Referat OA
Referat OA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoarthrosis (OA) atau yang lebih banyak dikenal dengan Osteoarthritis juga dikenal
sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan
mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang
subchondral. Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro
yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis
tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. OA merupakan bentuk yang
paling umum dari artritis, dan menjadi penyebab utama kecacatan kronis di Amerika Serikat.
Hal ini mempengaruhi sekitar 8 juta orang di Britania Raya. Osteoarthritis juga mempengaruhi
hampir 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 80% penduduk telah terbukti OA
(radiografi) pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dari mereka yang memiliki gejala. Di
Amerika Serikat, pasien yang dirawat di rumah sakit untuk osteoarthritis meningkat dari
322.000 pada tahun 1993 menjadi 735.000 pada 2006 (Wiken, 2009).
Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan
menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang
dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas
jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan
usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan
anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan
ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul
paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi
synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya
usia (Wiken, 2009).
Klinis osteoartritis disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien dengan
osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan gerakan, dan efusi sendi.
Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi. Sebagian besar pasien
dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri
yang dalam, ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama
bertahun-tahun. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah
penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam setelah aktivitas. (Wiken, 2009).
1
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dalam hal ini penulis merasa perlu untuk
mengangkat judul osteoarthrosis dikarenakan dewasa ini OA telah menjadi permasalahan yang
seringkali muncul ke permukaan dan cukup mengganggu bagi pasien-pasien yang terkena OA.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
osteoarthrotis.
Untuk mengetahi
osteoarthrosis
Untuk mengetahui penatalaksanaan yang baik dan terbaru pada osteoarthrosis
penyebab,
patofisiologi,
klasifikasi
dan
cara
mendiagnosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutu, dan pergelangan kaki paling
sering terkena OA..(Soeroso, 2009).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi-sendi
penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan
sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun
patologis yang terjadi pada perendian (Dharmawirya, 2000).
2.2 Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai terutama pada
orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan OA pada
gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun
prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55
tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh (Ariani,
2009).
Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam beberapa tahun
atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi sumber morbiditas awal dan utama
pada pasien dengan OA. Pasien dapat secara progresif menjadi semakin tidak aktif beraktivitas,
membawa kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik (termasuk penurunan berat
yang bermakna). Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai ras. OA lutut lebih banyak terjadi
pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat kecenderungan
bahwa kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini
biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah
usia 55 tahun, cenderung lebih banyak terjadi pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan
proksimal interfalangeal seringkali terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan
Bouchard nodes, yang banyak ditemui pada wanita (Lozada, 2009).
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia
40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.5 Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi
yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang
berat dan terus menerus bisa mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang la njut
usia di Indonesia menderita cacat karena OA.(Soeroso. 2009)
3
Di RS. Dr. Kariadi Semarang, ada dua penelitian tentang osteoartritis yang telah
dilakukan oleh Donny Susilo pada tahun 2002 dan Kun Salimah pada tahun 2005. Donny Susilo
dalam penelitiannya tentang kesesuaian antara hasil foto Rontgen dan diagnosa klinik pada
penderita osteoartritis di RSUP Dr. Kariadi 1995-2002 mengemukakan bahwa insiden
osteoartritis semakin besar dengan bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada usia 60-69
tahun. Osteoartritis juga lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria.(Susilo, 2002)
Sedangkan Kun Salimah dalam penelitiannya tentang hubungan antara faktor resiko berupa
Body Mass Index dengan kejadian osteoartritis lutut pada pasien rawat jalan poli reumatik RS.
Dr. Kariadi Semarang bulan Maret-Juni 2005 mengemukakan bahwa seseorang dengan Body
Mass Index >22 (overweight) mempunyai resiko terkena osteoartritis lutut 2,083 kali lebih besar
dari pada seseorang dengan Body Mass Index <22. (Salimah, 2005)
2.3 Etiopatologis
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA
sekunder. Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibanding OA sekunder (Tjokroprawiro, 2007).
Tidak ada bakteri atau virus yang menyebabkan osteoarthritis, beberapa faktor
predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi antara lain:
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan
sering pada umur di atas 60 tahun Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.
2. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis
pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering
terjadi pada pria dari wanita. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi,
dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
3. Suku bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan prevalensi
pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaaan pada frekuensi pada kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban,
tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner,diabetes
melitus dan hipertensi.
6. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus, berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan oleh
raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan pahav(misalnya penyakit Perthex dan dislokasi
kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
8. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikaitkan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada
orang gemuk dan pelari (karena tulangnya lebih padat) dan kaitannya negatif antara
osteoporosis dengan OA.
Konsep lama menyebutkan adanya proses pakai dan aus (wear and tear), sehingga
terlihat pengikisan atau penipisan rawan sendi. Ternyata hal tersebut tidak dapat diterapkan
sepenuhnya, karena beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah terdapatnya proses
OA pada persendian yang tidak banyak mengalami proses pembebanan biomekanik, tidak dapat
menjelaskan proses kronisitas OA. Banyak penelitian yang mencoba mengungkapkan ketidak
cocokkan teori lama tersebut, yaitu dijumpainya perbedaan antara rawan sendi pada penyakit.
(Tjokroprawiro. 2007)
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang tidak
dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata
5
serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga
diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari
medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler
karena proses remodelling pada trabekula dan subkondral (Tjokroprawiro, 2007). Sinovium
mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi
yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura yang lamakelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak
respon dari tulang subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista.
Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat sekitarnya.
Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran seolah persendian yang
terkena itu bengkak.
bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari perangsangan dan kembali normal setelah
3-4 minggu (Soeroso, 2009).
2.4 Etiopatologi Nyeri pada Osteoartritis
Nyeri biasanya dicirikan sebagai nociceptive, neuropatik, idiopatik atau psikogenik.
reseptor di erent dan pemancar rasa sakit yang terlibat, dan tanggapan terhadap agen analgesik
di eh dalam kategori seperti halnya pola distribusi nyeri. Nyeri juga dicirikan tentang kualitas
(menusuk, sakit, menembak atau paresthetic), apakah itu bersifat permanen atau tidak tetap, atau
apakah hal itu berkaitan dengan saat latihan, hari, saring dan stres fisik atau mental.
Nyeri pada (OA) yang paling sering di pinggul dan lutut, yaitu sendi besar di bawah beban
mekanis. Perubahan degeneratif seiring dengan rasa sakit juga sangat umum di tulang belakang,
namun sering kali ada kontroversi mengenai apakah rasa sakit yang dihasilkan dari OA pada
sendi intervertebralis, degenerasi disk atau dalam struktur lain seperti otot dan ligamen(Subagjo,
2000)..
Selanjutnya osteophytes, sinovitis dan penebalan kapsul dalam OA sendi intervertebralis
serta herniasi dari disko merosot dengan iritasi mekanik dan kimia struktur saraf dapat
menyebabkan nyeri neurogenik asal perifer yang kadang-kadang sulit untuk er dari rasa sakit di
nociceptive degeneratif ((Subagjo, 2000).).
Nyeri pada OA dapat mulai baik dari tulang subchondral, seperti ketika OA berkembang
sebagai penyebab dari nekrosis avaskular di kepala femoral dari lesi primer tulang rawan (Sapu
et al 2001) atau dari sendi bengkak dan reaksi inflamasi disertai distensi dari kapsul(Subagjo,
2000)..
Di lutut ada tiga kompartemen dari pandangan fungsional (McAlinder et al 1992): medial
dan sendi femurotibial lateral dan sendi femuropatellar. Pada pasien dengan OA lutut maju
biasanya semua tiga kompartemen terlibat. Namun, pada pasien dengan OA lutut er gejala
sedang di menurut yang kompartemen terutama bergerak. Femuropatellar fibrilasi bersama atau
degenerasi tulang rawan patella adalah umum bahkan pada orang muda, terutama pada atlet, dan
nyeri diprovokasi ketika lutut di bawah beban di fleksi, seperti pada naik tangga, jongkok atau
dalam olahraga. Dalam kebanyakan kasus nyeri dari sendi ini sedang; pada pasien dengan nyeri
yang sangat parah dan dengan malalignment di femuropatellar bersama ini dapat diatasi
pembedahan baik oleh rilis lateral kapsul atau pengalihan tuberkulum tibialis
(Subagjo, 2000).
Arthroscopic lavage atau memperlancar tulang rawan telah digunakan secara luas dalam kasuskasus seperti dalam kasus dengan OA ringan atau sedang dalam kompartemen lain. Namun,
dalam penyelidikan double blind baru-baru ini (Bradley et al 2002) pengobatan ini ternyata tidak
lebih baik dari sebuah operasi dengan sayatan kulit palsu saja. Hasil dari operasi dengan
8
prostesis patella pada pasien dengan OA terisolasi di kompartemen femuropatellar juga telah
dipertanyakan, dan belum mendapatkan digunakan secara luas. Sebaliknya prostesis patella
sering digunakan dalam penggantian lutut total dengan penggantian ketiga kompartemen
(Subagjo, 2000).
Persepsi Sakit (nosisepsi) adalah sebuah fenomena yang kompleks. Nyeri dapat secara luas
diklasifikasikan atas dasar patofisiologi ke nociceptive nyeri, inflamasi, neuropati, dan
fungsional. Nyeri nosiseptik umumnya adaptif (pelindung) karena mencegah cedera lebih lanjut
dan atau meningkatkan penyembuhan. Nyeri inflamasi yang maladaptif, yaitu, patologis, tanpa
fungsi pelindung, dan merupakan hasil kerusakan jaringan (misalnya, trauma, operasi, OA, dan
rheumatoid arthritis). Nyeri neuropatik hasil dari cedera langsung atau disfungsi dari sistem
saraf, misalnya, neuralgia post infeksi virus herpes, neuropati diabetes, dan sindrom nyeri
kompleks daerah. Nyeri fungsional berhubungan dengan pengolahan saraf abnormal tanpa
adanya defisit neurologis atau kelainan perifer, misalnya, fibromyalgia dan sindrom iritasi usus
besar.
Nosciseptive pain
Rangsang nyeri berasal dari luar
Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
Inflamatory pain
Disebabkan oleh kerusakan jaringan
Muncul dari sebuah stimulus yang berada di luar system saraf
Sensasi nyeri yang muncul secara spontan dan sesitif terhadap rangsang
berbahaya
Tidak memiliki fungsi pelindung
Neuropathic pain
Disebabkan olleh lesi primer pada system saraf
Tidak didapatkan lesi nosiseptis
Merupakan tanda terjadi kerusakan saraf
Functional pain
Reaksi berlebihan terhadap rangsang nyeri
Tidak diapatkan tanda atau riwayat dari kerusakan saraf dan stimulasi nyeri
nosiseptif
Tabel 2.2 Klasifikasi nyeri (Woolf CJ. Ann Intern Med. 2004)
9
2.5 Klasifikasi
Seperti telah dijelaskan di atas OA dapat terjadi secara orier (idiopatik) maupun
sekunder, seperti yang tercantum di bawah ini:
IDIOPATIK
Setempat
Tangan:
- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)
- artritis erosif interfalang
- karpal-metakarpal I
Kaki:
- haluks valgus
- haluks rigidus
- jari kontraktur (hammer/cock-up toes)
- talonavikulare
Coxa
- eksentrik (superior)
- konsentrik (aksial, medial)
- difus (koksa senilis)
Vertebra
- sendi apofiseal
- sendi intervertebral
- spondilosis (osteofit)
- ligamentum (hiperostosis, penyakit
Forestier, diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis=DISH)
Tempat lainnya:
- glenohumeral
- akromioklavikular
- tibiotalar
- sakroiliaka
- temporomandibular
Menyeluruh:
Meliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut
diatas (Kellgren-Moore)
SEKUNDER
Trauma
akut
kronik (okupasional, port)
Kongenital atau
developmental:
Gangguan setempat:
Penyakit Leg-Calve-Perthes
Dislokasi koksa kongenital
Slipped epiphysis
Faktor mekanik
Panjang tungkai tidak sama
Deformitas valgus / varus
Sindroma hipermobilitas
Metabolik
Okronosis (alkaptonuria)
Hemokromatosis
Penyakit Wilson
Penyakit Gaucher
Endokrin
Akromegali
Hiperparatiroidisme
Diabetes melitus
Obesitas
Hipotiroidisme
Penyakit Deposit
Kalsium
deposit kalsium pirofosfat
dihidrat
artropati hidroksiapatit
Penyakit Tulang dan
Sendi lainnya
Setempat:
Fraktur
Nekrosis avaskular
Tabel 2.1 Osteoartritis idiopatik dan sekunder, (Setyohadi, 2000)
10
11
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
e. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa perubahan
bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur
sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan
perubahan pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada lutut atau tangan
mengalami perubahan bentuk membesar secara perlahan-lahan.
f. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir semua
pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan
gaya berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.
2.7 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan
laboratoris (JH Klippel, 2001) :
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
12
Penyempitan
celah
sendi
yang
Kista tulang
13
b) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan
laboratorium akan membantu dalam mengidentifikasi penyebab pokok pada OA sekunder. Darah
tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang
harus dibedakan dengan arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid
dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan
penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan
(<8000/m) dan peningkatan protein. (Soeroso, 2009)
c) Pemeriksaan Marker
Destruksi rawan sendi pada OA melibatkan proses degradasi matriks molekul yang akan
dilepaskan kedalam cairan tubuh, seperti dalam cairan sendi, darah, dan urin. Beberapa marker
molekuler dari rawan sendi dapat digunakan dalam diagnosis, prognostik dan monitor penyakit
sendi seperti RA dan OA dan dapat digunakan pula mengidentifikasi mekanisme penyakit pada
tingkat molekuler.
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain: Keratan sulfat,
Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage alogometric matrix protein),
metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat
digunakan untuk uji diagnostik pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk
menentukan beratnya penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit.
14
Selain sebagai uji diagnostik marker dapat digunakan pula sebagai marker prognostik
untuk membuat prediksi kemungkinan memburuknya penyakit. Pada OA maka hialuronan
serum dapat digunakan untuk membuat prediksi pada pasien OA lutut akan terjadinya
progresivitas OA dalam 5 tahun. Peningkatan COMP serum dapat membuat prediksi terhadap
progresivitas penggunaan untuk petanda lainnya maka marker untuk prognostik ini masih diteliti
lagi secara prospektif dan longitudinal dengan jumlah pasien yang lebih besar.
Marker dapat digunakan pula untuk membuat prediksi terhadap respons pengobatan.
Pada OA maka analisa dari fragmen matriks rawan sendi yang dilepaskan dan yang masih
tertinggal dalam rawan sendi mungkin dapat memberikan informasi penting dari perangai proses
metabolik atau peranan dari protease. Sebagai contoh maka fragmen agrekan yang dilepaskan
dalam cairan tubuh dan yang masih tertinggal dalam matriks, sangatlah konsisten dengan
aktivitas 2 enzim proteolitik yang berbeda fungsinya terhadap matriks rawan sendi pada OA.
Enzim tersebut ialah strolielisin dan agrekanase. Penelitian penggunaan marker ini sedang
dikembangkan.
2.9 Manajemen OA
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak sendi yang
mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu
diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan, agar
pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan
multidisiplin atau holistic (Kasmir, 2009).
15
- lamanya OA
Terapi non-farmakologis:
Terapi Farmakologis:
A. Obat Sistemik
1. Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat pilihan utama untuk paien OA adalah Acetaminophen 500mg maksimal 4gram
perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada pasien usia lanjut karena dapat
menimbulkan reaksi pada liver dan ginjal.
3. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi pada pasien OA,
sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin,
asam hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase
dan sebagainya.
18
pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistik
bermakna.
Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia dam mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in
vitro, radikal superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan
proteoglikan sedang hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara
langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide
dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA. (Fifi & Brandt,
1992)
2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak
dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses
steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan
misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur. (ada 3 sediaan di Indonesia
diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.
3. Stem sells
Akhir-akhir ini banyak penelitian baru mengenai penggunaan stem sel untuk
terapi OA terutama OA pada lutut, salah satunya di Iran. Dilakukan penelitian selama
periode satu tahun, dengan menyuntikan stem sel intraartikular kepada pasien dengan
OA lutut yang berat. Didapatkan hasil ysng puas dan tidak ditemukan efek samping
lokal atau sistemik. Nyeri, status fungsional lutut, dan berjalan kaki cenderung
ditingkatkan hingga enam bulan pasca injeksi, setelah itu rasa sakit tampaknya
sedikit meningkat dan kemampuan pasien berjalan sedikit menurun. Perbandingan
gambar resonansi magnetik (MRI) pada awal dan enam bulan pasca-suntikan sel
didapatkan peningkatan ketebalan tulang rawan, perluasan jaringan perbaikan atas
tulang subchondral dan penurunan yang cukup besar dalam ukuran patch
pembengkakan subchondral dalam tiga dari enam pasien.
Selanjutnya, terapi ini memiliki potensi regenerasi kartilago artikular yang
hancur dalam lutut osteoarthritic. Menurut hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa
semua parameter dievaluasi muncul semakin meningkatkan hingga enam bulan pasca
injeksi. Nilai ini sedikit berkurang sampai 12 bulan pasca injeksi. Untuk alasan ini,
dapat disimpulkan bahwa suntikan kedua akan membutuhkan enam bulan setelah
injeksi pertama. (Emadedin, 2012)
D. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih
dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
1) Realignment osteotomi
21
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut
dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian
besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair
(Chapman, 2001).
2) Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam highdensity polyethylene (Thomas, 2000).
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
a) Partial replacement/unicompartemental
b) High tibial osteotmy : orang muda
c) Patella &condyle resurfacing
d) Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan sebagian oleh
ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
e) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe instability
(Solomon, 2001).
Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri, deformitas,
instability akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis. Sedangankan kontraindikasi meliputi
non fungsi otot ektensor, adanya neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint,
Prior Surgical fusion. Komplikasinya antara lain, Deep vein thrombosis, Infeksi, Loosening,
Problem patella; rekuren subluksasi/dislokasi, loosening prostetic component, fraktur,
catching soft tissue. Sedangkan keuntungan dari Total Knee Replacement adalah mengurangi
nyeri, meningkatkan mobilitas dan gerakan, koreksi deformitas, menambah kekuatan kaki,
meningkatkan kualitas hidup.(Solomon, 2001)
22
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Osteoarthrosis (OA) atau yang lebih banyak dikenal dengan Osteoarthritis
juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah
sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang
rawan artikular dan tulang subchondral.
Etiopatogenesis OA sampai saat ini belum dapat dijelaskan melalui satu
teori yang pasti. OA diduga merupakan interaksi antara faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Dengan diagnosis dan terapi yang tepat, termasuk edukasi pasien, dapat
meminimalkan gejala dan membantu pasien mempertahankan kualitas hidup.
Untuk mengerti tujuan ini, dokter harus mengerti patofisiologi degenerasi sendi
dan hubungan antara degenerasi sendi dan sindroma klinis OA kerusakan tulang
rawan sendi disebabkan oleh gangguan intergritas struktur kartilago sendi disertai
ketidakseimbangan aktivitas anabolik dan katabolik jaringan.
Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri
sendi. Banyak pasien dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan,
krepitasi dengan gerakan, dan efusi sendi. Kebanyakan pasien dengan OA mencari
perhatian medis karena nyeri. Pendekatan awal yang paling aman adalah dengan
menggunakan analgesik sederhana seperti acetaminofen (mungkin dalam
hubungannya dengan terapi topikal). Jika pereda nyeri tidak memadai, oral obat
anti-inflamasi nonsteroid atau injeksi intra-artikular produk acidlike hialuronat
harus dipertimbangkan. Injeksi intraartikular kortikosteroid dapat menyediakan
bantuan jangka pendek nyeri pada penyakit. Selain itu metode baru injeksi intraartikular dengan stemsel sedang dikembangkan dan menghasilkan kepuasan
terhadap penggunaannya. Namun metode tersebut masih dalam penelitian.
Penanggulangan nyeri tidak mengubah penyakit yang mendasarinya. Perhatian
juga harus diberikan kepada tindakan nonpharmacologic seperti pendidikan
pasien, penurunan berat badan dan melaksanakan fungsi. Pengurangan rasa sakit
dan pemulihan dapat dicapai pada beberapa pasien dengan osteoarthritis awal,
terutama jika pendekatan terpadu digunakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wiken.
2009.
Osteoartritis.
http://www.health&medicine.com/share.
3.
diakses
4.
5.
6.
7.
periode
Maret-Juni
2005).
Semarang:
Medical
Faculty
8.
9.
2006.Osteoarthritis
and
How
Is
It.
24
10. Subagjo, Harry. 2000. Struktur rawan sendi dan perunbahannya. Sub bagian
Reumatologi,
Bagian
Ilmu
Penyakit
Dalam,
Fakultas
Kedokteran
Osteoartritis.
Sub-bagian
25
26