Anda di halaman 1dari 32

Askep Disfagia

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Menelan merupakan satu proses yang kompleks yang

memungkinkan pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke


lambung. Proses ini melibatkan struktur di dalam mulut, faring, laring
dan esofagus.
Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala
kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan
timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan
transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Jenis makanan
yang menyebabkan disfagia dapat memberikan informasi mengenai
kelainan yang terjadi.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan di atas maka, dapat ditarik rumusan masalah

untuk kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya yakni bagaimana


penerapan asuhan keperawatan pada pasien Disphagya.
C.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Disphagya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami antara lain :

Defenisi Disphagya
Etiologi Disphagya
Patofisiologi Disphagya
Diagnosis dan penanganan Disphagya
Asuhan keperawatan pada pasien Disphagya

D . Manfaat
Teoritis : Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Disphagya.
Tenaga keperawatan : Dapat memberikan asuhan keperawatan yang
baik dan tepat pada pasien dengan Disphagya
Mahasiswa : Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Disphagya
Institusi : Sebagai referensi tambahan dalam proses pembeajaran
mata kuliah sistem pencernaan. Akademik mendapatkan tambahan
referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
Masyarakat : memberikan informasi tentang penyakit disphagya,
penyebab, tanda dan gejala, serta cara perawatan dan pengobatanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Disphagya adalah kesulitan pada proses menelan dan melewatkan
makanan dari esofagus ke lambung. Penyebab disfagia bisa bermacam
macam. Penting untuk mengetahui perbedaan disfagia karena gangguan

orofaring dan esofagus. Bila tidak diamati dengan seksama, maka gejala
ini sangat mirip. Hewan tidak bisa bicara, beda dengan manusia yang
dengan mudah menyampaiakan keluhan yang dihadapi. Bila pemilik
tidak mengamati hewan kesayangannya dengan seksama maka gejala
disfagia ini, seringkali keluhan sudah cukup terlambat untuk
disampaikan pada dokter hewan. Dan pengamatan dari pemilik tersebut
sangat membantu dokter hewan untuk mengidentifikasi problema yang
dihadapi hewan kesayangan tersebut.
Pada gangguan orofaring, disfagia selalu terjadi karena ini adalah
gejala utama gangguan orofaring selain itu hewan juga mengalami
regurgitasi. Hipersalivasi biasanya ada dan gangging seringkali muncul.
Pada gangguan orofaring biasanya hewan tidak bisa makan ataupun
minum, kalaupun bisa maka seringkali dalam keadaan yang tidak
normal, sehingga kadang juga tampak hewan menjatuhkan banyak
makanan dari mulut. Keluarnya makan dari mulut biasanya bersifat
segera setelah makan dan makanan yang dikeluarkan belum tercerna.
Hewan tampak enggan menelan. Gejala lain yang berhubungan dengan
gangguan orofaring adalah adanya discharge nasal. Gejala odynofagia
bisa disertai namun tidak selalu tampak pada gangguan orofaring.
Pada problema esofagus, disfagia kadang ada bila terjadi esofagitis
atau obstruksi esofagus. Problema esofagus biasanya juga disertai
regurgitasi. Hipersalivasi tidak pernah atau jarang terjadi dan bila ada
biasanya akibat adanya benda asing yang sebetulnya adalah
pseudohipersalivasi. Gagging biasanya tidak ada. Pada problema
esofagus hewan masih bisa makan dan minum secara normal, namun
hewan tampak enggan menelan. Bila keluarnya makanan dari mulut,
biasanya gangguan ada pada daerah kranial esofagus dan makanan

yang dikeluarkan belum tercerna. Gejala lain yang berhubungan pada


problema esofagus adalah dispnea dan batuk. Gejala odynofagia
seringkali tampak terutama pada hewan yang mengalami esofagitis
akibat adanya benda asing.
Regurgitasi adalah naiknya makanan dari kerongkongan atau
lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut
yang sangat kuat.atau regurgitasi adalah keluarnya makanan melalui
mulut, terjadi tanpa usaha atau tanpa adanya proses yang rumit dan
tidak disertai tanda-tanda prodormal meski kadang disertai adanya
hipersalivasi. Bahan yang dikeluarkan biasanya berupa bahan pakan
yang belum terdigesti bercampur mukus atau saliva dan mempunyai pH
normal, bahan pakan berupa bahan solid ataupun cair bila terjadi
striktura pada esofagus, tercampur darah segar bila terjadi ulserasi,
adanya rasa sakit saat menelan dan teraba adanya bolus di daerah
esofagus. Waktu terjadinya biasanya segera setelah makan atau
menelan. Bila terjadi agak lama setelah makan kemungkinan terjadi
dilatasi esofagus atau divertikulum esofagus.
B. Etiologi
Pada disphagya dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan keadaan tersebut antara lain :
Stroke
Penyakit neurologi progresif
Adanya selang trachestomy
Paralise atau tidak adanya pergerakan pita suara
Tumor dalam mulut

