Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anak adalah mereka yang berusia 1-12 tahun. Menurut Titin (2003) Anak
adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus
dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumber daya
yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan di masa datang.
Anak balita adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun,dan pada periode ini
sudah menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu
anak.Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar
tercapai derajat kesehatan secara optimal.Adapun untuk menunjang upaya kesehatan
yang optimal maka upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes
RI, 2000).
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain.Kerusakan
pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,sehingga akan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah
makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang
merusak gigi.Selain dari makanan,hal yang menjadi factor yang dapat merusak gigi
adalah kebiasaan buruk yang dapat saja terjadi
Upaya

kesehatan

gigi

perlu

ditinjau

dari

aspek

lingkungan,

pengetahuan,pendidikan,kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi


termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan
kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu

penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan
(Pratiwi, 2007).
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi
fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan
bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin
dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang
dapat dilihat dalam mulut.Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk
dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies
dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu
banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak
yang mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005).Masalah utama dalam rongga
mulut anak adalah karies gigi. Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus
menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia ada
kecenderungan kenaikan prevalensi penyakit tersebut (Supartinah, 1999)
Kebanyakan ibu kurang memperhatikan kesehatan maupun perawatan gigi
yang baik pada anak. Nutrisi memiliki peranan penting dalam memeliharakesehatan
tubuh pada umumnya, dan kesehatan rongga mulut pada khususnya. Nutrisi juga
penting peranannya dalam setiap tahap tumbuh kembang gigi dan dalam menjaga
keseimbangan lingkungan mulut yang dihubungkan dengan kesehatan gigi. Nutrisi
untuk pertumbuhan optimal gigi sama dengan nutrisi yang diperlukan tubuh karena
masa pertumbuhan gigi sejalan dengan masa pertumbuhan tubuh secara keseluruhan.
Nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan penting untuk kalsifikasi optimal gigi
sulung, sedangkan nutrisi pada masa balita dan anak-anak penting untuk pertumbuhan
gigi tetap.
Meningkatnya masalah gizi pada ibu hamil dan balita tentunya berdampak pula
pada peningkatan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang dapat mengakibatkan
bertambah buruknya masalah gizi anak tersebut. Mengetahui hubungan antara status
gizi dan kesehatan gigi dan

mulut menjadi penting karena seringkali terdapat

karakteristik yang khas dari berbagai jaringan dalam rongga mulut yang lebih sensitif

terhadap defisiensi nutrisi, sehingga apabila tubuh mengalami defisiensi nutrisi


seringkali jaringan dalam rongga mulutlah yang pertama kali memperlihatkan efek
defisiensi nutrisi tersebut. (Moyers 1988)
Pola makan yang salah,serta berbagai kebiasaan yang buruk juga dapat
menyebabkan berkurangnya tingkat kesehatan gigi yang parah pada anak.Kesalahan
dini ini akan berakibat panjang.Karena proses pembentukan gigi sulung telah dimulai
sejak masa kehamilan, sementara gigi permanen perkembangannya sudah dimulai
sejak bayi lahir.Akibat yang paling sering muncul adalah mengenai masalah
pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1

Kapankah menjaga kesehatan gigi anak sebaiknya di mulai?

1.2.2

Apakah hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi pada anak?

1.2.3

Mengapa menjaga kesehatan gigi pada anak perlu dilakukan?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah :
1.3.1

Mengetahui kapan waktu yang baik untuk mulai menjaga kesehatan gigi pada
anak (first dental visit).

1.3.2

Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi pada
anak.

1.3.3

Mengetahui perlunya menjaga kesehatan gigi pada anak.

1.4 Manfaat
1.4.1

Memberikan informasi kepada orang tua,khususnya ibu muda,mengenai kapan


waktu terbaik untuk memulai menjaga kesehatan gigi pada anak.

1.4.2

Memberikan informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga


kesehatan gigi pada anak.

1.4.3

Memberikan informasi mengenai perlunya menjaga kesehatan gigi pada anak.

