Teori Ppi
Teori Ppi
A. Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena
berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%. Pada persalinan ini, seringkali bayi
prematur mengalami gangguan tumbuh kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia masih
belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi
yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui. Berbagai
sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti: solusio
plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban
pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks,
antara lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik
spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi
kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga
kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion.
Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran
prematur.1,2
Minor3
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua atau
lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
C. Kriteria Diagnosis3
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
penipisan serviks
D. Pemeriksaan penunjang3,4
1. Laboratorium
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik
nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit
sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm (USG) ,
dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks transperineal lebih disukai
karena dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan
plasenta previa.
E. Penatalaksanaan3,4,5
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang mengalami
gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk meningkatkan keluaran
neonatal.
1. Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24 jam.
Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis. Thyrotropin releasing hormone
400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi
surfaktan. Suplemen inositol juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen
membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
Kontraksi
0
Tidak ada
1
Irregular
2
Regular
3
-
4
-
Ketuban
pecah
Perdarahan
Pembukaan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tinggi/tida
Spotting
1 cm
k jelas
Perdarahan
2 cm
Rendah/peca
3 cm
h
4 cm
Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per oral : 5-7.5
mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial,
edema paru
3. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu dan bayi)
G. Cara persalinan3,4,5
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan forseps
terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di bagian NICU ),
perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan cara
kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.
H. Penyulit5
1.
2.
Perdarahan intrakranial
3.
Trauma persalinan
4.
5.
Sepsis
6.
Gangguan neurologi
I. Komplikasi5
1.
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm
memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang
lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan
risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan
intraventrikuler 3 kali lebih besar.
2.
3.
Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap
atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu. Selain
paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum
berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di
otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu
bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang
sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau
cedera .
4.
5.
6.
Displasia bronkopulmoner.
7.
Penyakit jantung.
8.
Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk membuang
bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya.
Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah
yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning
(jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan
makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan
bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
9.
10.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum
menerima
komplemen
lengkap
antibodi
dari
ibunya
melewati
plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi
prematur
juga
lebih
rentan
terhadap
enterokolitis
nekrotisasi
Anemia .
12.
Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13.
14.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd
ed.McGraw-
Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th ed.Saunders.
4. Jafferson Rompas. 2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14511Persalinanpreterm.pdf/145.30