Pembedahan kepala
Pada regurgitasi sering disebabkan oleh asam yang naik dari
lambung (refluk asam). Regurgitasi juga bisa disebabkan oleh
penyempitan (striktur) atau penyumbatan kerongkongan. Dimana
penyumbatan bisa terjadi karena beberapa penyebab, termasuk di
dalamnya kanker kerongkongan, oleh gangguan pengendalian saraf
kerongkongan dan katupnya di mulut lambung.
C. Anatomi Patologi

Rongga mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot
orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara
mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum
dibentuk oleh tulang dari palatum durum di bagian depan dan sebagian
besar dari otot palatum mole di bagian belakang. Dasar mulut di antara
lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar
submandibula.
Muara duktus sub mandibularis terletak di depan dari frenulum
lidah. Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan
dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Korda timpani
mempersarafi cita rasa lidah duapertiga bagian depan dan n.
glossofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang.

Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya
seperti corong dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke
esofagus setinggi vertebra servikal. Faring berhubungan dengan rongga

hidung melalui koana dan berhubungan dengan rongga mulut melalui


ismus orofaring, sedangkan dengan laring berhubungan melalui aditus
laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan memanjang (longitudinal) dan melingkar
(sirkular). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m. konstriktor faring
superior, media dan inferior. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap
bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang.
Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di bagian
belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut rafe faring. Batas
hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior
adalah laring, batas posterior ialah vertebra servikal serta esofagus di
bagian inferior. Pada pemeriksaan laringoskopi struktur pertama yang
tampak di bawah dasar lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan
dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika
medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Di bawah
valekula adalah permukaan laringeal dari epiglotis. Epiglotis berfungsi
melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada
saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus
faringealis. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faringeal dari n. vagus,
cabang dari n. glossofaringeus dan serabut simpatis. Dari pleksus
faringealis keluar cabang-cabang untuk otot otot faring kecuali m.
stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang glosofaringeus.

Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus
esofagus yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau

setinggi vertebra servikal 6. Di dalam perjalanannya dari daerah


servikal, esofagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga
toraks , esofagus berada di mediastinum superior antara trakea dan
kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium
kiri dan menembus diafragma setinggi vertebra torakal 10 dengan jarak
kurang lebih 3 cm di depan vertebra. Akhirnya esofagus ini sampai di
rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.
Berdasarkan letaknya esofagus dibagi dalam bagian servikal,
torakal dan abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat.
Penyempitan pertama yang bersifat sfingter terletak setinggi tulang
rawan krikoid pada batas antara esofagus dengan faring, yaitu tempat
peralihan otot serat lintang menjadi otot polos. Penyempitan kedua
terletak di rongga dada bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta
dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat sfingter.
Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma yaitu
tempat esofagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada bagian
ini murni bersifat sfingter.
Inervasi esofagus berasal dari dua sumber utama, yaitu saraf
parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari serabut-serabut
ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan n. splangnikus.
D. Patofisiologi
Normalnya orang menelan makanan padat atau minum cairan dan
menelan saliva atau mukus yang dihasilkan tubuh beratus-ratus kali
setiap hari. Proses menelan ini mempunyai empat tahap: tahap pertama
persiapan di mulut, di mana makanan atau zat padat
digerakkan/dimanipulasi dan dikunyah dalam persiapan untuk ditelan.

