Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010

Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

PENINGKATAN KUALITAS HUNIAN pada KAWASAN PERUMAHAN


BANDULAN MALANG
Adhi Widyarthara, Prodi Arsitektur ITN Malang
email : adtha5@yahoo.com
Abstrak
Mencermati hunian dari sisi what it does memiliki makna yang mengkaitkan antara produk hunian
dan sisi sosial pada kawasan tersebut. Menjadi realistis bilamana kedua hal tersebut dikaitkan dengan
proses perjalanan waktu bagi penghuni serta mereka yang bukan penghuni baik pengusaha maupun
pemerintah.
Tujuan kajian adalah melakukan evaluasi proses pengelolaan hunian mulai dari keberadaan fasilitas
fisik prasarana hingga fasilitas penunjang hunian. Dari hasil tersebut akan diperoleh potensi dan
permasalahan hunian, yang pada akhirnya diharapkan kualitas hunian pada obyek kajian dapat
ditingkatkan.
Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah keberadaan lingkungan hunian yang cenderung
berubah fungsi, sehingga didapatkan penggabungan antara perumahan dan industri rumah tangga
maupun industri. Hal tersebut mengakibatkan fasilitas prasarana hunian tidak dapat berfungsi optimal
dan pada akhirnya tujuan fungsi hunian jadi terancam.
Cakupan teori dalam pencandraan kajian obyek adalah secara umum permasalahan pada hunian
terdapat pada sumberdaya dan infrastruktur pada kawasan tersebut (Turner,1976). Sumberdaya
didapatkan pada penghuni maupun bukan penghuni, sedangkan infrastruktur merupakan istilah lain
dari fasilitas prasarana pada Undang-undang nomor 4 Tahun 1992. Untuk mendapatkan hasil
lingkungan yang ramah lingkungan dibutuhkan acuan dari Kementrian Lingkungan Hidup, sedangkan
keberlanjutan yang didapat dari acuan buku yang diterbitkan oleh Walhi cs.
Metodologi untuk mengkaji adalah melakukan diskripsi secara sistematis, faktual dan akurat pada
daerah kajian. Sumber data adalah kawasan perumahan yang ada pada wilayah administratif
Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang. Hasil pembahasan mendapatkan karakter
permasalahan obyek kajian dan jawaban dari permasalahan tersebut.

Kata kunci : hunian-lingkungan-keberlanjutan

PENDAHULUAN
Hunian merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia setelah pangan dan sandang.
Latar belakang untuk pengadaan hunian, pada umumnya harus dapat menjawab pertanyaan
tentang siapa yang memutuskan, siapa membuat untuk siapa, bagaimana membuat untuk
mereka serta bagaimana menjaga tetap bersih.
Tujuan pengadaan hunian adalah untuk mengetahui proses aktivitas penghuni dalam
kawasan perumahan dan melakukan evaluasi proses penghunian serta memberikan usulan
peningkatan kualitas hunian.
Permasalahan pada kawasan obyek kajian adalah terjadinya komplikasi fungsi hunian yang
diakibatkan kurangnya pemahaman penghuni terhadap pentingnya kualitas kenyamanan
dan kesehatan hunian.
DASAR TEORI
Mencermati hunian, apabila ditinjau dari istilah what it is terbatas pada sosok produk
hunian sebagai benda saja; namun bilamana dari sisi what it does, lingkup bahasan akan
luas. Mengingat hal yang dapat digali adalah produk hunian dikaitkan dengan penghuni
maupun bukan penghuni serta proses sosial penghunian dalam waktu tertentu
(Turner,1976:64). Produk hunian dipengaruhi oleh pihak perencana, konstruksi dan
manajemen; sedangkan pihak yang dimaksudkan disini meliputi pihak pemegang sektor
publik atau regulasi (Pemerintah), swasta serta sektor populer atau masyarakat (Turner,
1976:26).
1

