KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 6
BAB I ................................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 7
1.3 Tujuan................................................................................................................................... 8
BAB II................................................................................................................................ 10
INFORMASI LEMBAGA ............................................................................................... 10
2.1 Informasi Umum ................................................................................................................. 10
2.1.1 Sejarah Singkat Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
........................................................................................................................................ 10
2.1.2 Visi, Misi, Falsafah Dan Tujuan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) ............................................................................... 11
1
2.2.1 Instalasi Deteksi Faktor Risiko Penyakit .......................................................................... 14
3.5.9 COD.............................................................................................................................. 22
3.5.11 BOD............................................................................................................................ 22
2
3.5.18 Uji Sianida .................................................................................................................. 25
BAB IV .............................................................................................................................. 27
PELAKSANAAN KEGIATAN....................................................................................... 27
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL ................................................................................. 27
4.2.9 COD.............................................................................................................................. 34
4.2.10 BOD............................................................................................................................ 34
4.2.15 Logam Berat ( Fe, Mn, Cu, Cd, Ni, Zn, Cr total, Pb) ................................................. 37
BAB V ................................................................................................................................ 42
HASIL KEGIATAN ......................................................................................................... 42
5.1 Hasil Pengujian Pada Limbah Cair Industri Tekstil ............................................................ 42
3
5.2 Hasil Pengujian Limbah Cair Rumah Sakit ......................................................................... 44
5.4 Hasil Pengujian Limbah Cair Pada Air Badan Air .............................................................. 47
BAB VI .............................................................................................................................. 53
PENUTUP ......................................................................................................................... 53
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 53
1. Persentase Hasil Limbah Cair Industri Tekstil Yang Memenuhi Baku Mutu................. 57
2. Persentase Hasil Limbah Cair Rumah Sakit Yang Memenuhi Baku Mutu .................... 57
3. Persentase Hasil Limbah Cair Domestik (Hotel) Yang Memenuhi Baku Mutu ............. 57
4. Persentase Hasil Limbah Cair Pada Air Badan Air Yang Memenuhi Baku Mutu.......... 57
Lampiran 2. Gambar Kegiatan PKL di Laboratorium Kimia Fisika Limbah Cair BBTKLPP
Surabaya.............................................................................................................................. 58
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas sampel limbah cair yang diperoleh dari air limbah
industri tekstil?
2. Bagaimana kualitas sampel limbah cair yang diperoleh dari air limbah rumah
sakit?
3. Bagaimana kualitas sampel limbah cair yang diperoleh dari air limbah
domestik?
4. Bagaimana kualitas sampel limbah cair yang diperoleh dari air badan air?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1. Memenuhi salah satu tujuan perkuliahan, baik dalam teori maupun
aplikasinya di lapangan.
2. Mengembangkan mental bekerja di industri.
3. Melakukan observasi dan praktik kerja lapang sehingga dapat berpikir kritis
dan berwawasan luas mengenai aplikasi dalam dunia kerja.
4. Meningkatkan wawasan dan penugasan mahasiswa tentang kemajuan ilmu
kimia berbasis riset dan teknologi sebagai motivasi dan inspirasi dalam proses
belajar mengajar dilingkup perkuliahan.
5. Mengikuti dan berpartisipasi dalam perkembangan ilmiah melalui
perusahaan atau instansi terkait dalam bidang kimia.
1.3.2 Khusus
1. Mengetahui kualitas air limbah industri tekstil
2. Mengetahui kualitas air limbah rumah sakit
3. Mengetahui kualitas air limbah domestik
4. Mengetahui kualitas air badan air
8
dengan kenyataan yang ada di industri dan menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman di bidang kimia secara umum.
1. Melatih mahasiswa untuk bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat
IPTEK dan industri sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi
lapangan kerja.
2. Memperdalam dan meningkatkan kualitas, keterampilan dan kreativitas
pribadi mahasiswa.
3. Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi dan kondisi
lingkungan kerja.
4. Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja dalam
suatu perusahaan.
9
BAB II
INFORMASI LEMBAGA
10
143/Men.Kes/SK/IV/78, berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Depkes RI
1983 : BTKL Pos Surabaya berdiri, namun masih menjadi bagian BTKL
Yogyakarta. Pada periode ini digagas pembentukan BTKL di 7 wilayah regional
lain oleh Ir. Srijanto (Kepala Subdit Eektro Medik, Direktorat Instalasi
Kesehatan, Dirjen Yankes Depkes RI dan kepala BTKL Yogyakarta (1980-
1985).
1989 : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan di bawah Direktorat Jendral PPM
dan PLP Depkes RI sesuai dengan surat menkes No. 426/Menkes/SK/VI/89
tanggal 23 Juni 1989.
1993 : BTKL Pos Surabaya berubah nama menjadi BTKL Surabaya.
1999 : BTKL berada di 10 wilayah regional di seluruh indonesia, yaitu
Medan, Batam, Palembang, Jakarta, Yogyakarta,Surabaya, Banjarbaru,
Makassar, dan Ambon.
2004 : BTKL Surabaya berubah nama menjadi Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan pemberantasan penyakit menular (BBTKLPPM)
2012-kini : Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan pemberantasan
penyakit menular (BBTKLPPM) berubah nomenklatur menjadi Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian penyakit berdasarkan
Permenkes RI nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata
kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit.
2.1.2 Visi, Misi, Falsafah Dan Tujuan Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP)
1. Visi
Pusat Unggukan Regional Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan untuk Mendukung Tercapainya Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan.
