Anda di halaman 1dari 35

PRANATA MANAJEMEN PEMBANGUNAN

AMDAL UNTUK
PERENCANAAN RUMAH
SAKIT

Disusun Oleh:
KELOMPOK 11 / KELAS B
REDISYA GILANG P.
105060500111036
SONA MAHARAHMI
105060500111061
SALMAN ALFARISI
105060507111026
SAVRIA VILIA ROZA
105060503111004
M. SYARIF HIDAYATULLAH
105060507111015

DOSEN PENGAMPU : BETA SURYOKUSUMO S.,


ST.,MT.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan Pranata dan Manajemen Pembangunan ini
dengan baik.
Makalah mengenai Amdal untuk perencanaan rumah sakit ini kami
buat

untuk melengkapi

tugas

mata

kuliah

Pranata

Manajemen

Pembangunan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit


hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini berkat bantuan dari semua pihak, oleh
karena

itu

kami

Suryokusumo.

mengucapkan
selaku

terima

dosen

kasih

pengampu

kepada
Pranata

Bapak

Beta

Manajemen

Pembangunan kelas B.
Kami sangat berharap makalah ini bisa berguna bagi kita semua dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya
dalam bidang arsitektur.
Kami menyadari makalah ini belum sempurna, masih banyak
kekurangan

dan

kesalahan.

Oleh

karena

itu,

kami

mengharapkan

kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya


kami ucapkan terimakasih.

Malang, 20 Juni 2012

Kelompok 11

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...........................................................................
.......................................... 1
DAFTAR
ISI .........................................................................................
..........................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1

LATAR

BELAKANG........................
............... 3
1.2 TUJUAN
PENULISAN..........................
............. 3
1.3 MANFAAT
PENULISAN.............................
.........

BAB II ISI
2.1

PENGEERTIAN

AMDAL .......................................................................................
....

5
2.2

MANFAAT

AMDAL .......................................................................................
.............
2.3

6
PENYUSUNAN

KEGIATAN ...................................................................................
...

2.4

PELAKU

KEGIATAN ...................................................................................
..............

2.5

SISTEMATIKA

LAPORAN ...................................................................................
... 16
2.6

PENATALAKSANAAN

AMDAL

RUMAH

SAKIT ................................................ 17
2.7

UKL

DAN

UPL ............................................................................................
............... 20
2.8

KAITAN

AMDAL

LINGKUNGAN .............................

DENGAN

DOKUMEN/KAJIAN

20

BAB III DASAR HUKUM DAN PERATURAN DALAM MENYUSUN

ANALISIS MENGENAI DAMPAK


LINGKUNGAN .....................................................................
........................ 22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka


Panjang kedua adalah pembangunan berwawasan lingkungan,
sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup. Dalam setiap pembangunan akan ada
berbagai

usaha

atau

kegiatan

yang

pada

dasarnya

akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu


perlu dijaga keserasian antar usaha/kegiatan tersebut dengan
menganalisa dari sejak awal perencanaannya.
Dengan demikian langkah pengendalian dampak negatif
dapat dipersiapkan sedini mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu
hasil pembangunan dan upaya penunjang pembangunan dalam
bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat
berkumpulnya

orang

sakit

memungkinkan

terjadinya

maupun

pencemaran

orang

sehat

lingkungan,

yang

gangguan

kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu


telah

dilakukan

berbagai

lingkungan

Rumah

Sakit

lingkungan

(AMDAL).

upaya
yang

Kenyataan,

penanggulangan

dimulai
upaya

dari

analisa

tersebut

dampak
dampak

tidak

dapat

dilaksanakan karena berbagai kendala khususnya biaya.


Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahu n 1993 Tentang
Analisis Dampak Lingkungan, merupakan suatu terobosan baru
yang memungkinkan setiap Rumah Sakit yang terkena wajib AMDAL
(Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur ) dapat
melaksanakan dengan baik. Sedangkan bagi yang tidak wajib
AMDAL dapat melaksanakan
Rumah

Sakit

tetapi

masih

sesuai dengan situasi dan kondisi


memenuhi

persyaratan

sanitasi

lingkungan yang baik.


1.2 Tujuan Penulisan AMDAL
Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup.

Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup


yang akan terkena dampak besar dan penting
Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup.
1.3 Manfaat Penulisan AMDAL
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa maupun pelajar
untuk

menambah

pengetahuan

dan

wawasan

tentang

AMDAL

perencanaan rumah sakit. Manfaat lain dari penulisan makalah ini


adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan acuan untuk pembelajaran lebih
lanjut.

BAB II
AMDAL Dalam Penyusunan Perencanaan Rumah
Sakit
2.1 Pengertian Amdal
AMDAL adalah salah satu studi yang mengidentifikasi, memprediksi,
menginterpretasi dan mengkomunikasikan pengaruh dari suatu kegiatan
manusia terhadap lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 1993 dikenal istilah Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang
disingkat dengan AMDAL yang berarti hasil studi mengenai dampak
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,
yang

diperlukan

bagi

proses

pengambilan

keputusan.

Di

samping

pengertian tersebut, dewasa ini dikenal pengertian :


a) AMDAL Kegiatan Terpadu/Multi Sektor yaitu hasil studi mengenai dampak
penting kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup

dalam

satu

kesatuan

hamparan

ekosistem

dan

melibatkan

kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.


b) AMDAL Kawasan yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan
ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung
jawab.
c) AMDAL Regional yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan
ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai rencana umum
tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi
yang

bertanggung

jawab.

Bagi

kegiatan

yang

diragukan

dampak

pentingnya, dilakukan proses penapisan untuk memastikan apakah


kegiatan tersebut berdampak penting atau tidak. Bagi rencana kegiatan
yang

tidak

ada

dampak

pentingnya,

dalam

rangka

menunjang

pembangunan yang berwawasan lingkungan diharuskan melakukan upaya


pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).
AMDAL

merupakan

berturut-turut :

keseluruhan

proses

yang

meliputi

penyusunan

a) Kerangka Acuan bagi penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL).


b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
d) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Jadi pengertian AMDAL di sini dapat berarti proses studi dan dapat pula
berarti hasil studi. Dengan ditetapkannya PP 51 tahun 1993 tentang
AMDAL, tidak terdapat lagi ketentuan tentang AMDAL bagi kegiatan
yang sudah berjalan yang dikenal dengan SEMDAL. Namun demikian
bagi kegiatan bidang kesehatan yang semula ditetapkan wajib SEMDAL
tapi hingga saat ini belum membuat SEMDAL, Departemen Kesehatan
akan

mengeluarkan

ketentuan

khusus

yang

mewajibkan

pembuatan standard operating procedure pengelolaan dan pemantauan


lingkungan

yang

dituangkan

dalam

rencana

lingkungan dan rencana teknis pemantauan

teknis

pengelolaan

lingkungan, sebagai

pengganti kewajiban pembuatan SEMDAL. Dampak lingkungan adalah


perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pada
mulanya dampak lingkungan digambarkan sebagai adanya benturan
antara dua kepentingan yaitu kepentingan antara perlunya pelaksanaan
kegiatan dan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang
baik. Benturan kepentingan tersebut hanyalah mencerminkan adanya
dampak yang merugikan (negatif) saja. Dalam perkembangannya
kemudian, yang dianalisis bukan hanya dampak negatifnya saja tapi
juga dampak positif suatu kegiatan dengan bobot analisis yang sama.
Sedangkan dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Berkenaan dengan
dampak lingkungan suatu kegiatan ada dua hal pokok yang perlu
dipahami yaitu :
a) Dampak setiap kegiatan bersifat khas dan unik (site specific), artinya
dampak lingkungan suatu kegiatan hanya berlaku untuk ekosistem
tertentu dan kelompok sosial tertentu yang menghuni ruang dan waktu
tertentu. Asumsi ini berangkat dari suatu pengertian bahwa AMDAL hanya
terfokus

pada

ruang

tertentu

dan

kurun

waktu

tertentu

yang

dihipotesakan terkena dampak suatu kegiatan. Implikasi dari asumsi ini


adalah walaupun jenis kegiatannya sama, dampak yang ditimbulkan akan
berbeda bila berada di ruang yang berbeda.

b) Dampak suatu kegiatan bersifat kompleks. Asumsi ini berangkat dari


pengertian bahwa, setiap komponen lingkungan satu sama lain saling
terkait. Perubahan atau tekanan yang dialami oleh satu komponen
lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya. Hubungan sebab
akibat ini semakin sulit ditelusuri apabila dampak yang ditimbulkan pada
suatu komponen bersifat kumulatif dan baru tampak setelah kurun waktu
yang cukup lama. Implikasi hal ini adalah bahwa studi AMDAL harus
dilakukan secara lintas disiplin sesuai dengan karakteristik dampak yang
ditimbulkan. Jadi diperlukan spesialis yang mengkaji masing-masing
disiplin

dari

aspek

yang

terkait

dan

ahli

analisis

sistim

yang

mengintegrasikan hasil kajian para spesialis dalam kesatuan analisis.


2.2 Manfaat AMDAL
Telah disebutkan terdahulu bahwa AMDAL diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan suatu kegiatan. Ini berarti bahwa dokumen
AMDAL merupakan salah satu bahan pertimbangan, untuk menetapkan
apakah suatu kegiatan itu memungkinkan untuk dilaksanakan ditinjau dari
sudut kepentingan kelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian maka
AMDAL bermanfaat untuk :
a) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kualitas
lingkungan hidup yang melampaui ambang batas yang telah ditetapkan
ataupun yang tidak dapat ditolerir serta membahayakan kesehatan dan
keselamatan manusia.
b) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kegiatan
lainnya yang dapat menimbulkan pertentangan.
c) Memberikan masukan bagi studi kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi
sehingga

dapat

dilakukan

optimasi,

terutama

dalam

rangka

mengendalikan dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya.


d) Memberikan informasi sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang
perwujudan suatu rencana kegiatan, terutama informasi tentang sumber
daya yang diperlukan bagi kegiatan tersebut, seperti energi, tenaga
manusia, sarana dan prasarana angkutan dan sebagainya.
e) Pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan hasil pendugaan
dan

evaluasi

dampak

penyusunan AMDAL.

lingkungan

yang

dilakukan

dalam

proses

f) Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi penilaian


ataupun pengawasan pelaksana pengelolaan lingkungan.

2.3 Penyusun Kegiatan


Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat
meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun
dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli
di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan
AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
2.4

Pelaku Kegiatan
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai

AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai


AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan
di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola
lingkungan

hidup

Kabupaten/Kota.

Unsur

pemerintah

lainnya

yang

berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan


terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan
Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota. Pemrakarsa
adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha

dan/atau

kegiatan

yang

akan

dilaksanakan.

Masyarakat

yang

berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk


keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian
pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang
dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan
menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
Langkah-Langkah Dalam Studi AMDAL

Sesuai dengan definisi lingkungan yang berlaku di Indonesia (Undangundang No. 4 Tahun 1982) komponen lingkungan yang ditelaah dalam studi
AMDAL bagi suatu kegiatan meliputi komponen lingkungan fisik kimia,
komponen lingkungan hayati dan komponen sosial ekonomi dan sosial
budaya. Secara umum langkah-langkah pelaksanaan studi AMDAL secara
berurutan dapat digambarkan pada diagram alir sebagai berikut :

Diagram Alir Studi AMDAL

Langkah-langkah

yang

digambarkan

dalam

menggambarkan bentuk dokumen yang akan

diagram

tersebut

tidak

dihasilkan seperti yang

dimaksud dalam pengertian AMDAL menurut Peraturan Pemerintah No. 51


tahun 1993. Langkah-langkah yang selanjutnya akan diuraikan di bawah ini
lebih menjelaskan urutan pekerjaan studi AMDAL sejak persiapan studi
sampai langkah dari studi AMDAL yaitu evaluasi dampak lingkungan dan
alternatif pengelolaannya.
1) Langkah pertama : Persiapan meliputi :
a) Pembentukan Tim Penyusun.
b) Pemahaman mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan AMDAL, pedoman-pedoman, baku mutu lingkungan, rencana
kegiatan yang akan dikaji.
c) Pengenalan keadaan umum lokasi kegiatan (pra survai).
d) Penentuan ruang lingkup studi (scoping).
e) Penyusunan rencana kerja/usulan teknis.
2) Langkah kedua : Pengumpulan dan penyusunan informasi mengenai
kegiatan yang akan dikaji (pemerian kegiatan), sekurang-kurangnya
memuat :
a) Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan.
b) Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan.
c) Lokasi kegiatan.
d) Hasil (output) dan umur kegiatan.

e) Uraian kegiatan mulai dari fase persiapan sampai operasi.


f) Perkiraan biaya.
g) Rencana operasional atau alur proses kegiatan.
h) Rincian mengenai limbah kegiatan.
i) Uraian tentang sistim pengelolaan limbah.
3) Langkah ketiga : Penentuan rona lingkungan awal dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan fisik, biologis, dan sosial
di wilayah yang diperkirakan terkena dampak kegiatan, meliputi kegiatan :
a) Menetapkan komponen lingkungan yang akan dikaji.
b)

Menetapkan

metodologi

pengukuran

setiap

komponen

lingkungan

termasuk sampling system dan sampling site-nya.


c) Menyusun daftar isian dan panduan-panduannya.
d) Menetapkan cara pengolahan dan analisa data.
e) Persiapan peralatan dan bahan-bahan.
f)

Pelaksanaan

pengukuran/penelitian

di

lapangan

dan

analisis

di

laboratorium.
g) Pengolahan, analisis dan penyusunan hasil.
4) Langkah keempat :
a) Identifikasi dampak yaitu mengidentifikasi komponen lingkungan yang
mungkin terkena dampak rencana kegiatan/komponen kegiatan.
b)

Pendugaan

dampak

lingkungan

yaitu

memproyeksikan

perubahan

komponen lingkungan yang mungkin terjadi akibat dilaksanakannya


rencana kegiatan.
5)

Langkah

kelima

Evaluasi

dampak

lingkungan

dan

alternative

pengelolaannya, meliputi :
a) Penentuan hubungan sebab akibat antara komponen rencana kegiatan dan
komponen lingkungan dengan dampak yang mungkin ditimbulkan.
b) Uraian alternatif pengelolaan dampak lingkungan.
Dari langkah-langkah tersebut kemudian disusun laporan hasil studi yang
berbentuk beberapa dokumen yang meliputi : KA ANDAL, ANDAL, serta
RKL/RPL.

Diagram alir penyampaian dokumen AMDAL terlampir


Diagram 2.
Alur Pemrosesan Dokumen AMDAL Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993, laporan hasil


studi AMDAL harus disusun dalam bentuk dokumen sebagai berikut :
2.4.1 Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
2.4.2 Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Contoh Analisis Dampak Lingkungan Rumah Sakit :
ANALISIS ANDAL PADA RUMAH SAKIT
1. Lingkungan
a. Lingkungan Rumah Sakit harus mempunyai batas yang jelas
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tida memungkinkan orang
atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
b. Lingkungan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup
c. Tidak becek, tidak berdebu dan tidak terdapat genangan air serta
dibuat landai menuju kesaluran terbuka/tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuaikan terhadap luas halaman.
d. Saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung
dengan sistem pengolahan air limbah
e. Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat
tertentu harus tersedia tempat pengumpul sampah pada setiap
radius 20 meter.
2. Ruang dan Bangunan
Ruang dan bangunan harus dalam keadaan bersih dan mudah
dibersihkan, tersedia tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya
serta tersedia fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang
perawatan dan ruang isolasi sebagai berikut:
a. Ruang bayi:
1) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur
b. Ruang Dewasa
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur
Ruang dan bangunan harus bebas dari gangguan serangga, binatang
pengerat dan binatang penganggu lainnya. Lantai harus selalu bersih,
tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi 0-5 kuman/cm2 dan untuk
ruang perawata 5-10 kuman/cm2. Mutu udara memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

a. tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak)


b. kadar debu tidak melampaui 150 ug/m3 udara dalam pengukuran
rata-rata 24 jam
c. Angka kuman
1) Ruang operasi kurang dari 350 koloni/m3 udara dan bebas
kuman pathogen alpha streptococus haemolitius) dan spora gasn
gangren
2) Ruang perawatan isolasi kurang dari 700 koloni/m3 udara dan
bebas kuman pathogen alpha streptococus haemolitius)
d. Kadar gas dan bahan berbahaya
Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi
konsentrasi, maksimum
e. Suhu dan kelembaban, kebisingan dan pencahayaan harus sesuai
dengan peraturan
3. Fasilitas Sanitasi
A. Fasilitas penyediaan air
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tempat tidur/hari
3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan
yang membutuhkan secara berkesinambungan
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar
harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan
tekanan positif
B. Fasilitas toilet dan kamar mandi
1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan
3) Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban,
peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk
unit rawat inap da kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi
dengan penahan bau (water seal)
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung
dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya
6) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan
udara luar

7) Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah


8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus
terpisah
9) Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet
pengunjung
10) Toilet pengunjung harus terletak ditempat yag mudah
terjangkau dan ada petunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk
memelihara kebersihan
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
13) Tersedia toilet pengunjung dengan perbandingan 1 toilet
untuk 1-40 pengunjung wanita, 1 toilet untuk 1-60 pengunjung
pria.
C. Fasilitas pembuangan sampah/limbah padat
1) Tempat pengumpul sampah
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya
b) Mempunyai tutup yag mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
c) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau
setiap radius 10 meter dan setiap radius 20 meter pada
ruang tunggu terbuka
d) Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong
plastik sebagai pembungkus sampah dengan lambang dan
warna sebagai berikut:
(1) Warna merah, untuk kategori radioaktif
(2) Warna kuning, untuk kategori infeksius
(3) Warga ungu, untuk citotoksis
(4) Warna hitam, untuk umum
e) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari
sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah
f) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori
infeksius (plastik kuning) dan sampak citotoksis (plastik

ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah


dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali
2) Tempat penampungan sampah sementara
a) Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak
permanen
b) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut sampah
c) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali
24 jam
3) Tempat pembuangan sampah akhir
a) Sampah radio aktif dibuang sesuai dengan persyaratan
teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b) Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui
incinerator pada suhu di atas 1000 o C
c) Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir yang dikelola oleh PEMDA, atau
badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku
d) Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, bila
tidak memungkinkan supaya dimusnahkan melalui
incinerator pada suhu di atas 1000 o C
e) Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan
ekonomis supaya di daur ulang, bila tidak supaya
pembuangannya dikonsultasikan terlebih dahulu ke instansi
yang berwenang
D. Fasilitas Pembuangan Limbah
1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem
saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan
lancar
2) Rumah Sakit harus memiliki unit pengelolaan limbah sendiri
atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di
sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum
ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan
3) Kualitas limnbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke

lingkungan harus memenuhi persyaratan Baku Mutu effluent


sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
E. Fasilitas pembuangan gas buagan (emisi)
1) Rumah sakit harus memiliki sarana pengendalian gas
buangan (emisi)
2) Gas buangan yang dibuang ke dalam lingkungan harus
memenuhi Baku Mutu Emisi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku
F. Fasilitas pengendalian serangga dan tikus
1) Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang
dapat mencegah masuknya serangga atau tikus.
2) Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
3) Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup.
G. Fasilitas Sanitasi lainnya
1) Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni,
muntahan dan lain-lain, (Spoelhok) yang terbuat dari logam
tahan karat pada setiap unit perawatan.
2) Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan
kebersihan pada setiap unit perawatan.
2.4.3 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
2.4.4 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

2.5 Sistimatika Laporan


Berikut ini akan diuraikan secara singkat butir-butir yang harus tercantum
dalam setiap dokumen dan beberapa hal penting yang harus ada pada
setiap dokumen.
a) Kerangka Acuan ANDAL
Sesuai dengan pedoman teknis Kerangka Acuan ANDAL harus disusun dengan
sistimatika sebagai berikut :
1) Pendahuluan
2) Tujuan studi
3) Ruang lingkup studi
4) Metodologi
5) Tim studi ANDAL
6) Biaya

7) Waktu pelaksanaan
8) Daftar pustaka.
b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Sesuai dengan pedoman teknis secara sistimatis dokumen ANDAL
rumah sakit harus memuat uraian tentang :
Ringkasan:
1) Pendahuluan
2) Dasar pembangunan rumah sakit
3) Rencana rumah sakit
4) Rona lingkungan hidup awal
5) Perkiraan dampak penting
6) Evaluasi dampak penting
7) Kepustakaan
8) Lampiran
Laporan hasil studi ANDAL harus disusun berdasarkan Kerangka Acuan
yang telah ditetapkan oleh Komisi. Untuk hal-hal yang bersifat
sangat rahasia dan tidak mungkin
diungkapkan dalam laporan misalnya menyangkut rahasia yang
dipatenkan harus diberikan catatan tersendiri dan hal ini dituangkan
dalam ringkasan ANDAL.
c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL). Sesuai dengan pedoman teknis RKL dan RPL
harus disusun dengan sistimatika sebagai berikut :
RKL :
1) Identitas pemrakarsa
2) Uraian kegiatan
3) Tujuan, kegunaan, ruang lingkup, dan pendekatan pengelolaan lingkungan
4) Rencana pengelolaan lingkungan
5) Kepustakaan.
RPL:
1) Identitas pemrakarsa
2) Uraian kegiatan
3) Tujuan, kegunaan, dan alternatif pemantauan lingkungan
4) Uraian rencana pemantauan lingkungan
5) Kepustakaan.

Uraian yang disajikan dalam laporan RKL dan RPL harus dapat
mengungkap secara jelas tentang apa, bagaimana, dimana, siapa,
dan

kapan

pengelolaan

dan

pemantauan

lingkungan

akan

dilakukan. Perlu diingat bahwa dokumen RKL dan RPL termasuk


dokumen yuridis yang menjadi pegangan semua pihak yang terlibat
dalam

pelaksanaan,

pemantauan,

evaluasi,

dan

pengawasan

pelaksanaan RKL dan RPL.


2.6 Penatalaksanaan AMDAL Rumah Sakit
2.6.1 Organisasi
Sesuai dengan PP 51 tahun 1993, satuan kerja yang bertanggung
jawab dalam penatalaksanaan AMDAL adalah Komisi AMDAL Bidang
Kesehatan yang berstatus pusat (perijinan atau pemilikannya) adalah
Komisi

AMDAL

ditetapkan

Pusat
dalam

Departemen
Keputusan

Kesehatan

yang

Menteri

pembentukannya
Kesehatan

No.

041/MENKES/SK/I/1989 , dan telah diperbaharui dengan Surat Keputusan


Menteri Kesehatan No.280/MENKES/SK/I/1993 . Dalam rangka pelaksanaan
PP 51 tahun 1993 keanggotaan Komisi AMDAL Departemen Kesehatan akan
ditambah dengan wakil-wakil dari Badan Pertanahan Nasional dan Badan
Koordinasi Penanaman Modal. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi
AMDAL Departemen Kesehatan melakukan hubungan kerja dengan instansi
yang bertanggung jawab dalam Rumah Sakit dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik. Hubungan kerja tersebut lebih lanjut akan
diuraikan dalam tata cara penyampaian dokumen AMDAL Rumah Sakit.
Komisi

