KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Suku
Agama
Pendidikan
No RM
Masuk rumah sakit
: Tn. S
: 32 Tahun
: Laki-laki
: Subali Makam IIRt 04/ II Kapyak, Semarang
: Belum Menikah
: Buruh
: Jawa
: Islam
: SMA
: 507193
: 22 Juni 2016 (IGD)
ANAMNESIS
Primary survey
A : Adekuat
B
: RR : 22 x /menit
Secondary survey
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 26 Juni 2016, pukul 14.00,
di Bangsal Anggrek kamar nomor 10.1 RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Kecelakaan
Riwayat Operasi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
Last meal
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaa fisik dilakukan tanggal 26 Juni 2016, pukul 14.20, di Bangsal
Anggrek kamar nomor 10.1 RSUD Tugurejo Semarang.
Keadaan Umum
: Tampak kesakitan
Kesadaran
Tanda vital
TD
Nadi
RR
T
: 110/75 mmHg
: 82x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
: 22 x /menit (reguler)
: 36,7C (axiler)
Status Gizi
BB
TB
Kesan gizi
:
: 56 kg
: 165 CM
: 20,56 kg/m2 (Normal)
Status Generalisata
Kepala : Mesosefal, vulnus laceratum (-), vulnus excoriatum (-)
Mata : Corpus alienum (-/-), konjungtiva anemis (-/-), edem palpebra (-/-),
hematoma palpebra inferior (-/-), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek
(+/+), pupil isokor (3mm/3mm).
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), jejas (-), rhinorea (-/-)
Telinga : Jejas (-), othorea (-/-), battle sign (-/-)
Mulut : Lembab (+), sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Tiroid (Normal), Jejas (-), deviasi trakea (-), deformitas (-),
pembengkakan (-), JVP (Normal)
Thorax :
Paru
3
Paru depan
Inspeksi
Statis
Dinami
s
Palpasi
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Paru belakang
Normochest,
simetris,
kelainan kulit (-/-), sudut
arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas
normal
Pengembangan pernafasan
paru normal
Normochest,
simetris,
kelainan kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan
paru normal
SD : vesikuler
SD : vesikuler
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi :
Batas atas
Pinggang jantung
Batas kanan bawah
Kiri bawah
sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
kulit di sekitar
Auskultasi
Perkusi
Superior
(sama dengan kulit
sekitar / sama dengan kulit
sekitar)
(-/-)
(+/-)
(-/-)
(-/-)
(hangat / hangat)
(< 2 detik / < 2 detik)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(bebas / tebatas)
(bebas / terbatas)
(5555 / 5555)
5
Inferior
(sama dengan kulit
sekitar / sama dengan kulit
sekitar)
(-/-)
(-/+)
(-/-)
(-/-)
(hangat / hangat)
(< 2 detik / < 2 detik)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(bebas / bebas)
(bebas / bebas)
(5555 / 5555)
Status Lokalisata
Regio clavicula sinistra
Look
: nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), sensibilitas (+), suhu rabaan
hangat (+).
Move
terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, nyeri bila digerakkan (+).
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (22 Juni 2016)
Darah rutin
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hasil
L 11,70
5,89
Satuan
10^3/ul
10^6/ul
Nilai normal
3,8-11
4,4-5,9
Hb
15,70
g/dl
13,2-17,2
Hematokrit
43,40
%
40-52
MCV
L 73,70
Fl
80 100
MCH
26,70
Pg
26 34
MCHC
H 36,70
g/Dl
32 36
Trombosit
RDW
267
14,20
10^3/ul
%
150-440
11.5-14.5
Eosinofil absolut
Basofil absolut
Netrofil absolut
Limfosit absolut
Monosit absolut
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0,07
0,05
H 8,85
1,96
0,77
L 0,60
0,40
H 75,60
L 16,80
6,60
10^3/ul
10^3/ul
10^3/ul
10^3/ul
10^3/ul
%
%
%
%
%
0,045 0,44
0 0,2
1,8 8
0,9 5,2
0,16 1
24
01
50 -70
25 - 40
2 8
Hasil
Satuan
Kalium
Natrium
Chlorida
3,80
142,0
H 105,2
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Nilai
normal
3,5-5,0
135-145
95,0-105
Pemeriksaan
GDS
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
Calsium
Hasil
97
20
14
27,5
1,09
138
Satuan
ml/dL
U/L
U/L
mg/dL
mg/dL
mmol/L
Rujukan
<125
0-30
0-32
10-50
0,60-0,90
135-145
2. Foto rontgen
X foro rontgen clavicula sinistra AP (22 juni 2016)
V.
tulang baik
Sela sendi akromio clavicular baik
Jarigan lunak baik
RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri
pada bahu kiri post kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya, pasien terjatuh dari
sepeda motor, pasien terjatuh sendiri saat akan menghindari batu di depannya.
Kemudian pasien mengerem mendadak dan akhirnya pasien terpelanting
8
kedepan dengan posisi bahu kiri terbentur trotoar. Saat kejadian, kepala pasien
tidak terbentur sesuatu, Pasien sadar, tidak mual muntah dan tidak pusing.
