Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN

ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN MAENGKET


RSJ PROF. DR. V. L RATUMBUYSANG
MANADO
PROPOSAL
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Penyelesaikan
Pendidikan Diploma III keperawatan

OLEH :
NAMA: RHISKY VICKARD KAYELY
NIM: 013101

AKADEMI KEPERAWATAN BARAMULI


AIRMADIDI
2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Ruang Lingkup.............................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................3
E. Metode Penulisan..........................................................................4
F. Sistematika Penulisan...................................................................5
BAB II TINJAUANTEORITIS......................................................................6
A. Konsep Dasar...6
1. Pengertian ..............................................................................6
2. Etiologi...................................................................................8
3. Manifestasi Klinis.................................................................10
4. Mekanisme Koping...............................................................11
5. Rentang Respon....................................................................12
6. Penatalaksanaa......................................................................14
B. Konsep Asuhan keperawatan .....................................................17
1. Pengkajian....17
2. Diagnose keperawatan....22
3.
Perencanaan/intervensi...23
4.
Rencana tindakan keperawatan.....24
5. Implementasi...36
6. Evaluasi.......36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis, berdasarkan UU Kesehatan No 36 tahun 2009 ( Hadi 2009)
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. (Keliat dkk,
2011).
Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada
sebagian masyarakat dunia pada umumnya dan indonesia pada khususnya.
Misalnya masyarakat yang mengalami krisis ekonomi, tidak saja akan
mengalami gangguan kesehatan fisik tetapi juga mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa di sebabkan karena ketidak mampuan individu dalam
penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terjadi. Hal ini merupakan
tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan kesehatan jiwa agar
lebih meningkat profesionalisme dan mengembangkan konsep-konsep terapi
modalitas keperawatan dalam menerapkan asuhan kperawatam pada gangguan
jiwa baik tigkat individu maupun keluarga. (Rasmun, 2001).

Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang


dalam penyembuhannya, pengobatan di rumah sakit merupakan pengobatan
sementara, mereka harus kembali ke komunitas dan komunitas yang bersifat
terapeutik akan mampu membantu pengidapnya mencapai tahap recorvery, (Ade
Herman S. 2014 ).
Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah
menjadi masalah yang sangat serius. World Health Organization WHO 2001
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami
gangguan kesehatan jiwa. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Iyus Yosep, dan titin 2014).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H.
Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global
bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya
pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik
dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik
Dapertemen Kesehatan, 2007)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 memperlihatkan di
Indonesia terdapat 1 juta pengidap gangguan jiwa berat dan 19 juta pengidap
gangguan jiwa ringan. Hal ini diperburuk minimnya pelayanan dan fasilitas
kesehatan jiwa di berbagai daerah di Indonesia. Banyak penderita gangguan jiwa
yang belum tertangani dengan baik (Riskesdes RI. 2013).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi


akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000).
Berdasarakan data 6 bulan terakhir September 2015-maret 2016 di peroleh
dari data rekam medik di rumah sakit jiwa Prof, Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado. Jumlah keseluruan klien gangguan jiwa adalah 250 orang sedangkan
Jumlah klien rawat inap dengan isolasi sosial berjumlah 25 orang.
Dengan adanya data-data di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
proposal dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial
di Rumah Sakit Jiwa Prof, Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proposal ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan ganguan jiwa dengan sosial di ruangna maengket RSJ Prof. Dr.
V.L. Ratumbuysang Manado.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan isolasi di
ruangan maengket RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan isolasi
sosial mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Di RSJ Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.

b) Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik dalam penerapan


asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi social. Di RSJ Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang Manado.
c) Untuk mengetahui

faktor penghambat dan faktor penunjang dalam

penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial. Di RSJ


Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk institusi
Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan
penerapan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan Isolasi sosial.
2. Manfaat untuk rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan
yang lebih baik pada klien dengan isolasi sosial.
3. Manfaat untuk penulis
Untuk dijadikan pedoman, pengalaman, wawasan dan keterampilan dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang didapat selama mengikuti pendidikan.
E. Metode Penulisan
Penulisan dalam penyusunan proposal ini menggunakan penelitian deskriptif dan
metode studi kasus, dengan menggunakan teknik pengumpulan data:
1. Wawancara
Mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan klien,
keluarga klien dan tim kesehatan lain di RSJ DR V. L. Ratumbuysang manado.
2. Observasi

Mengadakan pengamatan secara langsung pada klien, di RSJ DR V. L.