Selama tahap oral, lidah mendorong makanan atau zat padat ke bagian
belakang mulut, dan mulailah respon menelan. Tahap pharyngeal mulai
segera setelah makanan atau liquid melewati pharynx (saluran yang
menghubungkan mulut dengan esofagus) kedalam esofagus atau
saluran pencernaan. Tahap terakhir adalah tahap esophageal, makanan
atau liquid melewati esophagus ke dalam lambung. Meskipun tahap
pertama dan kedua mempunyai beberapa kontrol voluntair, tahap tiga
dan empat terjadi dengan sendirinya tanpa disadari. Apabila proses
menelan terhenti karena berbagai sebab, akan mengakibatkan kesulitan
menelan.
a.Penyebab
Setiap jenis kantong kerongkongan memiliki penyebab yang
berbeda, tapi kemungkinan semuanya berhubungan dengan penelanan
dan relaksasi otot yang tidak terkoordinasi, seperti yang terjadi pada
kelainan akalasia dan kejang kerongkongan yang tersebar.
Gangguan menelan adalah gejala terjadinya gangguan/kegagalan
untuk mentransfer makanan dari rongga mulut ke arah lambung.
Gejalanya bisa ringan sehingga tidak begitu disadari oleh penderita,
sampai gejala berat, sehingga makanan sama sekali tidak dapat masuk
ke lambung.
Oleh karena itu gangguan tersebut diatas, intake makanan akan
berkurang sehinbgga penderita makin kurus. Tidak jarang gangguan
menelan dapat menimbulkan gejala tersedak, karena makanan masuk
ke dalam jalan nafas (aspirasi paru). Lebih lanjut akan menimbulkan
infeksi paru (pneumonia aspirasi) yang dapat berakibat fatal. Gangguan
menelan dapat terjadi pada anak-anak, orang dewasa atau usia lanjut.

Penyebab gangguan menelan dapat bermacam-macam, yaitu adanya


gangguan pada susunan syaraf pusat (stroke, tumor otak, dll).
Gangguan sistem neuromuskuler yang berperan dalam proses menelan
(akibat kencing manis, penyakit syaraf, dll), adanya gangguan sumbatan
mekanik di rongga mulut, faring, laryng dan esophagus (pada anak
amandel yang besar, radang atau tumor pada lidah, tenggorokan atau
jalan makanan).
Penderita gangguan menelan ini sering melibatkan beberapa
disiplin ahli, yaitu : ahli THT, Saraf, Gizi, dan Gigi Mulut.
Saat ini RS Khusus THT-Bedah Proklamasi sudah mengembangkan
Klinik Gangguan Menelan dengan metode mutakhir terpadu.
Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan alat modern endoscopic
fiber optic nasofaringoscope, melakukan pemeriksaan FEES.

b.Gejala
Kantong yang besar dapat terisi dengan makanan yang kemudian
bisa dimuntahkan pada saat penderita berbaring atau membungkuk.
Hal ini dapat menyebabkan makanan terhirup ke dalam paru-paru
ketika tidur dan terjadilah pneumonia aspirasi. Kadang kantung
kerongkongan ini bisa membesar dan menyebabkan kesulitan menelan.
1. Sering menelan makanan terlalu cepat, atau akibat sering makan
dengan porsi suap yang terlalu besar
2. Kurang minum air saat makan
3. Sering makan sembari berbaring

4. Mengalami gangguan atau cidera yang memengaruhi otot atau


syaraf, seperti pernah mengalami stroke atau penyakit Parkinson
5. Bisa jadi ada kerusakan pada esofagus alias kerongkongan, seperti
jaringan yang terluka akibat asam dari lambung
6. Mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan tekanan pada
kerongkongan, seperti pembengkakan hati dan tiroid
c. Etiologi
-

Disfagia mekanik, terjadi karena sumbatan rongga esophagus

oleh masa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar.


-

Disfagia motorik, karena adanya kelainan pada system saraf yang

berperan dalam proses menelan.


-

Disfagia karena gangguan emosi berat/disfagia psikogenik

Kelainan congenital (bawaan)

Trauma

Benda asing

Penyakit degenerative

E. Implikasi terhadap gizi (gangguan metabolisme zat gizi)


Disfagia

menyebabkan

penurunan

pemasukan

kkal-

atau

makanan yang mengandung protein sehingga harus diperhatikan


apakah pasien mengalami kekurangan kalori protein (KKP).
Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan makanan
sehingga suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral, dan cairan berkurang. Dampak lanjut


akan mengalami defisiensi zat gizi dan tubuh mengalami gangguan
metabolisme.
F. Terapi
a. Medikamentosa
Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada
penyebab disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada
gangguan disfagia akibat radang pada esophagus.
Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan
dapat diberikan.
Jika dengan mengobati penyebab disfagia tidak membantu, dokter
mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang
terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot untuk memperkuat otot-otot
facial atau untuk meningkatkan koordinasi.
Pada gangguan menelan akibat massa yang menekan biasanya
digunakan terapi bedah.

