Anda di halaman 1dari 8

Skeletal Displasia

Achondroplasia
Achondroplasia, adalah displasia skeletal autosomal dominan yang paling umum
dengan perkiraan kejadian mulai dari 1 dalam 15.000 hingga 1 dalam 26.000 kelahiran.
Individu dengan achondroplasia memiliki inteligensia rata-rata. Penelitian telah menunjukkan
bahwa achondroplasia disebabkan oleh mutasi gen untuk faktor pertumbuhan fibroblast
reseptor 3 (FGFR3), terletak pada lengan pendek kromosom 4 1, Mutasi yang mengubah asam
amino glycine ke arginin pada posisi 380 di protein FGFR3 ditemukan untuk lebih dari 98%
dari semua kasus yang dilaporkan dari achondroplasia. Di growth plate kondrosit, reseptor ini
mengaktifkan transduser sinyal dan aktivator jalur transkripsi (STAT1) yang menghambat
proliferasi kondrosit, dan jalur mitogen-activated protein kinase (MAPK), yang menghambat
baik proliferasi dan diferensiasi kondrosit. Perawakan pendek mungkin tidak jelas sebelum
usia 2 tahun, meskipun penyimpangan dari kurva pertumbuhan normal adalah progresif.
Tinggi rata-rata dewasa pada laki-laki dan perempuan adalah 131 dan 124 cm.2

Gambar 1: Pengurangan proliferasi, diferensisasi dan ossifikasi di lempeng pertumbuhan

Gejala kilnis yang dapat ditemukan adalah : 2,3

rhizomelic limb shortening (lengan atas dan paha), torso relatif panjang dan
sempit
kepala besar dengan frontal bossing
Hypoplasia midfacial
Jari pendek

Gambar 2 : Gambaran dari seseorang dengan achondroplastic, termasuk torso normal dengan
shortening rhizomelic dan genu varum

Hypochondroplasia.
Hypochondroplasia telah digambarkan sebagai "bentuk yang lebih ringan" dari
achondroplasia. perkiraan insidens mulai dari 1 dari 15.000 hingga 1 dari 40.000 kelahiran.
Pada orang dewasa tingginya 132-165 cm pada pria dan 127- 150 cm pada wanita. Sekitar
10% orang dengan hypochondroplasia memiliki kesulitan belajar. Namun, meskipun
keduanya ditransmisikan sebagai sifat autosomal dominan karena mutasi pada gen yang sama
(FGFR3). Hypochondroplasia, bagaimanapun, menunjukkan hasil dari mutasi yang berbeda
(Asn540Lys) dari gen FGFR3, ada juga yang mengatakan substitusi lysine untuk asparagine
pada kodon 540 (N540K) adalah mutasi yang paling umum menyebabkan
hypochondroplasia1,4

Rickets
Rickets berasal dari kata Inggris lama "wrikken" yang berarti memutar atau menekuk
dan mengacu pada kondisi gangguan mineralisasi tulang tumbuh, akhirnya menghasilkan
bowing dan twisting. Rickets jelas dari histologis dan radiografi sebagai gangguan dan
pelebaran lempeng pertumbuhan (fisis) tulang bersama-sama dengan osteomalacia
(akumulasi kelebihan osteoid matriks) dari tulang trabekuler dan kortikal. Bentuk-bentuk
utama dari rickets dapat dengan mudah diklasifikasikan sebagai calciopenic terutama dari
berkurang ketersediaan kalsium untuk mineralisasi tulang atau phosphopenic yang berkurang
ketersediaan fosfat. Identifikasi penyebab rickets penting, karena strategi pengobatan
tergantung penyebabnya. 1,5

Gambar 3: Menunjukkan klasifikasi kalsiopenik and fosfopenik rickets .

Antara temuan kilnis yang didapatkan pada Rickets adalah:

Gangguan pertumbuhan
Kelainan cranial
Kifosis
Genu varun
Genu valgus
Pembengkakan Osteochondral (rachitic rosary)

Gambar 4: Gambar menunjukkan temuan klinis pada rickets

Gambar 5: Ricktes dan Osteomalacia

Kelainan Kromosom
Down Syndrome.
Trisomi 21, atau sindrom Down, kelainan kromosom yang paling umum yang terkait
dengan retardasi pertumbuhan, yang mempengaruhi sekitar 1 dari 600 kelahiran hidup.
Salinan tambahan bagian proksimal dari 21q22.3 menghasilkan fenotip fisik khas. Rata-rata,
bayi yang baru lahir dengan sindrom Down memiliki berat lahir 500 g di bawah berat normal
dan panjang badan yang lebih pendek. Gagal tumbuh berlanjut postnatal dan biasanya terkait
dengan maturasi skeletal tertunda. Ketinggian dewasa berkisar 135-170 cm pada laki-laki dan
127-158 cm pada perempuan. Penyebab kegagalan pertumbuhan pada sindrom Down tidak
diketahui. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan10,11