Kesemutan pada daerah bahu sampai jari-jari tangan (-), keluar darah dari
telinga maupun hidung disangkal. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri
dirasakan bertambah ketika bahu digerakkan. Jari-jari tangan pasien masih bisa
digerakkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak kesakitan, kesadran CM. TD
110/75 mmHg, HR 82 x/menit, RR 22 x/menit, T 36,7 0C. Status generalisata
dalam batas nomal.
Pada status lolakis region clavicula sinistra tampak jejas luka pada
clavicula sinistra, oedema (+), nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+),
sensibilitas (+), suhu rabaan hangat (+), gerakan aktif dan pasif terhambat,
gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat,
nyeri bila digerakkan (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium leukosit H
11,70, MCV L 73,70, MCHC H 36,20, neutrofil absolute H 8,85, eosinofil L
0,60, neutrophil H 75,60, limfosit L 16,80, chloride H 105,2. Foto Rongten AP
hasil Tampak fraktur clavicula sinistra region 1/3 media, kedudukan tulang
tidak segaris, tampak interposisi, dan tampak avulsi fraktur, Sela sendi akromio
clavicular baik, Jaringan lunak baik. Kesan : fraktur clavicula sinistra region 1/3
medial, kedudukan tulang tidak segaris.
VI.
INITIAL PLAN
Diagnosis kerja : Fraktur clavicula kominutif 1/3 medial sinistra
a. Ip Tx:
- Pasang spalk pada regio femur melewati dua sendi
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi ceftriaxone 1 gram IV, skin test terlebih dahulu
- Injeksi dexketoprofen 1 ampul
- Pasang mitela
- Pasang figure of eight
9
dialami pasien
Bahu kiri pasien jangan banyak digerakkan terlebih dahulu
Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi.
Menjelaskan komplikasi jika patah tulang tidak segera di perbaiki
Mengikuti fisioterapi teratur
Menjaga kebersihan luka
Minum obat teratur
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Sanam
Quo ad Fungsionam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang
rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan
bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang
dan keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur
terjadi
karena
kegagalan
tulang
menahan
tekanan
terutama
tekanan
B. Anatomi
11
Osteologi
Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan
tipis, lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga
lateral. Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas
telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti huruf S, pada ujung sisi medial
berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial,
tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang
datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung
dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur
penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling
sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas
daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan
jelas.1
pada
ujung
medial
klavikula
menyokong
sendi
ke
arah
anterior
maupun
posterior
pada
sendi
sternoclavicular.
13
14
Ligamen Acromioclavicular
Kapsul dari sendi
acromioclavicular
membentuk ligamen-ligamen
15
16
C. Mekanisme trauma
Trauma tidak langsung
Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allman menjelaskan bahwa
mekanisme trauma fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh
dengan bahu sebagai tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung
merupakan penyebab utama fraktur klavikula. Stanley et al meneliti 122 pasien
yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi dengan bahu sebagai tumpuan, dan
hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan antara
lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama penyebab fraktur
klavikula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula, diperlukan
ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas
secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan dan bukan
kompresi yang menyebabkan fraktur klavikula.4,5
Gambar 6. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur klavikula adalah
trauma pada superolateral bahu.
17
Trauma langsung
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula
rentan terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna.
Mekanisme tersebut dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma
tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari kekuatan otot atau posisi
lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena. Aktivitas olahraga dapat
menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk bersepeda maupun
bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa bersepeda
merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada laki-laki
maupun perempuan.4,5
Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa 3103 kasus fraktur
ekstremitas atas atau dislokasi pada pemain ski salju dan ski. Fraktur klavikula
banyak terjadi pada pemain ski (32%) sedangkan pemain ski salju paling banyak
terkena fraktur pada pergelangan tangan (62% dari jumlah seluruhnya).4,5
D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula adalah tulang pertama yang mengalami
proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke lima dan enam.
Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula bersamasama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke
atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula
bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).6
Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah
untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah
kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang
terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah
tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke
18
bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang
akan menyebabkan fraktur.6
E. Klasifikasi
Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002) diklasifikasikan
menjadi tiga tipe yaitu:4
1. Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% - 80%). Pada
daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien muda.
2. Fraktur atau patah tulang clavicula terjadi pada distal ( insiden kejadian
15%).
3. Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian ini
berhubungan dengan cidera neurovaskuler).
F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa dengan
pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan
fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang
terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol
akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai
perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi
yang mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan
fraktur klavikula dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat
terjadi terutama pada arteri subklavia.4,5,6,7
G. RADIOLOGIS
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP.
Pada keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan
19
A. Proyeksi AP.
B. Proyeksi oblik.
20
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan
harus dipantau.8.9
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament
coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan
pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya
ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
Fraktur terbuka.
Fraktur komunitif.
rasa nyeri.
Obat obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik
antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan
NSAIDs seperti ibuprofen. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan
latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan 1
hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap
2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai
minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang).
21
Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit
hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali
normal.6,7
22
Pneumouthorax
Haemothorax
2. Komplikasi lanjut
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi
Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press.
Surakarta
2. Moore, Keith L, 2002. Essential Clinical Anatomy. Hipokrates: Jakarta.
3. Richard, S.S, 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6, RGC : Jakarta
4. De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu
Kedokteran, editor : Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta.
5. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue.
6. Helmi, Z.N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal, Jakarta: Salemba
Medika.
7. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.
8. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA:
The McGraw-Hill Companies.
24