Pembedahan
o Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan
laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.
o Cricofaringeal myotomy

Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan


untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES)
dengan mengincisi

komponen otot utama dari PES.

Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti


dari CPM.
b. Gizi
Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia
orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung
disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasanya melibatkan
makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
Makanan padat dan cairan encer biasanya merupakan penyebab
utama kesulitan. Makanan-makanan yang dapat menciptakan bulatan
lembut kecil ketika dikunyah merupakan yang paling dapat ditoleransi.
Cairan dapat dikentalkan dengan sereal kering bayi, bubur kentang atau
serpihan kentang, pati jagung, atau yogurt. Cairan juga dapat disajikan
dalam bentuk beku, sebagai contoh, sherbet atau es buah. Speech
therapist mungkin mampu membantu individu disfagia untuk teknik
penelanan.
Menyiapkan

makanan

sedemikian

rupa

atau

menghindari

makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka


yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental
khusus untuk minumannya. Orang lain mungkin harus menghindari
makanan atau minuman yang panas ataupun dingin.
Untuk

beberapa

orang,

namun

demikian,

mengkonsumsi

makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka
harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti

suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang


tidak mampu bekerja normal.
Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan
dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan
dengan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke
depan.
Bila ada kerusakan esofagus atau refluks atau disfagia sangat
parah, pemasukan menjadi terganggu sedemikian rupa sehingga terjadi
kehilangan berat atau menempatkan individu pada risiko tinggi aspirasi
paru, pemberian makanan pipa (via gastrostomi atau jejustomi, jika ada
kerusakan esofagus) mungkin dibutuhkan.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum
disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan
pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang
memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat.
Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi
makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat
menyebabkan malnutrisi.
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan
bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat,
bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi
oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
Hidrasi

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala


keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan
jika terdapat dehidrasi

G. Penatalaksanaan
Terdapat

pengobatan

yang

berbeda

untuk

berbagai

jenis

dysphagia. Pertama dokter dan speech-language pathologists yang


menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai
pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan.
salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang
memungkinkan

dokter

untuk

melihat

kedalam

tenggorokan.

Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video


rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan
gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihakab
tahapan-tahapan dalam menelan.
Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obatobatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia
tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli
patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah
gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otototot

facial

atau

untuk

meninkatkan

koordinasi.

Untuk

lainnya,

pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus.


Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala

menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Meniapkan


makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat
menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan
minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya.
Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang
panan ataupun dingin.
Untuk

beberapa

orang,

namun

demikian,

mengkonsumsi

makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka
harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti
suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang
tidak mampu bekerja normal.
Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia
orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung
disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan
makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum
disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan
pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang
memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi
menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak
atau semi-padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat
menyebabkan malnutrisi.

Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan


bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat,
bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi
oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala
keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan
jika terapat dehidrasi
Pembedahan
Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan
laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.

Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk
mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan
mengincisi komponen otot utama dari PES.
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti
dari CPM.

H. KETERANGAN ISTILAH MEDIS


Akalasia: suatu keadaan terkumpulnya banyak makanan dalam
esofagus sehingga esofagus menjadi sangat melebar

Apraxia: kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan tujuan;


ketidakmampuan menggunakan objek secara tepat
Barium meal: pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum dengan
cara meminum media kontras (BaSo4)
Bolus: suatu massa makanan, yang bulat atau suatu preparat farmasi
yang siap untuk ditelan, atau massa yang sedemikian yang melalui
saluran pencernaan
Cincin Schatzki: selaput atau cincin di esofagus bawah pada beberapa
pasien dengan disfagia
CT-scan: alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang
universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf
pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut.
Dermatomiositis: peradangan kulit, jaringan subkutis, dengan nekrosis
serabut otot; penyakit kolagen atau penyakit jaringan ikat
Divertikulum Zenker: kantong yang berbatas tegas dengan berbagai
macam ukuran, terjadi secara normal pada faringoesofageal atau
terbentuk karena herniasi lapisan membran mukosa
Endoskopi: suatu cara untuk melihat bagian dalam tubuh manusia
secara langsung (apakah ada luka, peradangan, daging tumbuh,
kelainan bentuk saluran tsb dll); juga sering kali dapat digunakan untuk
mengambil contoh jaringan bagian dalam (biopsy) guna pemeriksaan
lebih lanjut.
Esofagogastroskopi: pemeriksaan endoskopi untuk esofagus dan
lambung
Esofagoskopi: pemeriksaan yang melihat langsung esophagus dan
keadaan rongganya

Fluoroskopi: pemeriksaan dengan alat fluoroskop (alat yang digunakan


untuk memeriksa suatu struktur dengan sinar rontgen)
Inflamasi: respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan
Intermiten: terjadi pada interval terpisah; memiliki masa penghentian
aktivitas
Kandidiasis: infeksi dengan jamur dari genus Candida
Lesi: istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang
abnormal pada tubuh
Lumen: rongga atau saluran di dalam tabung atau organ pipa
Manometri esofagus: pemeriksaan yang memungkinkan mengevaluasi
gelombang tekanan dalam esofagus
Miastenia gravis: gangguan autoimun yang merusak komunikasi antara
syaraf dan otot, mengakibatkan peristiwa kelemahan otot
Miopati: setiap penyakit otot
Motilitas: kemampuan untuk bergerak secara spontan
MRI (Magnetic Resonance Imaging): suatu metode pemeriksaan medis
yang menggunakan medan magnet dengan kekuatan tinggi dan
gelombang radio frekwensi (RF) untuk mendapatkan gambar secara
detail dari bagian tubuh, tanpa menggunakan sinar X atau bahan
radioaktif
Obstruksi: keadaan atau kondisi tersumbat
Oesophageal web: striktura esofagus mirip selaput, kongenital, dan
lunak, yang biasanya dari bagian bawah, yang menyebabkan disfagia
Polimiositis: inflamasi pada beberapa atau banyak otot sekaligus, dengan
disertai perubahan degeneratif atau regeneratif

Progresif: berjalan terus; berubah dari keadaan jelek menjadi semakin


buruk atau semakin parah; peningkatan lingkup dan keparahan
penyakit
Reflux: aliran balik atau aliran kembali
Regurgitasi: aliran balik, seperti aliran ke atas makanan yang tidak
dicerna
Retrosternal: terletak atau terjadi di belakang sternum
ring/web: organ atau daerah yang berbentuk anular atau sirkular /
jaringan atau membran
Sfingter: sekumpulan otot yang membentuk cincin sebagai pintu keluarmasuk suatu saluran
Skleroderma: pengerasan dan penyusutan kronik jaringan penyambung
beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, jantung, esofagus, ginjal, dan
paru.
Spasme: kontraksi involunter otot atau sekelompok otot secara
mendadak dan keras, yang disertai nyeri dan gangguan fungsi
Striktur: penurunan kaliber saluran, ductus, atau jalan lewat lainnya,
sebagai akibat dari kontraksi sikatriks atau penumpukan jaringan
abnormal
Tumor: pertumbuhan baru suatu jaringan di mana multiplikasi sel-sel
tidak terkontrol dan progresif
Valleculae: cekungan atau alur; yang digunakan sebagai istilah umum
dalam penamaan anatom
FORMAT PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Al Anwar saputra
2013

Tanggal Masuk

: 07 juli

Npm

: S.0012.P.003

Tanggal Pengkajian : 09 juli

2013
I. Identitas Klien
Nama

: Tn. A.

Umur

: 40

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Konawe selatan ( Konsel )

Pendidikan

: SMA

Status Perkawinan

: Kawin/Nikah

Pekerjaan

: Wiraswasta

Diagnosa Medis

: Gangguan Saluran Pencernaan (Disphagya)

II. Data
1.

Keluhan Utama

2.

Riwayat Keluhan Utama


P

: Kesulitan menelan
:

: Stroke

: Dehidrasi

: Gangguan Saluran Pencernaan

: Sedang

: Pada saat masuk

III. Riwayat Keluarga


Komentar

Klien tinggal serumah dengan 4 orang anaknya


Tidak ada penyakit turunan

Meninggal

Laki-laki

Perempuan

Pasien

IV. Riwayat Psikososial dan Pola Hidup Sehari-hari


Pasien mudah bergaul
Pasien mengalami insomnia
Kekurangan cairan
Pasien mengalami konstipasi
Intoleransi aktivitas
Gangguan pada personal hygiene
Nyeri di tenggorokan
Gelisah/cemas
Mudah letih

V. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Tekanan darah
Pernapasan
Denyut Nadi
Suhu tubuh