Perawakan pendek
Brachicephaly
Nasal bridge yang datar
Brushfield spot
Hidung dan mulut yang kecil
Telinga yang kecil dan displastik
Simian crease

Gambar 4: Fasies khas, jembatan hidung datar, dan protusio lidah, serta simian crease di anak
2 tahun dengan sindrom Down

Sindrom Turner.

Penelitian yang diterbitkan pada tahun 1938 oleh Henry Turner menggambarkan tujuh
perempuan dengan perawakan pendek, immaturitas seksual, neck webbing, garis rambut
posterior rendah, dan valgus cubitus. Sindrom turner (TS) adalah salah satu anomali
kromosom yang paling umum pada manusia. Hal ini terjadi pada sekitar 1: 2.000 kelahiran
hidup perempuan tanpa memandang latar belakang etnis. Sekitar 50-60% anak perempuan
dengan TS dilaporkan memiliki 45, X kariotipe. Hilangnya satu kromosom X biasanya terjadi
sebagai akibat dari kesalahan non-disjunction selama meiosis paternal karena kromosom X
tunggal dalam 60-80% dari gadis-gadis dengan TS berasal dari ibu. Sebagian besar fenotipe
TS tampaknya disebabkan oleh haploinsufisiensi ekspresi dari gen yang biasanya diekspresi
pada kedua kromosom X. Sampai saat ini, hanya satu gen tersebut telah diidentifikasi gen
-short-stature homeobox-containing (SHOX). Perawakan pendek adalah gejala yang paling
umum dari sindrom Turner, lebih sering terjadi daripada pubertas tertunda, valgus Cubitus ,
dan webbing leher. Individu dengan Sindrom turner telah menunjukkan bahwa perawakan
pendek terjadi pada 95% sampai 100% dari gadis-gadis dengan kariotip 45, X 1,2

Gambar 5: Pasien dr. Henry Turner

Gambar 5: Gambar menunjukkan webbed neck pada Sindrom Turner

Prader-Willi Syndrome
Sindrom Prader-Willi (PWS), awalnya dijelaskan oleh Prader, Willi, dan Labhart pada
tahun 1956, ditandai dengan2 :

Obesitas
perawakan pendek
hipotonia
hyperphagia
Ketrampilan motorik tertunda
keterbelakangan mental
hipogonadisme

Kelainan genetik telah ditemukan pada kromosom 15 (q11-13), delesi dari alel
paternal atau adanya disomy ibu; daerah kritis kromosom 15 hanya aktif dalam kromosom
diwariskan.dari paternal, telah diketahui bahwa sekitar 70-75% dari kasus PWS berhubungan
dengan absen ekspresi dari alel paternal di PWS kromosom 15q11-13. Sekitar 25% kasus
melibatkan disomy uniparental, di mana seorang individu mewarisi dua salinan dari
kromosom maternal 15 dan tidak ada salinan paternal. Dengan kejadian 1 dalam setiap
12.000 kelahiran, PWS adalah sindrom yang paling umum ditandai dengan obesitas.

Gambar 6: Gambar menunjukkan gambaran kilnis dari prader willi syndrome

Daftar pustaka.

1. Sperling, Pediatric Endocrinology, Fourth Edition, 2014, Elsevier,


Philadelphia,PA
2. Radovick H. MacGillivray Pediatric Endocrinology 2013 A Practical Clinical
Guide, Second Edition, Springer. New York
3. Martinez-Frias ML, de Frutos CA, Bermejo E, et al. Review of the recently
defined molecular mechanisms underlying thanatophoric dysplasia and their
potential therapeutic implications for achondroplasia. Am J Med Genet A.
2010;152A(1):24555.
4. Laederich MB, Horton WA. Achondroplasia: pathogenesis and implications for
future treatment. Curr Opin Pediatr. 2010;22(4):51623.
5. Lowdon J. Rickets: concerns over the worldwide increase. J Fam Health Care.
Mar-Apr 2011;21(2):25-9.

Anda mungkin juga menyukai