HIPERBILIRUBIN
Kelompok 11 :
SITI ANNISA Z.N.
(220110080145)
SALAS AULADI
(220110080138)
(220110080105)
SILVIA JUNIANTY
(220110080097)
SRI
RI MELFA DAMANIK
(220110080079
(220110080079)
SELLA GITA A
(220110080052
(220110080052)
SUSI HANIFAH
(220110080035
(220110080035)
SARAH RIDASHA F
(220110080013
(220110080013)
TIARA RACHMAWATI
(220110080118)
TIARA TRI P
(220110080108)
TRIANDINI
(220110080095
095)
TAMMY
(220110080053
053)
TIARA
IARA ARUM KESUMA
(220110080050
050)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul Makalah Kasus 2
Penyakit Hiperbilirubin makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan
untuk memenuhi standar proses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi
dan Imunitas
Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan
imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam
proses pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan.
3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktunya untuk
menyususn makalah ini
4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih
baik.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
perbaikan di hari
kemudian.
Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit hiperbilirubin.
b. Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit hiperbilirubin.
c. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita.
d. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.
Pemeriksaan
diagnostik
Penanganan
medis
Konsep
etik&legal
Konsep penyakit
hiperbilirubin
Produksi,
transportasi,
metabolisme
dan ekskresi
Manifestasi
klinik
klasifikasi
Etiologi&faktor
resiko
patofisiologi
BAB II
PEMBAHASAN
Bilirubin indirek
Hb neonatus
: 14 27 gr/dL
Hematokrit
: 40 68 %
Leukosit
Trombosit
Tekanan darah
BB lahir bayi
: 2,5 4 kg
Usia kehamilan
: 37 42 minggu
prematur jika berat badan lahirnya kurang dari 2 kg dan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
waktunya. Hal itu dapat meningkatkan kadar bilirubin sebagai hasil dari
hemolisis.
2.2.Konsep penyakit
A. Definisi
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum
total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada
kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus
yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
(Ni Luh Gede, 1995)
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002).
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Ngastiyah, 1997)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
B. Macam Macam Ikterus:
1. Ikterus Fisiologis
a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
2. Ikterus Patologik
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
(Ni Luh Gede Y, 1995)
C. Etiolgi dan faktor resiko
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
a. Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi ganggua
pembuluh darah
b. Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran
c. Inkompatibilitas Rh
d. Hipksia; O2 ke jaringan metabolism anaerob asam lemak
bilirubin indirect
e. Dehidrasi
f. Asidosis
g. Polisitemia
h. Prematur
i. ASI
j. Kelebihan produksi bilirubin
k. Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati
l. Beberapa penyakit
m. Genetic
n. Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat
o. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
p. Hipoglikemia
Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
Faktor Maternal
ASI
Faktor Perinatal
Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetic
Polisitemia
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
2.3. Patofisiologi
prematuritas, eritropoesis tidak efektif, riwayat kehamilan (hipertensi)
Hemolisis
Hb
globin
Fe
Heme
Biliverdin
Anemia
Bilirubin indirect
Ikatan HbO
Perfusi O2 dan
nutrisi Ke jaringan
hati
Bilirubin direct
Metabolism sel
empedu
Pembentukan ATP
*
kelemahan
duodenum
ginjal
diekskresi dalam
bentuk pewarna urine
Diekskresikan
dalam betuk
pewarna feses
Sirkulasi darah
asupan nutrisi
bilirubin pada plasma
Resiko gangguan
intake nutrisi
Resiko gangguan tumbuh kembang
Terakumulasi di jaringan
Gangguan integritas kulit
kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat
juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
Hb dipecah
heme
teroksidasi
oksigenase
biliverdin
tereduksi
reduktrase
bilirubin
Berikatan dengan albumin dari plasma
(ditransfer melalui darah & cairan interstisial)
Diabsorpsi mealaui membran sel hati
Lepas dari albumin plasma
80% berkonjugasi
dengan asam
glukuronat (bilirubin
glukuronida)
10% membentuk
bilirubin sulfat
10% berkonjugasi
dengan zat lain
sterkobilin
urobilin
Beberapa
diabsorpsi
melalui mukosa usus
kembali ke sirkulasi
enterohepatik
Usia
: 4 hari
Alamat
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Suku bangsa
Diagnosa medis
: Hiperbilirubin
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Bayi Ny. Nina dilahirkan dengan usia kehamilan 35 minggu, Anak ke-2,
dan pada saat kehamilan ibu mengalami hipertensi dengan rata-rata TD
140/90 mmHg.
b. Riwayat Persalinan
c. Riwayat Post Natal
Kulit wajah dan dada bayi tampak kuning dan sklera kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Riwayat Psikososial
f. Pengetahuan Keluarga
3. Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Istirahat
d. Aktifitas
e. Personal Hygiene
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan
BB
: 1800 gram
TB
:-
b. Uji laboratorium
Bilirubin total
: 11 mg/dl
Bilirubin direct
: 0,8 mg/dl
Hb
: 16,8 mg%
Ht
: 47%
Leukosit
: 15.000 mg/dl
Trombosit
: 250.000 mm
c. Pemeriksaan Menyeluruh
Inspeksi
Auskultasi
:-
Palpasi
:-
Perkusi
:-
d. Data Psikologis
5. Pemeriksaan diagnostik
1. Bilirubin serum
Direct : > 1 mg / dl
Indirect : > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % ( cukup bulan).
Total : > 12 mg / dl
2. Golongan darah ibu dan bayi
uji COOMBS
Inkompabilitas ABO Rh
3. Fungsi hati dan test tiroid sesuai indikasi.
4. Uji serologi terhadap TORCH
5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine) indikasi infeksi.
Analisa Data
Data yang menyimpang
Etiologi
masalah
Metabolism sel
Pembentukan ATP
kelemahan
Hemolisis
Anemia
Metabolism sel
asupan nutrisi
Resiko gangguan
intake nutrisi
Hemolisis
Anemia
Metabolism sel
asupan nutrisi
Resiko gangguan
tumbuh kembang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan
kulit wajah dan dada tampak kuning.
2. Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke
jaringan.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
Integritas kulit
berhubungan
dengan
joundice yang
ditandai dengan
kulit wajah dan
dada tampak
kuning.
Resiko
Intoleransi
Aktifitas
berhubungan
Tujuan
Intervensi Keperawatan
Tupen: Keadaan
kulit bayi
membaik dalam
waktu
Kriteria hasil:
- kadar bilirubin
dalam batas
normal
- Kulit tidak
berwarna kuning
TuPan: Bayi
tidak mengalami
integritas kulit
lagi.
Mandiri:
- Monitor warna dan
keadaan kulit setiap 4-8
jam.
TuPen: Klien
mampu
melakukan
aktifitas secara
Rasional
- Mengetahui
jika selama
dalam
perawatan kulit
bayi tidak
mengalami
gangguan
integritas kulit.
- Monitor kadar
bilirubin direks dan
indireks, laporkan pada
Data Obyektifter jika
ada kelainan.
- Untuk
mengetahui
adanya
peningkatan
atau penurunan
kadar bilirubin.
-Meningkatkan
sirkulasi ke
semua area
kulit.
- Area lembab,
terkontaminasi
memberikan
media yang
sangat baik
untuk
pertumbuhan
organisme
patogen.
Mandiri:
- Monitor keterbatasan
aktifitas, kelemahan saat
aktifitas.
-mempengaruhi
pilihan
intervensi atau
dengan
penurunan
perfusi O2 ke
jaringan
mandiri.
TuPan: Klien
mampu
mempertahankan
kemampuan
aktifitas
seoptimal
mungkin.
bantuan.
- Berikan lingkungan
yang tenang, lakukan
istirahat adekuat setelah
aktifitas.
Kolaborasi:
-Berikan nutrisi yang
adekuat, kolaborasi
dengan ahli gizi.
Resiko
Gangguan
Intake Nutrisi
berhubungan
dengan
penurunan
suplai nutrisi ke
jaringan
TuPen: Klien
menunjukkan
peningkatan
berat badan.
TuPan: BB klien
mendekati ideal
(tidak ada tanda
malnutrisi).
Mandiri:
- Ukur intake makanan
dan kebutuhan nutrisi
Resiko
Gangguan
Tumbuh
Kembang
TuPen: Klien
dapat menerima
keadaan
tubuhnya secara
proporsional.
TuPan: Klien
dapat
beradaptasi
dengan keadaan
Mandiri:
- Kajilah kemampuan
yang dimiliki klien
- meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan
oksigen tubuh,
membantu
memenuhi
kebutuhan
energi.
- Nutrisi
dibutuhkan
untuk klien
memenuhi
kebutuhan
energi dalam
melaksanakan
aktivitas.
- Mengawasi
masukan kalori
atau kualitas
kekurangan.
- Mencegah
malnutrisi
- Meningkatkan
efektivitas
program
pengobatan
termasuk
sumber dan diet
nutrisi yang
dibutuhkan.
- Mencari
alternatif untuk
menutupi
kekurangan
dengan
memanfaatkan
kemampuan
yang ada.
tubuhnya.
- Eksplorasi aktivitas
baru yang dapat
dilakukan.
- Memfasilitasi
klien dengan
memanfaatkan
kelebihan klien.
b.
Standard Prosedur
Dalam kasus ini perawat harus memperhatikan dan menerapkan standard dalam
melakukan setiap tindakan keperawatan.
c.
Beneficence
Prinsip beneficence menuntut perawat memberikan maslahat (beneficence)
kesehatan pada klien, keseimbangan maslahat terhadap resiko dalam situasi
tersebut dimana suatu pilihan harus dibuat dan menentukan cara terbaik
untuk membantu klien. Percakapan perawat dapat membantu klien
mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam hal maslahat dan resiko yang
relevan dengan moral, seperti kualitas masalah hidup.
Kewajiban moral untuk mencegah terjadi injury.
Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien. Termasuk melindungi
hak-hak klien dalam pelayanan kesehatan :
1) Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
a. Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan.
b. Akses pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai dan norma kultural
klien.
c. Pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2) Hak untuk mendapatkan informasi.
3) Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
4) Hak untuk mendapat informed consent.
5) Hak untuk menolak consent.
6) Hak untuk mengetahui nama dan status tim kesehatan.
7) Hak untuk mendapat second opinion.
8) Hak untuk diperlakukan dengan respect.
9) Hak untuk confidentiality.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang
lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit,
sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus,
yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan
dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).
Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan
prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar
bilirubin dalam darah.
Diagnosa keperawatan pada penderita hiperbilirubin, antara lain:
Gangguan Integritas Kulit
DAFTAR PUSTAKA