: 100/70
: 18 kali/menit
: 60 kali/menit
: 37,5 0 C

PENGKAJIAN MULUT DAN FARING :


Inspeksi
-

Bibir tidak simetris

Warna bibir pucat

Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah

Warna gigi kuning

Ada karies, plak dan peradangan pada pharynx

Jumlah gigi tidak lengkap ( berkurang 3)

Edema pharynx

Pembesaran tonsil

Ovula simetris

Leher simetris

Permukaan leher mormal

Tidak ada pembesaran vena jugularis

Pembesaran tiroid
Palpasi

Kelenjar limfe normal

Edema pharynx

Pembesaran tiroid

Vena jugularis normal


Uji nervus

Fasial cranial (pengecapan 1/3 anterior lidah) normal

Glossofaringeus (1/3 posterior lidah) normal

Vagus (refleks menelan) abnormal, kesulitan menelan. Pasien

tidak
-

mampu menelan.
Hiplogosus (gerakan lidah) normal

Uji kekuatan otot


-

Sternokledomastoideus normal

Aksesorius spinal normal


Tes kaku kuduk norma

KLASIFIKASI DATA
Data subyektif :

Paien mengaku kesulitan menelan


Nyeri di tenggorokan
Pasien merasa susah tidur, makan dan mudah letih.
konstipasi
Data obyektif :
Gangguan personal hygiene
Ada peradangan pada pharynx
Intoleransi aktivitas
Dehirasi
Gelisah/cemas
Warna bibir pucat
Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah
Pembesaran tonsil
Pembesaran tiroid
Letih
Kesulitan menela

FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No.
1

Diagnosa

Rencana Tindakan Kep.


Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
Resiko

gangguan

dapat

ulang

dapat

menelan

menunjukkan

kemampuan

berkosentrasi

berhubungan metode menelan

pasien menelan,

selama

dengan

catat luasnya

mekanisme

Pasien

makanan yang

Tinjau

Pasien

kelemahan

tepat tanpa

paralisis fasial

makan tanpa

otot-otot

menimbulkan

adanya

menelan

keputusasaan

Tingkatkan

gangguan

akibat

upaya untuk

dari luar atau

paralise

dapat melakukan

lingkungan

proses menelan

yang efektif

mampu

seperti

mengunya

membantu

secara

pasien

perlahan.

menegakkan

kepala.

mampu

menelan

Letakkan pasien

makanan

pada posisi

yang lunak/

duduk/tegak

kental/cair

selama dan

setelah makan

mampu

meminum

Stimulasi bibir

cairan dengan

untuk membuka

menggunakan

dan menutup

sedotan.

mulut secara
manual dengan
menekan ringan
diatas
bibir/dibawah

Pasien

Pasien

Pasien

dagu
Letakkan
makanan pada
daerah mulut
yang tidak
sakit/terganggu
-

Sentuh

bagian pipi paling


dalam dengan
spatel untuk
mengetahui
adanya
kelemahan lidah
-

Berikan

makan dengan
perlahan pada
lingkungan yang
tenang
-

Mulai

dengan
memberikan
makanan per oral
setengah cair,
makanan lunak
ketika pasien
dapat menelan

air
-

Bantu

pasien untuk
memilih
makanan yang
kecil atau tidak
perlu mengunyah
dan mudah
ditelan
Anjurkan pasien
menggunakan
sedotan untuk
meminum cairan
Anjurkan untuk
berpartisipasi
dalam program
latihan

FORMAT IMPLEMENTASI
Hari/tangga
l
Selasa
09/06/2013

Jam

Implementasi

07.15 -

Tingkatkan

Evaluasi
09.00

upaya untuk dapat


melakukan proses

S : Merasa mampu untuk

menelan yang efektif

berusaha menelan

seperti membantu

O : Pasien tampak

pasien menegakkan

bersemangat

kepala

A : Masalah teratasi

Hasil : Pasien

mampu menegakkan

intervensi

kepala
09.30 Mulai

: Mempertahankan

11.15

memberikan
makanan per oral

S : Pasein merasa senang

setengah cair, dan

karena mampu menelan air

makanan lunak

O : Pasien mampu menelan

ketika pasien dapat

air dan makanan lunak

menelan air.