AMDAL

Departemen

Kesehatan

diketuai

oleh

Direktur

Jenderal PPM PLP dengan pertimbangan bahwa urusan pengelolaan


lingkungan secara fungsional menjadi tanggung jawab Direktur Jenderal
PPM PLP. Adapun anggota Komisi AMDAL Departemen Kesehatan terdiri
dari pejabat di lingkungan unit utama Departemen Kesehatan yang tugas
pokoknya berkaitan dengan pengelolaan lingkungan maupun
berkaitan dengan kegiatan bidang kesehatan yang wajib AMDAL. Para
pejabat tersebut terdiri dari :
1) Kepala Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan (sebagai Wakil Ketua Komisi)
2) Kepala Pusat Data Kesehatan (sebagai Sekretaris Komisi)
3) Kepala Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman
4) Kepala Direktorat Penyehatan Air

5) Kepala Direktorat Pemberantasan Bersumber Binatang


6) Kepala Direktorat Pengawasan Obat dan Bahan Berbahaya
7) Kepala Direktorat Pengawasan Obat
8) Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional
9) Kepala Direktorat Instalasi Medik
10) Kepala Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
11) Kepala Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta
12) Kepala Direktorat Bina Peranserta Masyarakat
13) Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Dep.Kes.
14) Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan
15) Wakil dari Departemen Dalam Negeri
16) Wakil dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kantor Menteri
Negara KLH
17) Wakil dari Badan Pertanahan Nasional
18) Wakil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
2.6.2 Tugas Komisi AMDAL
Adapun tugas Komisi AMDAL Departemen Kesehatan adalah :
a) Menyusun Pedoman Teknis Pembuatan AMDAL.
b) Menetapkan Kerangka Acuan bagi pembuatan ANDAL.
c) Menilai ANDAL.
d) Menilai RKL dan RPL.
e) Memberikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan berdasarkan hasil
penilaian AMDAL.
f) Membantu menyelesaikan diterbitkannya surat keputusan tentang AMDAL.
g) Memberikan bimbingan kepada Komisi Daerah.
h) Menilai rencana teknis pengelolaan lingkungan dan rencana teknis
pemantauan lingkungan.
Untuk membantu pelaksanaan penilaian AMDAL, Komisi AMDAL dibantu
oleh Tim Teknis AMDAL yang anggotanya terdiri dari tenaga-tenaga
yang berkualifikasi AMDAL B yang berasal dari unit kerja di
lingkungan Departemen Kesehatan yang terkait dengan AMDAL.
2.6.3. Tata Cara Penyampaian Dokumen AMDAL Rumah Sakit
1) Dokumen Kerangka Acuan (KA).

Dokumen KA ANDAL disampaikan oleh pemrakarsa kepada Komisi AMDAL

Departemen Kesehatan
Komisi AMDAL setelah membahas Kerangka Acuan tersebut memberikan
tanggapan

dan

komentar

tertulis

terhadap

KA

tersebut

dan

menyampaikannya kembali kepada pemrakarsa selambat-lambatnya 12 hari


seiak dokumen tersebut diterima oleh Komisi AMDAL.
2) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
5

ANDAL, RKL dan RPL diajukan sekaligus oleh pemrakarsa kepada Direktur

Jenderal Pelayanan Medik.


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik memberikan bukti penerimaan dokumendokumen tersebut kepada pemrakarsa dengan mencantumkan tanggal

penerimaan.
Dokumen tersebut diteruskan kepada Komisi AMDAL Departemen Kesehatan

untuk kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian.


Berdasarkan hasil penilaian Komisi terhadap dokumen-dokumen tersebut,
Direktur Jenderal Yanmed menetapkan keputusan tentang dokumen tersebut
selambat-lambatnya 45 hari sejak tanggal pengajuan.
1. Apabila keputusan tersebut berupa penolakan karena dokumendokumen tersebut dinilai belum memenuhi persyaratan maka dokumen
tersebut harus diajukan kembali kepada Dirjen Yanmed, dan selambatlambatnya 30 hari sejak pengajuan kembali harus sudah dikeluarkan
keputusan
2.

atas

dokumen-

dokumen

tersebut

berdasarkan

hasil

penilaian Komisi AMDAL.


Apabila hasil penilaian menyimpulkan bahwa dampak negatif tidak
dapat ditanggulangi berdasarkan IPTEK dan biaya penanggulangan
dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan hasil dampak
positifnya,

maka

Dirjen

Yanmed

memutuskan

menolak

rencana

kegiatan rumah sakit


3. Pengajuan keberatan atas keputusan dapat disampaikan kepada
Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Bapedal selambatlambatnya 14 hari sejak diterimanya keputusan penolakan.
4. Menteri Kesehatan akan memberikan keputusan terhadap pengajuan
keberatan tersebut setelah mendapat pertimbangan dari Bapedal
selambat-lambatnya 30 hari sejak diterima pengajuan tersebut dan
keputusan ini merupakan keputusan terakhir.
2.7 UKL dan UPL
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan

dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau


kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan
menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi
yang tersedia. UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan
hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin
melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :

Identitas pemrakarsa

Rencana Usaha dan/atau kegiatan

Dampak Lingkungan yang akan terjadi

Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan

lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi


pada satu wilayah kabupaten/kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan

lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari


satu Kabupaten/Kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan

lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk


kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas
Negara
2.8 Kaitan AMDAL dengan Dokumen/Kajian Lingkungan
2.8.1 AMDAL dan UKL-UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak
lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH

17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi


dalam pengelolaan limbahnya.
2.8.2 AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi
peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan
tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini
kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang
Pedoman

Pelaksanaan

Audit

Lingkungan

yang

Diwajibkan.

Audit

Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik,


dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban
lainnya

kecuali

terdapat

kondisi-kondisi

khusus

yang

aturan

dan

kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan


dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun
Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.
2.8.3 AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki
untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat
melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat
pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit
Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum
pelaksanaan

Audit

Lingkungan.

Penerapan

perangkat

pengelolaan

lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL tidak


secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan
dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat
didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat
membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus
dapat "memperbaiki" ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen
AMDAL. Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacammacam

dan

sangat

berguna

bagi

pemrakarsa,

termasuk

dalam

melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumendokumen

tersebut

antara

lain

adalah

Audit

Lingkungan

Sukarela,

dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen


yang dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis,
dan lainnya.

BAB III
DASAR HUKUM DAN PERATURAN DALAM MENYUSUN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
No

Materi

PP 29/1986

PP 51/1993

.
1.

Kegiatan Wajib AMDAL

Pasal 2 ayat (2) :

Pasal 2 ayat (3) :

(Penapisan)

Ditetapkan oleh Menteri/

Ditetapkan Menteri

Pimpinan LPND yang

LH/

membidangi........dst

Kepala BAPEDAL
setelah mendengar
dan
memperhatikan
saran
dan pendapat
instansi
yang bertanggung
jawab.
Pasal 2 ayat (4) :
Penapisan kegiatan
ditinjau secara
berkala
sekurang-kurangnya
sekali dalam 5 (lima)

2.

Kaitan antara AMDAL

Pasal 5 :

tahun.
Pasal 5:

dengan Perizinan

Keputusan tentang

Pemberian izin usaha

pemberian izin terhadap

dan kegiatan oleh

rencana kegiatan oleh

instansi yang

instansi yang

berwenang untuk

berwenang

jenis kegiatan

di bidang perizinan

sebagaimana

hanya dapat diberikan

dimaksud dalam

setelah adanya

Pasal 2 hanya dapat

keputusan

diberikan setelah

persetujuan atas RKU

adanya pelaksanaan

RPL

rencana
pengelolaan
lingkungan
dan rencana
pemantauan
lingkungan yang
telah disetujui oleh
instansi yang

3.

Kedudukan dan AMDAL

Pasal 6:

bertanggung jawab.
Pasal 6:

ayat (1) : AMDAL

ayat (1) : AMDAL

merupakan komponen

merupakan bagian

studi kelayakan rencana

kegiatan studi

kegiatan

kelayakan rencana
usaha dan kegiatan
ayat (2) : Hasil studi
AMDAL digunakan
sebagai bahan
perencanaan
pembangunan

4.

Lama waktu penilaian

Pasal 10 : PIL = 30 hari

wilayah.
PIL dihilangkan

AMDAL (Putusan

Pasal 12 : KA = 30 hari

Pasal 7 :

persetujuan)

Pasal 16 : ANDAL =

- KA hanya perlu

90 hari

tanggapan tertulis

Pasal 19 : RKL = 30 hari

dari

Pasal 20 : RPL = 30 hari

komisi
- Batas waktu
tanggapan tertulis KA
sejak diterima oleh
Komisi adalah 12 hari
Pasal 10 :
Batas waktu

penetapan
ANDAL, RKL/RPL
sejak diterima oleh
5.

AMDAL

Kegiatan Terpadu

Komisi adalah 45 hari


Pasal 12:
Kegiatan
- Bagi kegiatan yang
Terpadu saling
terkait, berada dalam
satu ekosistem dan
dimiliki oleh satu
Pemrakarsa Pedoman
teknis, penilaian dan
persetujuan oleh
instansi yang ditugasi
mengendalikan
dampak lingkungan
Komisi AMDAL
Terpadu merupakan
komisi gabungan
yang ditetapkan oleh
Menteri LH/Kepala

6.

AMDAL Kawasan

BAPEDAL.
Pasal 13:
-berada dalam
kawasan sesuai
peraturan
perundangan
-Pedoman teknis,
penilaian dan
persetujuan oleh
instansi yang

7.

AMDAL Regional

bertanggung jawab
Pasal 14:
Amdal regional akan
diatur lebih lanjut
dengan keputusan
Menteri LH/Kepala
Bapedal

8.