Ratumbuysang manado.
3. Dokumentasi
Membaca, mempelajari, menganalisa, status kesehatan atau catatan medik
pasien, di RSJ DR V. L. Ratumbuysang manado.
4. Kepustakaan
Menggunakan literatur - literatur yang ada kaitanya dengan klien isolasi
sosial : menarik diri.
F. Sistematika Penulisan
BAB I

: Pendahuluan yang meliputi latarbelakang, ruang lingkup,


tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II

: Tinjauan teoritis meliputi pengertian, etiologi, manifestasi


klinis, mekanisme koping, rentang respon, penatalaksanaan,
askep teoritis yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, rencana tindakan keperawatan
implementasi dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Format pengkajian jiwa)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang dimana individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tak di
terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Denden Dermawan dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang di alami oleh individu
dan dirasakan saat di dorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai
pernyataan negative atau mengancam (Menurut Nanda-I 2012 dalam buku
mukhripah Damayanti dan iskandar 2012)
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang di
manifestasikan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2009).
Gangguan

hubungan

sosial

merupakan

suatu

gangguan

interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel


yang menimbulkan perilaku maladaptif dan menganggu fungsi seseorang
dalam berhubungan sosial (Riyadi, 2009).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh


seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif atau mengancam.
(Ernawati Dalami, 2009).
Menarik diri merupakkan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Palwin, 1993
dikutip Budi Keliat, 2001)
Menarik diri merupakan reaksi yang ditampilkan individu yang
dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi
atau menghindari stressor. Sedangkan reaksi psikologis yaitu individu
menunjukan perilaku apatis mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai
rasa takut dan permusuhan (Rasmun, 2001)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran
dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan
secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap
memisahkan diri, lain (DepKes, 2011).
2. Etiologi
Klien dengan masalah isolasi sosial didapatkan etiologi antara lain
karena mengalami masalah dalam hal kepercayaan dan keintiman dengan
orang lain, harga diri yang rendah yang menyulitkan kemampuan klien untuk
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, adanya rasa tidak percaya

diri, merasa asing atau berbeda dari orang lain, tidak percaya bahwa mereka
adalah individu yang berharga, kegagalan perkembangan, ragu, rasa takut
salah, pesimis, dan rasa putus asa, terhadap hubungan dengan orang lain.
(Sheila L. Videbeck, 2008).
Penyebab terjadinya isolasi sosial disebabkan oleh klien yang berasal
dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan dan
kecemasan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku isolasi sosial:
menarik diri yaitu sebagai berikut:
a. Faktor tumbuh kembang
Pada

setiap

tahap

tumbuh

kembang

individu

ada

tugas

perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus
seseorang sehingga mempunyai masalah respon social menarik diri, yang
harus di penuhi pada masing-masing tahap tumbuh kembang agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Dimana tugas dari masingmasing tumbuh kembang memiliki karakteristik tersendiri (Deden
Dermawan dan Rusdi 2013).
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan

komunikasi

dalam

keluarga

merupakan

faktor

pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, misalnya


individu sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan

10

anggota keluarga sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga yang


tidak konsisten kadang boleh kadang tidak, situasi seperti ini membuat
individu enggan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya perilaku dalam hubungan sosial hal ini disebabkan
oleh norma yang salah di anut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut penyakit kronis dan
penyandang cacat yang diasingkan bahkan ada keluarga yang dengan
sengaja membuangnya karena dianggap aib .
d. Faktor biologis
Faktor biologis merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan perilaku dalam hubungan sosial misalnya penyakit infeksi yang
kronis dan kecelakaan menimbulkan kerusakan pada otak (Stuart, 2007).
Dimana otak merupakan organ tubuh yang jelas dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial contohnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial dimana terdapat struktur yang
abnormal pada otak.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada masalah isolasi sosial : menarik diri adalah
sebagai berikut:
a. Kurang Spontan
b. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)

11

c. Ekspresi wajah kurang berseri (eskpresi sedih)


d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien tidak bercakap- cakap
dengan klien lain atau perawat
g. Menyendiri
h. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
i. Pemasukan makan dan minuman terganggu
j. Aktivitas menurun
k. Kurang energi
l. Harga diri rendah
m. Menolak berhubungan dengan orang lain
n. Banyak tidur siang
o. Kontak mata kurang
p. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur)
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan coping yang sering digunakan adalah Regrasi, Represi, dan
isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digumakan misalnya
keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan, menggunakan keriatifitas untuk mengekspresikan

12

stes interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan (stuard and sunden
1999).
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi
usaha pemecahan masalah langsung atau berjangka.
a. Regresi : Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang dini.
b. Represi : pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau
ingatan yang menyakitkan atu bertentangan, dari kesadaran seseorang
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme lain.
c. Isolasi:

Pemisahan

unsur

emosional

dari

suatu

pikiran

yang

mengganggudapat bersifat sementara panjang. (Rasmun, 2001)


5. Rentang Respon
Manusia adalah makhluk sosial untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling
merasakan kedekatan sementara identitas pribadi, tetap di pertahankan.
Individu juga membina hubungan saling tergantung yang merupakan.
keseimbangan antara ketergantungan dan kemanusiaan dalam suatu
hubungan.

13

Rentan Respon Sosial


Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama (Mutualisme)
Saling ketergantungan

kesepian
menarik diri (isos)
ketergantungan

manipulasi
inpulsif
narkisisme

(Mukhripah damayanti & iskandar, 2012)


Adapun penjelasan- penjelasan di atas sebagai berkut :
a. Respon Adaptif
Merupakan suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang
masih dapat di terima oleh norma - norma sosial dan budaya yang
umum berlaku, respon ini meliputi:
1) Menyendiri ( Sulitude )
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa
yang telah di lakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solutude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan

kemampuan

individu

untuk

menentukan

menyampaikan ide - ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

14

dan

3) Kebersamaan ( Mutualisme )
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4) Saling tergantung ( interdependen )
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
5) kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang menimbulkan

gangguan

dengan berbagai tingkat keparahan(stuard dan sundenn 1998). Respon


maladaptif Merupakan respon individu dalam menyesuaikan masalah
menyimpang dari norma- norma sosial dan budaya ini meliputi :
1) Menarik Diri
Merupakan keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Tergantung ( Dependen )
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuan untuk berfungsi secara sukses.

15

3) Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang sabagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Inpulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat di
andalkan.
5) Narkisisme
Merupakan individu yang harga dirinya rapuh, secara terus- menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan
pencemburu.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk menarik diri (Yosep, 2009)
a. Psikoterapiotik
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bimbing klien mengungkapkan perasaannya
3) Bantu dan bimbing klien menemukan cara menyelesaikan masalah
(koping yang konstruktif)
4) Beri penghargaan atau pujian atas kebehasilan klien dalam
melakukan hal yang positif.
b. Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka

16

c. Bantu klien mengurangi ansietas


d. Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu spsikoterapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau di arahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa. Tujuanya member dapmpak baik bagi klien dengan
gangguan interpersonal.
e. Bantu klien menyadari perilaku Isolasi social
f. Dalam kehidupan sehari- hari, bantu klien dalam kebersihan diri
g. Beri obat sesuai dengan 5 benar:
(benar orang, obat, dosis, waktu dan cara)
h. Jenis- jenis obat yang sering digunakan dalam pelayanan kesehatan
jiwa antara lain.
a. Chlopramazin (CPZ).
Dosis: permulaan 25-100 mg dan diikuti peningkatan dosis sampai
300 mg.
b. Haloperidol (HP).
Dosis: utuk dewasa 1- 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6-15 mg
untuk keadaan berat.
c. Trihephenidil (THP).
Dosis : pemberian dosis awal (12,5 mg) dan bila efek samping
ringan dosis di tingkatkan 25 mg. bila pemberian melebihi 50 mg
sebaiknya di berikan perlahan-lahan.

17

NAMA
NO
1.

INDIKASI

EFEK SAMPING

OBAT
Chopramazin Untuk syndrome psikasi yaitu

Sedasi gangguan otomik

(CPZ)

berdaya berat dalam kemampuan

(hipotensi, antikolinergik

menilai realitas, kesadaran diri

parasimpatik, mulut kering,

terganggu, berdaya berat dalam

kesulitan dalam miksi, dan

fungsi fungsi mental: waham,

defikasi, hidung tersumbat,

halusinasi, gangguan perasaan, dan

mata kabur, tekanan intra

perilaku yang aneh atau tidak

okuler meninggi, gangguan

terkendali, berdaya berat dalam fungsi irama jantung), gangguan

2.

kehidupan sehari-hari, tidak mampu

ekstra pyramidal (distinia

bekerja hubungan social dan

akut, akatshia) biasanya untuk

melakukan kegiatan rutin.

pemakaian jangka panjang.

Haloperidol

berdaya berat dalam kemampuan

sedasi dan inhibisi psikomotor,

(HP)

menilai realitas dalam fungsi netral

ganggan otomik (hipotensi,

serta dalam fungsi kehidupan sehari antikolinergik parasimpatik,


hari.

mulut kering, kesulitan dalam


miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung)

3.