Hasil : Pasien

ada

mampu menelan air

dan makanan lunak


11.30 -

: Masalah masih tetap

: Lanjutkan intervensi

13.00

Menganjurkan

S : Pasien merasa kesulitan

pasien makan dan

mengunyah

mengunyah

O : Pasien mampu

makanan secara

mengunyah dengan

perlahan

perlahan

Hasil : Pasien

A : Masalah teratasi

mampu mengunyah

makanan

intervensi

: Pertahankan

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Kesulitan menelan (dysphagia) sering terjadi diberbagai kelompok

usia, khususnya pada orang tua. Dysphagia merujuk pada kesulitan


menelan makanan atau minuman . Hal ini disebabkan karena berbagai
faktor, yang paling sering adalah karena stroke, penyakit neurologi
progresif, adanya selang tracheostomy, paralise atau tidak adanya
pergerakan pita suara, tumor dalam mulut, tenggorokan atau esofagus,
pembedahan kepala, leher atau daerah esofagus. Masalah yang terjadi
akibat gangguan menelan adalah aspirasi, malnourishment dan
dehidrasi.

Diet modifikasi pada pasien dengan gangguan menelan. Teknik


modifikasi diet pada pasien dengan gangguan menelan meliputi
merubah bentuk dan suhu makanan berdasarkan pada hasil evaluasi
makanan yang ditelan. Liquid dapat dikentalkan dengan produk
komersial atau makanan lain. Penggunaan makanan lain seperti cereal
bayi, tak berasa gelatin, atau tapioka bisa dirubah secara konsisten
dengan pasien dysphagia yang diperlukan pasien sesuai kebutuhan
untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi mereka. Bila prinsip dasar
penatalaksanaan gagal untuk menghasilkan kemajuan dalam dua
sampai tiga minggu atau jika pasien mengalami kemunduruan setelah
pengembangan dibuat, pertimbangan harus diberikan untuk
mengevaluasi kembali dan menyerahkan selanjutnya untuk intervensi
medik

B.

Saran
Proses pemberian makanan pada pasien post gangguan menelan

ini perlu kesabaran. Karena itu kerjasama dengan anggota keluarga


terdekat untuk mempersiapkan perawatan lanjut di rumah. Pemilihan
makanan juga harus disesuaikan dengan kemampuan menelan pasien.
Oleh karena itu kerjasama dengan ahli gizi sangat penting untuk
pemilihan dan penyediaan makanan yang sesuai dengan perkembangan
pasien. Frekuensi pemberian makanan pada pasien pun berbeda dengan
orang normal. Karena kemampuan pasien belum optimal asupan
makanannya pun belum adekuat. Untuk itu frekuensi pemberian

makanan dibuat sesering mungkin dengan porsi disesuaikan dengan


kemampuan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, Moorhouse, Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
(terjemahan). Edisi 3, Jakarta : EGC
Ear, Nose, & throat associates, diambil pada file://E:/Swallowing
%20Disorder.htm
E:dysphagia.htm 21/2/06
Print WordDOC: Swallowing and nutrition, diambil pada
wordDOC.com.swallowing and nutrition.htm 21/2/06
Hayes C. Peter, dkk. Segi Praktis Gastroenterologi dan Hepatologi. 1988.
Binarupa Aksara: Jakarta.
Mary Courtney Moore. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II.
Slamet Suyono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
2001. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 1990. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
William F. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. 2001.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid I. 2009. Interna
Publishing: Jakarta
http://downxpress.blogspot.com/2008/10/gangguan-esofagusgaster.html (diakses tanggal 14 September 2011)

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/62/disfagia
(diakses tanggal 13 September 2011)
http://hsilkma.blogspot.com/2011/01/disfagia.html (diakses tanggal 14
September 2011)
http://www.detikhealth.com/read/2009/06/30/115105/115631/770/b
enda-asing-di-esofagus (diakses tanggal 30 September 2011)

Tugas individu:
Oleh : Ibu Narmawan, S.kep, Ns
ASUHAN KEPERAWATAN
DISFAGIA

AL ANWAR SAPUTRA
S.0012.P.003
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
T.A.2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan

rahmat

dan

karunia-Nya,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem

penceranan oleh Ibu Narmawan, S.kep,Ns. mengenai Disfagia. Di


samping itu, penulis juga berharap askep ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan para khalayak luas tentang
penyakit yang menyerang esofagus tersebut. Dengan terselesaikannya
askep ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah sistem pencernaan karna memberi tugas ini
sehingga menambah pengetahuan dan penulis dapat mengetahui segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyakit Disfagia ini.
Penulis menyadari bahwa askep ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan askep ini. Semoga askepini bermanfaat
bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai