Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan
presentasi kasus yang berjudul Anestesi Umum dengan ETT napas kendali
Tujuan dari penyusunan presentasi kasus ini adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang Anestesi Umum dengan ETT Nafas Kendali khususnya bagi
dokter-dokter muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik di RSPAD
Gatot Soebroto. Penulis berharap presentasi kasus ini dapat bermanfaat untuk
kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian, dan dapat dipergunakan
dengan sebaik baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih
kepada:
1. Dr. Priyono, Sp.An selaku dokter pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan presentasi kasus ini.
2. Seluruh dokter spesialis anestesi, dokter PPDS anestesi, dan rekan rekan
dokter muda atas semua dukungan dan bantuannya.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Jakarta,
Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.
ILUSTRASI KASUS.
13
18
BAB V. PEMBAHASAN............
33
34
DAFTAR PUSTAKA.
35
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Laporan kasus ini membahas pasien wanita usia 45 tahun dengan
diagnosis batu cetak komplit ren dextra yang akan dilakukan tindakan Bivalve
Nefrolitotomydengan rencana anestesi umum.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. FA
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Menikah
: 445865
Alamat
MRS
: 08Desember 2014
Tanggal Operasi
: 09Desember 2014
Riwayat dirawat
: disangkal
Asma
: diakui
: disangkal
Diabetes
: disangkal
Penyakit Jantung
Penyakit Paru
: disangkal
Kejang
: disangkal
Penyakit Hati
: disangkal
Penyakit Ginjal
: disangkal
Hipertensi
tanpa terapi.
: disangkal
:tidak diketahui
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Merokok
: disangkal
Minum alkohol
:disangkal
Narkotik
: disangkal
Olahraga
: Jarang olahraga
Kesadaran
: Kompos mentis
BB/TB
Tanda Vital
: Tekanan darah
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 18 x/menit
Suhu
: 36,40 C
: 130/90 mmHg
Status Generalis
Kepala
merata
Mata : konjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,
pupil isokor kurang lebih 2mm
Telinga
Hidung
(-), malposisi (-), karies (-), karang gigi (-), lidah kotor (-), malampati II,
buka mulut maksimal (>3cm)
Tenggorokan
Leher
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-), retraksi otot
bantu napas (-)
Pemeriksaan thorak
Paru
o I: dinding dada simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak
ada.
6
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas atas
time <2
Ektremitas bawah
time <2
Ht
: 38 % (N :37-47 %)
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia klinik
Albumin
Ureum
Creatinin
Natrium (Na)
Kalium
Klorida
2. EKG
3. Foto Thorax
4. USG Abdomen
V. DIAGNOSIS KERJA
Batu Cetak Komplit Ren Dextra
VI. PENGGOLONGAN STATUS FISIK PASIEN MENURUT ASA
ASA II dengan hipertensi grade I tanpa terapi, riwayat asma.
VII. RENCANA TINDAKAN
Bivalve Nefrolitotomy
VIII.
RENCANA ANESTESI
Anestesi Umum dengan Endotrakea Tube Nafas Terkendali
Premedikasi : Midazolam dan Fentanyl
Induksi : Propofol
Relaksan : Notrixum
IX. KESIMPULAN
Pasien seorang wanita usia 45 tahun, status fisik ASA II dengan
diagnosis batu cetak komplit ren dextrayang akan dilakukan tindakan
Bivalve Nefrolitotomy dengan rencana anestesi umum dengan
endotrakea tube napas terkendali.
BAB II
PERSIAPAN
I.
PERSIAPAN PASIEN
Diruang perawatan ( 08 Desember2014)
Persiapan alat
Laringoskop
Stetoskop
ETT no.7
Guedel (Oropharyngeal airway)
Plester/Tape : Hypafix
Mandrin
Suction
Balon/pump
Mesin anestesi
- Komponen 1 : Sumber gas, flowmeter, dan vaporizer
- Komponen II : Sirkuit nafas / system ventilasi yaitu open,
semiopen, semiclose
- Komponen II : Alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien
yaitu sungkup muka dan pipa ombak
EKG monitor
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Infuse set
-
Abocath no 18
Plester
Tourniquet
Spuit 20 cc
Gel lubricating
Sungkup muka
Sarung tangan
Cairan Infus
10
III.
Midazolam
mg
&Fentanyl
150mcg
induksi
: Propofol 100 mg
relaksan
: Atracurium/ notrixum 40 mg
Maintenance (rumatan)
: Isoflurane 2 vol %
Air : O2 = 2 : 2 liter/menit
obat emergency
anti emetic
: Ondansetron 4 mg
oral
analgetik post op
Obat reverse
Dosis
Pemberian
Midazolam
0.05-0.1 mg/kgBB
2 mg
Fentanyl
1 2 g/kgBB
150 g
2 2,5 mg/kgBB
100 mg
40 mg
11
Atropine sulfat
0,5 (2 ampul)
Neostigmin
IV 0,05 mg/kg 3 mg
1 mg (2 ampul)
12
BAB III
PELAKSANAAN ANESTESI
I.
PELAKSANAAN OPERASI
Pukul 08.30 WIB (di ruangan sudah diberikan ceftriaxone 1gr) Pasien
dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi untuk selanjutnya dipindahkan
ke meja operasi
Pasang infus cairan ringer laktat 5% pada tangan kiri abocath no. 18,
analgesik
Pembedahan dimulai
Operasi selesai
Terapi Cairan
Cairan yang diberikan selama operasi berlangsung adalah 2000 cc lebih
(botol infus RL kelima masih berjalan saat dipindahkan ke ruang RR)
Pengawasan Anestesi
EKG dan ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%
II.
PENGAWASAN ANESTESI
Anestesi diberikan pada pukul 10.30-12.00. Operasi dimulai pada
pukul09.00 dan selesai pukul 14.00.
PUKUL
TEKANAN
NADI
KETERANGAN
DARAH
08.30
130/84
70
IVFD 500 cc
08.55
140/90
79
09.15
130/80
80
Operasi dimulai
14.00
138/82
70
Sulfas
atropin
0,5
mg,
Neostigmine 1 mg
14.10
III.
130/82
78
Operasi selesai
TERAPI CAIRAN
Berat badan = 68 kg
Lama puasa = 8 jam
Kebutuhan cairan pasien perjam :
Maintenance (M)
4 x 10 = 40 cc
2 x 10 = 20 cc
1 x 10 = 10 cc
1 x 10 = 10 cc
1 x 10 = 10 cc
1 x 10 = 10 cc
15
1 x 8 = 8 cc
--------------------+= 108 cc/jam
IV.
Perdarahan : 200 cc
Urine : 700 cc
POST ANESTESI
Setelah operasi selesai pukul 14.10.
pasien
dibawa ke ruang pulih sadar/ recovery room, lalu diberikan oksigen dengan
sungkup sederhana sebesar 6 liter/menit, kemudian dilakukan penilaian terhadap
fungsi vital yaitu kesadaran compos mentis, Tekanan darah pasien setelah operasi
adalah 130/90, Nadi 86 x/m, respirasi 20x/. Setelah pasien dibawa keruang
pemulihan lalu dilakukan penilaian terhadap fungsi vital. Skor Aldrette 8. Pasien
di observasi di Recovery Room selama 30 menit.
16
15 menit I
Kesadaran
Somnolen
Compos Mentis
130/94
130/80
86
84
20
20
Tekanan Darah
(mmHg)
Frekuensi nadi
(x/menit)
Frekuensi nafas
(x/menit)
15 menit II
Warna kulit
Aktivitas
: 2 (4 ekstremitas bergerak)
Respirasi
Kardiovaskuler
normal)
Total score
= 10
Bila mual/muntah
Obat-obatan lain
Infus
: RL 20tpm
17
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANESTESIA UMUM
1. Definisi
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible). Komponen
anestesia yang ideal terdiri:
1. Hipnotik
2. Analgesia
3. Relaksasi otot.
Syarat utama melakukan anestesia umum ialah untuk menjaga agar jalan
nafas selalu bebas, berjalan lancar, dan teratur. Metode anestesia umum dibagi
menjadi 3, antara lain:
Parenteral (IM atau IV) biasanya diberikan untuk tindakan singkat. Obat
yang sering dipakai adalah tiopental.
Perektal (untuk anak- anak, terutama untuk induksi anestesi atau tindakan
singkat)
Inhalasi dengan menggunakan gas
2. Teknik Anestesia Umum
1. Anestesia Umum Intravena
Merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke dalam pembuluh darah
vena
2. Anestesia Umum Inhalasi
Merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat-obatan anestesia inhalasi yang berupa gas dan
atau cairan yang mudah menguap melalui alat/mesin anestesia langsung ke
udara inspirasi.
18
Waktu Evaluasi :
Pada waktu bedah elektif, evaluasi pra anestesia dilakukan beberapa hari sebelum
operasi. Kemudian evaluasi ulang dilakukan sehari menjelang operasi, selanjutnya
evaluasi ulang dilakukan lagi pada pagi hari menjelang pasien dikirim ke kamar
operasi dan evaluasi terakhir dilakukan di kamar persiapan Instalasi Bedah Sentral
untuk menentukan status fisik ASA.
5. Penilaian dan Persiapan Pra Anestesia
Tujuan utama kunjungan pra anestesia ialah untuk mengurangi angka
kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.2
Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya
sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat
perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak
napas pasca bedah, sehingga kita dapat merancang anestesia berikutnya dengan
baik. Kita harus pandai-pandai memilah apakah cerita pasien termasuk alergi atau
efek samping obat.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar
sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi
intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan intubasi. Pemeriksaan
rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan
seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi semua sistem organ tubuh
pasien.2
Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan
penyakit yang sedang dicurigai. Banyak fasilitas kesehatan yang mengharuskan
uji laboratorium secara rutin walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor,
20
misalnya pemeriksaan darah kecil (Hb, leukosit, masa perdarahan, dan masa
pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien di atas 50 tahun ada anjuran
pemeriksaan EKG dan foto toraks. Praktek-praktek semacam ini harus dikaji
ulang mengingat biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat minimal uji-uji
semacam ini.2
Klasifikasi Status Fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang
ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA).
Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan risiko anestesia, karena dampak samping
anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.
-
ASA III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin
terbatas.
ASA IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap
saat.
21
keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum
induksi anestesia.2
7. Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia
diantaranya:
-
menciptakan amnesia
Kecemasan merupakan reaksi alami, jika seorang dihadapkan pada situasi yang
tidak pasti. Membina hubungan baik dengan pasien dapat membangun
kepercayaan dan menentramkan hati pasien.2
8. Komplikasi Anestesi Umum
a. Selama Induksi
Suntikan keluar dari vena stop suntikan dan cari vena yang lain
b. Selama operasi
22
II.
dikendalikan
secara
manual
atau
dengan
respirator.
Bila
24
Fentanil
Fentanil ialah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan
100x morfin. Lebih larut dalam lemak dibanding petidin dan
menembus sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan
intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama
dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama
melewatinya. Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan
hidroksilasidan sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.
Efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek
analgesinya. Dosis 1-3 ug/kgBB analgesinya kira-kira hanya
berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk
anestesia pembedahan daan tidak untuk pasca bedah.
Dosis besar 50-150 ul/kgBB digunakan untuk induksi
anestesia
dan
pemeliharaan
anestesia
dengan
kombinasi
25
obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai
dalam waktu 30 detik.
Dosis
induksi
1-2
mg/kgBB.
Dosis
rumatan
Atracurium (notrixum)
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang
relatif baru, sifatnya tidak mempunyai efek kumulasi pada
pemberian berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskular yang bermakna dan pemulihan fungsi saraf otot
dapat terjadi secara spontan, dosis 0,5 mg/kg BB, durasi 15-30
menit.
Pelumpuh otot
nondepolarisasi
(inhibitor kompetitif,
Isoflurane 1
Isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal.
Induksi dan masa pulih anestesia dengan isofluran cepat.
26
Sifat fisis: titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1.4, MAC
1.15%
Farmakologi:
Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga
digemari untuk anestesa teknik hipotensi dan banyak digunakan
pada pasien dengan gangguan koroner.
Isofluran dipilih karena :
N2O 1
N2O diperoleh dengan memanaskan ammonium nitrat
sampai 240C (NH4 NO3 2H2O + N2O)
N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis,
tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara.
Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga
sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan.
Pada
anestesi
inhalasi
jarang digunakan
sendirian,
tetapi
Obat Lainnya
1. Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan jenis efedra.
Efedrin lebih efektif pada pemberian oral, masa kerjanya panjang, dan efek
sentralnya lebih kuat. Obat ini bekerja pada reseptor , 1, 2. Efek perifer
efedrin melalui kerja langsung dan melalui pelepasan NE endogen. Kerja tidak
langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis terhadap efek perifernya.
Efek pada kardiovaskuler yaitu tekanan sistolik meningkat dan biasanya
tekanan diastolik juga meningkat, sehingga tekanan nadi meningkat.
Peningkatan tekanan darah ini sebagian disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi
terutama oleh stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung dan curah jantung. Aliran darah ginjal dan viseral berkurang,
sedangkan aliran darah koroner, otak, dan otot rangka meningkat.
2. Deksametason
Deksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek
antiinflamasi, antialergi dan anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai
antirematik. Tidak menimbulkan efek retensi natrium dan dapat diterima oleh
tubuh dengan baik. Mekanisme kerjanya, yaitu mengurangi inflamasi dengan
menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan
menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon
imun.
Indikasinya antara lain, untuk Rematik artritis, shock, asma bronkhial,
dermatitis
dan
urtikaria,
serta
gejala
alergik
lainnya.sedangkan
28
dibagi dua dosis. Untuk anak diberikan dosis 50-75 mg/kgBB sehari yang
dibagi dalam dua dosis. Dosis obat tidak perlu disesuaikan pada gagal ginjal
atau gangguan fungsi hati. Seftriakson tersedia dalam bentuk obat suntik 0,25;
0,5; dan 1 g.
6. Ethiferan (Metoklopramid HCL)
Obat
ini
merupakan
golongan
kolinergik.
Mekanisme
kerja
dapat
timbul
yaitu
mengantuk,
diare,
sembelit,
dan
gejala
ekstrapiramidal.
Metokloporamid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 m; sirup
mengandung 5 mg/ 5 ml ; dan suntikan 10 mg/ 2 ml untuk penggunaan IM
atau IV. Dosis dewasa adalah 5-10 mg 3 kali sehari.
7. Adona ( Karbazokrom Natrium Sulfonat)
Obat ini merupakan obat hemostatik yang indikasinya untuk perdarahan
yang disebabkan menurunnya resistensi kapiler, perdarahan di kulit, mukosa
membran, dan membran internal, nefrotik hemoragia dan metroragia,
perdarahan abnormal selama atau paska operasi akibat penurunan resistensi
kapiler.
Dosis dewasa yaitu 30-90 mg/oral dibagi 3 dosis ; ampul (2 ml) IM atau
SC 1 kali per hari; 1 ampul (5 ml) 2 ampul (10 ml) IV atau infuse 1 kali
sehari. Dosis dapat ditambah atau dikurangi sesuai usia dan berat ringan
gejala.
30
32
BAB V
PEMBAHASAN
Pada pasien dipilih untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan
intubasi endotrakeal napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang
didapat dari tindakan anestesia tersebut. Keuntungan dari tindakan ini antara lain:
Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur, serta
terhindar dari trauma terhadap operasi.
karena jenis operasi yang hendak dilakukan antara lain Bivalve Nefrolitotomy
dimana wilayah operasinya adalah di regio atas dari perut sehingga tidak mungkin
dilakukan teknik anestesi spinal yang tidak boleh lebih tinggi dari L3-4.
Bila memakai teknik nafas spontan diperlukan obat anestesi banyak yang
dapat mendepresi pernafasan dan jantung (hipotensi, bradikardi, nafas dangkal).
Untuk mencegah pemakaian obat yang banyak pada operasi yang memerlukan
otot lemas atau relaksasi sebaiknya digunakan teknik nafas kendali dengan
memberikan obat pelemas otot jangka panjang. Dengan cara ini dicapai relaksasi
otot yang baik tanpa menggunakan anestetika yang banyak dan menghindarkan
anestesi yang terlalu dalam.
Setelah dipasang jalur intravena dengan cairan RL (ringer Laktat) sebagai
loading mulai dimasukkan obat-obat premedikasi Midazolam 2 mg + fentanyl 150
mcg sebagai analgetik opioid, propofol 100 mg sebagai obat induksi anestesia,
muscle relaksan dengan golongan non-depolarisasi jenis intermediete acting yaitu
atrakurium dosis 40 mg, sebagai obat anestesi diberikan isofluran 2 % vol dengan
tambahan O2 dan N2O dengan perbandingan 2:2.
33
BAB VI
KESIMPULAN
Sebelum melakukan pembedahan elektif, pasien harus disiapkan supaya
berada dalam keaadaan bugar. Oleh karena itu, pembedahan elektif boleh ditunda
tanpa batas waktu tetapi sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak perlu
harus dihindari. Pasien tergolong ASA II.
Pada operasi ini, digunakan anestesi umum dengan pemasangan ETT nafas
terkendali supaya memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam
kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta
mencegah terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit semasa
operasi. Tehnik anestesi ini dapat juga digunakan untuk operasi dengan durasi
yang lama dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk mempertahankan jalan nafas
bebas dengan sungkup muka.
Sejak insisi pertama kali dilakukan hinggga jahitan terakhir telah tercapai
trias anestesia dengan pemberian obat-obatan anestesi seperti : midazolam sebagai
hipnotik sedatif, fentanyl sebagai analgesik, atracurium sebagai relaksan, propofol
sebagai induksi, dan isofluran sebagai obat anestesi inhalasi dan juga sebagai
maintanance anestesia bekerja dengan baik.
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery
room. Pasien segera diperiksa nilai kesadarannya menggunakan Aldrette score.
Penilaian tersebut mencakup penilaian terhadap kesadaran, warna kulit, aktivitas,
kardiovaskuler dan respirasi. Pasien ini mendapat nilai 8/10 pada 15 menit
pertama dan 15 menit selanjut nya 10/10 yang berarti pasien dapat dipindahkan
ke ruang perawatan.
Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan dengan persiapan yang baik
dan tepat dengan dimulainya praanestesi, premedikasi, pemilihan teknik anestesi,
pemilihan obat-obatan anestesi serta melakukan pengawasan tanda-tanda vital
selama operasi dan tindakan pasca operasi.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi
kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.
3. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology.3rd ed. Appleton &
Lange Stamford 2002; 110-125
4. Miller RD. Anesthesia 5th ed Churchill Livingstone Philadelphia.2000;
1585-1610.
35