SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1)
Ekonomi Islam
Disusun Oleh :
ZUMROTUL MALIKAH
(072411091)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi
A.n. Sdr. Zumrotul Malikah
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
: Zumrotul Malikah
Nim
: 072411091
Judul
segera dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Pembimbing II
H. Ahmad Furqan, L
NIP. 19751218 2005
ii
iii
ABSTRAK
Dalam kehidupan bermasyarakat kegiatan ekonomi sangat berpengaruh
dalam memenuhi kehidupan manusia. Jual beli merupakan salah satu kegiatan
yang sering bahkan pasti dilakukan oleh manusia. Jual beli dapat dilakukan secara
langsung maupun dengan menggunakan sistem lelang. Jual beli dalam sistem
lelang dalam fiqh biasa disebut dengan Bai Muzayadah yaitu sebagai bentuk
penjualan barang di depan umum kepada penawar tertinggi.
Lelang adalah bentuk jual beli maka ada peranan harga di dalamnya.
Harga dalam Islam menganut pada konsep harga yang adil yaitu harga yang
dikembalikan kepada pasar (yang dipengaruhi oleh suply dan demand). Namun,
dalam praktik lelang sering terjadi ketidak stabilan harga (adanya trik-trik kotor
dalam penawaran lelang oleh klomplotan penawar), keadaan tersebut
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang hanya menguntungkan salah satu
pihak.
Berangkat dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mencoba
mengkaji lebih dalam mengenai bagaimanakah mekanisme penetapan harga
perspektif ekonomi Islam, kemudian bagaimana pandangan ekonomi terhadap
harga dalam sistem lelang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan
dengan menggunakan pendapatan deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penetapan harga dalam
ekonomi Islam dengan mempertimbangkan harga yang pantas yaitu harga yang
adil yang memberikan perlindungan kepada konsumen. Dan konsep harga dalam
sistem lelang adalah harga ditentukan oleh juru lelang dengan melihat keadaan
fisik barang tersebut dan tidak meninggalkan Nilai Limit atau lebih dikenal
dengan Harga Limit Lelang (HLL): bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga
Pasar Daerah (HPD), dan Harga Pasar Setempat (HPS). Tujuannya agar tidak
adanya trik-trik kotor komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar
(bidders ring). Hal ini sesuai dengan konsep ekonomi Islam yang menjunjung
tinggi keadilan konsep maslahah.
iv
DEKLARASI
Dengan
penuh
kejujuran
dan
tanggung
jawab,
Penulis
Zumrotul Malikah
NIM. 072411091
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu
(Q.S. An-Nisa: 29)
vi
PERSEMBAHAN
The highest happiness that human being can have is family
happiness
Bapak Nur Hajid (in memoriam)
Ibunda Jikronah yang telah banyak memberikan segalanya
dengan ikhlas. Tiada yang dapat penulis perbuat untuk
membalas kebaikan mu. Hanya sekuntum doa yang dapat ku
berikan, jazakum Allah Jazakum katsir semoga Allah SWT.
Membalas amal kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat
ganda Amin.
Adik-adikku tercinta (Aminatuz Zahro & Isyfi Rohmah),
kalian penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi dan
menjalani hidup ini dalam susah dan senang.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya.
Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul : Konsep Harga Lelang
Dalam Perspektif Islam, Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.
Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun
yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Drs. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang
3. Bapak Dr. Ali Murtadho, M.Ag dan Bapak Nur Fatoni., M.Ag selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam
4. Ibu Dr. H. Siti Mujibatun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak H.
Ahmad Furqon, LC, MA selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Semua Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di
bangku kuliah.
6. Seluruh petugas perpustakaan yang telah membantu memberikan fasilitas dan
waktunya. Semua itu sangat berharga bagi penulis
viii
7. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Nur hajid dan Ibu Jikronah), kedua adikku,
dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materiil, serta doa dan kasih sayangnya pada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan, EIB07 Belguyank yang selalu setia melangkah
bersama dalam suka maupun duka dan telah memberikan doa, dorongan serta
motivasi pada penulis.
9. Dan semua pihak yang telah membantu, sehingga selesainya penulisan skripsi
ini.
Terimakasih atas semua kebaikan dan keikhlasan yang telah di berikan.
Penulis hanya bisa berdoa dan berikhtiar karena hanya Allah SWT yang bisa
membalas kebaikan untuk semua.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, khususnya
bagi penulis sendiri dan tentunya bagi para pembaca pada umumya.
Zumrotul Malikah
NIM: 72411091
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iii
ABSTRAK .....................................................................................................
iv
DEKLARASI .................................................................................................
MOTTO .........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vii
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
11
G. Sistematika Penulisan...............................................................
12
13
16
18
19
20
21
1. Pengertian Harga..................................................................
21
25
BAB III
29
4. Harga Lelang........................................................................
39
40
44
BAB V
60
64
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
66
B. Saran.........................................................................................
66
C. Penutup.....................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya manusia tidak bisa hidup sendiri
dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya manusia saling tolong menolong. Disadari atau tidak, dalam hidup
bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan
karena pada suatu saat seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain,
sedangkan orang lain membutuhkan sesuatu yang dimiliki seseorang tersebut, sehingga
terjadilah hubungan saling memberi dan menerima.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
.....
Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong menolonglah dalam berbuat dosa dan kebajikan, dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (QS. Al-Maidah : 2)1
Sebagaimana perekonomian sebagai salah satu sakaguru kehidupan negara.
Perekonomian negara yang kokoh juga akan mampu menjamin kesejahteraan rakyat.
Untuk itu Allah memberi inspirasi kepada mereka untuk mengadakan penukaran dan
semua yang kiranya bermanfaat dengan jalan jual beli dan semua cara penghitungan,
sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan mekanisme hidup ini bekerja
dengan baik dan produktif.
1
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok), Kudus:
Menara Kudus, hlm.106
Dengan
berkembangnya
teknologi
telah
mendorong
masyarakat
untuk
mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi memproduksi
untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar. Dalam hal ini muncul
peranan jual beli atau perdagangan.2
Jual beli secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah
pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang
lain membayar harga yang telah dijanjikan. Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan
dengan langsung dan dapat pula dengan lelang. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam
fiqih disebut Muzayyadah.3
Muzayyadah adalah salah satu jenis jual beli di mana penjual menawarkan barang
dagangannya di tengah-tengah keramaian, lalu para pembeli saling menawar dengan
harga yang lebih tinggi sampai pada harga yang paling tinggi dari salah satu pembeli, lalu
terjadilah akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari penjual. 4
Lelang masa kini tidak hanya terjadi pada lembaga informal saja, lembaga formal
juga banyak yang melaksanakan proses lelang. Khususnya lembaga yang mempunyai
produk gadai seperti pada Lembaga Keuangan yaitu Pegadaian Syariah.
Dalam Pegadaian Syariah sistem lelang berlaku bagi nasabah, apabila nasabah
tersebut tidak mampu membayar utangnya setelah jatuh tempo. Penjualan barang gadai
setelah jatuh tempo adalah sah. Hal itu, sesuai dengan maksud dari pengertian hakikat
gadai itu sendiri, yakni sebagai kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi harganya,
bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya dari orang yang berpiutang. Karena
A. M. Syaefuddin, Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta : Dirjen Lembaga Islam Depag RI,
1997, hlm. 93
3
Imam Ash-Shanani, Subulus Salam Juz. III, Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hlm. 23
4
Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh Ala al-Madzahib Al-Arbaah Juz. II , Beirut Libanon, 1992,
hlm. 257
itu, barang gadai dapat dijual untuk membayar utang, dengan cara mewakilkan
penjualannya kepada orang yang adil dan terpercaya.
Jual beli sistem lelang merupakan suatu sarana yang sangat tepat untuk
menampung para pembeli untuk mendapatkan barang yang telah diinginkannya. Sehingga
benar-benar apa yang telah diinginkannya telah tercapai. Jual beli dengan sistem lelang
juga harus mempunyai sistem menajemen yang professional dalam menjalankan tugas
dan perannya di masyarakat. Sehingga pelelangan yang terjadi merupakan pelelangan
yang berbasis keadilan, yaitu harga yang digunakan harus adil.
Islam mengartikan harga sebagai harga yang adil yaitu harga yang diserahkan
pada keseimbangan pasar.5 Harga diserahkan kepada hukum pasar untuk memainkan
perannya secara wajar, sesuai dengan penawaran dan permintaan yang ada. 6
Kesalahan dalam penentuan harga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi dan
dampaknya berjangkauan jauh. Tindakan penetapan harga yang melanggar etika dapat
menyebabkan para pelaku usaha tidak disukai oleh para pembeli, bahkan para pembeli
dapat melakukan suatu reaksi yang dapat menjatuhkan nama baik pelaku usaha. Apabila
kewenangan harga tidak berada pada pelaku usaha melainkan berada pada kebijakan
pemerintah, maka penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para pembeli (dalam hal
ini sebagian masyarakat) bisa mengakibatkan suatu reaksi penolakan oleh banyak
orang/kalangan.7
Tetapi, seringkali harga pasar yang tercipta dianggap tidak sesuai dengan
kebijakan dan keadaan perekonomian secara keseluruhan. Dalam dunia nyata mekanisme
Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, Solo: Era Intermedia,2003, hlm.357
http://www.daneprairie.com. Diakses pada 26-03- 2012 pukul 20.30
pasar terkadang tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya berbagai faktor yang
mendistorsinya.
Sebagaimana jual beli dalam kasus lelang, dalam pematokan harga banyak triktrik kotor berupa komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar (bidders ring)
yaitu sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk menawar dengan harga
rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri di antara mereka. 8
Pasar lelang (auction market) sendiri didefinisikan sebagai suatu pasar
terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus menerus terhadap penawaran dan
permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan standar, jumlah penjual dan pembeli
cukup besar dan tidak saling mengenal. Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut,
pelaksanaan lelang dapat menggunakan persyaratan tertentu seperti si penjual dapat
menolak tawaran yang dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga
terendah/cadangan (reservation price) atau harga bantingan (upset price).
Negara Islam, sejak Rasulullah SAW di Madinah fokus pada masalah keseimbang
harga, terutama pada bagaimana peran negara dalam mewujudkan harga, terutama pada
bagaimana peran negara dalam mewujudkan kestabilan harga dan bagaimana mengatasi
masalah kestabilan harga. Oleh karena itu dalam ekonomi islam juga mempunyai etika
bisnis islam yang menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran,dan keadilan.9
Segala bentuk rekayasa curang untuk mengeruk keuntungan tidak sah dalam
praktik lelang maupun tender dikategorikan para ulama dalam praktik najasy
(komplotan/trik kotor tender dan lelang) yang diharamkan Nabi SAW (HR. Bukhari dan
Muslim), atau juga dapat dimasukkan dalam kategori Risywah (sogok) bila penjual atau
pembeli menggunakan uang, fasilitas ataupun servis untuk memenangkan tender ataupun
lelang yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria yang dikehendaki mitranya bisnisnya.
Dalam praktiknya, tidak jarang terjadi penyimpangan prinsip syariah seperti
manipulasi, kolusi maupun permainan kotor lainnya. Permasalahan harga memang
merupakan masalah yang berada diantara dua aspek yang berbeda yaitu dari aspek bisnis
dan aliran agama yang mengatur segala bentuk hal yang ada dalam kehidupan manusia.
Kemudian yang menjadi perdebatan adalah mengenai konsep harga dalam sistem
lelang, mengingat harga dalam Islam adalah harga yang dikembalikan ke pasar.
Sedangkan pada praktik lelang penentuan harga sangat dibutuhkan karena dalam sistem
lelang rawan terjadinya trik-trik kotor oleh komplotan lelang (auction ring) dan
komplotan penawar (bidders ring).
Melihat masalah di atas, maka penulis mencoba menganalisis secara Ekonomi
Islam, harga seperti apakah yang digunakan sesuai dengan prisip syariah dalam sistem
lelang . Kemudian mengangkatnya dalam sebuah judul KONSEP HARGA LELANG
PERSPEKTIF ISLAM.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan penelitian dapat
dirumuskan :
1.
2.
Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang Konsep Harga Lelang Perspektif Islam.
b. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
untuk menambah pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik
pada masalah yang dibahas untuk diteliti lebih lanjut. Dan untuk
menambah informasi yang bermanfaat bagi pembaca yang berkepentingan
dan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembaca dalam mengatasi
permasalahan yang sama.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam rangka pencapaian penulisan skripsi yang maksimal, sebagai bahan
perbandingan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa mahasiswa antara lain:
Penelitian dilakukan oleh Siti Muflikhatul Hidayat yang berjudul Penentuan
Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam skripsi ini membahas tentang penentuan harga
dalam transaksi jual beli yang biasa terjadi dikalangan masyarakat dengan menggunakan
analisis ekonomi islam. Dalam skripsi ini masalah yang timbul adalah bagaimanakah
cara penentuan harga dalam kegiatan jual beli menurut ekonomi islam.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Isti Fajarani berjudul Proses Lelang di Perum
Pegadaian Cabang Sleman (Studi Perspektif Hukum Islam). Skripsi ini membahas
tentang pelaksanaan lelang barang jaminan dan menganalisis proses lelang barang
jaminan dalam perspektif Hukum Islam. Dalam masalah pelaksanaan lelang di Perum
Pegadaian Cabang Sleman karena pembeli tidak bisa menyetorkan uang bulanannya
selama batas waktu yang telah disepakati bersama, maka barang yang digunakan oleh
pembeli dapat ditarik oleh pegadaian dan yang akan dijadikan barang lelang.
Skripsi yang lain berjudul Analisis Perspektif Syariah Terhadap Proses Lelang
Barang Jaminan Pada Perum Pegadaian Cabang Indramayu. Dalam skripsi Yayah
Kamsiyah ini terdapat pemaparan perhitungan proses jaminan, sehingga dalam hasil
analisisnya tidak hanya menjelaskan perspektif Hukum Islam terhadap proses lelang
barang jaminan, melainkan juga tentang perhitungan proses lelang barang jaminan.
Dalam skripsi ini permasalahan yang timbul karena pembeli terlambat pembayaran uang
cicilan tiap bulan dengan batas waktu yang telah ditentukan, maka barang tersebut
dijadikan barang lelang dan pembeli harus menyetorkan barang yang akan dijadikan
barang jaminan.
E. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi dalam skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:10
1. Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan data-data yang sebaik-baiknya, kemudian ditempuhlah
teknik-teknik tertentu di antaranya yang paling utama ialah research yakni
mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku, jurnal,dan bentuk-bentuk bahan
lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan kepustakaan (library research). 11
2. Pendekatan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian penulis menggukan pendekatan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu, atau untuk melakukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.
Penelitian kualitatif adalah
deskriptif. Yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan
perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang utuh,
sepanjang hal tersebut mengenai manusia atau sejarah kehidupan manusia. 12
Sedangkan tujuan dalam penelitian ini bukan untuk menguji, tetapi didasari oleh rasa
ingin tahu yang mendalam tentang konsep harga dalam sistem lelang perspektif
ekonomi Islam.
10
Menurut Hadiri Nawawi, Metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu yang
membincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Lihat Hadiri Nawawi,
Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 5, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers, 1991, hlm. 24
11
Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,
hlm. 3.
3. Sumber Data
Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh.13 Dalam
penelitian ini data yang diperlukan diperoleh melalui penelitian pustaka (library
risearch). Bahan-bahan yang terkait dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dan
diklasifikasikan menurut pokok-pokok pembahasan. Sumber-sumber data tersebut
terdiri atas:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli. Dalam
hal
ini,
maka
proses
pengumpulan
datanya
perlu
dilakukan
dengan
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002,
hlm. 45.
14
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitati. Jakarta: Rajawali Pers.
2008. hlm. 103
15
Safidin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91.
10
16
Skripsi Nurul Hidayat, Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Minat Nasabah di BMT, 2007. hlm.
10
17
11
19
Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 11, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers,
1997, hlm. 97
20
Lexy Moleong, op. cit, hlm. 103.
21
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, hlm. 21.
12
Bab II
: Tinjauan Umum Tentang Harga Lelang. Bab ini memuat pengertian lelang,
sistem lelang, syarat-syarat lelang, macam-macam lelang, lelang perspektif
Islam, harga lelang perspektif Islam.
Bab III : Konsep Lelang Menurut Regulasi Menteri Keuangan. Bab ini memuat Badan
Kewenangan Lelang, Petunjuk Pelaksanaan Lelang menurut Menteri
Keuangan.
Bab IV : Analisis Konsep Harga Lelang Perspektif Islam. Konsep harga lelang
perspektif islam, mekanisme penetapan harga lelang perspektif islam.
Bab V : Penutup, Kesimpulan, Saran/ Rekomendasi, Penutup
BAB II
SISTEM LELANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Bentuk perjanjian jual beli telah berkembang demikian pesat sebagai usaha mencapai
kebutuhan hidup manusia, kadangkala perjanjian itu tidak memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku, dan bahkan dapat terjadi ketimpangan. Begitu pula dengan lelang yang secara umum
termasuk bentuk jual beli, karena tidak mustahil terjadi kecurangan terhadap hak orang lain
bahkan kepentingan masyarakat pada umumnya. Untuk menanggulangi hal tersebut syariat
islam telah memberikan pedoman untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
A. PENGERTIAN LELANG
Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan secara
umum. Jual beli ada hak memilih, boleh tukar menukar di muka umum dan sebaliknya,
sedangkan lelang tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar di depan umum, dan
pelaksanaannya dilakukan khusus di muka umum.1
Jual beli menurut bahasa artinya menukarkan sesuatu sedangkan menurut syara
jual beli artinya menukarkan harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (aqad).2
Jual beli dalam Al-Quran merupakan bagian dari ungkapan perdagangan atau dapat juga
disamakan dengan perdagangan. Pengungkapan perdagangan ini ditemui dalam tiga
bentuk, yaitu tijarah, bai dan Syiraa. Kata adalah mashdar dari kata kerja (
) yang berarti ( dan ) yaitu menjual dan membeli.
Jual beli secara etimologis berarti pertukaran mutlak. Kata al-bai (jual) dan AsySyiraa (beli) penggunaannya disamakan antara keduanya, yang masing-masing
mempunyai pengertian lafadz yang sama dan pengertian berbeda. Dalam syariat Islam,
1
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif , Jakarta: Kiswah, 2004, hlm.
3
2
Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV. Toha Putra, t.th, hlm. 402
13
14
jual beli merupakan pertukaran semua harta (yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan)
dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya. Atau dengan pengertian lain
memindahkan hak milik dengan hak milik orang lain berdasarkan persetujuan dan
hitungan materi 3
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah suatu bentuk
perjanjian. Begitu pula dengan cara jual beli dengan sistem lelang yang dalam penjualan
tersebut ada bentuk perjanjian yang akan menghasilkan kata sepakat antara pemilik
barang maupun orang yang akan membeli barang tersebut, baik berupa harga yang
ditentukan maupun kondisi barang yang diperdagangkan. Dalam fiqih disebut
Muzayyadah.4
Secara Umum Lelang adalah penjualan barang yang dilakukan di muka umum
termasuk melalui media elektronik dengan cara penawaran lisan dengan harga yang
semakin meningkat atau harga yang semakin menurun dan atau dengan penawaran harga
secara tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan para peminat.5 Lebih
jelasnya lelang menurut pengertian diatas adalah suatu bentuk penjualan barang didepan
umum kepada penawar tertinggi. Namun akhirnya penjual akan menentukan, yang
berhak membeli adalah yang mengajukan harga tertinggi. Lalu terjadi akad dan pembeli
tersebut mengambil barang dari penjual.
Jual beli model lelang (muzayyadah) dalam hukum Islam adalah boleh mubah. Di
dalam kitab Subulus salam disebutkan Ibnu Abdi Dar berkata, Sesungguhnya tidak
haram menjual barang kepada orang dengan adanya penambahan harga (lelang), dengan
kesepakatan di antara semua pihak.
3
15
Menurut Ibnu Qudamah Ibnu Abdi Dar meriwayatkan adanya ijma kesepakatan
ulama tentang bolehnya jual-beli secara lelang bahkan telah menjadi kebiasaan yang
berlaku di pasar umat Islam pada masa lalu. Sebagaimana Umar bin Khathab juga pernah
melakukannya demikian pula karena umat membutuhkan praktik lelang sebagai salah satu
cara dalam jual beli.
Jual beli secara lelang tidak termasuk praktik riba meskipun ia dinamakan bai
muzayyadah dari kata ziyadah yang bermakna tambahan sebagaimana makna riba, namun
pengertian tambahan di sini berbeda. Dalam muzayyadah yang bertambah adalah
penawaran harga lebih dalam akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau bila lelang
dilakukan oleh pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran. Sedangkan
dalam praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang tidak
diperjanjikan dimuka dalam akad pinjam-meminjam uang atau barang ribawi lainnya.6
Lebih jelasnya, praktik penawaran sesuatu yang sudah ditawar orang lain dapat
diklasifikasi menjadi tiga kategori: Pertama; Bila terdapat pernyataan eksplisit dari
penjual persetujuan harga dari salah satu penawar, maka tidak diperkenankan bagi orang
lain untuk menawarnya tanpa seizin penawar yang disetujui tawarannya. Kedua; Bila
tidak ada indikasi persetujuan maupun penolakan tawaran dari penjual, maka tidak ada
larangan syariat bagi orang lain untuk menawarnya maupun menaikkan tawaran pertama,
sebagaimana analogi hadits Fathimah binti Qais ketika melaporkan kepada Nabi bahwa
Muawiyah dan Abu Jahm telah meminangnya, maka karena tidak ada indikasi
persetujuan darinya terhadap pinangan tersebut, beliau menawarkan padanya untuk
menikah dengan Usamah bin Zaid. Ketiga; Bila ada indikasi persetujuan dari penjual
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz II, Beirut Libanon,1992, hlm. 162
16
terhadap suatu penawaran meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, maka menurut Ibnu
Qudamah tetap tidak diperkenankan untuk ditawar orang lain.7
Syariat tidak melarang segala jenis penawaran selagi tidak ada penawaran di atas
penawaran orang lain ataupun menjual atas barang yang telah dijualkan pada orang lain.
Sebagaimana hadits yang berhubungan hal ini. Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi
bersabda tidak boleh seseorang melamar di atas lamaran saudaranya dan tidak ada
penawaran di atas penawaran saudaranya.8
B. SISTEM LELANG
Dilihat dari segi cara penawarannya, dalam pelelangan dikenal dengan dua sistem,
yaitu sistem pelelangan dengan cara lisan dan sistem pelelangan dengan cara penawaran
tertulis.
a. Sistem Pelelangan Dengan Penawaran Lisan
Sistem pelelangan dengan penawaran lisan ini dapat dibedakan lagi,
yaitu dengan penawaran lisan harga berjenjang naik dan pelelangan dengan
penawaran lisan harga berjenjang turun. Dalam sistem pelelangan dengan
penawaran lisan harga berjenjang naik, juru lelang menyebutkan harga
penawaran dengan suara yang terang dan nyaring di depan para peminat/
pembeli. Penawaran ini dimulai dengan harga yang rendah. Kemudian setelah
diadakan tawar-menawar, ditemukan seorang peminat yang mengajukan
penawaranya dengan harga yang tertinggi.
Dalam sistem pelelangan dengan penawaran lisan harga berjenjang
turun, juru lelang menyebutkan harga penawarn pertama dengan harga yang
tinggi atas suatu barang yang dilelang. Apabila dalam penawaran tinggi
7
8
17
18
C. SYARAT-SYARAT LELANG
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan secara rinci bahwa lelang merupakan salah
satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang berbeda dan tetap mempunyai
kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaiman diatur dalam jual beli secara
umum. Dalam lelang rukun dan syarat-syarat dapat diaplikasikan dalam panduan dan
kriteria umum sebagai pedoman pokok yaitu diantaranya:
1.
Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling sukarela
(an taradhin).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk
memenangkan tawaran.10
2.
3.
Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwa pemohon
lelang tersebut benar-benar orang yang berhak untuk melakukan pelelangan atas barang
10
19
yang dimaksud. Apabila pemohon lelang tersebut bertindak sebagai kuasa, dari pemberi
kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim atau panitia urusan piutang negara,
harus ada surat penetapan dari pengadilan negeri atau panitia urusan piutang negara.
Kemudian, bukti pemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui bahwa
pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang dimaksud. Bukti
pemilikan ini, misalnya tanda pembayaran, surat bukti hak atas tanah (sertifikat) dan
lainnya.
Di samping itu, keadaan fisik dari barang yang dilelang juga perlu untuk
mengetahui keadaan sebenarnya dari barang yang akan dilelang. Untuk barang bergerak,
harus ditunjukkan mana barang yang akan dilelang; sedangkan untuk barang tetap seperti
tanah, harus ditunjukkan sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah didaftarkan atau
dibukukan. Adapun, tanah yang belum didaftarkan/dibukukan harus diketahui dimana
letak tanah tersebut dan bagaimana keadaan tanahnya, dengan disertai keterangan dari
pejabat setempat.11
D. MACAM-MACAM LELANG
Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan lelang naik.
keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lelang Turun
Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya membuka
lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya diberikan
kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi yang disepakati penjual melalui
juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa si penjual untuk melakukan lelang, dan
biasanya ditandai dengan ketukan.
11
Ibid, hlm.79-80
20
2. Lelang Naik
Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada
mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin naik sampai
akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi, sebagaimana
lelang ala Belanda (Dutch Auction) dan disebut dengan lelang naik. 12
Pada prinsipnya, syariah Islam membolehkan jual beli barang/ jasa yang halal
dengan cara lelang yang dalam fiqih disebut sebagai akad Bai Muzayadah. Praktik lelang
(muzayadah) dalam bentuknya yang sederhana pernah dilakukan oleh Nabi SAW,
sebagaimana hadis Salah satu hadis yang membolehkan lelang sebagai berikut;
Artinya : Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang
menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya
12
21
Artinya: Aku mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli lelang. (HR AlBazzar)
Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak
melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dan
dengan cara seperti apa selama cara yang dilakukan masih berada dalam garis syariat
yang dihalalkan. Sedangkan adanya aturan dalam ajaran Islam tentunya tidak sematamatahanya aturan belaka yang hanya menjadi dasar, tetapi merupakan suatu aturan yang
berfungsi menjaga dari adanya manipulasi atai kecurangan-kecurangan dalam
menjalankan bisnis dengan cara lelang.14
F. HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM
1. Pengertian Harga
Macam-macam istilah yang kerap digunakan dalam mengungkapkan harga
antara lain iuran, tarif, sewa, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan lain-
13
At Tirmidzi, Al-Jami Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988, Hadist No. 908.
14
22
lain.15 Harga dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti nilai suatu barang yang
dirupakan dengan uang 16
Philip Kotler mengungkapkan bahwa harga adalah salah satu unsur bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.
Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri
produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga
mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar
tentang produk dan mereknya. 17
Dapat dijelaskan dari pengertian di atas bahwa unsur-unsur bauran pemasaran
yang dimaksud adalah harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa yang dikenal
dengan istilah empat P (Price,Product, Place dan Promotion). Harga bagi suatu usaha
atau badan usaha menghasilkan pendapatan (income), adapun adapun unsur-unsur
bauran pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place (tempat/saluran) dan
Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus ditanggung oleh
suatu usaha atau badan usaha.18
Prof. DR. H. Buchari Alma juga mengatakan bahwa dalam teori ekonomi,
pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang paling berhubungan. Yang
dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang
memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan
(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk
15
Irine Diana Sari W., Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan, Jojakarta : Nuha Medika, 2010, hlm.
147
16
WJS Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indinesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, hlm. 752
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) jilid 2, Jakarta :Gramedia, 2005, hlm. 139
18
Ibid , hlm. 140
17
23
untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu
pertukaran antara barang dengan barang. 19
Menurut para ekonom, harga, nilai, dan faedah/ manfaat (utility) merupakan
konsep-konsep yang berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk yang dapat
memuaskan kebutuhan.sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang
kekuatan barang untuk dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam
perekonomian sekarang ini untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu
produk menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan dalam
pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang tersebut. Jadi,
harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya.20
Dalam Islam harga dikenal dengan harga yang adil, hal ini juga mendapat
perhatian banyak pemikir dunia termasuk dunia barat. Penulis jerman Rudolf Kaulla
menyatakan konsep tentang justum pretium (harga yang adil), mula-mula konsep ini
dilaksanakan di Roma dengan latar belakang pentingnya menerapkan atau
menempatkan aturan khusus untuk memberi petunjuk dalam kasus-kasus yang
dihadapi hakim, dimana dengan tatanan itu dia menetapkan nilai-nilai dari sebuah
barang dagangan atau jasa. Pernyataan ini hanya menggambarkan sebagian cara harga
dibentuk dengan pertimbangan etika dan hukum.21
Ilmuwan pada abad pertengahan yang pemikirannya tentang harga banyak
menjadi pijakan pemikiran di masa berikutnya adalah St. Thomas Aquinus tanpa
secara eksplisit menjelaskan definisi harga yang adil ia mengatakan :
19
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : ALFABETA, hlm. 169
Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agrikultural), Surakarta : FEUMS, 2005, hlm. 302
21
M. B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Islam, Yogyakarta : Ekonisia, 2003, hlm. 288
20
24
Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan
konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.23
Apabila harga suatu produk di pasaran adalah cukup tinggi, hal ini
menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah cukup baik dan merek produk di
benak konsumen adalah cukup bagus dan meyakinkan. Sebaliknya apabila harga suatu
produk di pasaran adalah rendah, maka ini menandakan bahwa kualitas produk
tersebut adalah kurang baik dan merek produk tersebut kurang bagus dan kurang
meyakinkan di benak konsumen.
Jadi harga bisa menjadi tolak ukur bagi konsumen mengenai kualitas dan
merek dari suatu produk, asumsi yang dipakai disini adalah bahwa suatu usaha atau
badan usaha baik usaha dagang, usaha manufaktur, usaha agraris, usaha jasa dan
usaha
lainnya
menetapkan
harga
produk
dengan
memasukkan
22
23
dan
25
24
Siti Muflikhatul Hidayat. Penentuan Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam, Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2011, hlm.55
25
Iskandar Putong, Ekonomi Makro Dan Mikro, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.34
26
1) Hukum Permintaan
Determinasi harga terhadap permintaan dengan mengasumsikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dianggap citeris paribus akan
menghasiikan hukum permintaan.
Hukum permintaan menyatakan:
Bila harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut
akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka
permintaan akan naik.
Hukum (sunnatullah) permintaan tersebut berlaku, jika asumsiasumsi yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu: citeris paribus.
2) Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan
antara harga (P) dengan jumlah yang diminta (Qd). Hubungan tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah:
P
10
12
14
16
18
Qd
50
40
30
20
10
27
26
27
28
1) Hukum penawaran
Hukum penawaran adalah suatu penawaran yang menjelaskan
tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan pada penjual.
Hukum penawaran:
Perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang
ditawarkan, yaitu apabila harga naik, maka penawaran akan
meningkat, sebaliknya apabila harga turun penawaran akan turun.28
2) Kurva Penawaran
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan
antara berbagai kuantitas (Qs) yang di tawarkan pada berbagai alternatif
harga (P).
P
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
Qs
10
15
20
25
35
40
45
50
55
28
29
30
yang
mulai
menyinggung
mekanisme
pasar.
Beliau
31
Skripsi Siti Muflikhatul Hidayah, Penentuan Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam, UMS, 2011,
hlm. 70
32
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam edisi ketiga, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, hlm.250
33
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004, hlm. 353
31
32
Ibid,
Muhammad, Op. Cit., hlm.354
33
34
41
A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Jakarta: Bina Ilmu, 1997, hlm. 12
35
42
36
43
37
penentu
harga
keseimbangan.
Ibnu
Khaldun
kemudian
44
45
38
46
Ibid, hlm.73
39
sebagai suatu pasar terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus menerus
terhadap penawaran dan permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan standar,
jumlah penjual dan pembeli cukup besar dan tidak saling mengenal.
Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut, pelaksanaan lelang dapat
menggunakan persyaratan tertentu seperti sipenjual dapat menolak tawaran yang
dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga terendah/cadangan
(reservation price), biasanya disebut sebagai Harga Limit Lelang (HLL) : bisa berupa
Nilai Pasar Lelang (NPL) atau Nilai Minimum Lelang (NML). Sedangkan harga
lelang adalah harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang yang telah
disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.47
47
Peraturan menteri keuangan tahun 2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang bab 1 pasal 27
BAB III
KONSEP LELANG MENURUT REGULASI MENTERI KEUANGAN
Pada saat itu, pada awal pemerintahan Republik Indonesia keadaan ekonomi
moneter Indonesia sangat kacau. Inflasi hebat bersumber pada kenyataan beredarnya
mata uang pendudukan Jepang yang diperkirakan berjumlah 4 milyar. Untuk
menggantikan peranan uang asing tersebut, dibutuhkan mata uang sendiri sebagai alat
pembayaran dan digunakan oleh rakyat Indonesia dari masa ke masa sebagai alat
pertukaran, pembayaran dan sebagai alat pemuas kebutuhan yang sah.
40
41
Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan
uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. Walaupun masa peredaran ORI cukup singkat,
namun ORI telah diterima dengan bangga di seluruh wilayah Republik Indonesia dan
telah ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah di segenap kubu
patriot pembela tanah air. Pada waktu suasana di Jakarta genting maka pemerintah pada
waktu itu memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti
di Yogyakarta, Surakarta dan Malang.1
42
43
Dalam Vendu Reglement disebutkan notaris adalah Pejabat Lelang Kelas II.
Namun demikian dalam membuat risalah lelang, notaris tidak dapat serta merta membuat
risalah lelang, harus terlebih dahulu mengikuti diklat lelang dan mendapat sertifikat.
Setelah itu calon Pejabat Lelang yang berasal dari notaris tersebut baru dapat diangkat
dan disumpah selaku Pejabat Lelang Kelas II. Hal ini mengacu pada pada Keputusan
Presiden No. 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Pokok Eselon I
Departemenjo Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi,
4
44
Dalam pelaksanaan lelang yang dipandu oleh pejabat lelang (juru lelang)
dilaksanakan di Balai Lelang, yaitu Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang
yang sebelumnya didahului dengan pengumumuan lelang dengan cara pemberitahuan
kepada masyarakat tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
45
46
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut DJKN, adalah unit Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lihat pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010 pasal 1.
7
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 /Pmk.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
47
pertama
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
48
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, lelang dapat dilakukan dan awasi oleh pejabat
lelang yang dipilih oleh pejabat balai lelang negara atau pejabat balai lelang swasta.
Pejabat lelang negara yang dianggkat oleh negara yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
atau pegawai notaris serta pegwai pajak, sedangkan pejabat lelang swasta yang
diangkat dan dipilih oleh lembaga lelang swasta yang berkuatan hukum atas dasar
kesepakatan bersama. Pejabat Lelang Kelas I, yang berwenang melaksanakan lelang
untuk semua jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang sedangkan Pejabat
Lelang Kelas II, yang mana pejabat lelang ini berwenang melaksanakan lelang
Noneksekusi Sukarela atas permohonan Balai Lelang atau Penjual/Pemilik Barang.
1. Permohonan Lelang
Seksi
Piutang Negara
KPKNL kepada
Kepala
KPKNL.
49
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
lelang.
50
51
dilaksanakan di luar jam dan hari kerja dengan persetujuan tertulis Kepala
Kantor Wilayah setempat.
52
jenis
Lelang
Noneksekusi
Sukarela,
yang
8. Nilai Limit
independen
dimilikinya.
berdasarkan
kompetensi
yang
53
Sukarela
Limit
dapat
tidak
9. Pengumuman Lelang
54
a. Identitas penjual;
b. Hari,
tanggal,
waktu
dan
tempat
pelaksanaan
lelang
dilaksanakan;
c. Jenis dan jumlah barang;
d. Lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak adanya
bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak berupa tanah
dan/atau bangunan;
e. Spesifikasi barang, khusus untuk barang bergerak;
f. Waktu dan tempat melihat barang yang akan dilelang;
g. Uang Jaminan Penawaran Lelang meliputi besaran, jangka
waktu, cara dan tempat penyetoran, dalam hal dipersyaratkan
adanya Uang Jaminan Penawaran Lelang;
h. Nilai Limit, kecuali Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari
tangan pertama dan Lelang Noneksekusi Sukarela untuk barang
bergerak;
i. Cara penawaran lelang; dan
j. Jangka waktu Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli.
55
a.
b.
c.
Dalam hal pelaksanaan lelang dibantu oleh Pemandu Lelang, Pemandu Lelang
mendapat kuasa khusus secara tertulis dari Pejabat Lelang untuk menawarkan barang
dengan ketentuan Pejabat Lelang harus tetap mengawasi dan memperhatikan
pelaksanaan lelang dan/atau penawaran lelang oleh Pemandu Lelang.
56
dengan Pengumuman Lelang. Dan di dalam penjualan tersebut terdapat adanya proses
penawaran yang dilakukan oleh pembeli dan penjual yang diwakilkan oleh pejabat
lelang yang dibantu oleh pemandu lelang yaitu berupa Penawaran Lelang Langsung
atau Penawaran Lelang Tidak Langsung dilakukan dengan cara baik lisan maupun
tertulis. Dan setiap pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang dan Uang Miskin sesuai
Peraturan Pemerintah tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Kementerian Keuangan.
Pembayaran Harga Lelang dan Bea Lelang harus dilakukan secara tunai/cash
atau cek/giro paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Pengecualian
jangka waktu hanya diberikan untuk pembayaran Harga Lelang setelah Penjual
mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal atas nama Menteri dan harus
dicantumkan dalam pengumuman lelang.
57
pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Lelang kecuali
ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.
1. Bagian Kepala
Bagian ini meliputi Hari, tanggal, dan jam lelang. Nama lengkap
dan tempat kedudukan Pejabat Lelang. Nomor/tanggal Surat Keputusan
Pengangkatan Pejabat Lelang, dan nomor/tanggal surat tugas khusus untuk
Pejabat
Lelang
Kelas
I.
Nama
lengkap,
pekerjaan
dan tempat
2. Bagian Badan
58
3. Bagian Kaki.
BAB IV
ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM
Dalam konsep ekonomi Islam harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan
penawaran. Keseimbangan ini tidak akan terjadi jika diantara penjual dan pembeli tidak
saling merelakan. Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dalam mempertahankan
kepentingannya tas barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk
menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk
mendapatkan barang tersebut dari penjual.
A. KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM
Transaksi
memberikan perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme pasar. Pasar yang
bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli.
Karena, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai.
Demikian pula dengan harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk
bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan
untuk bertransaksi atau malah terpaksa tetap bertransaksi dengan mengalami kerugian.
Hadis Nabi SAW :
: .
Artinya : Dari Anas ra, ia berkata: suatu ketika rosulullah SAW harga barang
melonjak naik, hingga para sahabat mengeluh dan mengadu kepada Rasulullah SAW,
Ya Rosul tetapkanlah harga barang bagi kita. Rasulullah menjawab sesungguhnya hanya
Allah dzat yang menentukan harga (bilangan), dzat yang menentukan rizki. Sungguh
60
61
saya berharap akan bertemu Tuhanku, dan tidak ada seorangpun yang menuntutku akan
sebuah kedhaliman, baik yang di jiwa maupun harta.
Jika diperhatikan hadist tersebut, dapat diketahui bahwa jual beli secara lelang
telah ada sejak masa Rasulullah SAW masih hidup dan telah dilaksanakannya secara
terang-terangan di depan umum (para sahabat) untuk mendapatkan harga yang lebih
tinggi dari pihak penawar yang ingin membeli sesuatu barang yang akan dilelang
Rasulullah sendiri. Dengan demikian jelas bahwa praktik jual beli sistem lelang telah ada
dan berkembang sejak masa Rasulullah untuk memberikan suatu kebijaksanaan dalam
bidang ekonomi.
Dan Hadist di atas juga menyatakan bahwa Rasulullah tidak berkenan menetapkan
harga pasalnya hanya Allah SWT yang dapat menentukan harga, kondisi seperti ini sama
dengan pendapat dari pemikir-pemikir Islam yang telah dijelaskan di atas. Bahwa,
Menurutnya harga merupakan ketentuan Allah. Maksudnya adalah harga akan terbentuk
sesuai dengan hukum alam yang berlaku disuatu tempat dan waktu tertentu sesuai
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga itu sendiri.
Secara umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan
pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara
adil, yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh
manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.
Dalam kegiatan ekonomi tidak bisa dipungkiri ada segelintir penjual yang sengaja
menimbun dan menahan barangnya pada suatu waktu dengan tujuan untuk mendapatkan
harga yang lebih tinggi di waktu mendatang. Di sini penimbunan memang dilakukan
untuk mempermainkan harga sesuai dengan kepentingan penimbun. Inilah yang disebut
62
ikhtikar yang tidak saja dilarang oleh ajaran Islam karena merugikan masyarakat banyak,
tetapi juga dikategorikan perbuatan dosa.
Keadaan seperti inilah yang kemudian menjadi pertimbangan apakah harga yang
adil (harga pasar) sebagai konsep harga Islam masih relevan digunakan pada kondisi
pasar sekarang. Menjawab pertanyaan tersebut; sebagaimana Islam juga melihat
permasalahan harga dengan begitu kompleks. Karena dilihat dari kondisi di atas Islam
juga mempunyai perkembangan dibidang ekonomi, yang artinya tidak lepas dari risalahrisalah agama terdahulu, Islam memiliki syariah yang sangat istimewa, yakni bersifat
komprehensif dan universal. Komprehensif berarti syariat Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah), sedangkan universal
berarti syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai Yaum alHisab nanti1, firman Allah Swt:
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya (21): 107)2
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2010 hlm. 5
2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006 , hlm. 331
3
Muhamad Abu Zahra, Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2010, hlm. 427
63
Artinya: Dari Malik dari Yunus bin Yusuf dari Sa'id bin Musayyab bahwa Umar
bin al-Khattab melewati Hatib bin Abi Balta'ah yang sedang menjual kismis di pasar.
Umar bin al-Khattab lalu berkata kepadanya: Ada dua pilihan buat kamu, menaikkan
harga atau angkat kaki dari pasar kami.(H.R. Malik). Muwatta Imam Malik 1164 (II:
148)
Hadis tersebut menyatakan bahwa Umar bin Khattab marah ketika menjumpai
pedagang yang mempermainkan harga, bisa jadi ketika terjadi kenaikan harga barang,
ada spekulan yang mencoba merusak pasar dengan menurunkan harga, sedangkan
Khalifah Umar ingin menjaga stabilitas harga di pasar sesuai dengan teori supply and
demand (penawaran dan permintaan) yaitu ketika persediaan barang melimpah maka
harga akan turun, sebaliknya ketika permintaan barang naik, maka otomatis harga akan
naik.
Sikap Khalifah Umar tersebut bisa disimpulkan karena beliau ingin membela para
pedagang ketika membeli barang dengan harga tinggi, menjualnya pun juga dengan
harga tinggi, sementara terdapat pedagang lain yang menawarkan dagangannya dengan
harga rendah, bisa jadi karena mereka telah melakukan penimbunan barang dagangan
sebelumnya.
Dalam kasus lelang permainan hargapun mulai menjadi tanding topic, konsep
harga yang diusung adalah menggunakan nilai limit sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010
64
sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk menawar dengan harga
rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri diantara mereka.
Dalam konsep harga lelang yang digunakan adalah harga yang ditentukan oleh
penjual dengan menggunakan harga limit hal ini memang sesuai dengan Islam walaupun
harga ditentukan tidak membiarkan harga pada mekanisme pasar pada umumnya. Akan
tetapi, penentuan harga yang dilakukan dalam pelelangan menuju pada konsep keadilan
dengan tujuan untuk melindungi penjual maupun pembeli supaya tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan
pihak yang lain.
B. MEKANISME PENETAPAN HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM
Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak
melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dan
dengan cara seperti apa selama cara yang dilakukan masih berada dalam garis syariat
yang dihalalkan. Sedangkan adanya aturan dalam ajaran Islam tentunya tidak sematamata hanya aturan belaka yang hanya menjadi dasar, tetapi merupakan suatu aturan yang
berfungsi menjaga dari adanya manipulasi.
Seperti halnya dalam menentukan harga dalam praktik lelang harga harus menuju
pada keadilan. Sama dengan penentuan harga pada umumnya harga ditentukan oleh
pasar. Dalam lelang dikenal dengan pasar lelang (action market). Pasar lelang sendiri
didefinisikan sebagai suatu pasar terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus
menerus terhadap penawaran dan permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan
standar, jumlah penjual dan pembeli cukup besar dan tidak saling mengenal.
Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut, pelaksanaan lelang dapat
menggunakan persyaratan tertentu seperti sipenjual dapat menolak tawaran yang
dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga terendah/cadangan
65
(reservation price) biasanya sebut sebagai Harga Limit Lelang (HLL) : bisa berupa Nilai
Pasar Lelang (NPL) atau Nilai Minimum Lelang (NML). Tujuannya untuk mencegah
adanya trik-trik kotor berupa komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar
(bidders ring) yaitu sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk
menawar dengan harga rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri diantara
mereka. Penawaran curang seperti itu disebut penawaran cincai (collusive bidding).
Pembatasan harga terendah juga dilakukan untuk mencegah permainan curang antara
Penjual Lelang (Kuasa Penjual) dan Pembeli yang akan merugikan pemilik barang.4
Adapun klasifikasi harga yang menjadi patokan dalam menentukan Harga
Penawaran Lelang (HPL) : Bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga Pasar Daerah
(HPD) dan Harga Pasar Setempat (HPS) dengan memperhitungkan kualitas/kondisi
barang, daya tarik (model dan kekhasan) serta animo pembeli pada marhun lelang
tersebut pada saat lelang. Lelang seperti ini dipakai pula dalam praktik penjualan saham
dibursa efek, yakni penjual dapat menawarkan harga yang diinginkan, tetapi jika tidak
ada pembeli, penjual dapat menurunkan harganya sampai terjadi kesepakatan.
Konsep harga dalam sistem lelang ini mengacu pada harga pasar. Dan proses
penetapan harga dilakukan oleh juru lelang yang bertugas di balai lelang. Sehingga
konsep harga dalam sistem lelang tidak merugikan salah satu pihak. Hal ini sesuai
dengan hukum perjanjian jual beli itu sudah lahir pada detik terciptanya sepakat
mengenai barang dan harga, maka dari itu terjadilah jual beli yang sah.5
Berdasarkan praktik lelang tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan
pelelangan di kantor lelang negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
Indonesia dan tidak bertentangan dengan Islam.
4
5
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan permasalahan penelitian skripsi ini, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan mengenai pengetahuan terhadap konsep harga dalam sistem lelang perspektif
ekonomi Islam, maka penulis menyimpulkan:
1.
Konsep harga yang digunakan dalam lelang adalah menggunakan nilai limit
sebagaimana telah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk.
06/2010 pasal 1 ayat 26 tentang petunjuk pelaksanaan lelang. Sedangkan
dalam Islam adalah harga yang adil ini yaitu harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain.
2.
66
67
B. Saran
Dari penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan sebagai masukan untuk meningkatkan khazanah keilmuan terutama
mengenai harga dalam sistem lelang perspektif ekonomi Islam. Dalam hal ini saran
tersebut adalah :
1.
2.
68
sederhana ini mampu menjadi inspirasi bagi para penulis dan pemikir tentang khasanah
keilmuan Islam, serta penulis berharap ini merupakan langkah awal perubahan
paradigma terhadap perkembangan ekonomi terutama masalah jual beli khususnya jual
beli dengan proses lelang yang berkembang di kehidupan masyarakat. Semakin
berkembangnya kebutuhan manusia, maka berkembang pula sistem perekonomian
masyarakat. Oleh karena itu supaya tercapainya sistem tersebut maka kita sebagai
generasi muslim harus mampu mengembangkan syariat-syariat Islam yang sesuai dengan
kaidah-kaidah Islami.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Jakarta: Bina Ilmu, 1997
Abdul Wahab Kholaf, Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1993
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, Jakata: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam edisi ketiga, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006.
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2010.
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif , Jakarta:
Kiswah, 2004.
Al Ghazali, Ihya Ulumudin vol.3, Beirut: Dar al Nadwah, t.th.
M. Syaefuddin., Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam
Depag RI,1997
Asy Syaukani, Nailul Authar Juz.V, Beirut Libanon,1986
At Tirmidzi, Al-Jami Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : Alfabeta, 2005
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat
Pojok), Kudus: Menara Kudus, 2006
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006
Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agrikultural),
Surakarta : FE-UMS, 2005
Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 5, Yogyakarta: Gajah Mada
University Pers, 1991
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz II, Beirut Libanon,1992
Imam As-Suyuthi, Al-Jami Ash-Shaghir, Juz II,t.th
Imam Ash-Shanani, Subulus Salam Juz. III, Beirut Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995
Irine Diana Sari W., Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan, Jojakarta : Nuha
Medika, 2010
http://hafidalbadar.blog.uns.ac.id/2009/06/04mekanisme-pasar-dan-regulasi-hargamenurut-ibnu-thaimiyah/
http://hargyangadill.blogspot.com/2011/02/definisi-harga-menurut-islam.html
http//kerjoanku.wordpress.com
http;//one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas makalah/hukum Islam/hukum lelang
dalam islam.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia
http://www.depkeu.go.id/ind/Organization/?prof=sejarah
http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia
http://ulgs.tripod.com/favorite.htm
http://www.daneprairie.com.
http//www.lelangsyariah.com .
http//www..urlg.blog.uns.ac.id/2009/06/04 sosialmanusia
http://yanasatia.wordpress.com/2008/31/teori-harga-dalam-mikro-ekonomi -islam/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 93 /PMK.06/2010
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang
Mengingat
:a.
b.
:1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Menetapkan
2.
Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijual secara lelang.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundangundangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan
barang secara lelang.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Peserta Lelang adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang telah
memenuhi syarat untuk mengikuti lelang.
22.
23.
Legalitas formal subjek dan objek lelang adalah suatu kondisi dimana
dokumen persyaratan lelang telah dipenuhi oleh pemohon
lelang/Penjual sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data,
menunjukkan hubungan hukum antara pemohon lelang/Penjual (subjek
lelang) dengan barang yang akan dilelang (objek lelang), sehingga
meyakinkan Pejabat Lelang bahwa subjek lelang berhak melelang
objek lelang, dan objek lelang dapat dilelang.
24.
25.
26.
Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan
ditetapkan oleh Penjual/Pemilik Barang.
27.
28.
Pokok Lelang adalah Harga Lelang yang belum termasuk Bea Lelang
pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga
secara ekslusif atau Harga Lelang dikurangi Bea Lelang pembeli
dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara
inklusif.
29.
30.
31.
Bea Lelang adalah bea yang berdasarkan peraturan perundangundangan, dikenakan kepada Penjual dan/atau Pembeli atas setiap
pelaksanaan lelang, yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
32.
Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh
Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna.
33.
34.
Salinan Risalah Lelang adalah salinan kata demi kata dari seluruh
Risalah Lelang.
35.
Kutipan Risalah Lelang adalah kutipan kata demi kata dari satu atau
beberapa bagian Risalah Lelang.
36.
Grosse Risalah Lelang adalah Salinan asli dari Risalah Lelang yang
berkepala "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 2
(1)
(2)
Dalam hal tidak ada peserta lelang, lelang tetap dilaksanakan dan
dibuatkan Risalah Lelang Tidak Ada Penawaran.
Pasal 5
(2)
(3)
(2)
Dalam hal Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Lelang
Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara, permohonan lelang diajukan
dalam bentuk Nota Dinas oleh Kepala Seksi Piutang Negara KPKNL
kepada Kepala KPKNL.
(3)
(1)
(2)
Dalam hal legalitas formal subjek dan objek lelang telah dipenuhi dan
Pemilik Barang telah memberikan kuasa kepada Balai Lelang untuk
menjual secara lelang, Pemimpin Balai Lelang mengajukan surat
permohonan lelang kepada Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II
untuk dimintakan jadwal pelaksanaan lelangnya.
Pasal 12
Dalam hal terdapat gugatan terhadap objek lelang hak tanggungan dari
pihak lain selain debitor/suami atau istri debitor/tereksekusi,
pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan titel eksekutorial dari
Sertifikat Hak Tanggungan yang memerlukan fiat eksekusi.