1. Misi
11
a. Meningkatkan Kinerja Survilans berbasis laboratorium dengan fokus
deteksi dini faktor risiko dan respon cepat kejadian penyakit.
b. Meningkaykan kinerja kajian dan analisis dampak kesehatan dan sentra
pembangunan serta pembangunan serta kemampuan analisis risiko
kesehatan terhadap kawasan rawan pencemaran dan bencana.
c. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan daya dukung
laboratorium uji dan kalibrasi melalui pengembangan metode dan
manajemen mutu, untuk mempercepat upaya pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi tepat guna dengan
mengutamakan potensi sumber daya lokal berbasis bedaya masyarakat.
e. Mengembangkan jejaring kerja dan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan guna mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
f. Menciptakan tata kelola kepermintahan yang baik.
2. Tugas
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBBTKLPP) mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian
dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi,
pendidikan, dan pelatihan, pengembangan model teknologi tepat guna,
kewaspadaan dini dan penganggulangan KLB di bidang pengendalian penyakit
dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
3. Fungsi
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Pelaksanaan Laboratorium Rujukan
Pelaksanaan Pengembangan Model dan Teknologi Tepat Guna
Pelaksanaan Uji Kendali Mutu dan Kalibrasi
Pelaksanaan Penilaian dan Respon Cepat, Kewaspadaan Dini, dan
Penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana
12
Pelaksanaan Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Pelaksanaan Kajian dan Pengembangan Teknologi Pengendalian Penyakit,
Kesehatan Lingkungan, dan Kesehatan Matra
Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggan BBTKLPP
13
2.2 Dukungan Instalasi Dalam Pencapaian Kinerja BBTKLPP Surabaya
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
15
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Limbah tersebut kemungkinan besar
mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit
infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan sekitar Rumah Sakit (Rahmat dan
Anwar, 2018).
Pemerintah telah menetapkan peraturan-peraturan terkait hal tersebut yaitu
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah dan Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004,
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit serta Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999, tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Kusuma, dkk, 2017).
16
parameter kunci untuk air limbah domestik adalah BOD, COD, TSS, pH, serta
Lemak dan Minyak (Wirawan, dkk, 2014).
17
keasaman pada air tersebut digunakan untuk mengukur kandungan pH atau
kadar keasaman pada air mulai dari pH 0 sampai pH 14. Dimana pH
normal memiliki nilai 6.5 hingga 7.5 sementara bila nilai pH < 6.5
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat asam sedangkan nilai pH > 7.5
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa (Azmi, 2016). Metode
pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara
potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter.
18
korosivitas air sehingga kadar klorida di dalam air harus selalu rendah
(Rahmi, 2013).
Senyawa klorida dalam contoh uji air dapat dititrasi dengan larutan
perak nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 10), menggunakan
larutan indikator kalium kromat. Perak klorida diendapkan secara
kuantitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi, yang ditandai dengan muali
terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan.
Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut (Wulandari, 2017):
Saat sebelum titik ekuivalen
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3 –
Endapan putih
Saat setelah titik ekuivalen
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4(s) + NO3 –
Endapan merah bata
Perhitungan:
Hitung kadar klorida dalam contoh uji dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
(𝐴−𝐵)𝑥 𝑁 𝑥 35,450
Kadar Cl- (mg/l):
𝑉
Keterangan :
A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (ml)
B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)
N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrel/ml)
V adalah volume contoh uji (ml)
19
3.5.4 Uji Sulfat
Ion sulfat (SO42) dalam suasana asam akan membentuk suspensi putih
dengan BaCl2 dari BaSO4. Suspensi yang terbentuk dibandingkan dengan
standar yang telah diketahui kadarnya secara spektofotometri pada panjang
gelombang 420 nm.
Perhitungan:
Konsentrasi sulfat ( mg/L) = C x f
Keterangan:
C adalah konsentrasi contoh uji hasil pengukuran
F adalah faktor pengenceran
20
3.5.7 Uji Nitrat
Uji ini dilakukan untuk sampel yang mengandung sedikit senyawa
organik, air bersih, dan air limbah. Instrumen yang digunakan pada
pengujian kandungan nitrat adalah spektrofotometri UV-Vis dengan
panjang gelombang 220 nm. Uji nitrat akan menunjukkan adanya
kandungan bahan organik yang mengandung unsur N di dalam air atau air
limbah. Bahan organik ini dapat diperoleh dari limbah pertanian
(pemupukan) yang dilakukan pada persawahan sekitar sungai tersebut atau
limbah domestik (Hendrawati, dkk, 2017).
Keterangan:
C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
f adalah faktor pengenceran
21
3.5.9 COD
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah
oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L)
diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsorpsi
pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 600 nm.
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan salah satu parameter
dalam pengujian kualitas limbah cair. Jumlah oksidan Cr2O72- yang
bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000
mL contoh uji. Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen
kimiawi (COD) dalam air dan air limbah dengan reduksi Cr2O72- secara
spektrofotometri pada kisaran nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900
mg/L pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 600 nm (Greenberg,
et al. 2005).
3.5.11 BOD
BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis
(KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik
dalam air. Semakin tinggi kadar BOD yang diperoleh maka semakin buruk
kualitas limbah cair/air tersebut karena hal itu menunjukkan bahwa banyak
mikroorganisme yang hidup pada limbah cair/air tersebut.
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh
oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian
diinkubasi pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari. Nilai BOD dihitung
berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima)
hari.
22
3.5.11 Total Suspended Solid
Prinsip uji padatan tersuspensi total (TSS) adalah untuk menentukan
residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah
secara gravimetri. TSS merupakan materi atau bahan tersuspensi yang
menyebabkan kekeruhan air terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-
jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang
terbawa badan air (Rinawati, 2016). Bahwa nilai konsentrasi padatan
tersuspensi total yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesis
tumbuhan laut baik yang mikro maupun makro sehingga oksigen yang
dilepaskan tumbuhan menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan
menjadi mati (Sudarsono, 2016).
23
3.5.14 Total Dissolved Solid
TDS adalah jumlah material yang terlarut di dalam air. Material ini
dapat berupa karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium,
magnesium, natrium, ion-ion organik, senyawa koloid dan lain-lain
(Cahyani Harum, 2016). Cara uji untuk menentukan kadar padatan total
dalam air dan air limbah, termasuk padatan total yang menguap dan
padatan total yang terikat. Dalam pengujiannya, penimbangan padatan
total tidak boleh lebih dari 200 mg.
Keterangan:
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp= Faktor pengenceran
24
Senyawa fenol berperan sebagai metabolit dari senyawa benzena
sehingga dapat terdeteksi pada air limbah (Hudori, 2011). Senyawa ini
salah satu kontaminan yang berbahaya dalam limbah cair karena sifatnya
yang beracun (Setyaingtyas, dkk, 2018).
25
3.6 Tabel Acuan Metode Analisis
26
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Peralatan:
1. pH meter
2. pengaduk gelas
3. gelas piala 250 mL
4. kertas tissue
Bahan:
1. Larutan penyangga pH 4,004 (25˚C)
2. Larutan penyangga pH 6,863 (25˚C)
3. Larutan penyangga pH 10,014 (25˚C)
4. Sampel
5. Aquades
Prosedur Kerja:
1. Dilakukan kalibrasi alat pH meter dengan larutan penyangga dengan pH 6,863
setiap kali akan melakukan pengukuran
2. Dikeringkan dengan tissue dan bilas elektroda dengan aquades
3. Dicelupkan elektroda ke dalam sampel uji hingga pH meter menunjukkan
pembacaan angka yang konstan
4. Catat hasil pembacaan nilai pH berupa angka dari pH meter.
27
4.2.2 Uji Oksigen Terlarut
Peralatan:
1. Botol winkler
2. Erlenmeyer
3. Buret
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
Bahan:
1. Larutan MnSO4
2. Larutan alkali iodida azida
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan Na thiosulfat
5. Indikator amilum
28
Prosedur Kerja:
1. Masukkan contoh uji dalam botol winkler
2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml larutn alkali iodida-azide
3. Kocok dengan membolak balikkan botol beberapa kali
4. Biarkan sampai mengendap sempurna
5. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan kocok sampai endapan larut
6. Ambil 50 ml larutan tersebut masukkan dalam erlenmeyer 125ml dan titrasi
dengan Na thiosulfat 0,0025 N sampai berwarna kuning muda
7. Tambahkan 1-3 tetes indikator amilum (larutan berwarna biru)
8. Lanjutkan titrasi dengan Na thiosulfat sampai warna biru hilang pertama
9. Catat hasil titrasi dan ukur volume botol winkler yang digunakan untuk
konversi volume contoh uji yang dititrasi
10. Hitung konsentrasi DO dalam mg/dl
29
9. Larutan H2SO4 1N
10. Hidrogen peroksida (H2O2) 10%
Prosedur Kerja:
1. Persiapan contoh uji
a. Sediakan contoh uji sesuai dengan metode SNI 06-24212-1991
b. Gunakan volume contoh uji air maksimum 100 ml atau jumlah yang sesuai
dan diencerkan hingga volume 100 ml
c. Jika contoh uji berwarna pekat, tambahkan 3 ml suspensi Al(OH)3 aduk,
biarkan mengendap kemudian disaring
d. Jika contoh uji air mengandung sulfide, sulfit atau tiosulfat, tambahkan 1 ml
H2O2 30% dan aduk selama 1 menit.
e. Apabila contoh uji keruh, saring dengan kertas saring berukuran pori 0,45
um.
f. Jika pH tidak pada kisaran 7 sampai 10, atur dengan penambahan larutan
NaOH 1N atau H2SO4 1N.
2. Persiapan pengujian
Pembakuan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,0141 N
a. Pipet 25 ml larutan NaCl 0,0141 N, masukan ke dalam labu erlenmeyer 100
ml. Buat larutan blanko menggunakan 25 ml air suling
b. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah kecoklatan
d. Catat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk contoh uji dan blanko
e. Lakukan pengukuran duplo. Bila standard deviasi kadar klorida secara duplo
lebih besar dari 5% maka dilakukan titrasi yang ketiga
f. Catat volume AgNO3 yang digunakan kemudian dirata rata
3. Pengujian contoh uji
a. Gunakan 100 ml contoh uji secara duplo, masukan ke dalam labu erlenmeyer
250 ml. Buat larutan blanko
b. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5%
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Catat
volume AgNO3 yang digunakan
30
d. Lakukan titrasi blanko sperti prosedur diatas pada 100 ml air suling bebas
klorida (titrasi larutan blanko biasanya memerlukan 0,2 sampai 0,3 ml larutan
AgNO3)
e. Lakukan titrasi tersebut 3 kali dan rata ratakan volume AgNO3 yang
diperoleh
f. Buat spike matrix dengan cara sebagai berikut:
Ambil 95 ml contoh uji yang memiliki pH 7 sampai 10, tambahkan 5 ml larutan
baku natrium klorida 0,0141 N. Masukan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Lakukan
langkah kedua dan ketiga diatas
31
4.2.5 Belerang (H2S)
Peralatan:
1. Erlenmeyer
2. Gelas ukur
3. Pipet ukur
4. Pipet tetes
Bahan:
1. Larutan uji amin
2. Larutan FeCl3
Prosedur Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pipet 25ml contoh uji ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan 0,5 ml larutan uji amin
4. Tambahkan 3 tetes larutan FeCl3
5. Dihomogenkan dan diamati jika terjadi perubahan warna
Bahan:
1. Larutan asam sulfanilat
2. Larutan NED (N- (1-naphthyl) ethylene diamine)
Prosedur Kerja:
1. Pipet 25 ml contoh uji masukan ke dalam gelas piala 250 ml
2. Tambahkan 1 ml larutan sulfanilamide, kocok dan biarkan selama 2 sapai 8
menit
3. Tambahkan 1 ml larutan NED, kocok dan biarkan selama 10 menit dan
segera lakukan pembacaan (tidak boleh lebih dari 2 jam)