BAB II
MATERI

2.1 Waktu yang Baik untuk Mulai Menjaga Kesehatan Gigi pada Anak
Program pencegahan kesehatan mulut bagi anak-anak Indonesia saat ini belum
berjalan dengan baik. Kunjungan ke dokter gigi belum merupakan hal yang rutin
dilakukan. Hal tersebut baru dilakukan bila terdapat keluhan dan program pencegahan
belum sepenuhnya dijalankan. Anggapan bahwa gigi sulung merupakan gigi yang
keberadaannya di rongga mulut hanya sementara sehingga perawatannya tidak perlu
terlalu diperhatikan masih banyak dianut oleh para orang tua. Orang tua banyak yang
belum mengetahui kapan kunjungan pertama ke dokter gigi dapat diberikan pada
anaknya dan apa saja yang dapat diperoleh dari kunjungan rutin ke dokter gigi.
Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) dan
American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai melakukan kunjugan
ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh lebih dari usia 12
bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan mengontrol berbagai patologi
gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling prevalen pada
anak-anak dan dapat terjadi segera setelah gigi erupsi. Selain itu, rekomendasi ini juga
didasarkan pada penetapan dasar pendidikan preventif dan perawatan gigi pada anak
untuk mendapatkan kesehatan mulut yang optimal pada masa kanak-kanak hingga
dewasa.
2.1.1 Kunjungan sebelum kelahiran anak (kunjungan prenatal)
Kunjungan ini diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan
pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan terbentuk
kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-

prinsip perawatan kesehatan gigi baik bagi ibu hamil maupun bagi anak yang kelak
dilahirkan. Orang tua diberi penjelasan bahwa pembentukan gigi anak telah dimulai
pada saat berada dalam kandungan. Selain itu, kunjungan prenatal dapat menekankan
konsep kedokteran gigi terkini yang menunjukkan kemitraan antara dokter gigi dan
orang tua yang bekerja sama dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Identifikasi faktor risiko karies dan pemberian bahan-bahan antikariogenik
seperti fluor dapat dilakukan pada kunjungan prenatal. Akhir kunjungan ini bertujuan
untuk menekankan pentingnya kunjungan pada saat bayi berusia 6 bulan kelak.Pada
kunjungan ini, ibu hamil juga memperoleh pemeriksaan kesehatan giginya. Prosedurprosedur preventif dapat dilakukan pada ibu hamil dengan rekomendasi dari dokter
kandungan yang merawatnya. Metode kunjungan prenatal meliputi edukasi yang
berkenaan dengan pertumbuhan perkembangan gigi serta pencegahan penyakit gigidan
mulut. Demonstrasi prosedur pemeliharaan kesehatan gigi dan konseling prenatal.
Selama kunjungan prenatal, perlu juga diutarakan mengenai teething karena
hal ini sering kali merupakan keluhan gigi dan mulut pertama yang dihadapi orangtua.
Walaupun waktu dan urutan erupsi secara umum dapat diprediksi, namun variasi
dalam hal tersebut dapat merupakan sumber kecemasan orang tua. Teething
merupakan fenomena alamiah yang biasanya terjadi dengan sedikit atau tanpa
keluhan.

Namun,

beberapa

bayi

dapat

menunjukkan

tanda-tanda

distres

sistemik,meliputi peningkatan suhu badan, diare, dehidrasi, peningkatan salivasi,


erupsi kulit,dan gangguan gastrointestinal.
Pemberian edukasi kesehatan gigi selain dilakukan di klinik atau ruang praktek
dokter gigi, dapat juga dilakukan di Posyandu dengan program Usaha Kesehatan Gigi
Masyarakat Desa (UKGMD) dari puskesmas setempat. Kunci keberhasilan promosi
kesehatan mulut dan pencegahan penyakit mulut terletak pada bimbingan dan edukasi
orang tua, deteksi dini, dan rujukan untuk intervensi yang tepat. Hal tersebut dapat
dicapai dengan baik oleh tenaga kesehatan non gigi karena banyak wanita hamil
mempercayakan kesehatan mereka selama kehamilan dan kesehatan anak selama masa
bayi dan kanak-kanak awal.

