Anda di halaman 1dari 2

Teater Dalam Kehidupan

oleh: M. Arif Ichwani

Hidup merupakan karunia tuhan semesta alam yang sangat berharga. Terlebih lagi
apabila kita berusaha menjalani hidup dengan semangat yang tidak pernah habisnya. Dalam
menjalani hidup yang serba unik ini patutlah kita pahami dulu apa arti dan tujuan hidup,
tetapi sebagai makhluk yang diberi akal pikiran kita harus melihat dari berbagai perspektif,
salah satunya melalui Seni Teater.
Sekilas tentang Teater
Seni Pertunjukkan Teater adalah satu cabang seni yang memadukan (seni yang
bersifat kolektif) antara seni gerak, seni musik, dan seni artistik, dimana ketiganya ini
diselaraskan hingga tercipta alur cerita yang menarik serta memberikan pesan-pesan tertentu.
Pada dasarnya istilah teater ini digunakan untuk dua hal yang berbeda. Pertama, teater yang
dalam arti tempat pertunjukkan film seperti halnya di bioskop. Kedua, teater juga berarti seni
pertunjukkan yang menceritakan alur cerita tertentu dan diperankan oleh beberapa orang
aktor seperti yang telah diungkapkan sebelumnya.
Berbeda dengan film, teater lebih eksklusif karena harus disaksikan secara live
sehingga tidak bisa di-seek forward maupun sebaliknya seperti kebiasaan mahasiswa UIN
yang cukup mendownload film di laptopnya. Ada banyak keunikan lain dari teater misalnya
teater merupakan kehidupan yang disederhanakan, kareka kebanyakan naskah teater
menceritakan apa yang terjadi di kehidupan sebenarnya walaupun ada yang bersifat surrealist
tetapi hanya simbolnya saja yang berbeda.
Theatre is more beautiful than war kata Marvin.
Telah banyak para pemikir yang berusaha memikirkan makna hidup yang diberikan
tuhan ini. Para sastrawan dan filosof yang mencari kebijaksanaan dalam menjalani hidup agar
tetap pada jalurnya sehingga cita-cita mulia kebanyakan manusia pun terpenuhi seperti
terciptanya tatanan masyarakat yang baik.
Sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu humaniora, saya merasa punya tanggung
jawab untuk mewujudkan cita-cita di atas. Yakni dengan ungkapan yang sangat monumental
KH. Mustofa Bisri memanusiakan manusia, ungkapan yang sedikit judgemental bagi

segelintir orang yakni memandang sebagian manusia lainnya sudah tidak pada kodratnya
sebagai manusia.
Nilai filosofis dalam Teater
Berbeda dengan teater, dalam teater semuanya harus sadar akan perannya masing
masing. Misalnya pemusik, ia harus sadar bahwa ia sebagai pemusik dengan tugasnya
memberikan instrumen-instrumen bagi pementasan. Begitu juga dengan yang lainnya, yakni
para aktor, yang mempunyai peran yang lebih detil dalam cerita, semisal cerita tentang
pengadilan (Contohnya adalah pertunjukan Naskah Penembak Jitu Sewaan TRIAD Naskah
karya Saini KM. yang pernah dipentaskan di Gedung Abjan Soelaeman UIN SGD Bandung),
maka ada aktor yang berperan sebagai keamanan yang tugasnya mengamankan jalannya
sidang. Ia harus menggeluti peran satpam itu dengan sebaik mungkin hingga terasa oleh
dirinya bahkan oleh penonton bahwa ia adalah seorang satpam.
Sungguh, teater merupakan filosofi kehidupan yang sangat utuh, sampai-sampai ada
ungkapan Dunia adalah panggung sandiwara, dimana manusia sebagai aktor kehidupannya,
ada betulnya juga ungkapan ini, sehingga dengan kita menyadari bahwa kita seorang aktor
kita tahu peran apa yang harus kita lakukan. Malah, kata Velstov, manusia itu harus diberikan
pelajaran aktor sejak ia lahir supaya jangan ada yang menyimpang ketika ia mendapat peran
yang strategis. Karena, kembali kepada cita-cita mulia yang telah dipaparkan sebelumnya,
dengan seorang aktor menghargai perannya ia berarti menghargai kehidupannya.
Dalam berteater pun seperti itu, dengan seorang aktor menjalani peran dengan sebaikbaiknya, ia telah mengabdikan keaktorannya kepada sutradara bahkan kepada penonton,
hingga usaha sang aktor pun diapresiasi oleh penonton. Begitu pula dengan hidup ini, sebagai
manusia yang diberikan hidup kita pun harus sadar peran yakni sebagai khalifah di bumi
dengan begitu kita telah mengabdikan diri kepada sang pencipta yang telah memberi kita
hidup. Percayalah bahwa bila kita memberikan yang terbaik untuk hidup ini, kebaikan itu
akan kembali kepada diri kita.
Mari berteater !
Penulis adalah Mahasiswa jurusan SKI Semester IV UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Anggota Teater Awal Bandung angkatan 27 dan Anggota PMII Rayon Adab dan Humaniora
UIN SGD Cabang Kabupaten Bandung.

Anda mungkin juga menyukai