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (UU no 4 Th
1992). Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk
mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, perumahan juga merupakan
tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Penataan
ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan dan sebagainya, dimaksudkan
agar lingkungan tersebut akan merupakan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur
serta dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.
Prasarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah :
1. Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan
kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur.
2. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk
kesehatan lingkungan.
3. Jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir
setempat.
Pendekatan ekologi dalam merencanakan permukiman penduduk yang berkelanjutan
(Walhi, 1993:123) adalah Perencanaan dan pengelolaan permukiman penduduk untuk
memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan lain berdasarkan keberlanjutan
dengan mempertahankan kesetimbangan antara permukiman dan ekosistem di mana
permukiman merupakan bagian yang tak terpisahkan; dengan strategi :
1. Memperbaiki dan menjamin penyediaan air bersih.
2. Meminimumkan masalah pembuangan limbah.
3. Menurangi pengubahan lahan subur untuk pertanian menjadi lahan permukiman dan
membantu mempertahankan produktivitas lahan.
4. Mengembangkan pola konservasi energy yang lebih untuk keperluan hidup dan
produksi barang.
5. Memaksimumkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.
6. Memadukan pemeliharaan dan pelayanan permukiman dengan penyediaan lapangan
pekerjaan, pembangunan masyarakat dan pendidikan.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam melakukan kajian ini adalah pengamatan langsung terhadap
kondisi eksisting serta melibatkan wawancara dengan masyarakat penghuni kawasan. Materi
amatan pada perumahan yang menjadi obyek dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kepemilikan rumah, yang telah menghuni lebih dari 10 tahun.
2. Kondisi eksisting lokasi perumahan.
3. Kondisi prasarana jalan, sarana serta drainase.
4. Kondisi RW bermasalah.

ANALISA
Pemenuhan hunian yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi pada
kawasan Malang, mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka sebagai akibat beralihnya
fungsi lahan untuk perumahan. Hal tersebut mengakibatkan keberadaan ruang terbuka yang
dahulu memiliki fungsi sebagai paru-paru maupun daerah resapan suatu kawasan menjadi
terganggu. Sebagai akibat dari itu semua adalah kualitas lingkungan pada kawasan tersebut
jadi menurun. Dari data lapangan yang didapatkan, 4 (empat) dari 7 (tujuh) RW pada
kawasan Kelurahan Bandulan merupakan permukiman yang didominasi oleh perumahan;
sedangkan sisanya didominasi oleh ruang terbuka hijau. Hal tersebut mengindikasikan

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

bahwa, telah terjadi penurunan pada proses penyaringan gas-gas yang membahayakan
kesehatan dan lingkungan misalnya karbon monoksida dan gas-gas lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas lingkungan secara umum tentu melibatkan penghuni kawasan
serta kawasan penyangga hunian. Penghuni kawasan pada Kelurahan Bandulan Kota Malang
sebagai obyek kajian memiliki karakteristik yang khas apabila dilihat dari perilaku
penghuninya. Perilaku yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi antar sesama manusia ataupun dengan
lingkungan fisik disekitarnya. Secara geografis kawasan tersebut masuk pada kategori sub
urban, maka sangat mungkin terjadi kecenderungan perubahan pada perilaku penghuni
dan hal tersebut dapat diamati melalui cara maupun sikap dalam menjalani kehidupan.
Apabila ditelaah secara harfiah, makna cara hidup adalah suatu aturan ataupun prosedur
dalam melakukan aktivitas guna menjamin kehidupannya. Sedangkan makna harfiah istilah
sikap hidup adalah gaya hidup dalam memberikan karakter kehidupannya. Salah satu cara
hidup masyarakat Kelurahan Bandulan dalam menghadirkan pola hunian ada dua, yakni
secara tradisional dan modern. Hal tersebut dapat diamati dari karakter tapak dimana
bangunan hunian berdiri, pola hunian tradisional didapatkan pada karakter tapak yang tidak
beraturan sedangkan pola hunian modern memiliki karakter tapak geometri yang teratur.
Adapun sikap hidup yang ada pada masyarakat Kelurahan Bandulan dalam menghadirkan
produk hunian berada pada fase transisi, yakni memiliki cara pandang yang pragmatis
terhadap modernisme dan mulai meninggalkan sesuatu yang berdasarkan paham
tradisional. Paham modern yang lebih mengutamakan sisi efektif dan efisien, tercermin pada
penggunaan material bangunan, tampilan bangunan serta terdapatnya fasilitas penunjang
perumahan berupa keberadaan minimarket. Dalam menghadirkan sosok bangunan hunian,
secara umum memiliki bentuk geometri yang teratur; demikian pula keberadaan
infrastruktur hunian yang tertata rapi.
Dasar pengambilan keputusan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien pada pemecahan
masalah infrastruktur jalan dan saluran drainase di lingkungan perumahan kelurahan
Bandulan, juga dengan jelas nampak terjadi di lapangan. Hampir semua fasilitas jalan yang
ada pada perumahan mengesankan suasana rapi dan bersih, kondisi itu dikarenakan jalan
tersebut ditutup dengan lapisan beton rabatan; demikian juga dengan saluran drainase yang
dibuat tanpa adanya resapan pada tanah. Pola berpikir tersebut, ternyata juga terjadi pada
sebagian besar penghuni untuk memenuhi kebutuhannya; misalnya keberadaan teknologi
komunikasi yang dapat memudahkan hubungan antar individu, hal tersebut tercermin dari
banyaknya kabel telepon pada perumahan. Demikian pula keberadaan sumber energi listrik
yang murah untuk membantu memudahkan proses kehidupan, ditunjukkan dengan
banyaknya kabel listrik pada perumahan.
Semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh penghuni kawasan obyek kajian,
menjadikan pola pikir ekonomi ternyata juga menghinggapi warga disini. Hal tersebut dapat
dicermati dengan munculnya tempat-tempat industri; baik lingkup rumah tangga maupun
industri dengan skala menengah yang mempekerjakan ratusan manusia. Pada konteks ini,
mulai muncul permasalahan dengan lingkup ekologi. Oleh karenanya, penyelesaian masalah
akan melibatkan lingkungan dan manusianya sebagai penghuni kawasan tersebut.
Mengingat proses yang terjadi pada perumahan signifikan dengan metabolisme pada tubuh
manusia, maka proses maupun pembuangan limbah menjadi permasalahan pada kawasan
ini. Perlu diuraikan disini, apabila proses yang terjadi tidak sesuai dengan aturan atau
prosedur maka dampak yang terjadi akan mengganggu kenyamanan penghunian; demikian
juga limbah sebagai proses akhir metabolisme perumahan. Sebagai contoh, proses
mendatangkan bahan baku untuk produksi dan juga mengangkut hasil produksi pada
3

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

produk rokok; kedatangan bahan baku tembakau maupun bahan lainnya akan
menggunakan trailer ataupun truk tronton untuk memasoknya, padahal lebar jalan yang
dapat dilalui untuk kendaraan tersebut hanya memiliki lebar 7 (tujuh) meter. Akibatnya,
apabila aktivitas bongkar muat terjadi; fungsi jalan tersebut jadi terganggu, efek samping
dari hal itu adalah fungsi jalan kampung yang memiliki lebar hanya 4 (empat) meter harus
mengambil alih fungsi jalan utama di kawasan tersebut.

PEMBAHASAN
HUNIAN
Produk hunian
Membahas hunian dari pendapat Turner (1976, 64) dari sisi what it does menjadikan
kompleksitas tinjauan yang dimulai menghadirkan produk hunian hingga proses penghunian
yang mengkaitkan penghuni dengan bukan penghuni, termasuk pihak swasta dan
pemerintah terkait dengan keberadaan hunian. Secara umum produk hunian, dipengaruhi
oleh perencanaan hunian, konstruksi hingga manajemen.
Setiap manusia menginginkan hunian yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk
mewujudkan itu secara ideal tentu kesesuaian antara tuntutan kebutuhan perlu disesuaikan
dengan kemampuan calon penghuni. Oleh karenanya, dibutuhkan pihak yang dapat
merencanakan hunian tersebut. Pada perumahan Bandulan ini, terdapat tiga kategori
perumahan sesuai perencananya; kategori pertama adalah hunian yang direncanakan oleh
masyarakat secara mandiri, kategori kedua adalah hunian yang direncanakan oleh pihak
pengembang swasta dan terakhir adalah hunian yang direncanakan oleh institusi tertentu.
Hunian yang direncanakan oleh masyarakat secara mandiri, akan menghasilkan produk
hunian dengan tampilan yang sangat beragam. Kehadiran ekspresi bangunannya, akan
mencerminkan citra pemilik dari hunian tersebut. Mulai dari masyarakat yang memiliki strata
ekonomi tinggi hingga rendah. Hal tersebut tercermin dari komposisi bentuk dan warna
bangunan pada hunian tersebut. Bentuk dengan karakter khusus dimiliki oleh mereka yang
memiliki strata ekonomi tinggi, sedangkan bentuk pada kebanyakan hunian dimiliki oleh
mereka yang berstrata ekonomi rendah hingga menengah. Demikian juga dengan warna
bangunan, warna dengan kualitas khusus mencerminkan pemiliknya memiliki strata ekonomi
yang tinggi; sedangkan warna pada rumah kebanyakan mencerminkan pemiliknya berada
pada strata ekonomi bawah hingga menengah.
Hunian yang direncanakan oleh pihak pengembang swasta. Pada kawasan Bandulan ini
terdapat 3 (tiga) pengembang yang membantu dalam perencanaan hunian, pihak tersebut
adalah Perumahan Bandulan Permai dengan pemilik hunian yang memiliki strata ekonomi
menengah, Perumahan Puncak Dieng Eksklusif dengan pemilik hunian dari strata ekonomi
menengah hingga tinggi, sedangkan Perumahan Istana Dieng yang dimiliki oleh mereka
dengan strata ekonomi tinggi.
Hunian yang direncanakan oleh institusi tertentu pada kawasan ini terdapat pada RW 01,
yakni pada Novisiat Suster Sang Timur. Mengingat rumah tinggal biarawati disini masuk
dalam kawasan asrama, maka produk huniannya tidak dapat mencerminkan strata
pemiliknya serta tidak memilki karakteristik bentuk maupun warna bangunannya.

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Konstruksi hunian
Pada hunian yang direncanakan masyarakat secara mandiri, peran masyarakat untuk
menentukan jenis konstruksi sangatlah besar; hal tersebut karena yang menentukan jenis
aktivitas, ukuran ruang hingga kualitas material yang digunakan adalah pemilik dari hunian
tersebut. Pada hunian yang direncanakan oleh pengembang swasta, pihak pengembanglah
yang menentukan jenis konstruksi yang dipergunakan. Sedangkan pada hunian yang
direncanakan oleh institusi tertentu, jenis konstruksi yang dipergunakan adalah perancang
dari hunian tersebut dikaitkan dengan anggaran yang tersedia.
Manajemen hunian
Hunian yang direncanakan oleh masyarakat secara mandiri, memiliki hak pengelolaan yang
utama; mengingat mulai dari perencanaan hingga menentukan jenis konstruksi serta
anggaran untuk keberlanjutan hunian tersebut adalah masyarakat sendiri. Peranan
pemerintah adalah memberikan pertimbangan pada pemilik tentang apa yang sebaiknya
dilakukan guna tercapainya tujuan pemilik hunian. Pada hunian yang direncanakan oleh
pihak pengembang swasta, pihak pengembang tidak mengelola hunian tersebut apabila
pengadaan hunian sudah terjual semuanya. Sedangkan pada hunian yang direncanakan
oleh institusi tertentu, pihak tersebut memiliki hak mengelola hunian tersebut.
LINGKUNGAN
Sesuai dengan Undang-undang nomor 4 Tahun 1992, lingkungan perumahan merupakan
kawasan hunian dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang tertentu, yang dilengkapi
dengan sistem prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja terbatas dan dengan
penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan
pengelolaan yang optimal.
Perumahan Bandulan Kota Malang terdiri dari 7 (tujuh) RW, dengan uraian kondisi
lingkungan sebagai berikut :
RW 1, di dominasi oleh ruang terbuka hijau. Terdapat prasarana jalan dengan fungsi
sebagai sirkulasi mobilitas manusia dan angkutan barang untuk 2 (dua) arah selebar 7
meter, saluran drainase jalan selebar 60 cm, drainase kampung 30 cm. Selain
hunian, terdapat pula Balai RW, Pabrik Genteng Beton, SDN Bandulan 02, Poliklinik
Umum Dharma Bakti, Seminari Alkitab Nusantara serta Novisiat Suster Sang Timur.
Penataan ruang untuk fungsi bangunan tidak teratur.
RW 2, di dominasi oleh perkampungan. Terdapat prasarana jalan raya dengan sirkulasi
2 (dua) arah dengan lebar 7 meter, saluran drainase jalan selebar 60 cm, drainase
kampung 30 cm. Selain hunian, terdapat Balai RW, Pabrik Rokok PT Gangsar dan CV
Maestro de Silva Tobacco, SDN Bandulan 03, Puskesmas Pembantu, TPQ maupun MI
Miftahul Huda, Masjid serta Musholla. Penataan ruang untuk fungsi bangunan cukup
teratur.
RW 3, di dominasi oleh perkampungan. Terdapat prasarana jalan raya dengan sirkulasi
2 (dua) arah dengan lebar 7 meter, saluran drainase jalan selebar 60 cm, drainase
kampung 30 cm. Selain hunian, terdapat 2 (dua) minimarket yakni Alfamart dan
Indomart, TK, Musholla Nurul Mustofa serta TPU. Penataan ruang untuk fungsi
bangunan cukup teratur.
RW 4, di dominasi oleh perkampungan. Terdapat jalan 2 (dua) arah dengan lebar 4
meter, saluran drainase jalan selebar 60 cm, drainase kampung 30 cm. Selain
hunian, terdapat Balai RW, 2 (dua) TPU, SDN Bandulan 01, TK, Kapel warga Katolik St
Vincentius a Paulo, Masjid serta Musholla. Penataan ruang untuk fungsi bangunan
cukup teratur.
RW 5, di dominasi oleh ruang terbuka hijau. Terdapat jalan 2 (dua) arah dengan lebar 3
meter, saluran drainase jalan 60 cm, drainase kampung 30 cm. Selain hunian,
5

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

terdapat Balai RW, SDN Bandulan 05, Musholla serta TPU. Penataan ruang untuk fungsi
bangunan tidak teratur.
RW 6, di dominasi oleh ruang terbuka hijau. Terdapat jalan 2 (dua) arah dengan lebar 4
meter, saluran drainase jalan selebar 60 cm, drainase kampung 30 cm. selain
hunian, terdapat Balai RW, SDN Bandulan 04, TK, TPU serta lapangan sepak bola.
Penataan ruang untuk fungsi bangunan cukup teratur.
RW 7, hanya terdapat perumahan. Terdapat jalan 2 (dua) arah dengan lebar 14 meter,
saluran drainase jalan 60 cm. Penataan ruang untuk fungsi bangunan teratur.
Secara umum, potensi lingkungan hunian pada kawasan obyek kajian; didapatkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Koefisien dasar bangunan kawasan kurang dari 60%.
2. Pada Kelurahan Bandulan cukup banyak didapatkan pabrik dan home industry sebagai
penyedia lapangan pekerjaan bagi warga di kawasan ini.
3. Keberadaan kawasan secara geografis berada pada pinggiran kota, namun terdapat
fasilitas infrastruktur yang memadai sehingga akses dari dan menuju kawasan
perumahan cukup baik.
Adapun masalah yang terdapat pada lingkungan perumahan Bandulan, adalah sebagai
berikut :
1. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hunian.
2. Lingkungan perumahan yang bergabung dengan industri.
3. Terjadinya penggabungan pembuangan limbah cair antara rumah tangga dan industri.
4. Tidak adanya pedestrian pada jalan utama kawasan.
5. Kurangnya vegetasi.
6. Keberadaan kabel listrik dan telepon tampak tidak teratur.
PEMECAHAN MASALAH LINGKUNGAN PERUMAHAN
Berdasarkan permasalahan pada lingkungan perumahan Bandulan, perlu ditumbuh
kembangkan sosialisasi pentingnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hunian agar
kondisi lingkungan tidak merosot. Kepedulian tersebut dapat diterapkan pada kegiatan
penghijauan pada :
Ruang terbuka hijau, hal ini dimaksudkan untuk menambah fungsi paru-paru kawasan
agar udara tidak tercemar oleh gas-gas yang dapat merusak kesehatan serta
mengoptimalkan daerah resapan pada kawasan tersebut agar air tidak terbuang
percuma.
Pinggir jalan, memiliki maksud untuk melakukan penyaringan udara terhadap partikelpartikel debu, gas-gas beracun termasuk karbon monoksida, serta gas-gas lain yang
merusak lingkungan.
Pekarangan, memiliki maksud untuk paru-paru hunian serta resapan air agar cadangan
air tanah tidak habis.
Penyelesaian masalah lingkungan perumahan yang bergabung dengan industri, memang
merupakan sesuatu yang cukup rumit; 2 (dua) aktivitas yang memiliki kriteria berbeda.
Peran aktif harus datang dari pihak pengelola industri, langkah pertama adalah terjaminnya
proses kegiatan industri yang tidak mengganggu hunian; dilakukan dengan mengatur jam
kegiatan, melakukan penyaringan polutan dengan penghijauan mengelilingi tapak. Langkah
kedua, adalah menjamin limbah cair maupun limbah padat tidak mencemari hunian dengan
melakukan proses daur ulang maupun pengadaan tempat untuk memproses limbah
tersebut. Langkah ketiga, adalah melakukan perubahan gaya hidup yang dapat merubah
pola produksi dan konsumsi.

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Penggabungan pembuangan limbah cair antara rumah tangga dan industri, akan
memberikan dampak polusi bau pada kawasan hunian serta mengakibatkan tercemarnya
sumur sebagai sumber air bersih bagi penghuni kawasan. Pemecahan masalahnya adalah,
limbah cair dari industri harus diolah lebih dulu sehingga limbah setelah proses tersebut
menghasilkan air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Setelah
pemrosesan tersebut baru dapat digabungkan antara limbah cair rumah tangga dan industri.
Permasalahan pedestrian, dapat diselesaikan dengan peran aktif pihak para pengusaha,
masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkannya. Mengapa ini terjadi, sumberdaya pada
kawasan hunian memang bertumpu pada ketiga hal tersebut. Pengusaha membutuhkan
masyarakat sebagai mesin penggerak, kemudian merawatnya adapun pemerintah
memberikan tatacara pembangunan dan syarat-syarat pengadaannya.
KEBERLANJUTAN
Untuk lebih membuat kehidupan perumahan Bandulan berkelanjutan, pemerintah perlu
mengupayakan pendekatan ekologi dalam pemukiman penduduk; dengan cara :
Melakukan peningkatan pendidikan pada masyarakat agar mereka lebih memahami
proses penghunian secara sehat, aman dan nyaman dengan mengurangi pencemaran
baik udara, suara serta limbah pada kawasan perumahan. Pencemaran udara dan suara
dapat dikurangi dengan memperluas kawasan penghijauan, sedangkan pencemaran
limbah dengan memisahkan limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat yang
bersifat organik dapat dikelola dengan pembuatan kompos, sedangkan limbah cair perlu
diolah secara khusus.
Untuk material penutup permukaan tanah, diusahakan agar air masih dapat meresap
kedalam tanah agar keberadaan air tanah dapat terjamin keberlanjutannya.
Mengurangi penggunaan material bangunan yang tidak dapat di daur ulang, serta
menekankan bahan-bahan bangunan lokal yang tidak membahayakan kesehatan dan
lingkungan.
Perlu merancang bangunan yang hemat energi, mudah dan murah dalam perawatan
serta memanfaatkan potensi alam seoptimal mungkin.

Gambar 1. Kondisi eksisting prasarana jalan pada RW 1 Kelurahan Bandulan Kecamatan


Sukun Kota Malang (Sumber : Survei Lapangan, September 2009)
7

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010


Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Gambar 2. Usulan perbaikan prasarana lingkungan perumahan yang ramah lingkungan


dengan Prinsip Keberlanjutan.

KESIMPULAN
Untuk meningkatkan kualitas hunian pada kawasan Perumahan Bandulan diperlukan :
1. Peningkatan sosialisasi tentang pemahaman istilah reduce, reuse dan recycle pada
produk hunian maupun infrastruktur perumahan.
2. Meningkatkan peran aktif masyarakat penghuni untuk melakukan pengurangan polusi
suara serta udara perumahan dengan penghijauan pada kawasan perumahan.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah rumah
tangga dengan daur ulang dan pembuatan kompos agar sampah yang dihasilkan dapat
dikurangi.
4. Meningkatkan kualitas resapan pada kawasan dengan melakukan penggantian material
jalan yang bukan paving dengan paving, agar ketersediaan air tanah terjamin serta
dapat lebih efektif dan efisien dalam melakukan perbaikan jalan.
5. Membuat biopori pada lahan disekitar saluran drainase lingkungan agar air tidak
terbuang percuma.
6. Meningkatkan pengelolaan air limbah menjadi air yang bermanfaat dengan kriteria tidak
berbau, tidak berwarna serta tidak memiliki rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Endang

Titi (2006), Penelitian Arsitektur di Bidang Perumahan dan Permukiman, ITS


Press,Surabaya.
Joyce ML (2004), Arsitektur dan Perilaku Manusia, PT Grasindo, Jakarta.
KLH (1997), Permukiman Berwawasan Lingkungan, Jakarta.
NJ Habraken (1976), Variation : The Systematic Design of Supports, Laboratory of Architecture and
Planning at MIT-Cambridge, London.
Turner (1976), Housing By People, Pantheon Books, New York.
UN Habitat (1996), An Urbanizing World : Global Report on Human Settlements, Oxford University
Press.
Undang-undang nomor 4 Tahun 1992.
Walhi (1993), Bumi Wahana, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai