, ada pohon yang getahnya produktif dan ada yang pohon getahnya tidak produktif.

Anto Iben (FKTNLL) Saya sangat tertarik dengan masalah kelembagaannya, misalnya di belimbing ini ada 6 kelompok dan kelompok itu masing-masing 6 orang, apakah masingmasing kelompok itu diberikan hak otonom misalnya, untuk mengelola masingmasing kelompoknya. Misalnya kelompok A, terserah apa yang kalian lakukan, misalnya 2 orang yang mengambil getah damar dan 4 orang lainnya juga dapat hak atau seperti apa model pengelolaan kelompok itu ? Tamizir (Seksi Humas KSM Damar Lestari) Kalau masalah otonomi, tadinya mungkin sudah di jelaskan oleh Ketua, setiap kelompok itu ada ketua kelompok. Jadi masalah teknis di dalam kelompok, itu kami percayakan sepenuhnya kepada kelompok. Jadi seperti apa yang mereka sepakati dan apa yang harus mereka lakukan itu sepenuhnyaa kami percayakan kepada musyawarah kelompok. Sepanjang tidak ada masalah yang mencuat dari interen kelompok tersebut, kami secara kelembagaan dari pengurus tidak campur jadi sepenuhnya kami serahkan kepada mereka. Contoh mengenai seperti apa yang bapak tanyakan tadi. Kalau dua anggota yang bisa hadir dalam panen misalnya sementara 4 tidak hadir, itu kami percayakan sepenuhnya kepada mereka bagaimana kesepakatan mereka dalam panen tersebut. Apakah mereka bagi rata ataukah mereka presentasekan dengan pekerjaan-pekerjaan. Bagaimanalah penyelesaiaan terbaik bagi mereka. Jadi kami tidak akan mencampuri, kalaupun ada masalah di antara mereka, kami coba sosialisasikan. Itu kami percayakan sepenuhnya kepada ketua kelompok untuk mengkoordinasikan, kegiatan ataupun pemanenan dalam kelompok mereka itu.

Anda mungkin juga menyukai