Trihephenidil segala jenis penyakit Parkinson,

sedasi dan inhibisi psikomotor,

(THP)

termasuk paska ensepalitis dan

ganggan otomik (hypertensi,

idiopatik, sindrom Parkinson, akibat

anti kolinergik, mulut kering,

obat misalnya reserpin dan fenotiazine. kesulitan dalam miksi, dan


defikasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan
irama jantung)

18

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Yosep, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama proses asuhan
keperawatan. Kegiatan yang perlu dilakukan perawat adalah mengkaji data
dari klien dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab;
memfalidasi

data

baik

dengan

klien

maupun

dengan

keluarga;

mengelompokkan data dan menetapkan masalah klien isi dalam


pengkajian antara lain:
a. Identitas klien yang meliputi :
Nama, umur, agama, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhan utama yang meliputi:
Alasan masuk rumah sakit, riwayat keluhan.
c. Faktor predisposisi dan presipitasi
1) Faktor predisposisi
Beberapa faktor pendukung terjadinya isolasi sosial adalah:
a) Faktor tumbuh kembang

19

Pada setiap tahap tumbuh kembang individu ada tugas


perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas
perkembangan pada masing-masing tahap tumbuh kembang ini
memiliki karakteristik tersendiri. Apabila tugas ini tidak tercapai
akan mencetus seseorang sehingga respon yang maladaptif.
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan

komunikasi

dalam

keluarga

merupakan

factor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Dalam


teori ini termasuk masalah komunikasih yang tidak jelas yaitu
suatu keadaan dimana sesorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan
dengan lingkungan di liar keluarga (Mukhripah Damayanti dan
Iskandar 2012).
c) Faktor sosial budaya
Isolasi social merupakan factor dalam berhubungan. Ini akibat
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain
atau, menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti, lansia, cacat, dan penyakit kronik (Mukhripah Damayanti
dan Iskandar 2012).
d) Faktor biologis

20

Genetic merupakan factor pendukung gangguan jiwa berdasarkan


hasil penelitian pada penderita skizofernia 8 persen kelainan
seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan berat badan dan
volume

otak

perubahan

struktur

limbic

diduga

dapat

menyebabkan skizofernia. (Mukhripah Damayanti dan Iskandar


2012).
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi diakibatkan karena faktor internal dan eksternal
seseorang adalah :
a) Faktor eksternal
Stressor yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya ini
antara lain keluarga yang lebih terpisah dengan orang lain.
Yang terdekat, misalnya di rumah sakit akibat penyakit kronik.
b) Faktor internal
Stressor yang ditimbulkan oleh stressor psikologis, terjadi
akibat ansietas yang berkepanjangan dan cukup berat dengan
terbatasnya

kemampuan

individu

dalam

menyelesaikan

masalah tersebut akan menyebabkan gangguan hubungan


sosial, ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
ketergantungan individu.
d. Aspek fisik yang meliputi:
Tanda tanda vital, ukuran badan dan keluhan fisik

21

e. Aspek psikologis meliputi:


Genogram, konsep diri, hubungan sosial dan spiritual.
f. Status mental meliputi:
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, memori,
tingkat konsentrasi, daya titik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang:
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, kegiatan dalam rumah,
kegiatan di luar rumah.
h. Mekanisme koping: adaptif dan maladaptif
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, masalah dengan pendidikan,
masalah dengan pekerjaan, msalah dengan perumahan, masalah
ekonomi, masalah dengan pelayanan kesehatan, masalah lainnya.
j. Pengetahuan,

kurangnya

pengetahuan

(penyakit

jiwa,

factor

presipitasi, koping sistim pendukung, penyakit fisik, obat-obatan )


k. Aspek medis(diagnosa medik, terapi medik)
l. Daftar masalah keperawatan
m. Daftar diagnosis keperaperawatan

22

POHON MASALAH
Resiko Perilaku
Kekerasan
Efek
Gangguan PersepsiSensori: Halusinasi

Isolasi Sosial
Menarik Diri
Core problem

Koping individu

Gangguan konsep diri


Harga diri rendah
Causa

23

tidak efektif

(Damayanti & iskandar 2013)


n.Masalah Keperawatan
a. resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan presepsi sensori: Halusinasi
c. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronik
d. Koping individu tidak efektif
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang di
ambil dari pengkajian(carpernito, 2000). Diagnosa keperawatan adalah
masalah kesehatan actual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Denden Dermawan dan
Rusdi 2013).
Diagnosa keperawatan
ISOLASI SOSIAL
3 .Perencanaan/Intervensi
Perencanaan merupakan penentuan apa yang akan dilakukan
untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi
masalah keperawatan yang telah ditentukan. Rencana tindakan disusun
berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia (Depkes, 2005)
yaitu berupa tindakan psikoterapiotik, pendidikan kesehatan, perawatan
mandiri, atau aktivitas hidup sehari hari dan tindakan kolaborasi.

24

Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan


umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dan diagnosa tertentu.
Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat tercapai
(Keliat, 2006)

25

Anda mungkin juga menyukai