4. Catat pembacaan serapan contoh uji pada panjang gelombang 543 nm
5. Hitung kadar dalam mg/L sesuai kurva kalibrasi.
32
4.2.7 Uji Nitrat (NO3)
Peralatan:
1. Spektofotometer sinar tampak dengan kuvet silika
2. Neraca analitik
3. Alat-alat gelas
Bahan:
HCl 1 N
Prosedur Kerja:
1. Pipet 25 ml contoh uji masukan ke dalam gelas piala 250 ml
2. Tambahkan 1 ml larutan HCL 1 N, homogenkan
3. Segera baca pada spektofotometer
4. Catat pembacaan serapan contoh uji pada panjang gelombang 543 nm.
Bahan:
1. Larutan natrium nitroprusida
2. Larutan alkali sitrat (C6H5Na3O7)
3. Larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5%
4. Larutan pengoksida
5. Larutan fenol (C6H5OH)
6. Larutan induk amoniak 1000 mg N/L
33
Prosedur Kerja:
4.2.9 COD
Peralatan :
1. Tabung COD
2. Pipet ukur
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Alat COD reaktor
Bahan:
1. Larutan digestion
2. Larutan H2SO4 pekat pro COD
Prosedur Kerja:
1. Ambil 1,5 ml larutan digestion, masukkan kedalam tabung COD
2. Tambahkan 3,5 ml larutan H2SO4 pekat pro COD, homogenkan
3. Tambahkan 2,5ml contoh uji, homogenkan
4. Inkubasi pada alat COD reaktor selama 2 jam
5. Baca pada spektrofotometer
4.2.10 BOD
Peralatan:
1. Tabung winkler
2. Pipet ukur
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
Bahan:
1. Air suling
34
2. Buffer fosfat
3. Larutan FeCl3
4. Larutan CaCl2
5. Larutan MgSO4
Prosedur Kerja:
1. Siapkan larutan pengencer, tiap 1 L air suling lalu tambahkan 1ml buffer
fosfat, 1 ml FeCl3, 1 ml CaCl2 dan 1 ml MgSO4
2. Aerasi selama ± 2 jam
3. Encerkan contoh uji dengan larutan pengencer
4. Masukkan ke dalam 2 botol BOD
5. Periksa kadar DO nol hari dari salah satu botol BOD dengan metode Winkler
Modifikasi Azida
6. Satu botol diinkubasi selama 5 hari pada suhu 200 C
7. Setelah 5 hari periksa kadar DO 5 hari dari botol BOD kedua tersebut
8. Hitung konsentrasi BOD contoh uji (mg/l)
Prosedur Kerja:
1. Ambil 25 ml contoh uji
2. Masukkan kedalam kuvet
3. Baca pada spektrofotometer DR 2010 pada program 630 dengan panjang
gelombang 630 nm
4. Catat hasil yang tertera pada display alat dalam satuan mg/dl
35
Bahan:
1. Larutan indikator pp
2. NaOH 1N
3. H2SO4
4. Larutan methylene blue
5. Larutan kloroform
Prosedur Kerja:
1. 25 ml sampel (corong pisah)
2. 3 tetes indikator PP
3. NaOH 1N tetes demi tetes sampai berwarna merah muda
4. H2SO4 tetes demi tetes sampai warna merah muda hilang
5. 6,25 ml larutan methylene blue
6. 2,5 kloroform, kocok kuat selama30 detik (sesekali keluarkan gas)
7. Tampung lapisan bawah (fasa kloroform ) dierlenmeyer
8. Ekstraksi kembalifasa air dalam corong pisah (mengulangi langkah 6 dan7)
9. Tampung lapisan bawah (fasa kloroform ) dierlenmeyer yang sama
10. Fasa kloroform ditampung dicorong pisah yang lain
11. 12,5 ml larutan pencuci, kocok kuat selama 30 detik
12. Keluarkan lapisan bawah (kloroform) tampung di erlenmeyer
13. Tambah kloroform sampai volume awal 25 ml
14. Tutup dengan aluminium foil dan baca di spektrofotometer dengan panjang
gelombang 652 nm
36
3. Homogenkan, baca pada spektofotometer dengan panjang gelombang 570
nm
4. Catat hasil serapannya.
4.2.15 Logam Berat ( Fe, Mn, Cu, Cd, Ni, Zn, Cr total, Pb)
Peralatan :
1. Spektofotometer serapan atom
2. Lampu katoda berongga ( sesuai logam berat yang dianalisis)
3. Pemanas listrik
4. Labu ukur 100mL
5. Gelas piala 250 mL
6. Pipet volumetric 10 mL dan 50 mL
7. Saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm
8. Gelas arloji
9. Corong gelas
10. Labu semprot
Bahan:
1. Kemasan larutan baku standard logam 1000 mg/L
2. Larutan standard logam 100 mg/ L
3. Larutan standard logam 10 mg/L
37
4. Asam Nitrat pekat, HNO3
5. Akuabides/ air suling
6. Gas asetilen
7. Udara kompresor
Prosedur Kerja:
1. Persiapan dan pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan NHO3 pekat sampai dengan pH kurang dari 2 dengan waktu
simpan maksimum 6 bulan
2. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Pipet 0; 1,0; 5,0; 10; 15; dan 20 mL larutan standard 10,0 mg/L masukan ke
dalam labu ukur takar 1000 ml tambahkan air suling sampai tanda tera
sehingga diperoleh kadar logam 0; 1,0; 5,0; 10,0; 15,0; dan 20,0 mg/L.
b. Atur alat SSA dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat
c. Ukur masing – masing larutan kerja yang telah dibuat dengan cara
menghisapkan larutan contoh uji melalui pipa kapiler. Catat serapannya.
d. Buat kurva kalibrasi dari data diatas dan tentukan persamaan garis regresinya.
3. Persiapan pengujian
3.1 Persiapan contoh uji untuk logam tidak terlarut
a) Masukkan 100 ml contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam
gelas piala 100 ml atau erlenmeyer 100 ml. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan
panaskan perlahan lahan sampai sisa volumenya 15 – 20 ml.
b) Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih) maka tambahkan lagi 5 ml
HNO3 dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini berulang ulang
sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalm contoh uji
menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih.
c) Pindahkan contoh uji kedalam labu ukur 50 ml (saring bila perlu) dan
tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan di homogenkan.
d) Contoh uji siap diukur serapannya dengan AAS/SSA.
3.2 Persiapan contoh uji untuk logam terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45
um dan diawetkan contoh uji siap diukur.
4. Pembacaan sampel
a) Optimalkan alat SSA sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.
38
b) Ukur masing-masing larutan contoh uji dengan cara menghisap larutan
contoh uji melalui pipa kapiler. Catat serapannya.
39
18. Larutan asam sulfat H2SO4 4 N
19. Larutan penyangga fosfat
20. Larutan 4 – aminoantipirin
21. Larutan kalium ferisianida, K4Fe(CN)6
Prosedur Kerja:
1. Ukur 500 mL contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala
1000 mL
2. Tambahkan 12 mL larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH menjadi 7,9 ± 0,1
dengan penambahan larutan penyangga fosfat.
3. Pindahkan larutan ke dalam corong pemisah tambahkan 3 mL larutan
aminoantipirin sambil diaduk
4. Tambahkan 3 mL larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama
3 menit sampai timbul warna kuning jernih
5. Ekstraksi dengan 25,0 mL kloroform dan kocok corong pemisah paling
sedikit 10 kali, diamkan sampai lapisan kloroform terpisah
6. Keluarkan lapisan kloroform melalui kertas saring yang telah dilapisi dengan
5 g natrium sulfat anhidrat
7. Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm.
40
Bahan:
1. Akuademin
2. Larutan CN-1
3. Larutan CN-2
4. Larutan CN-3
Prosedur Kerja:
1. Ditambahkan 5 ml akuademin ke dalam 5 ml sampel yang telah disiapkan di
dalam tabung
2. Ditambahkan 1 sendok larutan CN-1
3. Ditambahkan 1 sendok larutan CN-2
4. Ditambahkan 3 tetes larutan CN-3
5. Ditunggu selama 5 menit kemudian dicocokkan dengan kit yang telah
tersedia
41
BAB V
HASIL KEGIATAN
42
pada kisaran pH yang diperbolehkan, yaitu 6,0-9,0. Selanjutnya untuk parameter
suhu diperoleh hasil suhu pada limbah cair industri tekstil ini adalah 25 °C.
Untuk parameter suhu ini tidak dipersyaratkan pada baku mutu limbah cair yang
diacu.
43
deteksi. Limit deteksi pada parameter Cr total ini adalah 0,0094 mg/l. Hal ini
menandakan bahwa limbah industri tekstil tersebut tidak mengandung ion logam
Cr6+. Selanjutnya adala paramater phenol. Pada hasil uji laboratorium diperoleh
kadar fenol dalam limbah cair industri tekstil sebesar 0,2616 mg/l. Hasil tersebut
memenuhi baku mutu dikarenakan kadar maksimal fenol untuk limbah cair
adalah 0,5 mg/l. Limbah cair industri tekstil ini mengandung senyawa fenol
yang berasal dari zat pewarna yang digunakan untuk pewarnaan kain. Parameter
terakhir adalah sulfida sebagai H2S. Untuk parameter ini kadar yang diperoleh di
bawah limit deteksi. Limit deteksi yang digunakan adalah 0,001 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa limbah cair ini tidak mengandung sulfida.
Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Rumah Sakit SK. Gub. Jatim No. 72 Tahun 2013
# Tidak ada satuan + Memenuhi baku matu - Tidak memenuhi baku mutu
44
SK. Gub. Jatim No. 72 Tahun 2013 Untuk Kegiatan Rumah Sakit karena berada
pada kisaran pH yang diperbolehkan, yaitu 6,0-9,0. Selanjutnya untuk parameter
suhu diperoleh hasil suhu pada limbah cair rumah sakit ini adalah 24 °C.
Parameter selanjutnya adalah BOD (Biological Oxygen Demand) yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air. Kadar BOD
yang diperoleh dari hasil uji laboratorium adalah sebesar 9,6 mg/l dengan limit
deteksi 0,2437 mg/l. Hasil tersebut memenuhi baku mutu limbah cair untuk
kegiatan rumah sakit yang telah ditetapkan. Dari hasil uji BOD tersebut
diketahui bahwa jumlah oksigen terlarut pada air limbah rumah sakit ini
terbilang sedikit. Maka dari itu, dikarenakan jumlah oksigen yang terlarut dalam
air sedikit maka sedikit pula bahan organik yang dapat dipecah oleh
mikroorganisme.
45
5.3 Hasil Pengujian Limbah Cair Domestik (Hotel)
Parameter yang digunakan untuk pengujian kualitas limbah cair yang
dihasilkan dari hotel adalah pH, suhu, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, dan
amoniak. Setelah dilakukan pengujian menggunakan beberapa parameter
tersebut diperoleh hasil yang telah tertera pada tabel 3 di bawah. Dari hasil yang
diperoleh tersebut kemudian disesuaikan dengan baku mutu untuk mengetahui
kualitas limbah cair hotel yang diuji memenuhi baku mutu atau tidak memenuhi
baku mutu.
Parameter yang diuji untuk limbah cair dari hotel ini terdapat parameter yang
langsung dilakukan di lapangan. Hal itu berarti bahwa parameter tersebut
langsung diuji di hotel itu sendiri saat pengambilan sampel limbah cair diambil.
Terdapat dua parameter lapangan, yaitu pH atau derajat keasaman dan suhu.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pH limbah cair dari hotel itu adalah 6,00.
Hasil ini memenuhi baku mutu limbah cair domestik sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
NoP.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016. Pada peraturan tersebut, pH limbah cair
domestik dikatakan memenuhi baku mutu apabila berada pada kisaran pH 6,0 –
9,0. Derajat keasaman ini dapat dipengaruhi oleh limbah cair yang dihasilkan
pada kegiatan memasak pada hotel tersebut maupun dari kegiatan laundry dan
juga dari kamar mandi yang terletak di hotel tersebut. Setelah itu untuk hasil uji
46
suhu diperoleh suhu limbah cair hotel tersebut adalah 28 °C. Parameter suhu
tidak termasuk pada baku mutu yang telah diacu tetapi tetap dilakukan
pengukuran untuk sekedar mengetahui suhu dari limbah cair itu sendiri.
Parameter BOD (Biological Oxygen Demand) juga diukur untuk uji kualitas
limbah cair hotel ini. Pada hasil uji di laboratorium diperoleh kadar sebesar
10,81 mg/l. Hal tersebut menunjukkan jumlah oksigen terlarut pada limbah cair
ini tidak terlalu banyak sehingga dapat dipastikan bahwa mikroorganisme yang
hidup dalam limbah cair ini juga tidak banyak. Hasil uji berupa kadar dari BOD
tersebut memenuhi baku mutu yang telah diacu karena batas maksimal kadar
BOD di dalam air limbah adalah 30 mg/l.
Parameter COD diuji untuk mengetahui total oksigen yang dibutuhkan. Hasil
kadar yang diperoleh untuk pengujian COD adalah 21,086 mg/l. Hasil ini
memenuhi baku mutu limbah cair dikarenakan di bawah kadar maksimal yang
telah ditetapkan, yaitu 100 mg/l.
Uji yang dilakukan setelah itu adalah TSS (Total Suspended Solid). Kadar
yang diperoleh setelah dilakukan pengujian adalah 8 mg/l. Hasil ini memenuhi
baku mutu yang memiliki kadar maksimal sebesar 30 mg/l. Hal ini menunjukkan
bahwa sedikitnya padatan yang tersuspensi di dalam limbah cair hotel tersebut.
Sedikitnya jumlah padatan yang tersuspensi pada limbah tersebut dikarenakan
sangat minimnya penggunaan bahan kimia atau bahan tambahan lainnya seperti
pada industri tekstil sehingga kadar padatan tersuspensinya sedikit.
Terakhir adalah uji amoniak yang dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan NH3 di dalam air limbah hotel ini. Maka dari itu, untuk
mengetahui toksisitas atau kadar NH3 dilakukan uji untuk amoniak. Kadar yang
diperoleh adalah 0,2769 mg/l. Hasil ini memenuhi baku mutu yang telah diacu
yang memiliki kadar maksimal sebesar 10 mg/l. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa toksisitas yang ditimbulkan oleh amoniak tidak tinggi karena
kadar amoniak tersebut rendah.
47
Tabel 4. Hasil Uji Laboratorium Limbah Dari Air Badan Air
48
PP No. 82 Tahun 2001 Kelas I
# Tidak ada satuan + Memenuhi baku mutu (0) Tidak ada hasil
(-) Tidak dianalisa - Tidak memenuhi baku mutu
49
sehingga perairan ini kurang mampu untuk mengoksidarii bahan organik yang
mencemari perairan itu sendiri.
Parameter yang diuji selanjutnya adalah total fosfat sebagai P. Dari hasil
pengujian diperoleh kadar total fosfat sebesar 0,1954 mg/l. Hasil tersebut
mendekati kadar total fosfat dalam kriteria mutu air yaitu 0,2 mg/l. Kadar fosfat
ini dapat dipengaruhi oleh masuknya limbah domestik, industri dan pertanian
atau perkebunan yang banyak mengandung fosfat, hancuran bahan organik dan
mineral-mineral fosfat ke dalam air sungai. Kandunngan fosfat di dalam air
sungai tidak boleh lebih dari kriteria mutu air karena dapat menyebabkan
eutrofikasi (Hamuna, dkk, 2018). Selanjutnya adalah parameter nitrat sebagai N.
Parameter ini dilakukan untuk mengetahui kandungan nitrat dalam perairan.
Dari uji nitrat yang telah dilakukan diperoleh kadar nitrat 1,2291 mg/l. Hasil ini
di bawah dari kriteria mutu air yang menunjukkan kadar nitrat dalam air adalah
10 mg/l. Hasil tersebut menunjukkan bahwa minimnya kandungan bahan
organik yang mengandung unsur N di dalam air badan air ini sehingga diperoleh
kadar nitrat yang kecil. Parameter selanjutnya adalah NH3-N untuk mengetahui
kadar amoniak di dalam air. Pada hasil uji laboratorium diperoleh kadar
amoniak adalah 0,0368 mg/l. Hasil tersebut memenuhi baku mutu karena tidak
lebih dari kriteria mutu air yang kadarnya adalah 0,5 mg/l. adanya kandungan
amoniak dalam air sungai ini dapat dipengaruhi oleh limbah dari permukiman
warga yang mengalir ke air sungai, dan pembuangan manusia serta hewan dalam
bentuk urin (Hamuna, dkk, 2018). Selanjutnya adalah parameter NO2-N (nitrit)
yang diperlukan untuk mengetahui kadar nitrit di dalam air. Pada hasil uji
laboratorium diperoleh kadar nitrit di bawah limit deteksi 0,0082 mg/l. Hal
tersebut menunjukkan bahwa air sungai ini tidak mengandung nitrit. Kadar nitrit
dapat meningkat dikarena terkena limbah dari hasil peanen pertanian yang bahan
organiknya mengandung nitrit .
Parameter kimia yang diuji pada Laboratorium Kimia Fisika Limbah Cair
selanjutnya adalah jumlah logam terlarut. Pada parameter ini terdapat beberapa
macam logam yang biasanya terkandung di dalam perairan. Diperoleh beberapa
kadar logam dari parameter ini, diantaranya adalah kadar logam Cd, Cu, Cr6+,
Pb, Zn, Mn di bawah limit deteksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada air
sungai ini tidak mengandung logam-logam tersebut. Selanjutnya adalah kadar
dari logam Fe sebesar 0,0511 mg/l. Hasil ini memenuhi kriteria mutu air karena
tidak lebih dari kadar yang telah ditentukan, yaitu 0,3 mg/l. Logam Fe termasuk
logam essensial yang dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh organisme hidup.
Kandungan logam Fe ini dapat berasal dari tanah, buangan limbah rumah tangga
yang mengandung besi, endapan-endapan buangan industri dan korosi dari pipa-
50
pipa air yang mengandung logam besi yang dibawa ke aliran sungai
(Supriyantini dan Hadi, 2015).
Parameter yang diuji selanjutnya adalah klorida (Cl). Kadar yang diperoleh
pada uji klorida adalah 65,7 mg/l. Hasil ini memenuhi kriteria mutu air karena
tidak melebihi kadar maksimal, yaitu 600 mg/l. Setelah itu adalah parameter
sianida (CN). Pada hasil uji laboratorium kadar sianida pada air sungai ini di
bawah limit deteksi. Limit deteksi yang ditetapkan pada uji sianida adalah 0,001
mg/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kandungan sianida di dalam
air. Selanjutnya untuk parameter fluorida (F) juga di bawah limit deteksi
sehingga menunjukkan bahwa air sungai ini tidak mengandung fluorida.
Selanjutnya adalah parameter sulfat. Ion sulfat merupakan salah satu anion yang
banyak terdapat pada air. Pada uji ini diperoleh kadar sulfat sebesar 33,322 mg/l.
Hasil tersebut memnuhi kriteria mutu air karena kadar maksimal pada kriteria
mutu air adalah 400 mg/l. Parameter terakhir untuk jenis parameter kimia adalah
belerang sebagai H2S. Hasil uji di laboratorium untuk parameter H2S
menunjukkan hasil kadar belerang di bawah limit deteksi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa air sungai yang diuji tidak terdapat reaksi oksidasi oleh
bakteri anaerob (Ramadhani, 2015).
Jenis parameter terakhir yang diuji adalah parameter kimia organik.
Parameter yang pertama adalah minyak dan lemak, tetapi untuk parameter ini
tidak dilakukan pengujian. Parameter selanjutnya adalah deterjen sebagai
MBAS. Kadar deterjen yang diperoleh setelah dilakukan uji di laboratorium
adalah 1302,6 µg/l. Hasil tersebut melebihi kriteria mutu air yang memiliki
kadar maksimal 200 µg/l. Kadar deterjen yang tinggi ini diperoleh dari
banyaknya kegiatan mandi dan mencuci yang dilakukan di sungai. Parameter
terakhir pada kimia organik adalah parameter fenol. Pada hasil uji di
laboratorium diperoleh kadar fenol sebesar 0,049 mg/l. Hasil yang diperoleh
memenuhi kriteria mutu air karena nilainya di bawah kadar maksimal, yaitu 1
mg/l. Senyawa fenol ini dihasilkan dari limbah rumah tangga dan limbah
industri yang mengalir pada air sungai tersebut.
51
sekitar. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persentase sebesar 90 %.
Persentase tersebut di atas 50 % sehingga dapat dikatakan bahwa limbah industri
tekstil telah layak dialirkan ke lingkungan sekitar karena sebesar 90 % telah
memenuhi baku mutu.
52
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan prosedur analisa kualitas limbah cair yang telah dilakukan pada
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya dapat disimpulkan bahwa limbah cair industri tekstil,
limbah cair rumah sakit, limbah cair domestik (hotel), dan limbah cair pada air
badan air telah layak dialirkan ke lingkungan sekitar karena lebih dari 50 %
telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.
6.2 Saran
Dalam pelaksanaan analisa yang dilakukan di laboratorium, praktikan
hendaknya lebih berhati-hati dalam setiap melakukan masing-masing prosedur
yang ada untuk memperkecil kesalahan analisa dan agar mendapatkan hasil yang
sesuai dengan standar yang telah ditentukan serta supaya tidak terjadi
kecelakaan kerja. Selain itu, dengan terlaksananya Praktik Kerja Lapang ini
diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami prosedur-prosedur analisa sampel
limbah cair yang telah dipelajari selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
berlangsung.
53
DAFTAR PUSTAKA
A.E. Greenberg, A.D. Eaton, APHA, AWWA and WEF. 2005. Standard Methods for the
Examinatioan of Water and Wastewater, 21st Edition. Washington DC.
Afrianita, Reri., Puti Sri Komala., Yose, Andriani. 2016. Kajian Kadar Sisa Klor Di
Jaringan Distribusi Penyediaan Air Minum Rayon 8 PDAM Kota Padang. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II, e-ISSN: 2541-3880.
Agustina, T. E., Nurisman, E., Prasetyowati, Haryani, N., Cundari, L., Novisa, A.,
Khristina,O. 2011. K-3 Pengolahan Air Limbah Pewarna Sintetis Dengan
Menggunakan Reagen Fenton. Prosiding Seminar Nasional Avoer Ke-3, 26-27.
Agustina, T., dan Badewasta, H. 2009. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cap
Khas Palembang Dengan Proses Filtrasi Dan Adsorpsi. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Indonesia.
Azmi, Zulfian., Saniman., Ishak. 2016. Sistem Penghitung pH Air Pada Tambak Ikan
Berbasis Mikrokontroller. Jurnal SAINTIKOM Vol. 15. No.2.
Cahyani Harum, H., 2016. Pengembangan Alat Ukur Total Dissolved Solid (TDS)
Berbasis Mikrokontroler Dengan Beberapa Variasi Bentuk Sensor Konduktivitas.
Jurnal Fisika Unand, 5, No. 4( 2302-8491), pp. -.
Gusril, Henny. 2016. Studi Kualitas Air Minum PDAM Di Kota Duri Riau. Jurnal
Geografi Vol. 8. No. 2, ISSN 2085 – 8167.
Hadiwidodo, Mochtar., Haryono Setyo Huboyo., Indrasari Mawati. 2009. Penurunan
Warna, COD Dan TSS Limbah Cair Industri Tekstil Menggunakan Teknologi
Dielectric Barrier Discharge Dengan Variasi Tegangan Dan Flow Rate Oksigen.
Jurnal PRESIPITASI Vol. 7. No.2, ISSN 1907-187X.
Hamuna, Baigo., Rosye H. R. Tanjung., Suwito., Hendra K. Maury., Alianto. 2018.
Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia Di Perairan Distrik Depare Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 16.
Issue 1: 35-43. ISSN 1829-8907.
Hendrawati., Tri Heru Pribadi., Nuni Nurbani Rohmah. 2017. Analisis Kadar Phosfat
dan N Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) Pada Tambak Air Payau Akibat Rembesan
Lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Volume 11.
No.2.
https://btklsby.go.id/main/profil/9/instalasi
Kusuma, Laila., Darmadi., Adisalamun. 2017. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Secara Sonochemical. Jurnal Litbang Industri Vol. 7. No.2, 29-39.
Lasari, Dhama Peni. 2016. Efektivitas PengolahanLimbah Cair Domestik Sistem Aliran
54
Bawah Permukaan Dengan Agen Biologis Canna indica Dan Heliconia psittacorum.
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Institut Pertanian
Bogor.
Mulyati, Meylinda dan JM Sri Narhadi. 2014. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
Rumah Sakit RK Charitas Palembang. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.12. Issue 2: 66-
71, ISSN 1829-8907.
Ningrum, Susanti Oktavia. 2018. Analisis Kualitas Badan Air Dan Kualitas Air Sumur
Di Sekitar Pabrik Gula Rejo Agung Baru Kota Madiun. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol.10. No.1, 1-12.
Pitoyo, Putri Nilakandi Perdanawati., I Wayan Arthana., I Made Sudarma. 2016. Kinerja
Pengelolaan Limbah Hotel Peserta Proper Dan Non Proper Di Kabupaten Badung
Provinsi Bali. Ecotrophic: Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 10. No 1.
Prakoso, Rachmandya. 2018. Review Pengolahan Limbah Ciar Domestik Untuk
Penggunaan Ulang (Water Reuse). ResearchGate Journal.
Ramadhani, Endi. 2015. Analisis Pencemaran Kualitas Air Sungai Bengawan Solo
Akibat Limbah Industri Di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Karya
Tulis Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmat, B dan Anwar Mallongi. 2018. Studi Karakteristik Dan Kualitas BOD Dan COD
Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG Pasewang Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan Vol.1, ISSN: 2621-6507.
Rahmi, Redha. 2013. Pemeriksaan Kadar pH, Fe dan Khlorida Air Sumur Gali Sebagai
Sumber Air Bersih Di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat. Skripsis tesis, Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Rinawati, D. H. S. D., 2016. Penentuan Kandungan Zat padat (Total Dissolve Solid) dan
Total Suspended Solid Di Perairan Teluk Lampung. Analytical and Enviromental
Chemistry, 1, No 01(-), pp. -.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana Volume XXX.
Nomor 3: 21-26, ISSN 0216-1877.
Sudarsono, B. J. d. A. S., 2016. Studi Distribusi Total Suspended Solid (TSS) Di
Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan Citra Landsat. Jurnal Geodesi
Undip, 6, Nomor 1(2337-845X), pp. -.
Supriyantini, Endang dan Hadi Endrawati. 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe)
Pada Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Emas
Semarang. Jurnal Kelautan Tropis Vol.18(1): 38-45. ISSN 0853-7291.
Tanamas, Elsha Kemala. 2013. Analisis Deterjen. Fakultas Teknik Universitas Andalas:
Padang.
55
Wildan, Abu. 2015. Sampling & Analisis Panduan Praktis Bagi Analis Laboratorium:
Cara Uji Cyanide (Sianida). www.sampling-analisis.com (diakses 21 Oktober 2019).
Wirawan, Wiweka Arif., Ruslan Wirosoedarmo., Liliya Dewi Susanawati. 2014.
Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan tanaman Kayu Apu (Pistia
Stratiotes I.) Dengan Teknik tanam Hidroponik Sistem DFT (Deep Flow
Technique). Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Hal. 63.
Wulandari, Devyana Dyah. 2017. Analisa Kesadahan Total Dan Kadar Klorida Air Di
Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. MTPH Journal Vol.01. No. 01.
56
LAMPIRAN
1. Persentase Hasil Limbah Cair Industri Tekstil Yang Memenuhi Baku Mutu
9
= 10 x 100 %
= 90 %
2. Persentase Hasil Limbah Cair Rumah Sakit Yang Memenuhi Baku Mutu
5
= 7 x 100 %
= 72 %
3. Persentase Hasil Limbah Cair Domestik (Hotel) Yang Memenuhi Baku Mutu
6
= 7 x 100 %
= 86 %
4. Persentase Hasil Limbah Cair Pada Air Badan Air Yang Memenuhi Baku
Mutu
21
= 28 x 100 %
= 75 %
57
Lampiran 2. Gambar Kegiatan PKL di Laboratorium Kimia Fisika Limbah Cair
BBTKLPP Surabaya
58
Gambar 4. Uji Nitrat
Gambar 6. Pengukuran pH
59