Abstrak
Perguruan tinggi saat ini harus siap menghadapi tantangan globalisasi dan
menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dan mengisi era global. Perguruan
tinggi merupakan salah satu institusi sosial yang dominan dan berpengaruh pada
kebudayaan suatu bangsa juga bertanggung jawab dalam transmisi budaya dari
satu generasi ke generasi lain serta pelestariannya. Kajian budaya organisasi
sangatlah penting, terutama untuk memperoleh gambaran faktor-faktor pendorong
dan penghambat aktifitas organisasi. Juga dapat mengurai dan melihat kekuatan
dan kedalaman (strength and depth) sebuah budaya organisasi. Studi literatur ini
berfokus pada teori-teori budaya organisasi apa saja yang cocok digunakan untuk
mengkaji budaya organisasi sebuah perguruan tinggi.
Kata kunci : budaya organisasi, corporate culture, perguruan tinggi, universitas,
teori budaya organisasi.
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Metode penulisan karya tulis ini adalah studi pustaka. Data dan informasi
diperoleh dari data sekunder yang berasal dari buku-buku dan referensi yang
berkaitan dengan tema karya tulis ini. Dari berbagai jenis teori budaya organisasi
hanya dianalisis dua teori budaya organisasi dari Edgar H. Schein (2009) dan
Stephen P. Robbins (2005). Dalam membandingkan kedua teori, digunakan
analisis menurut definisi konsep, elemen dan dimensi budaya, perspektif dan
metodologi yang digunakan untuk diterapkan dalam menganalisis budaya
organisasi.
2. Definisi konsep
Edgar H. Schein mendefinisikan budaya sebagai berikut :
culture is a pattern of shared tacit assumptions that was learned by a group as it
solved its problems of external adaptation and internal integration, that has
worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new
members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those
problems.
Schein menitikberatkan pada frasa a pattern of shared tacit assumptions yang
secara umum sering kali dimaknai seperti sebagaimana cara yang dilakukan
orang-orang disini. Ia juga menyatakan culture is deep, tidak bisa
memperlakukan budaya sebagai fenomena yang superficial saja. Budaya sebagai
segala bentuk akumulasi cara berpikir, cara bekerja, perasaan, kebiasaan yang
dipelajari oleh anggota-anggota organisasinya.
Schein membagi budaya menjadi tiga level, mulai dari level yang paling kasat
mata sampai level yang tidak terlihat dan hanya bisa dirasakan. Yaitu :
1. Artifacts : struktur, bentuk dan proses yang bisa dilihat secara kasat mata,
dirasakan langsung dan didengar dari suatu organisasi.
2. Espoused values : strategi, tujuan dan filosofi suatu organisasi.
1. 2.
2. Definisi Konsep
Stephen P. Robbins mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang elusive,
intangible, implisit dan diterima apa adanya. Sedangkan budaya organisasi
didefinisikan sebagai berikut:
refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the
organization from other organizations.
Fungsi budaya organisasi antara lain (Robbins, 2005):
1. Menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lain;
2. Menghasilkan identitas diri bagi anggota organisasi;
keyakinan mereka masing-masing sudah menunjukkan hal yang positif yang dapat
ditiru dan dipelajari oleh siswa dan anggota organisasi lainnya.
Selanjutnya, untuk mengetahui persepsi anggota organisasi, dinamika organisasi
dan orientasi pimpinan, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan elemenelemen budaya organisasi yang dikemukakan oleh Robbins. Persepsi bawahan
terhadap atasan, persepsi anggota organisasi terhadap bagaimana organisasi
dijalankan, orientasi mereka terhadap hasil, inovasi, resiko, dan lain-lain sangat
penting untuk diketahui agar pimpinan dan pemilik dapat menilai seberapa kuat
budaya yang telah mereka tanamkan ke dalam organisasi. Sekaligus dapat
diketahui seberapa jauh antara harapan dan kenyataan yang ada.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perguruan tinggi sepatutnya melakukan kajian budaya organisasinya untuk
mengetahui karakteristik dan elemen-elemen yang kuat yang ada di
dalamnya untuk ditularkan kepada masyarakat.
2. Penilaian / kajian budaya organisasi perguruan tinggi sebaiknya diawali
dengan metodologi kualitatif eksploratif deskriptif agar dapat diketahui
dengan mendalam dan mendetil profil budaya yang ada sekaligus untuk
menjawab persoalan-persoalan sulit yang dihadapi selama ini.
3. Setelah itu, dapat dilakukan kajian / penilaian yang menggunakan
metodologi kuantitatif yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan motivasi
kerja, kepuasan kerja dan kinerja anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A. 2002. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Prestasi
Kerja di PT Nusantara IV (Persero) Sumatera Utara. Disertasi. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Littlejohn, Stephen W. (2008). Theories of Human Communication. 9th ed.
Wadsworth Publ. Com. New York.
Martadiredja, Tutty S. (2010). Pengaruh Budaya Organisasi, Kompetensi, Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Dosen. Disertasi. Bandung : Universitas
Pajajaran.
Robbins, Stephen P. (2005). Organizational Behavior. 11th ed. Prentice Hall. New
Jersey.