2.1.2 Kunjungan pada saat anak berusia 6 bulan


Kunjungan ini ditujukan untuk mengingat kembali mengenai apa yang telah
didapat pada saat kunjungan prenatal. Orang tua diingatkan kembali bagaimana cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya. Pemeriksaan gigi dapat dilakukan pada
bayi dan bila perlu pemberian fluoride dapat mulai dilakukan pada kunjungan
ini.Karies gigi merupakan penyakit yang dapat ditransmisikan dengan Streptococcus
mutans (SM) sebagai bakteri utama yang bertanggung jawab.
Bakteri ini tidak terdapat dalam mulut saat kelahiran anak namun didapat,
biasanya dari ibu atau pengasuh, melalui kontak intim, penggunaan alat makan
bersamaan, dan lain-lain.Hal ini diperkirakan terjadi saat bayi berusia antara 6 hingga
36 bulan. Kadar tinggi bakteri dalam mulut ibu meningkatkan kecepatan transmisi
kepada bayi.Pemberian susu botol dalam waktu yang lama dapat memberikan
lingkungan yang meningkatkan perkembangan karies dini melaui penyediaan substrat
bagi proliferasi bakteri. Anak-anak yang terinfeksi SM pada usia awal memiliki
insidensi karies yang lebih tinggi (baby bottle caries).
2.1.3 Kesehatan mulut ibu
Pada kunjungan prenatal dan kunjungan pada saat anak berusia 6
bulan,kesehatan mulut ibu juga perlu diperhatikan dan diperiksa. Makin cepat seorang
bayi terinfeksi oleh flora oral kariogenik, terutama Streptococcus mutans (SM), makin
tinggi pula risiko karies pada gigi sulungnya. Anak-anak yang terinfeksi SM pada
tahun pertama kehidupannya memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi pada tahuntahun berikutnya dibandingkan anak-anak yang tidak terinfeksi. Karena ibu
merupakan sumber transmisi SM, kesehatan mulut ibu dapat memberikan factor resiko
pada kesehatan mulut bayi yang baru dilahirkannya. Karena itu, kesehatan mulut ibu
penting dipelihara selama dan setelah kehamilan untuk mencegah penyaki tmulut pada
anak-anaknya.Perawantan gigi bagi ibu hamil harus dilakukan berdasarkan trimester
kehamilan. Trimester pertama hanya melakukan perawatan darurat dan harus melalui
konsultasi dengan dokter kandungan ibu. Pada trimester kedua, selain perawatan

darurat, dapat juga dilakukan perawatan elektif. Radiografi dapat digunakan dengan
proteksi yang memadai. Seperti halnya trimester pertama, trimester ketiga hanya
melakukan perawatan gigi darurat namun radiografi masih dapat dilakukan.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, mikroorganisme kariogenik primer,SM,
pertama

kali

didapat seorang anak selama

preiode diskrit yang

disebut

jendelainfektivitas, yaitu sekitar usia 2 tahun. Oleh sebab itu penting sekali untuk
melakukanskrining dini sebulu manifestasi lesi karies terjadi. Beberapa penelitian
menyatakanbahwa koloni SM dapat terdeteksi sebelum usia 6 bulan. Penelitian lain
menyebutkanbahwa ibu sebagai sumber infeksi SM. Hal ini mengarahkan pada
perlunya intervensigigi secara dini dan kunjungan prenatal untuk mencegah inisiasi
lesi karies dan atauuntuk menghentikan lesi insipien.
Amerika Serikat menetapkan kunjungan pertama ke dokter gigi sebaiknya pada
tahun pertama kehidupan. Hal tersebut didasarkan pada dibangunnya dasar pendidikan
preventif dan perawatan gigi dalam rangka mencapai kesehatan mulut yang optimum
saat masa kanak-kanak.Perawatan preventif dini juga dapat dikatakan sebagai
investasi kesehatan danekonomis. Beberapa orang tua menghindar untuk membawa
anaknya ke dokter gigihanya untuk menghemat keuangan mereka.
Penelitian tahun 2004 menunjukkanbahwa anak-anak yang melakukan
kunjugan pertama sebelum usia 1 tahun memilikibeban biaya perawatan gigi l dalam
lima tahun pertama yang lebih rendah 40%.Selain itu, tanpa perawatan preventif,
dampak kerusakan gigi pdaperkembangan anak dapat memburuk. Beberapa penelitian
menghubungkan karies gigi masa kanak-kanak dengan berat badan yang lebih rendah
dari ideal. Efek kesehatan mulut yang buruk dapat terasa seumur hidup anak.

2.2 Perlunya Menjaga Kesehatan Gigi pada Anak


Pengaruh

Kondisi

Kesehatan

Gigi-mulut

Terhadap

Kesehatan

Secara

Menyeluruh
Selain keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi keadaan rongga mulut,
keadaan pada rongga mulut pun dapat mempengaruhi keadaan sistemik. Sejak dahulu
telah diketahui hubungan antara kesehatan rongga mulut dengan kesehatan sistemik,
sehingga kejadian pada rongga mulut tidak dapat dipisahkan dengan keadaan sistemik.
Status kesehatan gigi-mulut sangat bermakna pada anak. Riset telah
membuktikan adanya hubungan antara kesehatan mulut dengan kesehatan umum.
Gangguan kesehatan mulut berdampak lebih luas daripada sekadar gangguan lokal
mulut dan sekitarnya. Keadaan seperti labiopalatoskisis akan mengganggu nutrisi dan
proses bicara.
Berbagai kelainan gigi-mulut dapat mengganggu kesehatan umum pada anak, di
antaranya:

Gangguan pertumbuhan struktur maksilofasial bawaan/didapat

Trauma wajah dan mulut

Kebiasaan oral yang mengganggu pertumbuhan rahang

Keganasan rongga mulut

Infeksi oral, terbanyak karies dentis


Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri. Rongga mulut

memberi kontribusi yang cukup berarti dalam menimbulkan bakteremia. Pada keadaan
penurunan imunitas, bakteri rongga mulut yang semula komensal dapat berubah
menjadi patogen sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik.
Misalnya, pada keadaan penyakit jantung bawaan, infeksi pada rongga mulut dapat
menyebabkan endokarditis bakterialis yang merupakan penyakit yang cukup serius.

Infeksi gigi secara perkontinuitatum dapat menjalar ke mastoid dan akhirnya


menyebabkan meningitis purulenta yang dapat berakibat fatal.
Sebelum era antibiotik, infeksi sistemik selalu dihubungkan dengan infeksi
pada rongga mulut, atau terkenal dengan istilah gigi sebagai fokus infeksi untuk
infeksi sistemik. Bila terjadi infeksi sistemik maka gigi yang dicurigai sebagai fokus
infeksi dicabut. Dengan kemajuan terapi antibiotik dan kemajuan di bidang perawatan
gigi, keadaan tersebut telah ditinggalkan. Dengan perawatan gigi dan rongga mulut
yang baik, kemungkinan infeksi gigi dan rongga mulut menjadi berkurang.
Pada keadaan mulut yang sakit, proses nutrisi mengalami gangguan. Demikian
pula komunikasi. Keadaan gangguan mulut yang sering terjadi adalah karies dentis
yang berhubungan dengan higiene mulut dan kurangnya fluor. Kedua hal tersebut
harus menjadikan perhatian dokter, baik dokter anak maupun dokter gigi. Akibat
gangguan tersebut, proses tumbuh kembang anak akan terganggu, terutama pada anak
balita. Karies dentis, selain banyak dijumpai pada anak balita, juga pada anak sekolah
di mana sakit gigi merupakan kejadian sehari-hari yang sering dijumpai.
Infeksi saluran napas atas akut seperti faringitis dan common cold (influensa)
merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai. Penyebab
tersering adalah virus sehingga pengobatan antibiotik tidak diperlukan. Gejala utama
faringitis adalah batuk, demam, nyeri saat menelan, dan rasa tidak nyaman di mulut.
Pemberian obat suportif seperti antipiretik dan obat batuk sangat membantu
penyembuhan. Yang perlu diperhatikan pada faringitis adalah kemungkinan infeksi
oleh bakteri sehingga memerlukan antibiotik. Tidak ada panduan pasti untuk
membedakan infeksi oleh virus atau bakteri. Hanya, ada beberapa petunjuk yang
digunakan sebagai pedoman pemberian antibiotik.
Faringitis karena bakteri biasanya dengan demam mendadak tinggi, sakit
menelan, terdapat detritus pada farings, dan pembesaran kelenjar getah bening

10

sekitarnya. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis dengan netrofil yang


meningkat. Jika dijumpai keadaan di atas, perlu diberikan antibiotik karena
kemungkinan infeksi oleh Streptokokus hemolitikus sangat besar. Infeksi kuman
tersebut dapat menimbulkan kelainan di kemudian hari, yaitu penyakit jantung rematik
dan glomerulo-nefritis pasca-streptokokus yang menjadi masalah cukup serius. Untuk
memastikan harus dilakukan kultur, tetapi harus pula diingat bahwa rongga mulut
merupakan tempat yang banyak bakteri sehingga hasilnya bisa bias. Selain itu, kultur
tenggorok memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal. Untuk itu,
pengenalan klinis terhadap kemungkinan infeksi bakteri sangat diperlukan.
Gejala common cold hampir sama dengan radang tenggorok. Pada yang ringan,
gejala panas tidak timbul. Gejala yang dapat timbul adalah batuk, pilek, dan hidung
tersumbat. Virus merupakan penyebab tersering sehingga penggunaan antibiotik tidak
pada tempatnya. Pengobatan bersifat suportif seperti antipiretik dan minum yang
banyak. Biasanya berlangsung kurang dari seminggu dan tidak lebih dari dua minggu.
Tampak bahwa infeksi sekitar rongga mulut dapat menyebabkan kelainan sistemik
berupa demam, nyeri otot, dan rasa tidak nyaman pada pasien.
Anak adalah pribadi yang unik, ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh
kecil. Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan baik
secara fisik, mental dan intelektual. Mereka mengalami berbagai fase dalam
perkembangannya,dimana pada usia 2 sampai 5 tahun merupakan fase yang paling
aktif, terutama pada perkembangan otak anak,oleh karena itu periode tersebut dikenal
sebagai masa keemasan anak atau golden age.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak seringkali orangtua
dan guru hanya membatasi pada kesehatan tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi
(Dental Health Education) seringkali menjadi topik yang kurang mendapat perhatian
baik dirumah maupun sekolah.

11

Ada beberapa alasan mengapa seringkali orangtua kurang memperhatikan


kebersihan dan kesehatan gigi anak. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah
masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu ,jadi
tidak usah dirawat karena nanti juga akan berganti dengan gigi tetap. Padahal
sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah anak harus mulai dajarkan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan giginya.Karena alasan berikut :
1. Pada masa gigi susu,sedang terjadi pembentukan gigi tetap didalam tulang.
Sehingga jika ada kerusakan gigi susu yang parah dapat mengganggu proses
pembentukan gigi tetapnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetap nya tumbuh
dengan tidak normal.
2. Mulut adalah pintu utama masuknya makanan kedalam perut. Mulut adalah lokasi
pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika terjadi gangguan pada
mulut maka akan mengganggu kelancaran proses pencernaan.
3. Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ
didalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal,dll. Karena infeksi dalam mulut dapat
menyebar kedalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi.
4. Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi malas
beraktivitas dan akan mengganggu proses belajar mereka.terutama dalam memusatkan
konsentrasi belajarnya.
5. Gigi susu yang berlubang (seperti halnya pada orang dewasa) dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman atau sakit. Akibatnya anak dapat menjadi rewel dan sulit makan.
6. Dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, karena gigi yang berlubang
tidak nyaman untuk dipakai mengunyah. Akibatnya makan tidak dikunyah dengan
sempurna, dan dapat mempengaruhi nutrisi bagi anak.

12

7. Gigi susu yang berlubang dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal
prematur atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Idealnya pada kondisi ini dibuatkan
space maintainer. Gigi susu berfungsi sebagai panduan bagi pertumbuhan gigi
tetapnya. Bila gigi tanggal prematur, pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak teratur.
8. Susunan gigi yang tidak teratur dapat mengarah kepada gangguan fungsi bicara
(terutama gigi depan yang tidak teratur), profil wajah tidak harmonis, gangguan pada
pengunyahan, dan dapat menurunkan rasa percaya diri anak
2.3 Hal-hal yang Harus Dilakukan untuk Menjaga Kesehatan Gigi pada Anak
Tindakan preventif yang perlu diambil oleh orangtua agar gigi-gigi anaknya
sehat antara lain adalah :
1. Berusaha sedini mungkin untuk mengajarkan anak agar terbiasa menyikat
gigi setidaknya dua kali sehari.
Menyikat gigi menjelang waktu tidur sangat dianjurkan untuk menghilangkan
sisa-sisa makanan yang dapat mengakibatkan kerusakan gigi, demikian pula menyikat
gigi di waktu pagi sesudah makan pagi.Anak-anak bisa mulai belajar menyikat giginya
pada usia 2 atau 3 tahun. Tetapi, orangtua tidak boleh bosan atau malas mengawasi
serta membimbingnya. Ajarkanlah bagaimana cara menyikat gigi yang benar, tetapi
jangan membuat mereka bosan dengan perintah-perintah yang membuat frustrasi.
Yang penting adalah menanamkan kebiasaan sejak dini dan memberikan pengertian
pentingnya menjaga kebersihan pada umumnya. Pasta gigi yang mempunyai rasa
menyenangkan bagi anak-anak mungkin bisa merangsang mereka untuk rajin
menggosok gigi.
2. Tanamkan disiplin makan pada anak-anak.
Kesukaan anak-anak pada gula-gula dan makanan tertentu yang merusakkan
gigi harus diawasi, terutama bila mereka makan makanan tersebut di malam hari.
Dalam hal ini sebelum tidur harus menyikat giginya dengan bersih agar tidak ada sisasisa makanan yang tertinggal.

13

Pastikan bahwa anak-anak mendapatkan cukup fluoride. Bila air minum tidak
cukup mengandung fluoride, maka mungkin anak-anak memerlukan tablet fluoride
atau fluoride drops yang bisa diperoleh dengan resep dokter. Perawatan dengan
fluoride oleh dokter gigi setiap tiga atau enam bulan mungkin diperlukan bila anak
mengalami problema kerusakan gigi yang parah.Pasta gigi yang mengandung fluoride
biasanya dianjurkan. Tetapi, jangan membiarkan anak-anak di bawah usia 6 tahun
berkumur dengan fluoride karena jumlah yang berlebihan dapat membuat gigi berubah
warna.Bila perlu mintalah dokter gigi untuk memberikan lapisan pelindung bagi
geraham anak Anda. Karena delapan dari tiap sepuluh kasus gigi berlubang pada anakanak dibawah usia 12 tahun terjadi pada permukaan geraham (molar), para dokter gigi
biasa menganjurkan untuk melapisi geraham dengan lapisan pelindung dari plastik
yang menutup permukaan gigi. Lapisan pelindung (sealant) ini dioleskan pada
geraham tetap, biasanya pada usia 6 sampai 12 tahun.
3. Meningkatkan pemenuhan gizi yang baik.
Makanan juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Makanan yang sehat dan mencukupi kebutuhan gizi seseorang akan berpengaruh baik
terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan, tidak terkecuali kesehatan gigi dan
mulut. Dokter spesialis gizi klinik ini kemudian menjelaskan beberapa nutrisi
yangberpengaruh kuat pada kesehatan gigi, yaitu :
a.Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang utama digunakan oleh tubuh.
Karbohidrat

dikelompokkan

menjadi

karbohidrat kompleks

dan karbohidrat

sederhana. Karbohidrat kompleks dapat berupa tepung-tepungan, sayur, dan


buah.Sedangkan karbohidrat sederhana berupa gula murni.Tepung-tepungan dan gula
murni yang biasa terdapat dalam kue dan makanan-makanan legit berpengaruh dalam
pembentukan karies gigi. Di dalam mulut, gula dan tepung akan difermentasi oleh
bakteri sehingga membentuk asam yang dapat merusak email, lalu timbullah karies.
Sebaliknya, karbohidrat yang banyak mengandung serat seperti pada buah dan sayur

14

bermanfaat dalam membersihkan gigi sehingga tidak ada gula atau tepung
yangmenempel pada gigi setelah makan.
b.Protein
Protein digunakan untuk pembentukan keratin yang terdapat dalam email gigi. Protein
banyak terkandung dalam susu yang merupakan nutrisi utama pada bayi dan anakanak.
c.Kalsium
Kalsium merupakan bahan utama untuk pembentukan dentin (bagian tengah gigi) dan
email (bagian luar gigi). Asupan kalsium yang kurang pada masa pertumbuhan (bayi
dan anak) dapat mengganggu pertumbuhan gigi. Bisa juga, gigi yang terbentuk
menjadi tidak kokoh atau rapuh. Adapun bahan makanan sumber kalsium adalah susu,
keju, teri kering, udang kering, ikan sarden, dan kacang kedelai.
d.Fosfor
Asupan fosfor yang kurang akan mengganggu proses pembentukan gigi. Akibat
asupan fosfor yang kurang pula, gigi akan mudah keropos dan gampang terkena
karies. Angka kecukupan asupan fosfor adalah 200-250 mg/hari untuk bayi, 250-400
mg/hari untuk anak-anak, sedangkan remaja dan orang dewasa dianjurkan
mengonsumsi 400-500 mg/hari, dan untuk ibu hamil/menyusui ditambah 200-300
mg/hr. Bahan-bahan makanan sumber fosfor antara lain: susu, keju, ikan teri,
sarden,dan kacang-kacangan.
e.Magnesium
Magnesium termasuk di dalam kelompok makromineral yang merupakan komponen
dari gigi, berfungsi mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam
email gigi. Angka kecukupan yang dianjurkan adalah 4,5 mg/kg BB atau untuk orang
dewasa pria sebanyak 280 mg/hari dan wanita 250 mg/hari. Bahan makanan sumber
magnesium adalah sayuran hijau, serealia, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, dan
susu.
f.Fluor
Fluor termasuk golongan mikromineral yang berperan dalam proses mineralisasi dan

15

pengerasan email gigi. Pada saat gigi dibentuk, yang pertama kali terbentuk adalah
hidroksiapatit yang terdiri dari kalsium dan fosfor. Tahap berikutnya adalah fluor akan
menggantikan gugus hidroksi (OH) pada kristal tersebut dan membentuk fluoroapatit
yang menjadikan gigi tahan terhadap kerusakan. Paparan fluor dalam dosis rendah
yang terjadi terus-menerus akan mencegah terjadinya kerusakan atau karies gigi.
Sumber utama dari fluor adalah air minum. Sementara angka kecukupan yang
dianjurkan dan aman adalah 1,5-4 mg/hari.
4. Meninggalkan kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh anak-anak seperti mengisap jari,
bernapas melalui mulut, dan proses penelanan yang salah. Karena itu, orangtua harus
mengetahui kebiasaan buruk si anak dan mencegahnya sejak dini. Bila anak sudah
melakukan kebiasaan buruk, orangtua segera berkonsultasi ke dokter gigi untuk
menghilangkan kebiasaan buruk tersebut sebelum terjadi kelainan gigi.
5. Membiasakan diri untuk berkunjung ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
Mengunjungi dokter gigi setiap enam bulan sekali perlu dilakukan.Hal ini
dikarenakan agar dokter gigi sedini mungkin dapat mendeteksi kerusakan yang terjadi
pada gigidan dapat ditangani dengan baik dan benar sehingga kerusakan tidak menjadi
semakin parah dan berdampak lebih buruk terhadap kesehatan rongga mulut
khususnya dan seluruh tubuh umumnya.

16

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

1.

Kunjungan seorang anak ke dokter gigi dapat dilakukan pada saat

dalamkandungan melalui konseling prenatal ataupun saat anak usia 6 bulan sampai
usia anak tidak lebih dari 12 bulan. Hal tersebut didasarkan pada beberapa
pertimbangan yang meliputi usaha pencegahan terjadi penyakit mulut dan gigi guna
mencapat derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Pemeriksaan dan perawatan
preventif awal akan melindungi senyum anak kini dan nanti.
2.

Menjaga kesehatan gigi pada anak sangat diperlukan karena berbagai kelainan

gigi-mulut yang dapat terjadi akibat kurangnya kesadaran untuk menjaga kesehatan
gigi pada anak dapat mengganggu kesehatan umum pada anak, di antaranya:

Gangguan pertumbuhan struktur maksilofasial bawaan/didapat

Trauma wajah dan mulut

Kebiasaan oral yang mengganggu pertumbuhan rahang

Keganasan rongga mulut

Infeksi oral, terbanyak karies dentis

3.

Tindakan preventif yang perlu diambil oleh orangtua agar gigi-gigi anaknya

sehat antara lain adalah :

Berusaha sedini mungkin untuk mengajarkan anak agar terbiasa menyikat


gigi setidaknya dua kali sehari.

Tanamkan disiplin makan pada anak-anak.

Meningkatkan pemenuhan gizi yang baik.

Meninggalkan kebiasaan Buruk

Membiasakan diri untuk berkunjung ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali

17

DAFTAR PUSTAKA

Casamassimo PS. Relationships between oral and systemic health. Pediatr Clins
North Am 2000:47;
Furze H, Basso M. The first dental visit. International Journal of Paediatric
Dentistry. 2003, 13: 266-8.
http://www.pdgionline.com/v2/index.php?
option=com_content&task=view&id=672&Itemid=1
http://www.victoria-dental-center.com/

18

Anda mungkin juga menyukai