Kadaluwarsa persetujuan

Pasal 21:

Pasal 15:

AMDAL

Kadaluwarsa, apabila

Kadaluwarsa, apabila

dalam 5 (lima) tahun

dalam 3 (tiga) tahun

rencana kegiatan tidak

rencana kegiatan

dilaksanakan

tidak
dilaksanakan.

9.

Komisi:

Pasal 23

Hanya ada 2, yaitu :

Komisi Pusat

- Komisi AMDAL Pusat

Komisi Daerah

- Komisi AMDAL
Daerah
Pasal 17
18 : (tetap)
Keanggotaan komisi
ditambahkan unsur
BPN, BKPM sebagai
anggota tetap dan
LSM sebagai anggota
tidak tetap.

10.

Pembinaan

Pasal 30:

Lisensi dihilangkan
Pasal 20 :

Pengawasan

Pendidikan,

Kualifikasi penyusun

pelatihan,

AMDAL dengan pem-

penelitian, dan

berian lisensi ... dst.

pengembangan
AMDAL
diselenggarakan
dengan koordinasi

11.

Pengawasan

Pasal 31, 32, 33

BAPEDAL.
Pasal 22 25
Setiap rencana
usaha/
kegiatan wajib
diumumkan oleh
instansi yang
bertanggung jawab
Dokumen AMDAL
bersifat terbuka
untuk
umurn
- Peran serta

masyarakat dalam
bentuk saran dan
pemikiran (lisan atau
tertulis) kepada
Komisi sebelum
dokumen AMDAL
disetujui BAPEDAL
menggunakan
dokumen
AMDAL sebagai
bahan penguji hasil
pemantauan
BAPEDAL dapat
melakukan koordinasi
dalam pengawasan

Adapun Undang-Undang dan Peraturan lain yang terkait, yaitu :


1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen

LH

No.

13/MENLH/3/

1994

tentang

Pedoman

Susunan

Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL


6. KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL
Terpadu
8. KepMen LH No. 42/MENLH/1 1/ 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Audit Lingkungan
9. KepMen LH No. 54/MENLH/1 1/ 1995 tentang Pembentukan Komisi AMDAL
Terpadu/ Multisektor dan Regional
10.KepMen LH No. 55/MENLH/1 1/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Regional

11.KepMen LH No. 57/MENLH/12/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Usaha atau Kegiatan Terpadu/Multisektor
12.KepMen LH No. 02/MENLH/1/ 1998 tentang Penetapan Pedoman Baku Mutu
Lingkungan
13.Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

86 Tahun 2002

tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
14.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
15.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentan
Pedoman penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan hidup
16.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum memiliki
dokumen lingkungan hidup
17.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007 Tentang
Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak Memillki Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup
18.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
19.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
20.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21.KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan
Dokumen Pengelolaan Lingkungan
22.KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Audit Lingkungan
23.KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen AMDAL
24.KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan PembangunanPermukiman Terpadu
25.KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah
26.KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi Penilai
AMDAL

27.KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi


Penilai AMDAL Kabupaten/Kota
28.KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi
Penilai Tim Teknis AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29.KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL
30.KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
31.KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan Hidup Yang diwajibkan
32.KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33.Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

92/MENKES/PER/IV/2010 TentangPersyaratan Kualitas Air Minum


34.PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian
Pencemaran Air
35.KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih
(PROKASIH)
36.KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian
Kinerja Perusahaan/ Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran di
Lingkup Kegiatan PROKASIH (Proper Prokasih)
37.KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit
38.KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara
Perizinan Pemanfaatan Air
39.KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
40.KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
41.KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air
atau Sumber Air
42.KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
43.KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang
Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
44.KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air

45.KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111
Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
46.Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47.UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
48.PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
49.PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
50.PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51.Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
AMDAL Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non Reaktor
52.Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di
Lingkungan
53.PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut.
54.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55.Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi kompetensi penyusun dokumen analisis
mengenai Dampak lingkungan hidup dan persyaratan lembaga pelatihan
Kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak Lingkungan
hidup
57.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun
tentang

Pedoman

Umum

Standardisasi

Kompetensi

Personil

2006
dan

Lembaga Jasa Lingkungan


58.Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan.
59.PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan

60.KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan Lingkungan


Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61.Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.
08 & 22 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengendali Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya
62.KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan
Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63.KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup di PropinsiKabupaten/Kota.
64.Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
65.Keputusan

Bersama

/SKB/M.PAN/4/2003

dan

Men

PAN

Nomor

17

dan

Mendagri

Tahun

2003

Nomor
tentang

01

Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman


Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.
66.Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
67.KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
68.KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan
Untuk Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69.KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali
Dampak Lingkungan.
70.KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Lingkungan Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71.UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72.UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
73.KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan
Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai