Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................ 1
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................2
1. Latar Belakang................................................................2
2. Maksud dan Tujuan..........................................................2
BAB 2 PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPETIPE
METAMORFISME.......................................................................................3
1. Proses Pembentukan Batuan Metamorf..................................... 3
2. Tipe-Tipe Metamorfosa...............................................................4
3. Tekstur Batuan Metamorf...........................................................6
4. Tekstur Batuan Metamorf...........................................................7
BAB 3 PENUTUP........................................................................9
1. Kesimpulan.....................................................................9
2. Saran.............................................................................9
3. Daftar Pustaka..............................................................10

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Geologi, adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok
ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi,
kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir
di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam
namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk
dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua,
samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.Ilmu geologi juga mempelajari
tentang batuan pembentuk kerak bumi yang meliputi proses pembentukan atau
ganesa, karakteristik yang dimiliki, pengelompokan atau
klasifikasi serta hubungannya dengan proses-proses geologi lainnya. Dalam ilmu
batuan dikenal ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen,dan batuan
metamorf. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil
kristalisasi magma. Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk
dari hasil transportasi, sedimentasi dan litifikasi dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Sedangkan batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk
sebagai hasil dari proses metamorfisme dari batuan yang telah ada tanpa
mengalami fase cair.Dalam makalah ini secara khusus membahas tentang batuan
metamorf meliputi pengertian batuan metamorf, agen-agen metamorfisme, jenisjenis metamorfisme, fasies metamorf, dan mineral-mineral penyusun batuan
metamorf.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai salah satu indikator penilaian
(tugas) yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Geologi Rekayasa yang
terkait dengan batuan metamorf. Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk
menambah pengetahuan tentang batuan metamorf utamanya yang terkait
dengan pengertian batuan metamorf, agen-agen metamorfisme, fasies-fasies
metamorfisme, jenis-jenis metamorfisme, dan mineral-mineral penyusun batuan
metamorf.

BAB 2
PROSES PEMBENTUKAN
SERTA TIPE-TIPE
METAMORFISME

BATUAN

METAMORF

1. Proses Pembentukan Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya
perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt,
1982). Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling
umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng (daerah tumbukan antar lempeng
tektonik).
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh
proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas
atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 200 0 C 8000 C, tanpa melalui
fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006). Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi
dalam pembentukan batuan metamorf adalah:
Terjadi dalam suasana padat
Bersifat isokimia
Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga
perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan
pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna
menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan
yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal
perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat.
Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses
metamorfisme tetapi proses aktivitas magma.
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang
mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral
index. Beberapa contoh mineral index antara lain:
Staurolite: intermediate high-grade metamorphism
Actinolite: low intermediate metamorphism
Kyanite: intermediate high-grade
Silimanite: high grade metamorphism
Zeolite: low grade metamorphism
Epidote: contact metamorphism
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan
temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara
lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau
friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas
bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 150 0 C + 500C yang
ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg carpholite, Glaucophane,
3

Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas


terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 650 0C-11000C,
tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya.


Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan
yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu
kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey,
1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta
bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

1.

2.

Tahap-Tahap Proses Metamorfisme


Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan kembali
kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah
ada.

Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali
dari susunan kristalkristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.

3.

Pembentukan mineral-mineral baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang


sebelumnya telah ada.

2. Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Metamorfosa Regional / Dinamothermal


Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi
pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar
samudera (ocean-floor).
1.1

Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang

melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan
waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
1.2

Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses
yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

1.3

Metamorfosa Dasar dan Samudera


Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan
umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan
mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
2.1

Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material
yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona
metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa
rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.

Gambar Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan


2.2

Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil


temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
2.3

Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan
sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai
fault breccia, fault gauge, ataumilonit.

2.4

Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi
mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

2.5 Metamorfosa Impact


Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya
hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya
mineral coesite danstishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi
(geothermal).
2.6 Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan


mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil
pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).

Gambar Lokasi dan Tipe Metamorfisme

3. Tekstur Batuan Metamorf


6

a) Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa


o Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan
blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang
mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau
metasedimen.
o Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan
dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak
tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
b) Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
o Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
o Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
c) Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
o Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
o Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
o Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
o Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
o Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
o Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
d) Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
o Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
o Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
o Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
o Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
e) Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
o Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari
mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai
porphyroblasts.
o Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
o Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).

o Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak


menunjukkan keteraturan orientasi.
o Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

4. Contoh Batuan Metamorf


Calcic Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya
unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh: batusabak dan
Phyllite.

Gambar 1.1 : Batua Phylite


Quartz Feldsphatic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa
dan feldspar. Contoh : Gneiss

Gambar 1.2 : Batu Gneiss


Calcareous Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh :
Marmer

Gambar 1 .3 : Batu Marmer


Basic Metamorphic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa dan
menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan
kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.
Magnesia Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan Mg. Contoh :
serpentinite, sekis.

Gambar 1 .4 : Batu serpentinite

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)
dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan
tinggidalam kerak bumi.
Agen-agen atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme meliputi
suhu (temperatur), tekanan (Pressure), dan aktivitas larutan kimia.
Secara umum metamorfisme terbagi menjadi 2 yaitu metamorfisme sentuh atau
kontak, dan metamorfisme regional/dinamotermal.
Mineral penyusun batuan metamorf merupakan mineral-mineral yang ada
padabatuan yang telah ada sebelumnya, baik mineral yang berasal dari batuan beku,
sedimen, maupun metamorf.

2. Saran
Untuk lebih memperdalam pemahaman dan pengetahuan mengenai batuan
metamorf sebaiknya banyak membaca literatur-literatur yang lebih variatif yang
berkaitan dengan batuan metamorf serta mengkajinya secara mendalam dan
dibarengi dengan pengamatan batuan di laboratorium dan pengamatan langsung
singkapan batuan metamorf dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
www.wikipedia.com
www.mineralgallery.com
http://www.budairi.com
http://jurnal-geologi.blogspot.com
http://flexiblelearning.auckland.ac.nz
http://www1.newark.ohiostate.edu
http://petrolab.atspace.com
http://www.gccaz.edu

10

Anda mungkin juga menyukai