(2)
Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari kreditur pemegang hak
agunan kebendaan yang terkait dengan putusan pernyataan pailit, maka
pelaksanaan lelang dilakukan dengan memperhatikan Undang-Undang
Kepailitan.
Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan lelang dan dokumen
persyaratan lelang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.
Bagian Kedua
Penjual/Pemilik Barang
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
peserta
lelang
sebelum
(1)
Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkan atau menyerahkan asli
dokumen kepemilikan kepada Pejabat Lelang paling lama 1 (satu) hari
kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali Lelang Eksekusi yang
menurut peraturan perundang-undangan tetap dapat dilaksanakan
meskipun asli dokumen kepemilikannya tidak dikuasai oleh Penjual.
(2)
(3)
Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.
Pasal 20
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Bagian Kelima
Surat Keterangan Tanah (SKT)
Pasal 22
(1)
(2)
(3)
Dalam hal tanah atau tanah dan bangunan yang akan dilelang belum
terdaftar di Kantor Pertanahan setempat, Kepala KPKNL atau Pejabat
Lelang Kelas II mensyaratkan kepada Penjual untuk meminta Surat
Keterangan dari Lurah/Kepala Desa yang menerangkan status
kepemilikan.
(4)
(5)
(1)
(2)
Dalam hal tidak ada perubahan data fisik atau data yuridis dari tanah
atau tanah dan bangunan yang akan dilelang ulang, Penjual harus
mencantumkan dalam surat permohonan lelang.
(3)
Dalam hal terjadi perubahan data fisik atau data yuridis dari tanah atau
tanah dan bangunan yang akan dilelang ulang, Penjual harus
menginformasikan secara tertulis hal tersebut kepada Kepala KPKNL
atau Pejabat Lelang Kelas II untuk dimintakan SKT baru.
(4)
Pasal 25
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
SKT untuk pelaksanaan lelang tanah atau tanah dan bangunan belum
ada;
b.
barang yang akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang
Eksekusi;
c.
d.
e.
f.
g.
Penjual tidak hadir pada saat pelaksanaan lelang, kecuali lelang yang
dilakukan melalui internet;
h.
i.
j.
k.
(2)
(1)
(2)
(2)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Dalam
pelaksanaan
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
yang
diselenggarakan oleh KPKNL, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban
Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas
Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen)
Dalam
pelaksanaan
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
yang
diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat Lelang
Kelas I, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang
sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang
disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas Negara dalam
waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan Pembeli oleh
Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik
Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara
Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
antik/kuno.
(4)
(5)
Dalam hal bank kreditor akan ikut menjadi peserta pada Lelang
Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT, Nilai Limit harus ditetapkan
oleh Penjual berdasarkan hasil penilaian dari Penilai.
Pasal 37
(1)
(2)
(3)
Untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta
lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak
dicantumkan dalam pengumuman lelang.
Pasal 38
Dalam hal pelaksanaan Lelang Ulang, Nilai Limit pada lelang sebelumnya
dapat diubah oleh Penjual/Pemilik Barang dengan menyebutkan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 39
Nilai Limit dibuat secara tertulis dan diserahkan oleh Penjual kepada Pejabat
Lelang paling lambat sebelum lelang dimulai.
Pasal 40
Ketentuan lebih lanjut mengenai Nilai Limit diatur dengan peraturan
Direktur Jenderal.
Bagian Kesembilan
Pengumuman Lelang
Pasal 41
(1)
(2)
(1)
(1)
(2)
Dalam hal tidak ada surat kabar harian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pengumuman Lelang diumumkan dalam surat kabar harian
yang terbit di kota/kabupaten terdekat atau di ibukota propinsi atau ibu
kota negara dan beredar di wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan
Pejabat Lelang Kelas II tempat barang akan dilelang.
(3)
(4)
Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat surat kabar harian yang
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pengumuman
Lelang dilakukan pada surat kabar harian yang diperkirakan
mempunyai tiras/oplah paling tinggi.
(5)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
identitas Penjual, nama barang yang dilelang, tempat dan waktu lelang,
serta informasi adanya Pengumuman Lelang tempelan.
Pasal 46
Khusus Pengumuman Lelang Eksekusi Pajak untuk barang bergerak
diumumkan paling singkat 14 (empat belas) hari sebelum hari pelaksanaan
lelang dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
(1)
(2)
(1)
pelaksanaan lelang;
b. barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian
paling singkat 5 (lima) hari sebelum pelaksanaan lelang.
(2)
(1)
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam hal ada
permintaan tertulis dari Penjual dengan menyebutkan alasan
mengumumkan melalui tempelan yang mudah dibaca oleh umum
dan/atau melalui media elektronik dan disetujui oleh Kepala KPKNL
atau Pejabat Lelang Kelas II.
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
Pemandu Lelang dapat berasal dari Pegawai DJKN atau dari luar
DJKN.
(3)
(5)
b.
tertulis; atau
c.
(1)
(2)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 59
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
b.
(1)
(2)
Direktur Jenderal.
Bagian Ketiga
Bea Lelang dan Uang Miskin
Pasal 64
Setiap pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang dan Uang Miskin sesuai
Peraturan Pemerintah tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Keuangan.
Pasal 65
(1)
(2)
Bea Lelang Batal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh
Penjual.
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Peserta Lelang yang bertindak untuk orang lain atau badan hukum atau
badan usaha harus menyampaikan surat kuasa yang bermaterai cukup
kepada Pejabat Lelang dengan dilampiri fotokopi Kartu Tanda
Penduduk (KTP)/Surat Izin Mengemudi (SIM)/Paspor pemberi kuasa
dan penerima kuasa dengan menunjukkan aslinya.
(2)
Penerima kuasa dilarang menerima lebih dari satu kuasa untuk barang
yang sama.
Pasal 69
(1)
Pejabat Lelang dan keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah derajat pertama, suami/istri serta saudara sekandung Pejabat
Lelang, Pejabat Penjual, Pemandu Lelang, Hakim, Jaksa, Panitera,
Juru Sita, Pengacara/Advokat, Notaris, PPAT, Penilai, Pegawai DJKN,
Pegawai Balai Lelang dan Pegawai Kantor Pejabat Lelang Kelas II
yang terkait langsung dengan proses lelang dilarang menjadi peserta
lelang.
(2)
(1)
(2)
Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
terlampaui, bank ditetapkan sebagai Pembeli.
Bagian Kelima
Pembayaran dan Penyetoran
Pasal 71
(1)
(2)
(3)
Pasal 72
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah
atau tanah dan bangunan harus disebutkan:
1) status hak atau surat-surat
kepemilikan;
j.
k.
i.
syarat-syarat lelang.
Pasal 79
b.
c.
nama, pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama sendiri atau sebagai
kuasa atas nama orang lain;
d.
e.
f.
daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan
nilai, nama, dan alamat peserta lelang yang menawar tertinggi.
Pasal 80
b.
c.
jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf;
d.
e.
f.
g.
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
yang otentik dari Minuta Risalah Lelang dengan dibebani Bea Materai.
(2)
(3)
(4)
Kutipan Risalah Lelang untuk lelang tanah atau tanah dan bangunan
ditandatangani oleh Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II setelah
Pembeli menyerahkan bukti pembayaran BPHTB.
(5)
(1)
(2)
(2)
(3)
b.
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 61/PMK.06/2008, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 92
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku setelah 2 (dua) bulan sejak
tanggal pengundangan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 April 2010
MENTERI KEUANGAN,
PATRIALIS AKBAR
: Zumrotul Malikah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
Jenjang Pendidikan
1. TK Tarbiyatul Athfal
2. SD Negeri 1 Wonosekar
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Zumrotul Malikah
NIM. 072411091