Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Laporan Kasus
Kejang Demam Simplek
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. H. Hartono , SpA

Disusun Oleh :
Alaa Ulil Haqiyah H2A009001

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak


FAKULTAS KEDOKTERAN Muhamadiyah Semarang
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
PERIODE 5 Mei 12 Juli 2014
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU KESEHATAN ANAK


Presentasi kasus dengan judul :

KEJANG DEMAM SIMPLEK

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh:
Alaa Ulil Haqiyah

H2A009001

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing

dr. H. Hartono , SpA

Tanda Tangan

.............................

Tanggal

.............................

Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak

Prof. Dr. dr. H.Harsoyo Na, SpA(K)


BAB I
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama

: An. R

Umur

: 2 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Candi Sari RT 4 / VIII

Jenis kelamin : Perempuan

Nama bapak :Tn. S


Umur

: 30tahun

Agama

:Islam

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

:SMP

Nama ibu

:Ny. A

Umur

:28 tahun

Agama

:Islam

Pekerjaan

:Ibu rumah tangga

Pendidikan

:SMP

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dari Ibu pada tanggal 25 Juni 2014
jam 12.00 WIB.

Keluhan Utama : kejang

Riwayat Penyakit Sekarang

4 hari pasien demam terus menerus, pasien juga mengalami


batuk (+), pilek (+), BAB & BAK (+) normal, makan dan minum masih
lancar, anak masih aktif dan sadar
2 hari demam (+), terus menerus, batuk (+), pilek (+), muntah isi
makanan (+) 2x sehari, BAB dan BAK baik.
hari ini panas tinggi, 1 jam yang lalu kejang, klojotan, mata
terbalik keatas, < 5 menit, setelah kejang sadar (+). sebelumnya belum
pernah kejang.
gusi berdarah (-), bintik merah di kulit (-), mimisan (-), pasien
sudah diberi obat penurun panas namun belum mengalami perbaikan,
mulut terkunci (-), badan kaku (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Alergi

(-)

Difteria

(-)

Penyakit jantung

(-)

Cacingan

(-)

Diare

(-)

Penyakit ginjal

(-)

DBD

(-)

Kejang

(-)

Radang paru

(-)

Otitis

(-)

Morbili

(-)

TBC

(-)

Parotitis

(-)

Operasi

(-)

Asma

(-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal


Riwayat batuk lama

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi obat atau makanan : disangkal

Riwayat Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Orangtua pasien tidak merokok maupun mengkonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan.Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan
neneknya.Tetangga

sekitar

tidak

ada

yang

mengalami

keluhan

serupa.Biaya pengobatan menggunakan biaya sendiri

Data Khusus
Riwayat kehamilan
Ibu menikah usia 23 tahun, hamil pertama usia 24 tahun. Selama
hamil tidak pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, maupun
rokok. Ibu rutin periksa ke bidan dan ke puskesmas tiap bulan.
Riwayat persalinan atau natal
Pasien anak pertama, lahir partus spontan usia kehamilan 40
minggu, lahir langsung menangis. Berat badan saat lahir 3300 gram,
panjang badan 50 cm.
Riwayat imunisasi
Imunisasi yang telah didapat adalah : BCG,campak, DPT I,II,III.
Polio I,II,III. Hepatitis I,II,III.

Riwayat makan dan minum


ASI (+) mulai dari lahir sampai sekarang, susu formula (+)
MP ASI mulai usia 6 bulan.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 25 Juni 2014 Jam 12.15 WIB
- Keadaan umum
Keaktifan
Kesadaran

: rewel
: aktif
: compos mentis, GCS: E4M5V6

Berat badan
Keadaan lain

: 22 kg, kesan gizi baik


: anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispnea
(-), turgor baik < 2

- Vital sign
Nadi
: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
Respiratory rate
: 28 x/menit tipe napas abdominal
Suhu
: 39C (rektal)
- Status interna
Kepala
: mesocepal
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat, central, reguler dan isokor 3mm, mata
cekung (-)
Hidung

: napas cuping (-), deformitas (-), secret(-)

Telinga

: serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan


mastoid (-/-)

tenggorokan

: tonsil T1-2 hiperemis (+), faring hiperemis (+)

Mulut

: lembab (-),sianosis (-), bibir kering (-),lidah kotor


(-), gusi berdarah (-)

Leher

: simetris, pembesaran tiroid atau kelenjar getah


bening (-), deviasi trakea (-)

THORAKS
Cor
Inspeksi
Palpasi

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah
medial midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift
(-)

Perkusi

: sonor seluruh lapang dada

Auskultasi

: Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.


Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
SIII (-), SIV (-)

Pulmo
Paru depan

Paru belakang

Inspeksi
Statis

Normochest, simetris, kelainan Normochest, simetris, kelainan


kulit (-/-), sudut arcus costa dalam kulit (-/-)
batas normal, ICS dalam batas
normal

Dinami
s

Pengembangan pernapasan paru


Pengembangan pernafasan paru normal
Normal
Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), Simetris (N/N), Nyeri tekan

Palpasi

ICS dalam batas normal, taktil (-/-), ICS dalam batas normal,
fremitus dalam batas normal

taktil fremitus dalam batas


normal

Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru.


Sonor seluruh lapang paru.
Suara dasar vesicular, ronki(-/-), Suara dasar vesicular, ronki(-/-),
wheezing (-/-)

wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (-), pekak alih
(-), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : nyeri tekan epigastrum (-), tidak teraba pembesaran
hepar, lien, dan ginjal.
Ekstremitas
Akral hangat
Oedem
Sianosis
Gerak
Refleks fisiologis
Refleks patologis

Superior
aktif
+
-

Inferior
aktif
+
-

Pemeriksaan Antropometri
- Anak perempuan umur 2 tahun, BB : 22 kg, PB : 90 cm
- Z score
:
BB/U
: -0,4 SD (gizi normal)
TB/U
: - 1,05 SD (normal)
BB/TB
: 0,5 SD (normal)
- Kesan gizi
: kesan gizi baik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan Motorik
Pergerakan+/+, simetris

+/+, simetris

Kekuatan 5-5-5/5-5-5

5-5-5/5-5-5

Tonus

N/N

Trofi

Eutrofi/Eutrofi

N/N
Eutrofi/Eutrofi

Reflek fisiologis

+N/+N

+N/+N

Reflek patologis

-/ -

-/-

Klonus

-/-

Tanda rangsang meningeal :


Kaku kuduk

(-)

Brudzinki I dan II

(-)

Tanda Kernig

(-)

Pemeriksaan Nervus Kranialis


Nervus Olfaktorius : Sulit dinilai
Nervus Opticus

: reflek cahaya +/+, penglihatan normal

Nervus Ocullomotorius

: pergerakan mata normal, reflek cahaya +N/+N

Nervus Troklearis

: pergerakan mata ke medial bawah normal

Nervus Trigeminus: reflek kornea +N/+N,

reflek bulu mata +N/+N


Nervus Abdusen

: pergerakan mata ke lateral normal

Nervus Fasialis

: tersenyum simetris, kelopak mata menutup


secara sempurna

Nervus Vestibulokoklear : sulit dinilai


Nervus Glosofaringeus

: deviasi uvula (-)

Nervus Vagus

: tidak ada gangguan menelan

Nervus Assessorius: sulit dinilai


Nervus Hipoglosus : lidah tremor (-), deviasi lidah (-)
D. Pemeriksaa Penunjang / Lab
Hemoglobin 12,1
Hematokrit 36,6
Lekosit 12.400
Trombosit 287.000
E. Resume
4 hari pasien febris terus menerus, pasien juga mengalami batuk (+),
pilek (+), BAB & BAK (+) normal, makan dan minum masih lancar, anak
masih aktif dan sadar.
hari ini hiperpireksi, 1 jam yang lalu kejang, saat kejang tidak sadar, <
5 menit, setelah kejang sadar (+). sebelumnya belum pernah kejang.
F. Diagnosis Banding
Kejang
DD :

Cerebral :

akut sesaat DD/ infeksi : ekstrakranial : kejang demam simplek


kejang demam komplek
intrakranial :

meningitis
enchapilitis
meningoenchepalitis

kronik : epilepsy

Non-cerebral DD/
Tetanus
Tetani
Botulismus

Febris hari 2
DD :
-

Tonsilofaringitis akut DD/ bakteri


Viral

Inkesi saluran kemih

Otitis media akut

G. Diagnosis
-

Kejang Demam Simplek

Febris hari ke 2 DD tonsilofaringitis akut

H. Inisial Plan
Ip.Diagnosa
S :O : elektrolit
Ip.Terapi
-

Infus RL 12 tpm

Injeksi Cefotaxim 3 x 250 mg

Injeksi dexamethasone 2 x ampul

Diazepam 3 x 2 mg

Paracetamol 4 x 1 cth

Injeksi diazepam 3 mg/IV (bila kejang)

Ip.Monitoring
-

Monitoring keadaan umum dan tanda vital

Monitoring keluhan

Monitoring laboratorium

Ip.Edukasi
-

Bila anak sakit harus segera periksa ke dokter

Menjelaskan pasien dan keluarga tentang jenis penyakit, penyebab, gejala,


pengobatan, dan prognosis penyakit

Mengawasai keadaan pasien

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Kejang Demam

1.1

Definisi dan Etiologi


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh biasanya >38C yang disebabkan oleh suatu proses-proses ekstrakranial,


tidak terbukti adanya gangguan elektrolit, infeksi susunan saraf pusat, dan riwayat

kejang tanpa demam sebelumnya, serta terjadi pada umur lebih dari 1 bulan. 1,2
Kejang demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.3
1.2

Faktor Risiko dan Patofisiologi


Faktor risiko kejang demam meliputi umur, demam dan predisposisi.

Umur sebagai faktor risiko kejang demam terkait dengan fase perkembangan otak
yaitu masa developmental window. Masa developmental window merupakan masa
perkembangan otak fase organisasi yaitu pada waktu anak berumur kurang dari 2
tahun. Anak pada umur di bawah 2 tahun mempunyai nilai ambang kejang
(threshold) yang rendah sehingga mudah terjadi kejang demam. Anak berumur di
bawah 2 tahun dengan otak yang belum matang juga mempunyai excitability
neuron lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Regulasi ion Na+, K+,
dan Ca++ belum sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi paska
depolarisasi dan meningkatkan excitability neuron.3,5,6
Demam terutama demam tinggi mempunyai peranan untuk terjadi
perubahan potensial membran dan menurunkan fungsi inhibisi sehingga
menurunkan nilai ambang kejang. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%. Demam tinggi akan mengakibatkan hipoksi jaringan
termasuk jaringan otak dan kekurangan energi karena metabolisme berjalan
anaerob. Akibatnya kadar ion Na+ di dalam sel meningkat dan terdapat timbunan
asam glutamat ekstrasel. Berubahnya konsentrasi ion Na+ intrasel dan ekstrasel
mengakibatkan perubahan potensial membran sel neuron sehingga membran sel
dalam keadaan depolarisasi. Disamping itu demam dapat merusak neuron GABAergik sehingga fungsi inhibisi terganggu.3,5,6

Gambar 5. Patofisiologi kejang demam


Faktor predisposisi timbulnya bangkitan kejang demam berhubungan dengan :3
1. Riwayat keluarga
Seorang anak yang mempunyai keluarga dengan riwayat kejang demam
mempunyai risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan, persalinan, dan perawatan post natal sebagai faktor
risiko terjadinya kejang dikaitkan dengan pematangan otak maupun jejas
otak akibat prematuritas maupun proses persalinan. Beberapa masalah
yang sering berakibat kerusakan anatomik otak anak misalnya ibu
merokok saat hamil, ibu eklampsia, bayi lahir preterm, bayi asfiksia, IUFG
(Intra Uterin Growth Retardation). Bayi yang lahir dengan berat lahir
rendah juga mempunyai risiko timbul kejang demam.
3. Gangguan tumbuh kembang
Gangguan perkembangan otak sebagai akibat gangguan pertumbuhan otak
intrauteri bermanifestasi klinik sebagai developmental delay yang dapat
berisiko timbulnya kejang demam.
4. Infeksi berulang
Infeksi dengan panas lebih dari 4x dalam setahun bermakna untuk
meimbulkan kejang demam.
5. Kadar elektrolit, seng dan besi darah rendah

Demam juga mengakibatkan penurunan kadar Na+ darah 3,5% dan


bangkitan kejang demam 3,8%. Penurunan kadar Na+ darah lebih banyak
terjadi pada bangkitan kejang demam kompleks dibandingkan kejang
demam sederhana. 52% penderita yang mempunyai riwayat kejang demam
mempunyai kadar Na+ darah kurang dari 135 mmol/L. 3 Zat besi berperan
pada proses sintesa dan degradasi neurotransmitter. Zat besi berhubungan
dengan aktivitas enzim monoamin oksidase yang berperan dalam proses
degradasi berbagai neurotransmitter dan enzim untuk biosintesis GABA.
Kadar besi dan elektrolit serum yang rendah akan meningkatkan
excitabilitas membran sel neuron dan menurunkan nilai ambang kejang
(threshold) terhadap kejang.3
1.3

Klasifikasi Kejang Demam


Kejang demam diklasifikasikan menjadi:7
Kejang demam sederhana

Kejang demam kompleks

Berlangsung singkat, <15 menit

Kejang lama >15 menit

Kejang umum tonik dan atau klonik, Kejang fokal atau parsial satu sisi,
umumnya berhenti sendiri, tanpa atau

kejang

umum

didahului

gerakan fokal

kejang parsial

Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Berulang dalam waktu 24 jam

Jika kejang demam berlangsung lebih dari 30 menit (baik kejang tunggal
maupun kejang berulang) tanpa pulihnya kesadaran di antara kejang,
diklasifikasikan sebagai febrile status epilepticus.8
1.5 Tata Laksana Kejang Demam8,10,11

Algoritma penghentian kejang demam

Gambar 6. Algoritma Penghentian Kejang Demam

Medikamentosa
Bila kejang berhenti dapat diberi pengobatan profilaksis intermiten berupa:
- Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4-6 kali sehari
atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
Anti kejang : Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam

atau diazepam rectal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu
tubuh >38,5C. Efek samping: ataksia, iritabel, dan sedasi.
Pengobatan jangka panjang/ rumatan
Hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut

(salah satu):
- Kejang lama >15 menit
- Kelainan neurologi yang nyata sebelum/ sesudah kejang:
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
- Kejang fokal
- Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika:
- Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam 4 kali per tahun
Obat untuk pengobatan jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4
mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 mg/
kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Indikasi Rawat
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia di bawah 12 bulan
- Kejang demam pertama kali
- Pasca kejang tidak sadar
1.6

Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya

dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih
lama (>15 menit) biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat, metabolisme otak
meningkat.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang berulang adalah .


1. Usia saat kejang pertama kali kurang dari 18 bulan
2. Adanya riwayat kejang demam dalam satu tingkat hubungan keluarga
(saudara kandung, ayah, ibu)
3. Kejang demam terjadi pada suhu tidak terlalu tinggi (<104oF, rektal)
4. Jarak antara awal panas dan terjadinya kejang < 1 jam
Pada kasus ini tidak didapatkan danya faktor risiko, sehingga
kemungkinan kejang demam berulang sebesar 10 -15%
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari 1,2,3
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Pada kasus ini, terdapat 1 faktor risiko yaitu kejang demam kompleks,
sehingga kemungkinan terjadinya epilepsi 4-6 %.

2.

Tonsilofaringitis Akut

2.1

Definisi dan Etiologi


Peradangan pada tonsil dan faring. Etiologi virus merupakan etiologi

terbanyak dari tonsilofaringitis akut terutama pada anak berusia 3 tahun,


lebih

sering

disebabkan

oleh

virus

common

cold

(adenovirus,

rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus). Sekitar


30% kasus disebabkan oleh bakteri. Group A hemolytic streptococcus (GABHS)
adalah penyebab terbanyak.9

2.2

Patogenesis

Gambar 7. Patogenesis Tonsilofaringitis

2.4

Penatalaksanaan
Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya

tirah baring, pemberian cairan yang adekuat dan diet ringan. Penanganan medis
dengan pemberian antibiotik sistemik baik injeksi maupun oral seperti golongan

penicilin dan sulfonamid. Untuk menurunkan panas diberikan antipiretik, dan


untuk meredakan nyeri diberikan analgesik.9

DAFTAR PUSTAKA

1. Saing B. Faktorpada kejang demam pertama yangberhubungan dengan


terjadinya kejang demam berulang(Studi selama 5 tahun). Medan: Balai
Penerbit FK-USU,1999:144.
2. Lumbantobing SM. Kejangdemam. Jakarta: BalaiPenerbit FK-UI, 1995;1
52.
3. Soetomenggolo TS. Kejangdemam. Dalam: SoetomenggoloTS, Ismael S,
Panyunting. Neurologi anak. Jakarta: BalaiPenerbit IDAI, 1999. h. 244-52.
4. Nelson KB. Febrile seizures. Dalam: Dodson WE, PellockJM, Penyunting.
Pediatric epilepsy: diagnosis and therapy.New York: Demos, 1993. h. 12933.
5. Millichap JG. Progress in pediatric neurology II, Chaniago: PNB, 1994;
16-9.
6. StafpengajarIlmuKesehatanAnak. BukuKuliahIlmuKesehatanAnak, jilid 2.
FK UI. 2007. Hal 847-860.
7. Samuel L. Pengobatan epilepsi. Dalam: SoetomenggoloTS, Ismael S,
Penyunting. Buku Ajar NeurologiAnak. Jakarta : IDAI, 1999. h. 226-43.
8. Baumann RJ. Technical report: treatment of the child with simple febrile
seizures. Pediatrics 1999; 103:79-86.
9. StafPengajarTelingaHidungTenggorok.
BukuKuliahTelingaHidungdanTenggorok. FK UI. 2007.

Anda mungkin juga menyukai